Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KEHILANGAN

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.

Nidaul Khoiriyah
Nuny Apriliantika
Nur Kholifah
Nur Wakidah

(13.1.1127)
(13.1.1128)
(13.1.1129)
(13.1.1130)

PRODI D III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA
SEMARANG 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dari
kelompok 2 bisa menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan membahas
Asuhan Keperawatan Psikososial Kehilangan
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi
pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya pembaca
dapat memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik, dan saran sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.
Semarang,30 mei 2015
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit
demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan
untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang
memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga
intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan
sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan
pribadi

ketika

hubungan

klien-kelurga-perawat

berakhir

karena

perpindahan,

pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman


pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya
selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum :
Diharapkan mahasiswa mampu Mengetahui asuhan keperawatan pada klien
kehilangan.
2. Tujuan khusus :
Mengetahui definisi kehilangan
Mengetahui tanda dan gejala kehilangan.

Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.


Mengetahui tipe tipe kehilangan
Mengetahui jenis kehilangan
Mengetahui rentang respon kehilangan

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan
adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang
berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau

mendadak,

bisa

tanpa

kekerasan

atau

traumatik,

diantisispasi

atau

tidak

diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
B. TANDA DAN GEJALA
a. Ungkapan kehilangan
b. Menangis
c. Gangguan tidur
d. Kehilangan nafsu makan
e. Sulit berkonsentrasi
f. Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
Sedih berkepanjangan
Adanya gejala fisik yang berat
Keinginan untuk bunuh diri

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN


1. Arti dari kehilangan
2. Sosial dan budaya
3. Kepercayaan spiritual
4. Peran seks
5. Status sosial ekonomi
6. Kondisi fisik dan psikologi individu
.
D. TIPE KEHILANGAN
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
E. JENIS JENIS KEHILANGAN
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan
dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki
tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
F. RENTANG RESPON KEHILANGAN
Denial
Anger
Bergaining
Depresi
Acceptance
1. Fase Denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi; itu tidak mungkin, saya tidak percaya itu terjadi .

c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase Anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase Bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; kenapa harus terjadi pada saya ? kalau saja yang sakit bukan
saya seandainya saya hati-hati .
4. Fase Depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase Acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ; apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh, yah,
akhirnya saya harus operasi

ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa
yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang
mereka pikir dan rasakan adalah :
o Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
o Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
o Perilaku koping yang adekuat selama proses
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan
kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis,

selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang
yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam
mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5) Struktur Kepribadian; Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan
sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi di masyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara
lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan.
Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam
keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan
tidak tepat.
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem imune dan endokrin
f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian

3)
4)
5)
6)
7)

Merasa bersalah
Perasaan mati rasa
Emosi yang berubah-ubah
Penderitaan dan kesepian yang berat
Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda

yang hilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
g.

Respon Kognitif
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah
pembimbing.

h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1. Menangis tidak terkontrol
2. Sangat gelisah; perilaku mencari
3. Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang
yang telah meninggal.
5. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya
6. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7. Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
2. ANALISA DATA
a. Data subjektif
1) Merasa putus asa dan kesepian
2) Kesulitan mengekspresikan perasaan
3) Konsentrasi menurun
b. Data objektif:
1) Menangis
2) Mengingkari kehilangan
3) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
4) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
5) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl Pratice,
menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan pada
pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan yang berhibungan dengan
asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :

a. Duka cita
b. Duka cita terganggu
c. Risiko duka cita terganggu
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi untuk klien yang berduka :
a. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
b. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
d. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g. Gunakan komunikasi yang efektif.
1) Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
2) Dorong penjelasan
3) Ungkapkan hasil observasi
4) Gunakan refleksi
5) Cari validasi persepsi
6) Berikan informasi
7) Nyatakan keraguan
8) Gunakan teknik menfokuskan
9) Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang
h.

tersirat
Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
1) Kehadiran yang penuh perhatian
2) Menghormati proses berduka klien yang unik
3) Menghormati keyakinan personal klien
4) Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
5) Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan

kehilangan
i. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
1) Bina dan jalin hubungan saling percaya
2) Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
3)
4)
5)
6)
7)
8)

menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya


Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a. Fase Pengingkaran
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima,
ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien
tentang sakit, pengobatan dan kematian.
b. Fase marah

Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya


secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.

c. Fase tawar menawar


Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
d. Fase depresi
Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e. Fase penerimaan
Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.
j. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1) Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak
selama masa berduka.
2) Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
3) Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang
diperhatikan oleh orang lain.
4) Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.
k. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan
(Kematian Anak)
1) Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2) Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
3) Menyiapkan perangkat kenangan.
4) Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
5) Menjelaskan
kepada
pasien/
keluarga
ciri-ciri
respon

yang

patologissertatempatmerekamintabantuanbiladiperlukan.
5. EVALUASI
a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
c. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
d. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan
e. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.Berduka disfungsional adalah suatu status
yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional.

Tipe

ini

kadang-kadang

menjurus

ke

tipikal,

abnormal,

atau

kesalahan/kekacauan.Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang


perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan
dukungan dalam bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata
dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang
yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal,
kehilangan

yang

ada

pada

diri

sendiri/aspek

diri,

dan

kehilangan

kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam


lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
B. SARAN
Saran untukmemperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
1. Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagaiberikut:
2. Dalam perencanaan tindakan,
harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.
3. Dalam perumusan diagnose keperawatan,harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuh
anmaslow ataupun kegawatan dari masalah.
4. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun
yang tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC
Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC


Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai