Anda di halaman 1dari 19

Tugas KDK

ASUHAN KEHILANGAN ,MENGHADAPI KEMATIAN DAN SETELAH


KEMATIAN

Oleh:

Kelompok III

1. AFIRA 8 . ISYRAQ NAZIHAH RABANI


2. ANJELIS AVISILIMAUDY .K 9. MEGAH RATEN SARI
3. ATIN SAGITA .R 10. NUR ISLAH RAMADHANI
4. DZAKIAH RAFIFAH 11. SAFRIANI
5. ELA CLARA ARNI 12. SUSI ADILA
6. FINA FITRAYANA.S 13. WIDYA EGI ANANDA
7. HERLINA .MP MERONDA

POLITEKKNIK KESEHATAN KENDARI


DIV-KEBIDANAN
2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala,


karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai :
“Kehilangan,menghadapi kematian dan seelah kematian” Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Keterampilan Dasar
Kebidanan (KDKI).

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman teman sekelompok


serta teman teman dari kelompok lain yang sudah memberi masukan dan kritikan
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai tepat dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman teman dan


bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kendari, 15 Desember 2014

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……..……………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..2
1.3 Tujuan……………………..…………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kehilangan……………………………………………………………3
2.2 kematian………………………………………………………………17
2.3 Setelah Kematian……………………………………………………..17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………
…19
3.2 Saran……………..
…………………………………………………….20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahir, kehilangan, menghadapai kematian maupun setelah kematian


adalah kejadian yang universal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap
individual dalam pengalaman hidup seseorang.

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan


umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan


berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses
ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.

Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang


perawat maupun bidan apabila menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman
dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi
menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak
tetap (Suseno, 2004).

Perawat,maupun bidan serta tenaga medis lainya berkerja sama


dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan.tenaga medis membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat
berlanjut.
Kehilangan,menghadapi kematian dan setelah kematian adalah realitas
yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar tenaga
medis berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan
dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat maupun bidan juga mengalami kehilangan
pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat maupun bidan dapat mendukung
klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

2. Bagaimana konsep kehilangan,menghadapi kematian dan


Setelah kematian?
3. Bagaimana asuhan pada klien yang kehilangan,menghadapi kematian
dan setelah kematian?
4. Bagaiman dari jenis-jenis maupun dari faktor-faktor masing”?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep kehilangan,menghadapi kematian


Dan setelah kematian
2. Untuk mengetahui asuhan pada klien yang mengalami kehilangan
,menghadapi kematiandan setelah kematian?
3. Untuk mengetahui dari jenis” dan faktor dari masing masing
Permasalahan yang akan di bahas?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kehilangan

Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat


dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu


kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

2.1.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kehilangan yaitu:

 Kehilangan seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-
tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.


Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional
yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
 Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri
sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.
Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau
komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya
kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

 Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau


bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.

 Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat


dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan
memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

 Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

2.1.2 Dampak kehilangan :


 Masa anak – anak, mengancam kemampuan untuk berkembang, merasa
takut saat ditinggalkan atau bila dibiarkan kesepian.
 Masa remaja, dapat menimbulkan disintegrasi dalam keluarga
 Masa dewasa, kehilangan karena kematian pasangan hidup, dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan kehilangan semangat hidup individu yang
ditinggalkan.
2.1.3 Fase Kehilangan :
Denial--Anger --Bergaining --Depresi –Acceptance

1. Fase Denial/ Pengingkaran


 Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan.
 Verbalisasi; “itu tidak mungkin”, “saya tidak percaya itu terjadi”
 Perubahan fisik;letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah

2. Fase Anger / Marah


 Mulai sadar akan kenyataan
 Marah di proyeksikan pada orang lain
 Reaksi fisik;muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
mengepal
 Perilaku agresif

3. Fase bergaining/tawar menawar

Verbalisasi;”kenapa harus terjadi pada saya? “kalau saja yang sakit


bukan saya, seandainya saya hati-hati”

4.   Fase depresi

 Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa
 Gejala;menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun

5. Fase acceptance / Menerima

 Pikiran pada objek yang hilang berkurang


 Verbalisasi;”apa yang harus saya lakukan agar saya sembuh”, “yeah,
akhirnya saya harus operasi

2.1.4 Tindakan Bidan pada setiap Fase Kehilangan:


1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
dengan cara :
 Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.

 Meningkatkan kesabaran pasien, secara bertahap, tentang kenyataan dan


kehilangan apabila sudah siap secara emosional.

2. Menunjukan sikap menerima dengan ikhlas kemudian mendorong pasien

untuk Berbagi rasa dengan rasa :

 Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat mengenai apa yang


dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi
 Menjelaskan kepada pasien bahwa sikapnya dapat timbul pada siapapun
yang mengalami kehilangan.

3. Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit


Pengobatan dan kematian dengan cara :
 Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti,
jelas, dan tidak berbelit-belit.
 Mengamati dengan cermat respons pasien selama berbicara.
 Meningkatkan kesadaran dengan bertahap.
     

2.1.5 Tindakan pada pasien dengan tahap kemarahan:

Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya


secara verbal tanpa melawannya kembali dengan kemarahanya.

 Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa sebenarnya kemarahan pasien


tidak di tunjukan kepada merka.

 Memberikan kesempatan atau mengizinkan ppasien untuk menangis


 Mendorong pasien untuk menyampaikan rasa marahnya

2.1.6 Tindakan pada pasien dengan tahap tawar menawar:

Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan


cara :

 Mendengarkan ungkapan yang dinyatakan pasien dengan penuh perhatian


 Mendorong pasien untuk membicarakan atau rasa bersalahnya
   Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa
takut

2.1.7 Tindakan pada Pasien dengan Tahap Depresi:

    Membuat pasien mengidentifikasi rasa bersalahnya dan takut dengan cara:

 Mengamati perilaku pasien dan bersama-sama dengan pasien membahas


tentang perasaannya
 Mencegah tindakan bunuh diri

2.1.8 Tindakan  Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara :


 Menghargai perasaan pasien
 Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan mengkaitkan
dengan kenyataan
 Memberi kesempatan kepada pasien untuk melampiaskan dan
mengungkapkan perasaannya
 Bersama pasien membahas pikiran yang timbul

2.1.9 Tindakan kepada pasien dengan tahap penerimaan

Membantu pasien ,menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan dengan


cara :

 Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur.


 .Membatu keluarga berbagai rasa
 Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati
 Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.

2.2 Sebelum Kematian


Sekara t(Dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian (death) secara klinis merupakan kondisi terhentinya:
 pernapasan,
 nadi, dan tekanan darah
 hilangnya respons terhadap stimulus eksternal
 ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti,
 atau juga dapat dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap.

Dying dan death memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada tahap
kehilangan dan berduka sesuai dengan tahapan Kubler Ross, yaitu diawali dengan
penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
2.2.1 Tanda-tanda klinis menjelang kematian

Kehilangan tonus otot di tandai:

 Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun


 Kesulitan dalam berbicara,proses menelan dan hilangnya refleks menelan
 Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal ditandai dengan
:nause,muntah,perut kembung,obstipasi dsb
 Penurunal control spinkter urinaria dan rectal
 Gerakan tubuh yang terbatas

2.2.2 Kelambatan dalam sirkulasi, di tandai :


 Kemunduran dalam sensasi
 Cyanosis pada daerah ekstermitas
 Kulit dingin,pertama kalipada daerah kaki,kemudian tangan,telinga dan
hidung

2.2.3 Perubahan pada tanda-tanda vital :


 Nadi lambat dan lemah
 Tekanan darah turun
 Pernapasan cepat ,cepat dangkal dan tidak

2.2.4 Gangguan sensoria :


 Penglihatan kabur
 Gangguan penciuaman dan perabaan

2.2.5 Perubahan Tubuh Setelah Kematian

Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya rigor


mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis (dingin)
suhu tubuh perlahan-lahan turun, dan post mortem decomposition yaitu terjadi
yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang tertekan serta jaringan melunaknya
jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri

2.2.6 Menginformasikan kepada keluarg


Bidan terhadap keluarga :

 Dengarkan ekspresi keluarga


 Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenasah beberapa
saat
 Siapkan ruangan khusus untuk berduka
 Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencaan pada jenasah
 Beri dukungan bila terjadi disfungsi berduka

2.2.7 Perawatan Pada Jenazah :


 Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis Singkirkan pakaian
atau alat tenun
 Lepaskan semua alat kesehatan
 Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
 Tempatkan kedua tangan jenazah diatas abdomen dan ikat
pergelangannya (tergantung dari kepercayaan dan agama) Tempatkan
satu bantal di bawah kepala
 Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup bisa dengan kapas basah
 Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat
 letakkan gulungan handuk dibawah dagu
 Letakkan alas dibawah glutea Tutup sampai sebatas bahu,
kepala ditutup dengan kain tipis
 Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga
 Beri kartu atau tanda pengenal
 Bungkus jenazah dengan kain panjan
3.1 Setelah Kematian ( Berduka )

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan


yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.


NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman


individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan


pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.

3.1.2 Jenis-jenis berduka dalam kematian :

o Berduka Normal, terdiri atas perasaan, perilaku dan reaksi yang normal
terhadap kehilangan, misalnya kesedihan, kemarahan, menangis dan
menarik diri dari aktifitas untuk sementara.
o Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri dari muncul sebelum 
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya ketika
menerima diagnosa terminal.
o Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya, yaitu tahap keduaan normal.
o Berduka tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dapat
diakui secara terbuka. Misalnya, kehilangan pasangan karena AIDS, anak
mengalami kematian orang tua

3.1.3 Tindakan Pada Pasien Menghadapi Kehilangan/Berduka


1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya, dengan cara
 Mendorong pasien untuk mengungkapkan persaan berdukanya
 Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang kenyataan
dan kehilangan apabila sudah siap secara emosional.

3.1.4 Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien


untuk berbagi rasa dengan cara:
 Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat apa yang dikatakan
oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.
 . Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut dapat terjadi pada
orang yang mengalami kehilanga

3.1.5 Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang


sakit, pengobatan dan kematian dengan cara:
 Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang sudah dimengerti,
jelas dan tidak bebelitbelit. .
 Mengamati dengan cermat respon pasien selama berbicara
 c. Meningkatkan kesadaran secara bertahap Tahap Marah
Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa
marah secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan

3.1.6 Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan taku


dengan cara:
 dengan Mendengarkan ungkapan penuh perhatian
 Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa
bersalahnya
 Bila pasien selalu mengungkapkan kata ”kalau......” atau
”seandainya....., beritahu pasien, bahwa bidan hanya dapat melakukan
sesuatu yang nyata
 Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa
takutnya.

3.1.7 Tahap Depresi :


Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan cara:
.
 Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas
perasaannya
 Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat
resikonya

3.1.8 Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara:


 Menghargai perasaan pasien.
 Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan
mengaitkan kenyataan
 Memberi kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan
perasaannya d. Bersama pasien membahas pikiran yang selalu timbul
Tahap Penerimaan
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang
dapat dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan.

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan


umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.

Sekarat merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi


kematian, yang mamiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal..
Kematian (death) secara klinis merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi,
dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan aktivitas listrik otak terhenti, atau juga dapat dikatakan terhentinya fungsi
jantung dan paru secara menetap. Dying dan death memiliki proses atau tahapan
yang sama seperti pada tahap kehilangan dan berduka sesuai dengan tahapan
Kubler Ross, yaitu diawali dengan penolakan, kemarahan, tawar-menawar,
depresi dan penerimaan.

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan


yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.


NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang,

Hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum


terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

4.2 Saran

1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien


pada saat itu.
2. Dalam perumusan diagnosa asuhan, harus diprioritaskan sesuai dengan
kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan asuhan, baik yang kritis
maupun yang tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,


Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri,


Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

stikes.fortdekock.ac.id

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai