DUSUSUN OLEH :
REGULER 1, TINGKAT 3
Puji syukur kami panajtkan kepada kehadirat Tukan Yang Maha Esa yang telah
membeikan rahmat serta karnia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Kehilangan Dan Berduka” Pada mata kuliah Keperawatan
Jiwa di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk
itu dalam kesempatan ini kami terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan
penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif sehingga kami
dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kehilangan Dan Berduka
2.2 Tanda Dan Gejala Kehilangan
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan
2.4 Saja Tipe Kehilangan
2.5 Jenis-Jenis Kehilangan
2.6 Fase-fase Kehilangan dan Berduka
2.7 Rentang Respon Kehilangan
2.8 Teori Proses Berduka
BAB III ASKEP KEHILANGAN DAN BERDUKA
A.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas penulis dapat menentukan tujuan makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1.1.1. Untuk mengetahui pengertian Kehilangan dan Berduka
1.1.2. Untuk mengetahui tanda dan gejala kehilangan
1.1.3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan
1.1.4. Untuk mengetahui saja tipe kehilangan
1.1.5. Untuk mengetahui jenis-jenis kehilangan
1.1.6. Untuk mengetahui fase-fase kehilangan dan berduka
1.1.7. Untuk mengetahui rentang respon Kehilangan
1.1.8. Untuk mengetahui teori proses berduka
BAB II
PEMBAHASAN
2. Persepsi
Jenis kehilangan ini hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan.
(seseorang yang berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
bebebasannya menjadi menurun)
5. Kehilangan Kehidupan/Meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang sekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang
dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka
pikir dan rasakan adalah :
Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
Perilaku koping yang adekuat selama proses
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu
yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh
masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang
berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan
kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5) Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya
diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih
sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial
antara lain meliputi;
1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi di masyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial,
Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk
menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering
ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping
tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem imune dan endokrin
f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
4) Perasaan mati rasa
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
g. Respon Kognitif
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.
h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol
2) Sangat gelisah; perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah
meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7) Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang
berdasarkan pada pada tipe kehilangan. diagnosa keperawatan yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a) Duka cita
b) Duka cita terganggu
c) Risiko duka cita terganggu
4. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka :
a) Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
b) Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c) Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
d) Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e) Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f) Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g) Gunakan komunikasi yang efektif.
Tinjauan kasus
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami
bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila
Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru
saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal
mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada suatu hari arzamengalami
kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum mengatakan Hal ini membuat
ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia
mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering
teriak memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu
dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian ningrum tampak
lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika
perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N: 75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80
mmHg RR: 24x/mnt
Data Fokus
Data subyektif Data obyektif
Ibu klien mengatakan klien merasa sangat Klien tampak lemas
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan wajah tampak kusut,
dan keluar kamar Klien tampak putus asa dan sedih,
Ibu klien mengatakan klien sering klien susah berkosentrasi ketika perawat
mengurung diri dan memandang foto arza bertanya.
Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang tampak kantung mata
berbicara dan terkadang sering teriak tanda-tanda vital
memanggil nama arza. N: 75x/mnt
Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza
S: 370C
telah pergi. TD: 120/80 mmHg
Klien mengatakan sering terbangun dan RR: 24x/mnt
menangis keras memanggil arza
Analisa data
Data Masalah keperawatan
Data subyektif: Duka cita terganggu
Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan
dan keluar kamar
Ibu klien mengatakan klien sering
mengurung diri dan memandang foto arza
Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza.
Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza
telah pergi.
Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza
Data obyektif
wajah tampak kusut,
Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
Data obyektif
Klien tampak lemas
wajah tampak kusut,.
Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
tampak kantung mata
tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
Data obyektif
wajah tampak kusut,
Klien tampak putus asa dan sedih,
klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
Pohon masalah
isolasi sosial
c. Tawar-menawar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
Dengarkan dengan penuh perhatian
Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
Berikan dukungan spiritual
d. Depresi
Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan pasien
Hargai perasaan pasien
Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki
e. Penerimaan
Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang sama
pada saat yang bersamaan.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah masa
berkabung telah dilalui.
Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah (menerima
kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman
STRATEGI PELAKSANAAN
4.Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Jelaskan proses berduka
c. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian
e. Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
f. Teknik komunikasi diam dan sentuhan
g. Perhatikan kebutuhan dasar pasien
4.Tindakan keperawatan
Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan
Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena
merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan
Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat
Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.
b.strategi pelaksanaan
1. Fase pra interaksi
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-
bawa.
2. Fase orientasi
“selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin kesini bu,tampak
nya ibu sedang kesal?ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak kesal,saya akan menemani ibu
selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ? Oww..baiklah kalau
begitu.”
Naskah role play tentang kehilangan dan kematian. Menurut Bawly dan Parks tahap
kesedihan karena kehilangan atau kematian sebagai berikut:
1. Syok dan hilang rasa
2. Mencari dan merindukan
3. Disorganisasi (tidak menerima kenyataan)
4. Reorganisasi (tahapan penerima kenyataan )
Berikut ini adalah Naskah Role play sesuai dengan tahapan kesedihan dan kematian
menurut Bawly dan Parks.
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami
bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila
Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru
saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal
mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu. Ningrum pun tidak boleh bekerja apa
pun dirumah, pekerjaan rumah sementara waktu dikerjakan oleh pembantu mereka. Setelah dua
minggu mengambil cuti Arza pun kembali bekerja, dia bekerja di sebuah perusahaan dan tempat
kerja dengan rumah barunya pun lumayan jauh. Suatu hari di teras rumah..
Arza : sayang abang berangkat kerja dulu ya.. sayang hati-hati dirumah, kalau ada apa-
apa segera telpon abang ya.. istirahat aja jangan capek-capek..
Ningrum : iya abang.. abang juga hati-hati ya.. cepat pulang loh.. (dengan nada manja)
Arza : iya sayang... (sambil mencubit hidung istrinya)..
Ningrum : daa abang...
Setelah itu pun Ningrum masuk kembali ke dalam rumah. Sementara itu Arza yang
sedang diperjalanan terus terbayang wajah sang istri.. ketika Arza samapi di kantor..
Deka : woii... sob.. apa kabar..
Arza : baik sobb..
Deka : gimana honeymoon nya?
Arza : sukses donk.. tunggu aja pemberitahuan selanjutnya.. (sambil main mata)
Deka : hahaha ok2.. selamat bekerja kembali yaa..
Arza : ok..
Setelah jam kerja usai, Arza bergegas siap-siap dan pulang, yang dipikirkan sedang apa
istrinya dirumah.. karena terlalu gembira dan ingin cepat sampai dirumah, Arza kurang hati-hati
dalam mengendarai mobilnya, dan dia mengalami kecelakaan tabrakan dengan mobil.. dan oleh
warga sekitar Arza dilarikan kerumah sakit terdekat. Sementara itu dirumah..
Prannnggggg....... gelas yang dipegang Ningrum jatuh dan pecah.
Ningrum : duh ada apa ini, kok perasaan ku gak enak gini, ada apa yaa.. (dengan
nada khawatir).
Tidak lama kemudian... kringgggggggg... telpon rumah berbunyi, dan Ningrum pun
bergegas mengangkat telpon itu..
Ningrum : halo.. dengan siapa ini?
RS : selamat malam ibu.. benar ini dengan ibu Ningrum, istri bapak Arza?
Ningrum : ya benar.. ada yang bisa saya bantu?
RS : begini bu Ningrum, suami ibu sekarang lagi dirawat dirumah sakit karena kecelakaan.
Ningrum : masya allah... (sambil menangis).. di Rumah sakit mana ini??
RS : Rumah sakit Setia Budi.
Ningrum : ya.. ya. Saya akan segera kesana (masih sambil menangis dan gugup)
Kemudian Ningrum menghubungi mamanya..
Ningrum : halo ma...
Mama : halo Ningrum... kamu kenapa? Kenapa menangis?
Ningrum : bang Arza kecelakaan ma, sekarang lagi di rumah sakit Setia Budi..
Mama : masya allahh... Nigrum.. halo.. haloo.. nak... Ningrum kamu tunggu disitu ya,
mama segera kerumah kamu, nanti kita berangkat sama-sama, jangan kamu pergi sendiri
keadaan kamu tidak memungkinkan.. tunggu mama..
Ningrum : iya ma..
Kemudian telpon pun terputus.. sesaat kemudian, mama Ningrum sudah sampai dan langsung
masuk..
Mama : Ningrum.. Ningrum...
Ningrum : ya ma.. (dengan badan yang lemas)
Mama : ayo kita berangkat (sambil menuntun Ningrum yang tampak syok berat)
Ketika tiba dirumah sakit Setia Budi.. Mama Ningrum, dan Ningrum segera menanyakan
kepada petugas disitu diruang mana Arza dirawat.. ketika sampai didepan kamar Arza, keluar
seorang dokter. Kemudian dokter itu memanggil salah seorang keluarganya untuk ikut keruangan
dokter tersebut, dan yang ikut adalah mama Ningrum. Sementara itu Ningrum menunggu
didepan kamar suaminya. Sementara itu diruangan dokter..
Mama : bagaimana dok keadaan menantu saya?
Dokter : keadaannya kritis bu.. pasien banyak kehilangan darah.. kemungkinan untuk
hidupnya sangat tipis..
Mama : dok tolong selamatkan menantu saya dok, apapun itu caranya.. tolong dok..
Dokter : pasti bu.. kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk menantu ibu.. ibu bantu
doa saja ya..
Mama : iya dok..
kemudian mama ningrum pun kembali ke tempat ningrum..
Ningrum : ma.. bagaimana keadaan bang Arza ma?
Mama : bang Arza baik-baik aja sayang, (sambil menahan air mata)
Ketika pagi hari mama ningrum terbangun karena ada suara langkah kaki masuk kekamar
Arza, dilihatnya putrinya tertidur di bahunya.. ketika dokter keluar..
Dokter : ibu maaf.. ibu mohon yang sabar ya.. bapak Arza sudah dipanggil yang diatas..
kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi tetap yang di atas berkehendak lain..
Mama : inalillahi wa inailaihirojiun... Ningrum... Ningrum bangun nak..
Ningrum : ya ma... ada apa ma.. bang Arza siuman?
Mama : sabar ya nak.. yang tabah..
Seketika Ningrum langsung tak sadarkan diri, dia syok berat mendapati sang suami yang
telah pergi meninggal dunia.. dan ketika Ningrum siuman , dia sudah mendapati dirinya berada
dikamarnya, namun seketika ingat akan suaminya dia histeris..
Ningrum : bang Arzaaaaaaa..... (menangis histeris sambil berteriak-teriak).. bang...
Kemudian mama dan papanya Ningrum pun masuk.
Mama : sabar nak... sabar.. tenangkan hatimu..
Ningrum : maa... bang Arza udah pulang kerja kan ma? Dimana dia ma? Mama...
Mama : (sambil menangis).. nak tabahkanlah hatimu.. Arza sudah pergi meniggalkan kita
sayang..
Ningrum : gak mungkin maa.. bang Arza tadi pagi pamitan berangkat kerja kok sama
ningrum...
Kemudian sang mama pun memapah Ningrum keruang tamu yang sudah ramai oleh
tetangga dan sanak keluarga yang bertakjiah. Namun seketika itu juga Ningrum kembali pingsan.
Setelah proses pemakaman selesai keluarga Ningrum dan Arza pun berunding, bagaimana kalau
sebaiknya Ningrum ini diboyong kerumah mamanya saja, bagaimana pun Ningrum tengah hamil
muda dan jiwanya sedang tergoncang. Seluruh keluarga pun menyetujuinnya. Tiba-tiba Ningrum
keluar dan mencari suaminya..
Ningrum : ma.. bang Arza dimana?
Seketika itu mamanya pun terisak-isak dan mengajak Ningrum duduk bersama-
sama dengan keluarga.
Mama : Ningrum sayang.. kamu harus kuat.. Didalam rahimmu sedang tumbuh Arza
kecil yang akan menemani hari-harimu.. jadi jagalah dia sayang.. kamu tidak boleh seperti ini
terus.. istighfar nak..
Ningrum : (sambil terisak) Astagfirullah halazim... Astagfirullah halazim..
Setelah beberapa saat terdiam..
Ningrum : maafkan Ningrum bang Arza, Ningrum akan selalu jaga anak kita ini, Ningrum
akan rawat dia sebaik mungkin, dia adalah hadiah terindah buat Ningrum.. Ningrum janji ga
akan nagis lagi bang.. semoga abang tenang disana.. Ningrum tidak akan melupakan abang
karena abang selalu di hati Ningrum..
Sejak hari itu, Ningrum tinggal bersama keluarganya.. dan dia pun menjaga dan merawat
kehamilannya dengan baik.. dia sudah bisa menerima kehilangan Arza..
BAB IV
KESIMPULAN
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.Berduka
diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku
berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5
katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri
sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51,
membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi
dan penerimaan.
B. Saran
Saran untukmemperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagaiberikut:
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan,
harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhanmaslow ataupun kegawatan dari masalah.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun yang
tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
DAFTAR PUSTAKA