Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

DOSEN MATA KULIAH:

Sulastri, M.Kep.,Sp. Jiwa

DUSUSUN OLEH :

1. Novita Rindiyanti (1914301010)


2. Delfi Treesia Lona (1914301012)
3. Salsabila Indah P. (1914301013)
4. Erisa Ayuningtias (1914301014)

REGULER 1, TINGKAT 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panajtkan kepada kehadirat Tukan Yang Maha Esa yang telah
membeikan rahmat serta karnia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Kehilangan Dan Berduka” Pada mata kuliah Keperawatan
Jiwa di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk
itu dalam kesempatan ini kami terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan
penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif sehingga kami
dapat menyempurnakan makalah ini.

Bandar Lampung, 22 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kehilangan Dan Berduka
2.2 Tanda Dan Gejala Kehilangan
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan
2.4 Saja Tipe Kehilangan
2.5 Jenis-Jenis Kehilangan
2.6 Fase-fase Kehilangan dan Berduka
2.7 Rentang Respon Kehilangan
2.8 Teori Proses Berduka
BAB III ASKEP KEHILANGAN DAN BERDUKA
A.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang
sifatnya unuk bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan
berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kuerang enak atau
nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan
masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit maju. Dimana
individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentukan kepada orang
lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar pagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperhensif. Kurang memperhatikan
perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang
tidak tepat (Suseno, 2004).
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
berduka. Ketika merawat klien dan keluarga, perawat juga mengalami kehilangan pribadi
ketika hubungan klien-keluarga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan, atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi
seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan
kematian (Potter&Perry, 2005)

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas penulis dapat menentukan rumusan masalah yaitu sebagai
berikut.
1.1.1. Apa yang dimaksud dengan Kehilangan dan Berduka?
1.1.2. Apa tanda dan gejala kehilangan?
1.1.3. Apa faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan?
1.1.4. Apa saja tipe kehilangan?
1.1.5. Apasajakah jenis-jenis kehilangan?
1.1.6. Bagaimanakah fase-fase kehilangan dan berduka?
1.1.7. Bagaimanakah rentang respon Kehilangan?
1.1.8. Bagaimanakah teori proses berduka?

1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas penulis dapat menentukan tujuan makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1.1.1. Untuk mengetahui pengertian Kehilangan dan Berduka
1.1.2. Untuk mengetahui tanda dan gejala kehilangan
1.1.3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan
1.1.4. Untuk mengetahui saja tipe kehilangan
1.1.5. Untuk mengetahui jenis-jenis kehilangan
1.1.6. Untuk mengetahui fase-fase kehilangan dan berduka
1.1.7. Untuk mengetahui rentang respon Kehilangan
1.1.8. Untuk mengetahui teori proses berduka
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kehilangan Dan Berduka


Kehilangan dan beruduka merupakan bagian intergral dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
mendadak atau bertahap, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu kejadian individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudianmenjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert, 1985).
Berduka adalah repon emosional yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasika adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian. NANDA merumuskan ada dua
tipe berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka antisipasi
adalah suatu status pengalaman individu yang reponnya dibesar-besarkan saat individu
kehilangan secara aktual, maupun potensial, hubungan, objek, dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.

2.2 Tanda Dan Gejala Kehilangan


1. Ungkapan kehilangan
2. Menangis
3. Gangguan tidur
4. Kehilangan nafsu makan
5. Sulit konsentrasi
6. Karakteristik berduka yang berkepanjangan, yaitu :
 Mengingkari kenyataan kehilangan terjadi dalam waktu lama
 Sedih berkepanjangan
 Adanya gejala fisik yang berat (keinginan untuk bunuh diri)
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. Kepercayaan/spiritual
4. Peran seks
5. Status sosial ekonomi
6. Kondisi fisik dan prikologi individu

2.4 Tipe Kehilangan


Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Aktual/Nyata
Jenis kehilangan yang mudah dikenali atau diidentifikasi oleh orang lain. (Amputasi,
Kematian orang yang sangat dicintai/berarti).

2. Persepsi
Jenis kehilangan ini hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan.
(seseorang yang berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
bebebasannya menjadi menurun)

2.5 Jenis-Jenis Kehilangan


Jenis-jenis kehilangan terbagi menjadi 5 kategori, yaitu sebagai berikut.
1. Kehilangan Seseorang yang Dicintai
Kehilangan orang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah
salah satu yang paling membuat stres dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan yang
mana harus ditanggung seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa
dan tidak dapat ditutupi.
2. Kehilangan yang Ada Pada Diri Sendiri (Loss Of Self)
Kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi
perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam
kehidupan, dan dampaknya. Beberapa aspek lain yang dapat kehilangan dari seseorang
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

3. Kehilangan Objek Eksternal


Kehilangan objek eksternal misalnya, kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang, atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

4. Kehilangan Lingkungan yang Sangat Dikenal


Kehilangan diartikan dengan terpisahnya lingkungan yang sangat dikenal dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara
permanen. Misalnya, pindah ke kota lain, maka anak memiliki tetangga yang baru dan
proses penyesuaian baru.

5. Kehilangan Kehidupan/Meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang sekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian.

2.6 Fase-fase Kehilangan dan Berduka


1. Fase Penyangkalan (Denial)
2. Fase Marah (Anger)
3. Fase Depresi
4. Fase penerimaan
2.7 Rentang Respon Kehilangan
Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).
1. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau
mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “
Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau
keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi
ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
2. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan
Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang
lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar,
menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering
terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke
fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan
dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “.
Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja
yang sakit, bukan anak saya”.
4. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat
penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan
bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih,
dorongan libido manurun.
5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat
kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah
menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang
mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru.
Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang
ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia
akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas.
Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang
dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka
pikir dan rasakan adalah :
         Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
         Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
         Perilaku koping yang adekuat selama proses

a.   Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1)      Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2)      Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu
yang mengalami gangguan fisik
3)      Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh
masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4)      Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang
berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan
kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5)      Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya
diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.

b.         Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih
sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial
antara lain meliputi;
1)      Kehilangan kesehatan
2)      Kehilangan fungsi seksualitas
3)      Kehilangan peran dalam keluarga
4)      Kehilangan posisi di masyarakat
5)      Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6)      Kehilangan kewarganegaraan

c.       Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial,
Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk
menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering
ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping
tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.

d.      Respon Spiritual
1)      Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2)      Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3)      Tidak memilki harapan; kehilangan makna

e.       Respon Fisiologis
1)      Sakit kepala, insomnia
2)      Gangguan nafsu makan
3)      Berat badan turun
4)      Tidak bertenaga
5)      Palpitasi, gangguan pencernaan
6)      Perubahan sistem imune dan endokrin

f.       Respon Emosional
1)      Merasa sedih, cemas
2)      Kebencian
3)      Merasa bersalah
4)      Perasaan mati rasa
5)      Emosi yang berubah-ubah
6)      Penderitaan dan kesepian yang berat
7)      Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang
8)      Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9)      Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

g.      Respon Kognitif
1)      Gangguan asumsi dan keyakinan
2)      Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3)      Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4)      Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.

h.      Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1)      Menangis tidak terkontrol
2)      Sangat gelisah; perilaku mencari
3)      Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4)      Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah
meninggal.
5)      Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
6)      Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7)      Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8)      Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

2.      Analisa data

1)      Merasa putus asa dan kesepian


2)      Kesulitan mengekspresikan perasaan
3)      Konsentrasi menurun
      Data objektif:
1)      Menangis
2)      Mengingkari kehilangan
3)      Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
4)      Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
5)      Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

3.      Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang
berdasarkan pada pada tipe kehilangan. diagnosa keperawatan yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a)    Duka cita
b)    Duka cita terganggu
c)    Risiko duka cita terganggu

4.      Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka :
a)    Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
b)    Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c)    Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
d)    Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e)    Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f)     Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g)    Gunakan komunikasi yang efektif.

1)      Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka


2)      Dorong penjelasan
3)      Ungkapkan hasil observasi
4)      Gunakan refleksi
5)      Cari validasi persepsi
6)      Berikan informasi
7)      Nyatakan keraguan
8)      Gunakan teknik menfokuskan
9)      Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirat
h.         Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
1)      Kehadiran yang penuh perhatian
2)      Menghormati proses berduka klien yang unik
3)      Menghormati keyakinan personal klien
4)      Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
5)      Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan kehilangan
  i.          Prinsip Intervensi  Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
1)      Bina dan jalin hubungan saling percaya
2)      Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan dengan
pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3)      Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4)      Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5)      Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6)      Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7)      Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8)      Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a)    Fase Pengingkaran
         Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
         Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan memberikan
jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.

b)    Fase marah


         Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawan
dengan kemarahan.
c)    Fase tawar menawar
         Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
d)    Fase depresi
         Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
         Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e)    Fase penerimaan
         Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.

j.        Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan


1)    Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama masa
berduka.
2)    Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
3)    Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang diperhatikan oleh
orang lain.
4)    Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.

k.      Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan  (Kematian Anak)


1)    Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2)    Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
3)    Menyiapkan perangkat kenangan.
4)    Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
5)    Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta
Tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.
5.      Evaluasi
a.       Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b.      Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
c.       Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
d.      Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan
e.       Klien mampu minum obat dengan cara yang benar

Tinjauan kasus
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami
bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila
Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru
saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal
mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada suatu hari arzamengalami
kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum mengatakan Hal ini membuat
ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia
mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering
teriak memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu
dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian ningrum tampak
lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika
perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N: 75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80
mmHg RR: 24x/mnt

Data Fokus
Data subyektif Data obyektif
         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat          Klien tampak lemas
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan         wajah tampak kusut,
dan keluar kamar          Klien tampak putus asa dan sedih,
         Ibu klien mengatakan klien sering          klien susah berkosentrasi ketika perawat
mengurung diri dan memandang foto arza bertanya.
         Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang         tampak kantung mata
berbicara dan terkadang sering teriak tanda-tanda vital
memanggil nama arza.          N: 75x/mnt
         Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza
         S: 370C
telah pergi.          TD: 120/80 mmHg
         Klien mengatakan sering terbangun dan          RR: 24x/mnt
menangis keras memanggil arza

Analisa data
Data Masalah keperawatan
Data subyektif: Duka cita terganggu
         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan
dan keluar kamar
         Ibu klien mengatakan klien sering
mengurung diri dan memandang foto arza
         Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza.
         Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza
telah pergi.
         Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza

Data obyektif
         wajah tampak kusut,
         Klien tampak putus asa dan sedih,
         klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
tanda-tanda vital
         N: 75x/mnt
         S: 370C
         TD: 120/80 mmHg
         RR: 24x/mnt

Data Masalah keperawatan


Data subyektif Ketidak efektian koping
         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan
dan keluar kamar
         Ibu klien mengatakan klien sering
mengurung diri dan memandang foto arza
         Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza.
         Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza
telah pergi.
         Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza

Data obyektif
         Klien tampak lemas
         wajah tampak kusut,.
         Klien tampak putus asa dan sedih,
         klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
         tampak kantung mata
tanda-tanda vital
         N: 75x/mnt
         S: 370C
         TD: 120/80 mmHg
         RR: 24x/mnt

Data Masalah keperawatan


Data subyektif: Isolasi sosial
         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan
dan keluar kamar
         Ibu klien mengatakan klien sering

Data obyektif
         wajah tampak kusut,
         Klien tampak putus asa dan sedih,
         klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
tanda-tanda vital
         N: 75x/mnt
         S: 370C
         TD: 120/80 mmHg
         RR: 24x/mnt
Pohon masalah

isolasi sosial

Duka cita terganggu


 

Ketidak efektifan koping individu


 

Kehilangan: orang yang di cintai


Intervensi
Tujuan umum:
Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
Tujuan khusus:
1.     Mampu mengungkapkan perasaan berduka
2.     Menjelaskan makna kehilangan
3.     Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
4.     Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
5.     Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
6.     Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
7.     Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
8.     Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
9.     Klien dapat menerima kehilangan
10.    Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

TAHAP    TINDAKAN KEPERAWATAN


a.    Mengingkari   
•        Jelaskan proses berduka
•        Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
•        Mendengarkan dengan penuh perhatian
•        Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
•        Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta
•        Teknik komunikasi diam dan sentuhan
•        Perhatikan kebutuhan dasar pasien
b.    Marah   
         Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan
         Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena
merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan 
         Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
         Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat
         Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya. 

c.    Tawar-menawar 
         Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
         Dengarkan dengan penuh perhatian
         Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
         Berikan dukungan spiritual

d.    Depresi   
         Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
         Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
         Beri  dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan pasien
         Hargai perasaan pasien
         Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
         Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

e.    Penerimaan  
         Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
         Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang sama
pada saat yang bersamaan.
         Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana  kegiatan yang akan dilakukan setelah masa
berkabung telah dilalui.
         Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah (menerima
kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah utama    : kehilangan dan berduka


Pertemuan ke    : 1
(respon mengingkari terhadap kematian suami)
a.proses keperawatan
1.Kondisi        :  klien tampak menangis terus dan tampak lemah
2.Diagnosa        :  Duka cita  terganggu
3.TUK         :
1.     Klien dapat membina hubungan saling percaya
2.     Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka

4.Tindakan keperawatan :
a.     Bina hubungan saling percaya
b.     Jelaskan proses berduka
c.      Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
d.     Mendengarkan dengan penuh perhatian
e.      Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
f.       Teknik komunikasi diam dan sentuhan
g.     Perhatikan kebutuhan dasar pasien

c.      Strategi pelaksanaan


1.     Fase pra interaksi
Perawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat , pekerjaan , pendidikan ,
agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan (RKS,RKD.RKK).Perawat telah siap melakukan tugas
nya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.
2.     Fase orientasi
”selamat pagi, bu ningrum. bagaimana perasaan ibu sekarang? Perkenalkan buk Saya perawat A .
jadi buk hari ini saya akan membantu ibu untuk melewati masalah ibu. Bagaimana ibu apa ibu
punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya akan menemani ibu sampai kemakam sampai prosesi
pemakaman nya selesai ya bu.”
3.     Fase kerja
“apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan perasaan ibu saat
ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu sudah kehendak dari yang kuasa,
kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan menerima semua ini, ibu mau minum? Saya
ambilkan... ya. Bagaimana dengan makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak lemas,”apakah ibu
mau kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...
4.     Fase terminasi
“setelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak tampak sedih .saya
akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan istirahat ya.nanti,dua hari lagi saya
akan datang kesini lagi ya bu,dijam yang sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.”

Masalah utama    : kehilangan dan berduka


Pertemuan ke    :  2
(respon marah terhadap kematian suami)
a.proses keperawatan
1.Kondisi        :  klien masih tampak sedih dan menyendiri
2.Diagnosa        :  Duka cita terganggu
3.TUK         :
3.     Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
4.     Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif

4.Tindakan keperawatan
         Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan
         Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena
merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan
         Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
         Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat
         Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

b.strategi pelaksanaan
1.     Fase pra interaksi
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-
bawa.
2.     Fase orientasi
“selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin kesini bu,tampak
nya ibu sedang kesal?ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak kesal,saya akan menemani ibu
selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ? Oww..baiklah kalau
begitu.”

3.     Fase kerja


“Apa yang membuat ibu kesal?apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang telah ibu lakukan
untuk mengatasi kekesalan ibu?baiklah bu.saya mengerti,ada beberapa cara untuk meredakan
kekesalan ibu,yaitu tarik nafas dalam,istigfar,berwudhu ,shalat ,dan bercakap- cakap dengan
anggota keluarga ibu yang lain.
ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi
ibu untuk dapat mengatasi kekesalan ibu.”
4.     Fase terminasi
“nah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi ya bu? mau coba
cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini?
membahas tentang perasaan ibu lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya mohon
pamit dulu ya bu,sampai jumpa.”
Naskah Role play Kehilangan dan Kematian Suami atau Istri
Menurut Teori Bawly dan Parks

Naskah role play tentang kehilangan dan kematian. Menurut  Bawly dan Parks tahap
kesedihan karena kehilangan atau kematian sebagai berikut:
1.      Syok dan hilang  rasa
2.      Mencari dan merindukan
3.      Disorganisasi (tidak menerima kenyataan)
4.      Reorganisasi (tahapan penerima kenyataan )

Berikut ini adalah  Naskah Role play sesuai dengan tahapan kesedihan dan  kematian
menurut Bawly dan Parks.
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami
bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila
Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru
saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal
mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu. Ningrum pun tidak boleh bekerja apa
pun dirumah, pekerjaan rumah sementara waktu dikerjakan oleh pembantu mereka. Setelah dua
minggu mengambil cuti Arza pun kembali bekerja, dia bekerja di sebuah perusahaan dan tempat
kerja dengan rumah barunya pun lumayan jauh. Suatu hari di teras rumah..
Arza             : sayang abang berangkat kerja dulu ya.. sayang hati-hati dirumah, kalau ada apa-
apa segera telpon abang ya.. istirahat aja jangan capek-capek..
Ningrum          : iya abang.. abang juga hati-hati ya.. cepat pulang loh.. (dengan nada manja)
Arza                : iya sayang...  (sambil mencubit hidung istrinya)..
Ningrum          : daa abang...

Setelah itu pun Ningrum masuk kembali ke dalam rumah. Sementara itu Arza yang
sedang diperjalanan terus terbayang wajah sang istri.. ketika Arza samapi di kantor..
Deka                : woii... sob.. apa kabar..
Arza                : baik sobb..
Deka                : gimana honeymoon nya?
Arza                : sukses donk.. tunggu aja pemberitahuan selanjutnya.. (sambil main mata)
Deka                : hahaha ok2.. selamat bekerja kembali yaa..
Arza                : ok..

Setelah jam kerja usai, Arza bergegas siap-siap dan pulang, yang dipikirkan sedang apa
istrinya dirumah..  karena terlalu gembira dan ingin cepat sampai dirumah, Arza kurang hati-hati
dalam mengendarai mobilnya, dan dia mengalami kecelakaan tabrakan dengan mobil.. dan oleh
warga sekitar Arza dilarikan kerumah sakit terdekat. Sementara itu dirumah..
Prannnggggg....... gelas yang dipegang Ningrum jatuh dan pecah.
Ningrum            : duh ada apa ini, kok perasaan ku gak enak gini, ada apa yaa.. (dengan
nada khawatir).
Tidak lama kemudian... kringgggggggg... telpon rumah berbunyi, dan Ningrum pun
bergegas mengangkat telpon itu..
Ningrum          : halo.. dengan siapa ini?
RS                   : selamat malam ibu.. benar ini dengan ibu Ningrum, istri bapak Arza?
Ningrum          : ya benar.. ada yang bisa saya bantu?
RS           : begini bu Ningrum, suami ibu sekarang lagi dirawat dirumah sakit karena kecelakaan.
Ningrum          : masya allah... (sambil menangis).. di Rumah sakit mana ini??
RS                   : Rumah sakit Setia Budi.
Ningrum          : ya.. ya. Saya akan segera kesana (masih sambil menangis dan gugup)
Kemudian Ningrum menghubungi mamanya..
Ningrum          : halo ma...
Mama              : halo Ningrum... kamu kenapa? Kenapa menangis?
Ningrum          : bang Arza kecelakaan ma, sekarang lagi di rumah sakit Setia Budi..
Mama              : masya allahh... Nigrum.. halo.. haloo.. nak... Ningrum kamu tunggu disitu ya,
mama segera kerumah kamu, nanti kita berangkat sama-sama, jangan kamu pergi sendiri
keadaan kamu tidak memungkinkan.. tunggu mama..
Ningrum          : iya ma..
Kemudian telpon pun terputus.. sesaat kemudian, mama Ningrum sudah sampai dan langsung
masuk..
Mama              : Ningrum.. Ningrum...
Ningrum          : ya ma.. (dengan badan yang lemas)
Mama              : ayo kita berangkat (sambil menuntun Ningrum yang tampak syok berat)

Ketika tiba dirumah sakit Setia Budi.. Mama Ningrum, dan Ningrum segera menanyakan
kepada petugas disitu diruang mana Arza dirawat.. ketika sampai didepan kamar Arza, keluar
seorang dokter. Kemudian dokter itu memanggil salah seorang keluarganya untuk ikut keruangan
dokter tersebut, dan yang ikut adalah mama Ningrum. Sementara itu Ningrum menunggu
didepan kamar suaminya. Sementara itu diruangan dokter..
Mama              : bagaimana dok keadaan menantu saya?
Dokter          : keadaannya kritis bu.. pasien banyak kehilangan darah.. kemungkinan untuk
hidupnya sangat tipis..
Mama              : dok tolong selamatkan menantu saya dok, apapun itu caranya.. tolong dok..
Dokter         : pasti bu.. kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk menantu ibu.. ibu bantu
doa saja ya..
Mama              : iya dok..
kemudian mama ningrum pun kembali ke tempat ningrum..
Ningrum          : ma.. bagaimana keadaan bang Arza ma?
Mama              : bang Arza baik-baik aja sayang, (sambil menahan air mata)

Ketika pagi hari mama ningrum terbangun karena ada suara langkah kaki masuk kekamar
Arza, dilihatnya putrinya tertidur di bahunya.. ketika dokter keluar..
Dokter           : ibu maaf.. ibu mohon yang sabar ya.. bapak Arza sudah dipanggil yang diatas..
kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi tetap yang di atas berkehendak lain..
Mama              : inalillahi wa inailaihirojiun... Ningrum... Ningrum bangun nak..
Ningrum          : ya ma... ada apa ma.. bang Arza siuman?
Mama              : sabar ya nak.. yang tabah..

Seketika Ningrum langsung tak sadarkan diri, dia syok berat mendapati sang suami yang
telah pergi meninggal dunia.. dan ketika Ningrum siuman , dia sudah mendapati dirinya berada
dikamarnya, namun seketika ingat akan suaminya dia histeris..
Ningrum          : bang Arzaaaaaaa..... (menangis histeris sambil berteriak-teriak).. bang...
Kemudian mama dan papanya Ningrum pun masuk.
Mama              : sabar nak... sabar.. tenangkan hatimu..
Ningrum          : maa... bang Arza udah pulang kerja kan ma? Dimana dia ma? Mama...
Mama           : (sambil menangis).. nak tabahkanlah hatimu.. Arza sudah pergi meniggalkan kita
sayang..
Ningrum      : gak mungkin maa.. bang Arza tadi pagi pamitan berangkat kerja kok sama
ningrum...

Kemudian sang mama pun memapah Ningrum keruang tamu yang sudah ramai oleh
tetangga dan sanak keluarga yang bertakjiah. Namun seketika itu juga Ningrum kembali pingsan.
Setelah proses pemakaman selesai keluarga Ningrum dan Arza pun berunding, bagaimana kalau
sebaiknya Ningrum ini diboyong kerumah mamanya saja, bagaimana pun Ningrum tengah hamil
muda dan jiwanya sedang tergoncang. Seluruh keluarga pun menyetujuinnya. Tiba-tiba Ningrum
keluar dan mencari suaminya..
Ningrum          : ma.. bang Arza dimana?

Seketika itu mamanya pun terisak-isak dan mengajak Ningrum duduk bersama-
sama dengan keluarga.
Mama                : Ningrum sayang.. kamu harus kuat.. Didalam rahimmu sedang tumbuh Arza
kecil yang akan menemani hari-harimu.. jadi jagalah dia sayang.. kamu tidak boleh seperti ini
terus.. istighfar nak..
Ningrum          : (sambil terisak) Astagfirullah halazim... Astagfirullah halazim..
Setelah beberapa saat terdiam..
Ningrum      : maafkan Ningrum bang Arza, Ningrum akan selalu jaga anak kita ini, Ningrum
akan rawat dia sebaik mungkin, dia adalah hadiah terindah buat Ningrum.. Ningrum janji ga
akan nagis lagi bang.. semoga abang tenang disana.. Ningrum tidak akan melupakan abang
karena abang selalu di hati Ningrum..
Sejak hari itu, Ningrum tinggal bersama keluarganya.. dan dia pun menjaga dan merawat
kehamilannya dengan baik.. dia sudah bisa menerima kehilangan Arza..
BAB IV

KESIMPULAN

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.Berduka
diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku
berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5
katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri
sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51,
membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi
dan penerimaan.

B.       Saran
Saran untukmemperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagaiberikut:
1.    Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.
2.    Dalam perumusan diagnose keperawatan,
harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhanmaslow ataupun kegawatan dari masalah.
3.    Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun yang
tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

 Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian


dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman


Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai