Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N
DENGAN KASUS KEHILANGAN DAN BERDUKA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. Dea Putri Eka Nurulita ( P1337420418009 )
2. Dyan Nuarini ( P1337420418019 )
3. Yulis Septiana ( P1337420418039 )
4. Fiola Armylia Devi ( P1337420418041 )
5. Dhea Lupitasari ( P1337420418047 )
6. Hanawati ( P1337420418049 )
7. Ega Veriyanti ( P1337420418065 )
8. Indang Sri Wighati ( P1337420418083 )
9. M. Khoirur Umam ( P1337420418084 )
10. Irma Rusdiana ( P1337420418089 )
11. Nurul Fadia O. ( P1337420418095 )
Tingkat : 2A
Dosen Pengampu : Siswoko.,S.Kep.,Ns.,M.Kes.

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


D III KEPERAWATAN BLORA
Tahun Ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah mata kuliah Keperawatan yang berjudul ”Asuhan
Keperawatan Pada Ny. N Dengan Kasus Kehilangan Dan Berduka“
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada :
1. Siswoko.,S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa yang
telah meluangkan waktu dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka
penyelesaian penyusunan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Keperawatan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Blora, 19 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.………..………………………………………………............................. i
Daftar Isi …………...…………….…………………………………................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …….…….……………........……………......................................
1.2 Rumusan Masalah……………….....…………………….......................................
1.3 Tujuan..................................…………………..…………......................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
2.1 Pengertian Kehilangan dan Berduka...................…………….……...........…........
2.2 Manifestasi Klinis Kehilangan…...………………….…….…...............................
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan.........................................
2.4 Tipe Kehilangan......................................................................................................
2.5 Jenis-jenis Kehilangan............................................................................................
2.6 Fase-fase Kehilangan dan Berduka........................................................................
B. Konsep Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka..............................
C. Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Kasus Kehilangan Dan Berduka......
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………........…....................................
3.2 Saran………………………………….......………………………...................
DAFTAR PUSTAKA………...…………………...………………….............................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan
berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau
nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan
masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi-sedikit mulai maju.
Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada
orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang
memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Perawat berkerja sama dengan klien yang
mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan
mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,
mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi
ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi
seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan
kematian (Potter & Perry, 2005)
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian kehilangan dan berduka?
b. Apa tanda dan gejala kehilangan?
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan?
d. Apa saja tipe kehilangan?
e. Apa saja jenis-jenis kehilangan?
f. Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan
berduka?

1.3 TUJUAN
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang :
1. Apa pengertian kehilangan dan berduka.
2. Apa tanda dan gejala kehilangan.
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.
4. Apa saja tipe kehilangan.
5. Apa saja jenis-jenis kehilangan.
6. Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan
berduka.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI

2.1 Pengertian Kehilangan dan berduka


Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisipasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan
bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan ( Lambert, 1985 ).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang
kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Kehilangan merupakan suatu
kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang
dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipeini kadang-kadang menjurus ke tipikal,
abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
2.2 Manifestasi Klinis Kehilangan
a. Ungkapan kehilangan
b. Menangis
c. Gangguan tidur
d. Kehilangan nafsu makan
e. Sulit berkonsentrasi
f. Karakteristik berduka yang berkepanjangan, yaitu:
⁃ Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
⁃ Sedih berkepanjangan
⁃ Adanya gejala fisik yang berat
⁃ Keinginan untuk bunuh diri

2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan


a. Arti dari kehilangan
b. Sosial dan budaya
c. Kepercayaan spritual
d. Peran seks
e. Status sosial ekonomi
f. Kondisi fisik dan psikologi individu

2.4 Tipe Kehilangan


Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi kematian orang yang
sangat berarti/di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya seseorang yang
berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi
menurun.
2.5 Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai.
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan,
yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan
bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau
jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak
emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan diri sendiri, kemampuan
fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri
mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat
hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap
benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian
secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan
proses penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian.
2.6 Fase-fase Kehilangan dan Berduka
1. Fase Berduka Menurut Kubler Rose
⁃ Fase penyangkalan ( Denial )
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan atau individu tidak
percaya, menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi. Pernyataan yang sering
diucapkan adalah “Itu tidak mungkin” atau “Saya tidak percaya”. Seseorang yang
mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya. Tetap merasa bahwa
orang tersebut masih hidup, dia mungkin mengalami halusinasi melihat orang yang
meninggal tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar suaranya.
Perubahan fisik: letih, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, lemah, detak jantung
cepat, menangis, gelisah.
⁃ Fase marah ( Anger )
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan
individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada orang yang berada
dilingkungan nya. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain muka merah,nadi
cepat, susah tidur, tangan mengepal, mau memukul, agresif.
⁃ Fase tawar menawar ( Bergaining )
Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangan, maka
orang tersebut akan maju ketahap tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan,
individu ingin menunda kehilangan dengan berkata ”Seandainya saya hati-hati” atau
“Kalau saja kejadian ini bisa ditunda. Maka saya akan sering berdoa”.
⁃ Fase depresi
Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan merupakan keadaan
yang nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara atau
putus asa dan mungkin sering menangis.
⁃ Fase penerimaan ( Acceptance )
Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya : “Ya, akhirnya
saya harus di operasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh” tanggung
jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih optimal. Secara bertahap
perhatiannya beralih pada objek yang baru, dan pikiran yang selalu terpusat pada objek
atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Jadi, individu yang masuk
pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.
2. Fase kehilangan menurut Engel
 Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat berupa pingsan, diare,
keringat berlebih.
 Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin
mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah, frustasi dan depresi.
 Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan depresi,
sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak ke berkembangnya
keasadaran.

3. Fase berduka menurut Rando


⁃ Penghindaran
Pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan.
⁃ Konfrontasi
Pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang
melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.
⁃ Akomodasi
Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup
dengan kehidupan mereka.
4. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung
pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus
dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin
berlanjut sampai 3-5 tahun.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka

1. Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang
dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang
mereka pikir dan rasakan adalah :
⁃ Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
⁃ Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
⁃ Perilaku koping yang adekuat selama proses
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah :
 Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
 Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik
 Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis,
selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi
situasi kehilangan.
 Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang
berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan
kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991)
 Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang
dihadapi.
b. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih
sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial
antara lain meliputi :
⁃ Kehilangan kesehatan
⁃ Kehilangan fungsi seksualitas
⁃ Kehilangan peran dalam keluarga
⁃ Kehilangan posisi di masyarakat
⁃ Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
⁃ Kehilangan kewarganegaraan

c. Mekanisme Koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial, Represi,
Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk
menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi
sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme
koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.

d. Respon Spiritual
⁃ Kecewa dan marah terhadap Tuhan
⁃ Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
⁃ Tidak memilki harapan; kehilangan makna

e. Respon Fisiologis
⁃ Sakit kepala, insomnia
⁃ Gangguan nafsu makan
⁃ Berat badan turun
⁃ Tidak bertenaga
⁃ Palpitasi, gangguan pencernaan
⁃ Perubahan sistem imun dan endokrin
f. Respon Emosional
⁃ Merasa sedih, cemas
⁃ Kebencian
⁃ Merasa bersalah
⁃ Perasaan mati rasa
⁃ Emosi yang berubah-ubah
⁃ Penderitaan dan kesepian yang berat
⁃ Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang
hilang
⁃ Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
⁃ Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

g. Respon Kognitif
⁃ Gangguan asumsi dan keyakinan
⁃ Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
⁃ Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
⁃ Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah
pembimbing.

h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
⁃ Menangis tidak terkontrol
⁃ Sangat gelisah; perilaku mencari
⁃ Iritabilitas dan sikap bermusuhan
⁃ Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah
meninggal.
⁃ Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
⁃ Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
⁃ Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
⁃ Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
2. Analisa Data
Data Subjektif
a. Merasa putus asa dan kesepian
b. Kesulitan mengekspresikan perasaan
c. Konsentrasi menurun
Data objektif
a. Menangis
b. Mengingkari kehilangan
c. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
d. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
e. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

3. Diagnosa Keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinics
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan pada
pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a. Duka cita
b. Duka cita terganggu
c. Risiko duka cita terganggu

4. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka :
a. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
b. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
d. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g. Gunakan komunikasi yang efektif.
 Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
 Dorong penjelasan
 Ungkapkan hasil observasi
 Gunakan refleksi
 Cari validasi persepsi
 Berikan informasi
 Nyatakan keraguan
 Gunakan teknik menfokuskan
 Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirat
h. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
 Kehadiran yang penuh perhatian
 Menghormati proses berduka klien yang unik
 Menghormati keyakinan personal klien
 Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
 Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan
kehilangan
i. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
 Bina dan jalin hubungan saling percaya
 Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan
dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
 Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
 Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
 Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
 Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
 Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
 Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a) Fase Pengingkaran
⁃ Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
⁃ Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan
memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan dan kematian.
b) Fase marah
⁃ Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal
tanpa melawan dengan kemarahan.
c) Fase tawar menawar
⁃ Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
d) Fase depresi
⁃ Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
⁃ Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e) Fase penerimaan
⁃ Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.
j. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
 Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama
masa berduka.
 Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
 Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang
diperhatikan oleh orang lain.
 Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.
k. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan (Kematian
Anak)
 Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
 Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
 Menyiapkan perangkat kenangan.
 Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
 Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta tempat
mereka minta bantuan bila diperlukan.

5. Evaluasi
a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
c. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
d. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan
e. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN KASUS KEHILANGAN DAN
BERDUKA

A. PENGKAJIAN
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami
bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila
Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru
saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal
mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu. Pada suatu hari arza mengalami
kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum mengatakan, hal ini membuat
ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia
mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu dia sering
terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian ningrum tampak lemas, wajah
tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N : 75x/mnt , S : 370C , TD : 120/80 mmHg RR :
24x/mnt

Data Fokus
Data subyektif Data obyektif
⁃ Ibu klien mengatakan klien merasa sangat ⁃ Klien tampak lemas
terpukul dia terus menangis, tidak mau ⁃ wajah tampak kusut
makan dan keluar kamar ⁃ Klien tampak putus asa dan sedih
⁃ Ibu klien mengatakan klien sering ⁃ Klien susah berkosentrasi ketika perawat
mengurung diri dan memandang foto arza bertanya.
⁃ Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang ⁃ Tampak kantung mata
berbicara dan terkadang sering teriak ⁃ Tanda-Tanda Vital
memanggil nama arza. N: 75x/mnt
⁃ Klien mengatakan bahwa tidak percaya S: 370C
arza telah pergi. TD: 120/80 mmHg
⁃ Klien mengatakan sering terbangun dan RR: 24x/mnt
menangis keras memanggil arza
B. ANALISA DATA
Data Fokus Masalah keperawatan
Data subyektif Duka cita terganggu
⁃ Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar
⁃ Ibu klien mengatakan klien sering
mengurung diri dan memandang foto arza.
⁃ Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza.
⁃ Klien mengatakan bahwa tidak percaya
arza telah pergi.
⁃ Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza

Data obyektif
⁃ Wajah tampak kusut
⁃ Klien tampak putus asa dan sedih
⁃ Klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya
⁃ Tanda-Tanda Vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
Data Fokus Masalah keperawatan
Data subyektif Ketidakefektifan koping
⁃ Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar.
⁃ Ibu klien mengatakan klien sering
mengurung diri dan memandang foto arza
⁃ Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza.
⁃ Klien mengatakan bahwa tidak percaya
arza telah pergi.
⁃ Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza

Data obyektif
⁃ Klien tampak lemas
⁃ Wajah tampak kusut
⁃ Klien tampak putus asa dan sedih
⁃ Klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya
⁃ Tampak kantung mata
⁃ Tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
Data Fokus Masalah keperawatan
Data Subyektif Isolasi sosial
⁃ Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar
⁃ Ibu klien mengatakan klien sering

Data Obyektif
⁃ Wajah tampak kusut
⁃ Klien tampak putus asa dan sedih,
⁃ Klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
⁃ Tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
C. INTERVENSI

 Tujuan umum :
Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
 Tujuan khusus:
1. Mampu mengungkapkan perasaan berduka
2. Menjelaskan makna kehilangan
3. Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
5. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
6. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
7. Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
9. Klien dapat menerima kehilangan
10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

D. IMPLEMENTASI
a. Mengingkari
⁃ Jelaskan proses berduka
⁃ Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
⁃ Mendengarkan dengan penuh perhatian
⁃ Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
⁃ Jangan bantah pengingkaran pasien, tetapi sampaikan fakta
⁃ Teknik komunikasi diam dan sentuhan
⁃ Perhatikan kebutuhan dasar pasien
b. Marah
⁃ Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal
tanpa melawan dengan kemarahan.
⁃ Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal
karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan.
⁃ Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga.
⁃ Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat.
⁃ Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahannya.
c. Tawar-menawar
⁃ Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
⁃ Dengarkan dengan penuh perhatian
⁃ Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
⁃ Berikan dukungan spiritual

d. Depresi
⁃ Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
⁃ Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
⁃ Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan
pasien
⁃ Hargai perasaan pasien
⁃ Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
⁃ Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

e. Penerimaan
⁃ Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
⁃ Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang
sama pada saat yang bersamaan.
⁃ Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah
masa berkabung telah dilalui.
⁃ Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah
(menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

E. EVALUASI

S = - Pasien mengatakan sudah bisa menerima keadaan yang sebenarnya


O = - Pasien bersedia mendengarkan penjelasan dari petugas
- Sudah bisa meredam marah
- Mau berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain
- Pasien tampak tenang
A = Masalah teratasi
P = Pertahankan intervensi
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan. Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau
nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu : Kehilangan seseorang seseorang
yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal,
kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan, membagi respon
berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

B. SARAN
Saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut :
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan, harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan
maslow ataupun kegawatan dari masalah.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun yang
tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman


Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai