Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt., Tuhanseluruhalam, atasrahmatdanhidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah Konsep Kehilangan, Kematian, danBerduka. 0Kami

berterimakasih kepada Ibu Ns. Rodiyanah S.Kep, M. Kes selaku dosen mata kuliah

PSIKOLOGI DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN STIKes BANTEN yang telah

memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkan menambah wawasan

serta pengetahuan kita mengenaikonsepkehilangan, kematiandanberduka.Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang

membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

dimasa depan.

Tangerang Selatan, 09 September 2016

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….................................. . 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………......................... . 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3. Tujuan .......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kehilangan ..............................................……...………………………....................... 6
2.2 Jenis Kehilangan ........................................................................................................... 6
2.3 Dampak Kehilangan ..................................................................................................... 7
2.4 Berduka ......................................................................................................................... 7
2.5 Jenis Beduka ................................................................................................................. 7
2.6 Respon Berduka.... ....................................................................................................... 8
2.7 Sekarat dan Kematian ................................................................................................ 10
2.8 Perubahan Tubuh setelah Kematian ........................................................................ 10
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Masalah Menjelang Kematian dan Kematian......... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 13

3.2 Saran .......................................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang
bersangkutan atau disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar
bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan
persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno,
2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami
dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka
dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah
emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang
sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan.
Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan
dan dukacita.
Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan
pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah kami antara lain:
1. Apakah arti dari kehilangan dan berduka?
2. Apa saja jenis-jenis berduka dan kehilangan?
3. Apa saja dampak dan respon dari berduka dan kehilangan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:

1. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana berduka dan
kehilangan itu.

2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui arti dari berduka dan kehilangan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis berduka dan kehilangan .
3. Untuk mengetahui dampak dan respon berduka dan kehilangan

4
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Kehilangan

Kehilangan (lass) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi
terhadap kehilangan.

Respons terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respons individu


terhadap kehilangan sebelumnya (potterdan perry, 1997).

Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk, sesui nilai dan prioritas yang dipengaruhi
oleh lingkungan seseorang yang, meliputi keluarga, teman, masyarakat dan budaya.
Kehilangan dapat berupa kehilangan yang nyata atau kehilangan yang dirasakan. Kehilangan
yang nyata (actual loss) adalah kehilangan orang atau objek yang tidak lagi dirasakan, dilihat,
diraba, atau dialami seseorang, misalnya anggota tubuh, anak, hubungan, dan peran ditempat
kerja.

Kehilangan yang dirasakan (perceived loss) merupakan kehilangan yang sifatnya unik
menurut orang yang mengalami kedukaan, misalnya kehilangan hrga diri atau percaya diri.

2.2 Jenis kehilangan

1. kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam)

2. kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah, dirawat dirumah sakit
atau berpindah pekerjaan)

3. kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti (misalnya pekerjaan, kepergian anggota
keluarga atau teman dekat, perawat yang dipercaya, atau binatang peliharaan)

4. kehilangan suatu aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik)

5. kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat atau diri sendiri)

5
2.3 Dampak kehilangan

1. pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang,


kadang-kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk ditingggalkan atau dibiarkan
kesepian.

2. pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam
keluarga.

3. pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup, dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.

2.4 Berduka

Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini


diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan didasarkan pada
pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya. Sedangkan
istilah kehilangan (bereavement)mencakup berduka dan berkabung (morning), yaitu perasaan
didalam dan reaksi keluar orang yang ditinggalkan. Berkabung adalah periode penerimaan
terhadap kehilangan dan berduka. Hal ini terjadi dalam masa kehilangan dan sering
dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.

2.5 Jenis berduka

1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian dan menarik diri dari
aktifitas utuk sementara.

2. Berduka antisipatif, yaitu proses ‘melepaskan diri’ yang muncul sebelum kehilangan ataau
kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal,
seseorang akann memulai proses perpisahan dan meyelesaikan berbagai urusan didunia
sebelum ajalnya tiba.

3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,
yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan
dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.

4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakuti secara
terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena AIDS, , mengalami kematian orang
tua tiri, atau ibu yang kehilangan anak kandungnya atau ketika bersalin.

6
2.6 Respons Berduka

Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut (kubler-
Ross, dalam potter dan perry, 1997)

1. Tahap Pengingkaran. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah


syok, tidak percaya,mengerti,atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar
benar terjadi. Sebagai contoh orang atau keluarga dari orang yang menerima diagnosis
terminal akan terus mencari informasi tambahan.

Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan seringkali individu
tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini berlangsung dalam beberapa menit hingga
beberapa tahun.

2. Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarah yang timbul
seringkali di proyeksi kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami
kehilangan juga tidak jarang menunjukan prilaku agresif, berbicara kasar, menyerang
orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak
kompeten. Respons fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, denyut nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya

3. Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran kenyataan


terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk memiliki kesepakatan secara halus
atau terang-terangan seolah-olah kehilangan tersebut dapat di cegah. Individu
mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan
Tuhan.

4. Tahap Depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukan sikap menarik diri,kadang-
kadang bersikap sangat penurut, tidak mau berbicara, menyatakan keputusan, rasa
tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang di
tunjukkan, antara lain menolak makan, susah tidur, letih, turunya dorongan libido, dan
lain-lain.

5. Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.


Pikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang di alaminya dan mulai
memandang ke depan. Gambaran tentang objek atau orang yang hilang akan mulai di
lepaskan bertahap. Perhatiannya akanberalihpadaobjek yang baru.
Apabilaindividudapatmemulaitahaptersebutdanmenerimadenganperasaandamai,
makadiadapatmengakhiri proses
berdukasertadapatmengatasiperasaankehilangansecaratuntas.
Kegagalanuntukmasukketahappenerimaanakanmemengaruhikemampuanindividuterse
butdalammengatasiperasaankehilanganselanjutnya.

7
Secarakhusus, tahan / rentangrespons individual terhadapkedukaanadalah:

a. Tahap Pengingkaran
1. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasannya
dengan cara :
 Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.
 Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang kenyataan dan
kehilangan, apabila sudah siap secara emosional

2. Menunjukan sikap menerima dengan iklas dan mendorong pasien untuk


berbagi rasa dengan cara :
 Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat mengenai hal yang
dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut bisa terjadi pada
orang yang mengalami kehilangan.

3. Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,


pengobatan, dan kematian dengan cara :
 Menjawab pertanyaan pasien dengan bahas yang mudah di mengerti,
jelas, dan tidak berbelit-belit.
 Mengamati dengan cermat repons-respons pasien selama berbicara.
 Meningkatkan kesadaran secara bertahap.

b. Tahap Marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marah secara verbal
tanpa melawan kemarahan tersebut dengan cara :
 Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien sebenarnya
tidak di tujukan kepada mereka.
 Membiarkan pasien menangis.
 Mendorong pasien untuk membicarakan kemarahanya.

c. Tahap Tawar-menawar
Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan cara:
 Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian.
 Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa
bersalahnya.
 Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa
takutnya.

8
d. Tahap Depresi
1) Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan cara :
 Mengamati prilaku pasien dan bersama denganya membahas
perasaanya.
 Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat
risikonya.
2) Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara :
 Menghargai perasaan pasien.
 Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan
mengaitkan terhadap kenyataan.
 Memberi kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan
perasaanya.
 Bersama pasien membahas pikiran negatif yang selalu timbul.

e. Tahap Penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan dengan cara :
 Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
 Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga tidak
berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan.
 Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.
 Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.

2.7 SEKARAT DAN KEMATIAN

Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal, kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga
dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak
secara menetap. Dying dan death memiliki proses atau tahapan yang sama seperti pada
kehilangan dan berduka sesuai dengan tahapan Kubler Ross, yaitu diawali dengan
penolakan,kemarahan,bergaining,deprisi,dan penerimaan.

2.8 Perubahan Tubuh Setelah Kematian

Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya: rigor mortis (kaku),
dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan –
lahan turun, dan post mortemdecomposition, yaitu terjadi livor mortis pada daerah yang
tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri.

9
2.9 Asuhan Keperawatan pada Masalah Menjelang Kematian dan Kematian

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat
menghadapi kematian (sekarat), seperti perlu kajian adanya hilangnya tonus
otot, relaksai otot wajah, kesulitan untuk berbicara, kesulitan menelan,
penurunan aktivitas gastrointestinal, melemahnya tanda sirkulasi, melemahnya
sensasi, terjadi sianosis pada ekstremitas, kulit teraba dingin, terdapat
perubahan tanda vital seperti nadi melambat dan melemah, penuruna tekanan
darah, pernapasan tidak teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori
seperti pandangan kaburdan menurunnya tingkat kesadaran. Pasien yang
mendekati kematian ditandai dengan dilatasi pupil, tidak mampu bergerak,
reflek hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne stroke (napas
terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya terpos terhadap
stimulus eksternal, hilangnya pergerakan otot, dan terhentinya aktivitas otak.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat)
2. Keputusasaan berhubungan dengan penyakit terminal

C. Perencanaan dan Tindakan Keperawatan


Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan tujuan keperawatan adalah
membantu mengurangi deperesi dan ketakutan pasien, mempertahankan
harapan, membantu pasien menerima kenyataan, serta memberikan rasa
nyaman. Rencana yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,antara
lain :
1. Memberi dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan cara
mengatur tempat perawatan, mengatur kunjungan, jadwal aktivitas, dan
penggunaan sumber pelayanan kesehatan.
2. Membantu pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut.
3. Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri
4. Membantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki
5. Membantu pasien menerima kenyataan
6. Memenuhi kebutuhan fisiologis
7. Memberi dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual
pasien

10
D. Tindakan dalam Menghadapi Kematian
1. Perawatan Jenazah
a. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis
b. Singkirkan pakaian atau alat tenun
c. Lepaskan semua alat kesehatan
d. Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
e. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya
(tergantung kepercayaan atau agama)
f. Tempatkan satu bantal dibah kepala
g. Tutup kelopak mata,jika tidak ada tutup bisa menggunakan kapas basah.
h. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulangan hanuk
di bawah dagu
i. Letakkan alas dibawah glutea.
j. Tutup sampai sebatas bahu,kepala ditutup dengan kain tipis.
k. Catat semua milk pasien dan berikan kepada keluarga.
l. Beri kartu atau tanda pengenal.
m. Bungkus jenazah dengan kain panjang

2. Perawatan Jenazah yang Akan Diotopsi


a. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
b. Beri label pada pembungkus jenazah
c. Beri label pada alat protesa yang digunakan
d. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin

3. Perawatan terhadap Keluarga


a. Dengarkan ekspresi keluarga
b. Beri kesempatan bagi keluarga untuk bersama dengan jenazah selama
beberapa saat
c. Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka
d. Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta perencanaan pada
jenazah
e. Beri dukungan jika terjadi difungsi berduka

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat di nilai
dari kemampuan untuk menghadapi atau menerima makna kematian,reaksi
terhadap kematian,dan perubahan perilaku, yaitu menerima arti kematian.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual
maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini
kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi.
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang
dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal,
kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan
kehidupan/meninggal. Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka
dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

3.2 Saran

Dari makalah ini kami memberikan saran antara lain:


1. Seseorang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau
suatu benda dan selalu berduka jika mendapat rejeki.
2. Suatu kehilangan atau berduka harus di syukuri oleh seseorang, khususnya
perawat apabila pasien mendapat musibah atau meninggal dunia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kuliat,Budi Anna (1994).Proses Keperawatan.Jakarta:EGC

Doengoes,Mary,Marlyn(1995).Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan.Edisi 2.Jakarta:EGC

Husain,M.(1993).Pendidikan Keperawatan dan Hubunganya dengan Pengembangan


IPTEK.Bandung:Akper DEPKES RI

13

Anda mungkin juga menyukai