Anda di halaman 1dari 22

Dosen : Ns. Andi Ernawati, M.

Kes

PEMERIKSAAN FISIK SECARA HEAD TO TOE

SERTA SOP

DI SUSUN
OLEH KELOMPOK IV
 AHMAD ZAIFUL
 AZIZ ANANG SAPUTRO
 STELAMARIS GIMBO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2019-2020
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pemeriksaan fisik headto toe .............................................. 3
B. Tujuan .................................................................................................. 4
C. Manfaat ................................................................................................ 4
D. Teknis yang diperlukan dalampengkajian fisik .................................... 4
E. Indikasi ................................................................................................ 8
F. Prosedur tindakan ................................................................................ 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perawat seringkali menjadi orang yang pertama mendeteksi perubahan pada

kondisi klien tanpa memperhatikan latar belakangnya.Oleh karena itu kemampuan

berpikir dan menginterpretasi secara kritis tentang arti perilaku klien dan

perubahan fisik yang ditampilkan merupakan hal yang sangat penting bagi perawat.

keterampilan pengkajian dan pemeriksaan fisik menjadi alat kuat bagi perawat

untuk mendeteksi perubahan baik halus maupun nyata yang terjadi pada kesehatan

klien. Pengkajian fisik memungkinkan perawat untuk mengkaji pola yang

mencerminkan masalah kesehatan dan mengevaluasi perkembangan klien sejalan

dengan terapi.

Perawat bekerja diberbagai tempat, mencari informasi tentang status kesehatan

klien. Pemeriksaan fisik keperawatan pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan

model keperawatan yang berfokus pada respon yang ditimbulkan pasien akibat

adanya masalah kesehatan atau dengan kata lain pemeriksaan fisik keperawatan

harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum perawat dapat membuat

tindakan untuk mengatasinya.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pemeriksaan fisik head to toe ?

2. Apa tujuan dari pemeriksaan fisik head toe toe ?

3. Apa manfaat dari pemeriksaan fisik head to toe ?

4. Bagaimana teknik pemeriksaan fisik ?

5. Apa indikasi dari pemeriksaan fisik ?

6. Bagaimana prosedur pelaksanaan dari pemeriksaan fisik head to toe ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari pemeriksaan fisik head to toe.

2. Untuk megetahui apa tujuan dari pemeriksaan fisik head toe toe.

3. Untuk mengetahui apa manfaat dari pemeriksaan fisik head to toe.

4. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan fisik.

5. Untuk mengetahui apa indikasi dari pemeriksaan fisik.

6. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan dari pemeriksaan fisik head

to toe.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeriksaan Fisik Head To Toe

Adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian

tertentu yang di anggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan

komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, mementukan

masalah dan merencanakan tindakan keperawtan yang tepat bagi klien.

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang

ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.

Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan

pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan

perawatan pasien.

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan pada dasarnya sama dengan

pemeriksaan fisik kedokteran biasanya diklasifikasikan menurut sisitem tubuh

manusia yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi dan perkusi.

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke

kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,

hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,

punggung, genetalia, rectum, ektremitas.

3
4

B. Tujuan

Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:

1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh

dalam riwayat keperawatan.

3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.

4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien

dan penatalaksanaan.

5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

C. Manfaat

Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri,

maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:

1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose

keperawatan.

2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.

3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.

4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

D. Teknis yang diperlukan dalam pengkajian fisik ada 4 yaitu :

1. Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata

dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan

status fisik. Mulailah melakukan inspeksi pada saat pertama kali bertemu

dengan pasien.Amati secara cermat mengenai tingkah laku dan keadaan

tubuh pasien.Amati dari hal-hal yang umum kemudian ke hal-hal yang

khusus.Fokus pemeriksaan pada setiap bagian tubuh adalah ukuran tubuh,


5

warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi dan penonjolan atau

pembengkakan.Perlu di bandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh

satu degan bagian tubuh lainnya.

Langkah- lagkah kerja inspeksi adalah :

a. Atur pencahayaan yang cukup sebelum mealakukan inspeksi

b. Atur suhu dan suasana ruangan yang nyaman

c. Buka bagian yang di inspeksi dan yakinkan bahwa bagian tersebut tidak

tertutup baju, selimut dsb

d. Bila perlu gunakan kaca pembesar untuk membantu inspeksi

e. Selalu jelaskan dalam menetapkan apa yang Anda lihat

f. Perhatikan kesan pertama pasien yang meliputi : prilaku, ekspresi,

penampilan umum, pakaian, postur tubuh dan gerakan dengan waktu yang

cukup.

g. Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandinkan satu bagian sisi

tubuh dengan sisi yang lain.

2. Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba

seperti tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ

seperti temperatur, keelastisan, bentuk ukuran, kelembaban dan penonjolan.

Ada 2 jenis palpasi :

a. Palpasi ringan, banyak di gunakan dalam pengkajian. Dengancara

ujung-ujung jari pada satu atau dua tangan digunakan secara

simultan. Tangan di letakkan pada area yang akana di palpasi dan

jari-jari di letakkan ke bawah perlahan-lahan sampai di temukan

hasil.
6

b. palpasi dalam, di kerjakan untuk merasakan isi abdomen. Dapat

dilkaukan dengan dua tangan sehingga di sebut bimanual. Satu

tangan diguanakan untuk merasakan bagian yang di palpasi, tangan

lainya untuk menekan kebawah. Dengan posisi releks, jari-jari

tangan kedua diletakan melekat pada jari-jari pertama. Tekanan

dilakukan oleh pucuk tangan ke sendi interpalangeal distal. Tekanan

di lepaskan sebelum pindah area kecuali untuk mengetahui adanya

nyeri tekana.

Cara kerja palpasi dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Pastikan bahwa area yang akan di palpasi benar-benar nampak.

2) Cuci tangan sampai bersih dan keringkan.

3) Beritahu pasien tentang apa yang dikerjakan.

4) Secara prinsip palpasi dapat dilakukan dengan semua jari, tetapi

jari telunjuk dan ibu jari lebih sensitive.

5) Untuk mendeterminasi bentuk dan struktur organ gunakan jari

2,3 dan 4 secara bersamaan untuk palpasi abdomen gunakan

telapak tangan dan beri tekanan dengan jari-jari secara ringan.

6) Bila di perlukan lakukan dengan dua tangan.

7) Perhatikan dengan seksama muka pasien selama palpasi untuk

mengetahui adanya nyeri tekan.

8) Lakukan palpasi secara sistematis dan uraikan ciri-ciri tentang

ukuran, bentuk, konsistensi dan permukaannya.


7

3. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan

tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri

kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.

Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan

konsistensi jaringan.Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat

untuk menghasilkan suara.

Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusiadalah :

a. Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.

b. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah

paru-paru pada pneumonia.

c. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah

jantung, perkusi daerah hepar.

d. Hipersonor/timpani : suaran perkusi pada daerah yang lebih

berongga kosong, misalnya daerah cavern persiapan yang diperlukan

paru, pada klien asma kronik.

4. Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan

suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut

dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara

nafas, dan bising usus.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafasadalah :

a. Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-

saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus,

sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.


8

b. Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi

maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien

batuk. Misalnya pada edema paru.

c. Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada

fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut,

asma.

d. Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara

gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan

pleura.

E. Indikasi

Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada:

1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.

2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.

3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien.

F. Prosedur Tindakan

Pemeriksaan Fisik Dari Kepala s.d Ujung Kaki (Head To Toe)

Note: sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus melakukan

kontrak dengan pasien, yang didalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan,

waktu yang di perlukan dan terminasi/ mengakhiri.

Tahap-tahap pemeriksaan fisik haruskan dilakukan secara urut dan

menyeluruh dan dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:

1. Kulit, rambut dan kuku.

2. Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut

3. Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP

4. Dada : jantung dan paru


9

5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam

6. Genetalia

7. Kekuatan otot /musculosekletal

8. Neurologi
10

JURUSAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


KEPERAWATAN PEMERIKSAAN FISIK
STIKES WIDYA ( PHYSICAL ASSESMENT)
NUSANTARA
PALU
Pengertian Melakukan pemeriksaan pada klien dengan teknik
cephalocaudal melalui inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Tujuan Untuk menilai status kesehatan kesehatan klien ,
mengidentifikasi faktor resiko kesehatan dan tindakan
pencegahan, mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang
perlu dilakukan, mengevaluasi terhadap perawatan dan
pengobatan pada klien.
Persiapan Alat :
- Status klien
- Dracing car beralas/baki beralas yang berisi alat2:
tensimeter, termometer, stetoskop, jam tangan, Botol 3
buah berisi cairan (air bersih, desinfektant, air sabun ),
kertas tissue, lampu senter, otoskop, opthalmoskop
(kalau perlu), meteran, refleks hammer, garputala (kalau
perlu), spekulum hidung, spatel lidah, kaca laring,
sarung tangan, bengkok, kassa steril, timbangan berat
badan, bahan aromatik, alat tulis
Klien dan lingkungan :
- Posisi
- Sampiran
- Pengosongan rektum dan kandung kemih (kalau perlu)
Prosedur Kerja 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada klien
2. Catat nama klien dan tanggal pemeriksaan
3. Cuci tangan
4. Lakukan pemeriksaan keadaan umum / penampilan umum
klien
5. Lakukan pemeriksaan tanda vital
11

- suhu tubuh
- denyut nadi
- pernafasan
- tekanan darah
6. Lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan jika
memungkinkan
7. Lakukan pemeriksaan kepala dan leher :
a. Kepala :
- Amati bentuk kepala, keadaan kulit kepala, keadaan
rambut dan wajah
- Rada ubun-ubun (bila umur < 2 tahun) dan adanya
benjolan
- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil
(ukuran, bentuk, respon terhadap cahaya), kornea,
konjungtiva, warna sklera
- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra
- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu
snellen (kp)
- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)
- Lakukan test luas lapang pandang (kp)

b. Mata :
- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil,
kornea, konjungtiva, sklera
- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra
- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu
snellen (kp)
- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)
- Lakukan test luas lapang pandang (kp)
c. Hidung :
- Amati posisi septum nasi
- Amati lubang hidung spt kelembaban, mukosa, sekret
dan adanya polip, kalau perlu gunakan spekulum
12

- Amati adanya pernafasan cuping hidung


d. Telinga
- Amati dan raba bentuk telinga, ukuran telinga dan
ketegangan daun telinga
- Amati lubang telinga : adanya serumen, benda asing,
membran timpani
- Raba pembesaran kelenjar limfe di depan telinga,
belakang telinga
- Kalau perlu lakukan test pendengaran dengan memakai
garpu tala
e. Mulut dan faring :
- Amati keadaan bibir
- Amati warna bibir
- Amati keadaan gusi dan gigi
- Amati keadaan lidah
- Lakukan pemeriksaan rongga mulut (kalau perlu
menggunakan spatel lidah)
f. Leher :
- Amati dan raba posisi trakea
- Amati dan raba pembesaran kelenjar tiroid
- Amati dan raba bendungan vena jugularis
- Raba nadi karotis
- Raba pembesaran kelenjar limfe di leher, supra
klavikula
8. Lakukan pemeriksaan kulit/integumen dan kuku
a. Amati kebersihan kulit dan adanya kelainan
b. Amati warna kulit
c. Raba kehangatan kulit, kelembaban, tekstur dan turgor
d. Amati bentuk dan warna kuku
e. Amati warna telapak tangan
f. Cek CRT ( apillary refill time )
9. Lakukan pemeriksaan ketiak dan payudara (kalau perlu)
a. Amati ukuran, bentuk dan posisi, adanya perubahan
13

warna, pembengkakan dan luka


b. Raba adanya benjolan, nyeri tekan dan sekret
c. Raba pembesaran kelenjar limfe di ketiak
10. Lakukan pemeriksaan thorak bagian depan :
a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada,
adanya retraksi interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Palpasi ictus cordis pada area intercosta ke-5 mid
klavikula kiri
e. Lakukan perkusi dada
f. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial,
bronkovesikuler dan vesikuler
g. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing,
rales, pleural friction rub
h. Auskultasi bunyi jantung I dan II serta bunyi jantung
tambahan (kalau ada)
i. Auskultasi bising jantung/murmur
11. Lakukan pemeriksaan thorak bagian belakang
a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada,
adanya retraksi interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Lakukan perkusi dada
e. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial,
bronkovesikuler dan vesikuler
f. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing,
rales, pleural friction rub
12. Lakukan pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi bentuk, adanya massa dan pelebaran
pembuluh darah pada abdpmen
b. Auskultasi bising usus
c. Perkusi bunyi abdomen, cek adanya ascites
14

d. Palpasi nyeri, adanya benjolan, turgor


e. Palpasi hepar
f. Palpasi lien
g. Palpasi titik Mc,. Burney
h. Palpasi adanya retensio urine
i. Palpasi massa feses
13. Lakukan pemeriksaan genetalia dan daerah sekitarnya (bila
perlu) :
a. Genetalia pria
- Amati kebersihan rambut pubis, kulit sekitar pubis,
kelainan kulit penis dan skrotum, lubang uretra
- Raba adanya benjolan atau kelainan pada penis,
skrotum dan testis
b. Genetalia wanita
- Amati rambut pubis, kulit sekitar pubis, bagian dalam
labio mayora dan labio minora, klitoris, lubang uretra
dan perdarahan
- Raba daerah inguinal
c. Anus
- Amatu adanya lubang anus (pada bayi baru lahir),
kelainan pada anus, perineum, benjolan, pembengkakan
- Raba adanya nyeri
14. Lakukan pemeriksaan muskuloskeletal (ekstremitas) :
a. Inspeksi kesimetrisan otot
b. Inspeksi struktur dan bentuk tulang leher, tulang
belakang, ekstremitas atas dan bawah untuk mengetahui
adanya lordosis, khyposis dan skoliosis
c. Amati ROM dan gaya berjalan
d. Palpasi adanya oedem
e. Uji kekuatan otot
f. Amati adanya kelainan pada ekstremitas
15. Lakukan pemeriksaan neurologi :
a. Lakukan pemeriksaan tingkat kesadaran dengan GCS (
15

Glasgow Coma Scale)


b. Periksa tanda rangsangan menineal/otak : adanya sakit
kepala, kaku kuduk, muntah, kejang, penurunan
kesadaran dan febris
c. Periksa fungsi motorik : ukuran otot, gerakan yang tidak
disadari
d. Periksa fungsi sensorik :
- Anjurkan klien menutup mata, usapkan kapas pada
wajah, lengan dan tungkai. Tanyakan respon klien
- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan peniti atau
benda tajam yang lain pada kulit. Anjurkan klien
mengatakan tajam, tumpul atau tidak tahu.
- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan tabung berisi
air hangat dan dingin. Anjurkan klien mengatakan
panas, dingin atau tidak tahu.,
e. Periksa saraf kranialis :
- Nervus Olfaktorius : Anjurkan klien menutup mata
dan anjurkan klien mengidentifikasi bau yang diberikan
- Nervus Optikus : Gunakan Snellen chart pada jarak 5
meter dan periksa lapang pandang klien dengan
menyalakan sebuah benda yang bersinar dari samping
belakang ke depan
- Nervus Oculomotorius : Tatap mata klien dan
anjurkan klien untuk menggerakkan mata dari dalam ke
luar dan dengan menggunakan lampu senter uji reaksi
pupil dengan memberi rangsangan sinar ke dalamnya.
- Nervus Trochlearis : Anjurkan klien melihat ke bawah
dan kesamping dengan menggerakkan tangan
pemeriksa.
- Nervus Trigeminus :
 Cabang dari optalmikus : Anjurkan klien melihat ke
atas, dengan menggunaka kapas sentuhkan pada kornea
samping untun melihat refleks kornea. Untuk sensasi
16

kulit wajah, usapkan kapas pada dahi dan paranasalis


klien
 Cabang dari maksilaris : Sentuhkan kapas pada wajah
klien dan uji kepekaan lidah dan gisi
 Cabang dari mandibularis : Anjurkan klien untuk
menggerakkan atau mengatupkan raqhangnya dan
memegang giginya. Untuk sensasi kulit wajah,
sentuhkan kapas pada kulit wajah
- Nervus Abdusen : Anjurkan klien melirik ke samping
kiri kanan dengan bantuan tangan pemeriksa
- Nervus Facialis : Anjurkan klien tersenyum,
mengangkat alis, mengerutkan dahi. Dengan
menggunakan garam dan gula, uji rasa 2/3 lidah depan
klien.
- Nervus Auditori : Gunakan garputala untuk menguji
pendengaran klien
- Nervus Glossopharingeal : Anjurkan klien berkata”ah
” untuk melihat refleks, anjurkan klien untuk
menggerakkan lidah dari sisi ke sisi, atas ke bawah
secara berulang-ulang
- Nervus Vagus : Anjurkan klien berkata ” ah” ,
observasi gerakan palatum dan faring, perhatikan
kerasnya suara
- Nervus Ascesorius : Anjurkan klien utuk menggeleng
dan menoleh ke kiri, kanan dan anjurkan klien
mengangkat salah satu bahunya keatas dengan memberi
tekanan pada bahu tersebut, Amati kekuatannya
- Nervus Hipoglosal : Anjurkan klien un tuk
menjulurkan dan menonjolkan lidah pada garis tengah
kemudian dari sisi ke sisi
16. Lakukan pemeriksaan refles fisiologis :
a. Reflek Biseps : Posisikan lengan klien dalam fleksi
pronasin pegang siku dan lakukan perkusi pada insertio
17

muskulus biseps brachi. Perhatikan reaksi/gerakan yang


terjadi.
b. Reflek Triseps : Fleksikan lengan klien pada siku dan
letakkan tangan klien pada lengan bawah pemeriksa.
Lakukan perkusi pada insertio muskulus triseps brachi.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
c. Reflek Patella : Atur tungkai klien semifleksi dan
terayun. Lakukan perkusi pada tendo patella. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
d. Reflek Brachiradialis : Letakkan lengan bawah klien
pada abdomen atau samping lengan kliendengan rileks.
Lakukan perkusi pada radius 2-5 cm dari pergelangan.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
e. Reflek Pektoralis : Atur lengan klien semi abduksi.
Lakukan perkusi pada lipatan tendon anterior aksila.
f. Reflek fleksor jari-jari : Pegang pergelangan tangan
klien, ajurkan rileks. Letakkan jari pemeriksa di atas jari
klien. Lakukan perkusi di atas jari pemeriksa.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
g. Reflek Achiles : Tumit dalam keadaan rileks dan kaki
lurus. Lakukan perkusi pada tendon achiles. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
17. Lakukan pemeriksaan refleks patologis :
a. Reflek Babinski : Lakukan penggoresan pada telapak
kaki dengan menggunakan benda tumpul. Dari belakang
menyusuri bagian lateral dan menyeberang ke medial
menuju ibu jari kaki. Perhatikan reaksi/gerakan yang
terjadi.
b. Reflek Chaddock : Lakukan penggoresan dengan
menggunakan benda tumpul pada tepi kaki mulai dari
maleolus lateralis menuju kelingking. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
c. Reflek Schaeffer : Lakukan penekanan pada tendon
18

achiles. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.


d. Reflek Gordon : Lakukan penekanan pada muskulus
gastroknemius. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
e. Reflek Bing : Lakukan penggoresan secara nerulang-
ulang pada bagian lateral/sisi luar kali. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
f. Reflek Gonda : Tariklah jari-jari kaki dengan cepatdan
hati-hati mulai dari kelingking. Perhatikan reaksi yang
terjadi pada ibu jari kaki.
18. Rapikan klien
19. Bersihkan alat dan rapikan kembali tempat pemeriksaan
20. Cuci tangan
21. Catat hasil pemeriksaan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeriksaan head to toe adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan


atau hanya bagian tertentu yang di anggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematis dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa,
mementukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi
klien.
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke
kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,
punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
Tehnik yang diperlukan dalam pengkajian fisik ada 4 yaitu : palpasi,

inspeksi, auskultsi dan perkusi.

Indikasi mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada : 1. klien yang
baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat. 2. Secara rutin pada
klien yang sedang di rawat. 3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien.
B. Saran

Semoga makalah ini berguna bagi pembaca,khususnya bagi


mahasiswa.Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kesalahan.Oleh karena itu kritik atau saran yang membangun kami harapkan
untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku I. Jakarta : Salemba

Medika

Indriono, Arik. 2013 Pengkajian Pemeriksaan Fisik Buku II Jakarta : Salemba Medika

http://stikesmuammadiyahpringsewu.blongspot.com/2012/09/konsep-pemeriksaan-fisik-

dan-proses.html

Anda mungkin juga menyukai