Anda di halaman 1dari 13

Nama : Ahmad Zaiful

Nim : 201901125
Rangkuman : kelompok 6 dan 7
Kelas : Non Reg

Materi kelompok : 6

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori
NAPZA pada akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak
koran dan majalah serta media elektrolit seperti TV dan radio.
Kecenderungannya semakin makin banyak masyarakat yang memakai zat
tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak remaja (15-24 tahun)
sepertinya menjadi suatu model perilaku baru bagi kalangan remaja (DepKes,
2001).
Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena
kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut
serta kemudahan untuk mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan
masyarakat bukan karena pendidikan yang rendah tetapi kadangkala
disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan.
Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut;
faktor keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya
kurang perhatian keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya;
faktor lingkungan lebih pada kurang positif sikap masyarakat terhadap
masalah tersebut misalnya ketidakpedulian masyarakat tentang NAPZA
(Hawari, 2000). Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah
individu mulai melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal

1
ini ditunjukkan dengan makin banyaknya individu yang dirawat di rumah
sakit karena penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu mengalami
intoksikasi zat dan withdrawal.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Stres merupakan sebuah terminologi yang sangat populer dalam


percakapan sehari-hari. Stres adalah salah satu dampak perubahan sosial dan
akibat dari suatu proses modernisasi yang biasanya diikuti oleh proliferasi
teknologi, perubahan tatanan hidup serta kompetisi antar individu yang
makin berat.

Pada awal tahun 1950-an para ahli perilaku mempelajari hubungan


perilaku dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat kompleks dan salah
satu isu menarik adalah hubungan antara stres dengan sistem kekebalan
tubuh. Akhir-akhir ini berkembang penelitian tentang hubungan antara
perilaku, kerja saraf, fungsi endokrin dan imunitas. Penelitian-penelitian
tersebut telah mendorong munculnya konsep baru yaitu
psikoneuroimunologi.

Martin(1938) mengemukakan ide dasar konsep psikoneuroimunologi


yaitu :

a. status emosi menentukan fungsi sistem kekebalan


b. stres dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi dan
karsinoma. Dikatakan lebih lanjut bahwa karakter, perilaku, pola
coping dan status emosi berperan pada modulasi sistem imun.

2
Holden (1980) dan Ader (1981) mengenalkan istilah
psikoneuroimunologi; yaitu kajian yang melibatkan berbagai segi keilmuan,
neurologi, psikiatri, patobiologi dan imunologi. Selanjutnya konsep ini
banyak digunakan pada penelitian dan banyak temuan memperkuat
keterkaitan stres terhadap berbagai patogenesis penyakit termasuk infeksi
dan neoplasma.

Stres dan Sistem Imun Tubuh menerima berbagai input, termasuk


stresor yang akan mempengaruhi neuron bagian medial parvocellular
nucleus paraventricular hypothalamus (mpPVN). Neuron tersebut akan
mensintesis corticotropin releasing hormone (CRH) dan arginine
vasopressin (AVP), yang akan melewati sistem portal untuk dibawa ke
hipofisis anterior. Reseptor CRH dan AVP akan menstimulasi hipofisis
anterior untuk mensintesis adrenocorticotropin hormon (ACTH) dari
prekursornya, POMC (propiomelanocortin) serta mengsekresikannya.
Kemudian ACTH mengaktifkan proses biosintesis dan melepaskan
glukokortikoid dari korteks adrenal kortison pada roden dan kortisol pada
primata. Steroid tersebut memiliki banyak fungsi yang diperantarai reseptor
penting yang mempengaruhi ekspresi gen dan regulasi tubuh secara umum
serta menyiapkan energi dan perubahan metabolik yang diperlukan
organisme untuk proses coping terhadap stressor.

Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus


bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan
kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya
merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan
zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat.
Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang
diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan
fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).
B. Faktor Penyebab Penggunaan NAPZA
Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan

3
NAPZA meliputi:
1. Faktor biologic
Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol. Perubahan
metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak
nyaman.
2. Faktor psikologik
a. Tipe kepribadian ketergantungan
b. Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiayaan
waktu masa kanak kanak
c. Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan
d. Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
e. keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif,
kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai
individu, dan orang tua yang adiksi
3. Faktor sosiokultural
1) Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
2) Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan
berbagai zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana
3) Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
4) Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan
kesempatan
C. Gejala klinis penggunaan NAPZA
1. Perubahan Fisik :
a. Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo
( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
b. Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut
jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
c. Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair,
menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang,
kesadaran menurun.
d. Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli

4
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada
lengan.
2. Perubahan sikap dan perilaku :
a. Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering
membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
b. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,
mengantuk di kelas atau tempat kerja
c. Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa
ijin.
d. Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar
bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
e. Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh
anggota keluarga yang lain.
f. Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi
tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga
milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering
berurusan dengan polisi.
g. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar,
bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.

D. Dampak penggunaan NAPZA


NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
1. Komplikasi Medik, biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan
cukup lama. 
Pengaruhnya pada :
a. Otak dan susunan saraf pusat :
1) gangguan daya ingat
2) gangguan perhatian / konsentrasi
3) gangguan bertindak rasional
4) gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi
5) gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja

5
6) gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik /
buruk.
b. Pada saluran napas dapat terjadi radang paru (Bronchopnemonia),
pembengkakan paru (Oedema Paru).
c. Pada jantung dapat terjadi peradangan otot jantung serta
penyempitan pembuluh darah jantung.
d. Pada hati dapat terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui
jarum suntik dan hubungan seksual.
e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV/AIDS.
Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi,
mereka mau melakukan hubungan seksual demi mendapatkan uang
untuk membeli zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah :
kencing nanah (GO), raja singa (Siphilis) dll. Dan juga pengguna
NAPZA yang mengunakan jarum suntik secara bersama-sama
membuat angka penularan HIV/AIDS semakin meningkat. Penyakit
HIV/AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual,
selain itu juga dapat melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke
janin.
f. Pada sistem Reproduksi sering mengakibatkan kemandulan.
g. Pada kulit sering terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang
menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan
baju lengan panjang.
h. Komplikasi pada kehamilan :
1) Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS.
2) Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati
3) Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.
2. Dampak Sosial :
a. Di Lingkungan Keluarga :
1) Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering
terjadi pertengkaran, mudah tersinggung.
2) Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.

6
3) Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak
tertib, hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
4) Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah
atau pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan
keuangan.
5) Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang
meningkat untuk biaya pengobatan dan rehabilitasi.
b. Di Lingkungan Sekolah :
1) Merusak disiplin dan motivasi belajar.
2) Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
3) Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama
teman sebaya.
c. Di Lingkungan Masyarakat :
1) Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari
pengguna / mangsanya.
2) Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa
yang telah menjadi ketergantungan.
3) Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan,
pencurian, pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
4) Meningkatnya kecelakaan.

Materi : kelompok 7

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV/AIDS masih menjadi permasalahan berbagai negara di dunia, tidak

7
terkecuali di Indonesia. Diperkirakan terdapat 35,3 juta orang di dunia yang
mengidap HIV pada tahun 2012 dengan jumlah pertumbuhan kasus baru
sebesar
2,3 juta kasus pada tahun yang sama (UNAIDS, 2013)
HIV (Human Immunodeficiency Virus) /AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan yang perlu
mendapatkan perhatian serius. HIV atau Human Immunodeficiency Virus
adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired
Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV.
Akibat penurunan sistem imun maka seseorang sangat mudah terkena
berbagai penyakit infeksi (infeksi opurtunistik) yang sering berakibat fatal.
Penderita HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk
menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam
stadium AIDS, sedangkan pengidap AIDS memerlukan pengobaan ARV
untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai
komplikasinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Informasi Dasar HIV/AIDS


1. Definisi

8
HIV (Human Immunodeficiency Virus), adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap berbagai penyakit,
seperti TB, TORCH dan lain-lain. Virus menyebabkan AIDS dengan cara
meyerang sel darah putih yang bernama CD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-gejala timbul tergantung dari
infeksi opurtunistik yang menyertainya.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala
yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), ditandai
dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh khususnya menyerang limfosit
T CD4 Limfosit T helper. Saat jumlah T helper turun hingga dibawah 200
sel/mm3 darah atau mulai munculinfeksi penyerta. AIDS merupakan
tahapakhir dari infeksi HIV.

2. Penularan HIV/AIDS

Infeksi HIV/ AIDS merupakan penyakit infeksi yang menular melalui


cairan tubuh yang mengandung virus HIV, yaitu air mani (semen), cairan
vagina/serviks, dan darah. Tindakan penularannya dapat melalui hubungan
seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada
pengguna narkotika, transfusi komponen darah, dan dari ibu yang terinfeksi
HIV ke bayi yang dilahirkannya (transmisi maternal-fetal)
3. Penyebab HIV/AIDS

Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya. tidak


semua orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS menunjukkan
bahwa ada faktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan alkohol dan obat
bius, kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama
penyakit yang ditularkan lewat alat kelamin merupakan faktor-faktor yang
mungkin berperan di antaranya adalah waktu.

9
4. berbagai gejala AIDS yang dapat muncul:
a. Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal
pada lidah atau mulut. Sariawan ini disebabkan oleh infeksi jamur
b. Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang
c. Penyakit radang panggul kronis
d. Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya dan mungkin muncul bersamaan dengan
sakit kepala dan atau pusing
e. Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena
olahraga atau diet
f. Lebih mudah mengalami memar
g. Diare yang lebih sering
h. Sering demam dan berkeringat di malam hari
i. Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak
di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha
j. Batuk kering yang terus menerus
k. Sering mengalami sesak napas
l. Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa
penyebab yang pasti
m. Ruam kulit yang sering atau tidak biasa
n. Mati rasa parah atau nyeri pada tangan atau kaki
o. Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya
kekuatan otot
p. Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan
mental

5. Pencegahan HIV/AIDS
Tindakan-tindakan untuk mencegah penularan HIV AIDS jika
anda belum terinfeksi HIV AIDS. Yaitu :

10
a. Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV
AIDS dan bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk
melakukan tindakan pencegahan
b. Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan
sembarang orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi
HIV, oleh karena itu mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah
penting.
c. jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat HIV AIDS
adalah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang
yang memiliki status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering
terjadi pada IDU ( injection drug user).
d. Gunakan Kondom Berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat,
penggunaan kondom saat berhubungan seks cukup efektif mencegah
penularan HIV AIDS melalui seks.
e. sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National
Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan
khitan memiliki resiko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak
melakukan sirkumsisi.
f. tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi,
sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali

11
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1995). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan).


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman


penyelenggaraan sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan
ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

(2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat
rehabilitasi pada pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat
Kesehatan Jiwa Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.

(2001). Buku pedoman praktis bagi petugas kesehatan (puskesmas) mengenai


penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat.

Hawari, D. (2000). Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol


dan zat adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), 2014. Global Report:


UNAIDS Report on the Global AIDS Epidemic 2014. UNAIDS. Available
from:www.unaids.org/en/media/unaids/contentassets/documents/epidemioloy/
2014/gr2014/UNAIDS_Global_Report_2014_en.pdf (Diakses pada 23
Februari 2016)
Carey, William D., 2010. Current Clinial Medicine Second Edition. Philadelphia :
Saunders Elsevier.
Murtiastutik, D., 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga
University Press.

12
Djoerban, Z., Djauzi, S., 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo, Aru
W., et al, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Profil Kesehatan Indonesia
2014. Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Laporan Perkembangan HIV-
AIDS Triwulan IV Tahun 2014. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
World Health Organization (WHO), 2015. Country fact sheet HIV/AIDS in
Indonesia. World Health Organization.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Laporan Perkembangan HIV-
AIDS Triwulan III Tahun 2015. Komisi Penanggulangan AIDS, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai