PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan atau edukasi pasien adalah bagian utama dari praktek semua kesehatan
profesional. Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan
untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai
perawat pendidik. Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk membantu individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Kegiatan belajar
mengajar merupakan salah satu hal yang penting di dalam dunia kesehatan. Mengajarkan
pasien untuk selalu melakukan hidup sehat tentunya harus dilakukan oleh seorang perawat
kepada kliennya.
Seorang perawat sangat berperan sebagai pengajar dengan tujuan untuk meningkatkan
gaya hidup sehat individu melalui pengaplikasian pengetahuan tentang kesehatan, proses
perubahan, teori belajar dan mengajar, dan proses keperawatan serta proses mengajar. Akan
tetapi, disisi lain perawat juga harus tetap senantiasa belajar agar ilmu dan keterampilan yang
dimiliki senantiasa dapat berkembang.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa definisi dan metode belajar mengajar?
2) apa jenis-jenis pembelajaran?
3) Apa saja domain belajar dan bagaimana posisi klien sebagai peserta didik?
1
4) Apa saja teori-teori belajar?
5) Apa Definisi dan metode mengajar?
6) Apa saja teori mengajar?
7) Sebutkan proses belajar mengajar dalam keperawatan?
8) Sebutkan hambatan pada proses pembelajar klien?
9) Apa pentingnya pendidikan kesehatan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip belajar merupakan fokus dari kegiatan pembelajaran khususnya pada aktifitas
peserta didik di semua jenjang pendidikan, misalnya dengan menggunakan demonstrasi,
tugas PR, dan kuis (Hackathorn, 2011). Dalam proses tersebut Raymond membagi beberapa
faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan
belajar. Faktor internal merupakan faktor dari dalam peserta didik sendiri, seperti kondisi
fisik dan psikis peserta didik. Faktor external merupakan faktor yang muncul dari lingkungan
peserta didik, seperti kondisi kenyamanan tempat belajar yang digunakan. Faktor pendekatan
belajar merupakan cara yang digunakan peserta didik untuk mempelajari suatu mata ajar,
seperti penggunaan metode konsep akar pohon untuk mata ajar dengan materi yang saling
berkaitan dan menggunakan pengalaman sebagai pembelajaran kedepan yang lebih baik
(Prashnig, 2007).
1) Metode penglihatan, dimana peserta didik memahami suatu mata ajaran dengan
menggunakan gambar, bentuk, animasi atau video,
2) Metode mendengar, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan
mengingat intruksi verbal baik dari pendidik atau orang-orang di sekitarnya,
3
3) Metode bergerak, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan mendengar
ataupun melihat disertai gerakan-gerakan kecil seperti mengetuk-ngetuk pensil ke
meja atau berfikir sambil berjalan kesana-kemari,
4) Metode taktil (sentuhan), dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan
menyentuh, meraba atau membuat gamabaran sendiri di pemikirannya seperti dalam
pelajaran anatomi fisiologi,pelajar lebih cepat menangkap ilmu ketika memegang
langsung alat peraga dibanding membaca buku.
5) Metode penciuman, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan
menggunakan indera hidung,
6) Metode pengecap, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan bantuan
lidah
7) Metode kombinasi, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan
mengandalkan lebih dari satu indera.
B. TEORI-TEORI BELAJAR
Teori belajar sudah berkembang selama beberapa dekade, dan teori ini biasanya
familiar bagi para perawat (Lundy & Janes, 2016). Menurut Kozier dalam Berman, Snyder,
& Frandsen (2016), ada tiga kerangka yang mendasari teori belajar,yaitu:
1) Teori Behaviorism/Perilaku
Teori belajar behaviorism berpandangan bahwa belajar adalah proses perubahan
perilaku J.B. Watson yang dikenal sebagai Bapak Teori Behavior mempelajari
studi yang dilakukan oleh Ivan Pavlov tentang eksperimennya terhadap respon
seekor anjing yang dikondisikan pada kondisi berulang. Watson menyimpulkan
bahwa belajar adalah proses penerimaan respon dari stimulus yang dapat diukur dan
dapat diobservasi. Belajar dapat dicapai melalui perilaku yang tepat dari sejumlah
respon dan melalui pendekatan penguatan.
2) Teori Kognitif
Teori kognitif melihat kegiatan belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka berinisiatif
mencari pengalaman untuk belajar,mencari informasi untuk menyelesaikan
masalah,mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui
untuk mencapai pelajaran baru. Teori belajar kognitif juga sering disebut sebagai teori
perseptual karena menurut teori ini, kegiatan belajar adalah perubahan persepsi yang
terkadang tidak dapat diamati dan / atau diikuti.Menurut teori ini pula, proses belajar
4
akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.Teori belajar kognitif
dikemukakan oleh Ausubel, Bruner, Jean Piaget, dan RobertM. Gagne. Proses belajar
kognitif terdiri atas 3 tahapan yaitu:
a) Asimilasi, merupakan proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur
kognitif pada benak mahasiswa,
b) Akomodasi, merupakan penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru,
dan
c) Ekuilibrasi, merupakan penyesuain kesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi. (Nursalam & Effendi, 2008)
Perawat yang menerapkan teori kognitif ini akan berupaya untuk menyediakan
lingkungan sosial, emosional, dan fisik yang kondusif untuk belajar, mendorong
hubungan antara pengajar dengan pelajar yang positif, memilih strategi
pengajaran multi indrawi karena persepsi dipengaruhi oleh indera,menargetkan
gaya belajar yang berbeda pada setiap karakteristik individu yang berbeda,
menilai perkembangan dan penerimaan seseorang untuk belajar dan beradaptasi
pada strategi pengajaran sesuai tingkat perkembangan pelajar.
3) Teori Humanistik(kemanusiaan)
Menurut teori humanistik,tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Hal
itu dikarenakan menurut teori ini, kepribadian individu tidak hanya berasal dari
pembelajaran lingkungan tetapi juga hasil pembelajaran dan motivasi dari dalam diri
individu tersebut. Contoh pembelajaran dari dalam diri individu tersebut adalah
kebebasan utnuk memilih,dan motivasi untuk mencapai aktualisasi diri atau
memenuhi keunikan mereka sebagai manusia. Menurut teori ini pula,terdapat dua
tipe belajar yaitu tipe belajar kognitif atau tipe belajar berdasarkan makna dan tipe
belajar eksperiensial atau tipe belajar berdasarkan pengalaman.Tetapi, secara umum
teori ini bersifat elektif sehingga teknik belajar apapun dapat ia lakukan oleh seorang
individu agar tujuan belajar dapat tercapai.Hingga saat ini,terdapat tiga tokoh pelopor
teori humanistik yaitu Arthur Combs, Abraham Maslow,dan Carl Rogers.
Perawat yang menerapkan teori ini akan memberi empati dalam berkomunikasi
antara perawat (pengajar) dengan klien (pelajar), mendorong klien untuk menetapkan
tujuan dan menerapkan pembelajaran mandiri, melayaninya sebagai fasilitator,
mentor, atau sumber daya untuk klien, dan memaparkan informasi yang baru dan
5
relevan kepada klien dan mengajukan pertanyaan yang tepat untuk mendorong
pelajar untuk mencari jawaban.
C. DOMAIN BELAJAR
6
tertentu dan membandingkannya dengan efek samping yang dialami oleh orang
lain (Potter dan Perry, 2005).
5) Urutan kelima dalam hierarki adalah membuat sintesis yang merupakan
kemampuan memahami dari semua informasi yang diterimanya.Contoh, klien
mengalami efek samping dari suatu obat dan dalam melakukan cara untuk
mencegahnya (Potter dan Perry, 2005).Urutan terakhir dalam hierarki tersebut
adalah evaluasi.
6) Evaluasi adalah berupa penilaian olehklien terhadap efek yang diterima saat
dan setelah melakukan perawatan(Harkreader, Hogan, dan Thobaben, 2004).
Contoh, klien mampu memahami kebutuhan terhadap informasi lebih lanjut
tentang insulin sehubungan dengan rencananya mengikuti program latihan (Potter
dan Perry, 2005)
Domain afektif
Afektif terdiri dari perilaku, sikap, minat, konsep diri, tanggung jawab, serta
pengendalian diri, serta pembentukan karakter seseorang.Menurut Popham (1995),ranah
afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang.Menurut perry dan potter (2005)
pembelajaran afektif berkaitan dengan ekspresi perasaan dan penerimaan berupa
tingkah laku,pendapat dan nilai.Afektif meujuk pada emosi atau perasaan,pembelajaran
ini mengubah kepercayaan, sikap atau nilai. Menurut Potter dan Perry (2005) Terdapat
5 hierarki dalam domain afektif, yaitu sebagai berikut :
a) penerimaan yaitu bersedia menerima perkataan oranglain, menyadari adanya
suatu fenomena di lingkungan.Contoh seorang wanita mendengarkan
penjelasan mengenai prosedur operasi payudara dengan penuh perhatian
dan kontak mata.
b) merespon yaitu memberikan tanggapan melalui kegiatan mendengarkan
dengan bereaksi secara verbal dan non verbal.Contoh : pasien bertanya
mengenai proses terapi yang harus dijalani untuk mempercepat kesembuhan/
pemulihan.
c) Urutan ketiga adalah penghargaan yaitu memberikan nilai pada suatu
objek,fenomena atau tingkah laku. Contoh:seorang pasien yang sangat
memperhatikan rupa/ tampilan luka operasi sebelum pengangkatan payudara
15 menolak untuk melihat luka irisan dan memakai pakaian dengan
kerah tertutup.
7
d) Urutan keempat dalah pengorganisasian yaitu membangun sistem nilai
dengan mengidentifikasi dan mengorganisasi nilai dan mampu
menyelesaikan konflik.Contohnya : pasien amputasi berniat menerima
perubahan yang ada pada dirinya dan berkeinginan untuk tetap berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat.
e) Urutan kelima atau terakhir adalah karakterisasi yaitu memiliki nilai yang
konsisten dan menjadi dasar dalam tingkah laku yang menjadi gaya
hidup.Contoh : seorang pasien amputasi tetap menjalani kehidupan
normalnya dimasyarakat.
1. Sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek,
situasi, konsep, atau orang.Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap
terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.Sikap peserta didik ini penting
untuk ditingkatkan (Popham, 1999).Untuk itu pendidik harus membuat
rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang
membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2. Minat
Menurut Getzel (1966),minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,
aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau
pencapaian. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk:
Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan
dalam pembelajaran,
Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,
Acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan
memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
8
Mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang
diberikan pendidik,
Bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.Arah konsep diri bisa positif atau
negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu
mulai dari rendah sampai tinggi.Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan
penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui
standar input peserta didik.
Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat
untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
Peserta didik mampu menilai dirinya.
Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968),nilai merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan,tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
9
sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai
mengacu pada keyakinan.
5. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang
lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya
menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik
maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama
seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi
moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Domain psikomotor.
Pembelajaran psikomotorik melibatkan penguasaan keterampilan yang
memerlukan integrasi antara aktivitas mental dan muskular,seperti kemampuan
berjalan atau menggunakan peralatan makan (Potter & Perry,
2005).Psikomotorik domain (Simpson, 1972) mencakup gerakan fisik, koordinasi, dan
penggunaan keterampilan area motorik. Domain ini memiliki hierarki sebagai berikut
:
a) Persepsi, berkaitan dengan pemahaman. Keadaan yang menyadari suatu objek
atau kualitas penggunaan seluruh organ indra.Sesorang merasakan adanya
rangangan sebagai tanda untuk melakukan tugas tertentu.Misalnya,setelah
mendengarkan bunyi mobil ambulans, orang tersebut akan menyetir mobilnya
ke tepi untuk menghindari kecelakaan
b) Pengaturan yaitu kesiapan untuk bertindak.Kesiapan otak untuk menjalankan
tindakan psikomotor,yang diset adalah mental,fisik,dan emosi.Ada tiga
perangkat, mental, fisik, dan emosi. Sebagai contoh, seseorang menggunakan
penilaian untuk menentukan cara terbaik untuk melakukan tindakan motorik.
Sebelum melakukan tindakan, seperti bangun dari kursi roda, seseorang
berada pada bentuk dan posisi tubuh yang sesuai. Klien mungkin membuat
komitmen untuk menjalankan latihan tertentu secara teratur.
c) Respons terbimbing, Akan kinerja suatu tindakan, di abwah bimbingan
seorang instructor.Hal ini merupakan tindakan meniru dari tindakan yang
didemonstrasikan.Sebagai contoh,klien menyiapkan injeksi insulin setelalh
memperhatikan contoh dari perawat dan mencoba untuk menirunya dengan
benar
10
d) Mekanisme, mekanisme merupakan tingkat perilaku yang lebih tinggi di mana
seseorang telah memiliki kepercayaan diri dan ketrampilan dalam melakukan
perilaku tertentu. Biasanya ketrampilan menjadi lebih kompleks dan
mencakup lebih dari beberapa tahapan daripada ketrampilan terbimbing.
Sebagai contoh, klien mampu mengeluarkan sejumlah insulin dengan jarum
suntik dari dosis yang berbeda.
e) Respons kompleks terbuka, mencakup yang terdiri dari pola gerakan yang
kompleks.seseorang memperlihatkan ketrampilan secara halus dan benar tanpa
ragu-ragu.Sebagai contoh, klien dapat menyuntikkan insulin secara mandiri
pada berbagai tempat penyuntikkan.
f) Adaptasi, terjadi bila seseorang mampu mengubah respon motorik ketika
muncul masalah yang tidak diduga. Sebagai contoh,ketika perawat menyuntik,
munculnya darah dalam alat suntikan karena diaspirasi mengakibatkan
perubahan cara memegang alat suntik
g) Keaslian/kemahiran, merupakan aktivitas motorik yang paling kompleks yang
mencakup penciptaan pola gerakan yang baru. Seseorang bertindak
berdasarkan kemampuan dan Keaslian keterampilan psikomotor yang ada.
Sebagai contoh, seorang perawat menggunakan metode yang lain untuk
penusukan vena pada klien yang mengalami pembengkakan tangan.
Menurut Biggs (1991), seorang pakar psikologi dalam Buku ajar pendidikan dalam
keperawatan (2009) konsep mengajar dibagi menjadi tiga macam pengertian, yaitu:
1. Pengertian kuantitatif, disebut juga penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya
perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa
dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa menangkap apa yang
diajarkan, bukan seluruhnya menjadi tanggung jawab pengajar.
2. Pengertian institusional, yaitu penataan segala kemampuan mengajar agar
berlangsung efisien.Dalam hal ini guru dituntut untuk siap mengadaptasikan berbagai
teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta
berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.
11
3. Pengertian kualitatif, dimana pengajar berupaya mendorong siswa mencari makna dan
pemahamannya sendiri dalam proses belajar, dalam arti siswa diajak lebih terbuka
dalam mengeksplorasi idenya sementara pengajar hanya sebagai fasilitator.
Selain definisi-definisi di atas, mengajar juga memiliki beberapa definisi yang berasal
dari berbagai tokoh yaitu:
konsep mengajar ialah ide atau pengertian yang berhubungan dengan mengajar.
Konsep tersebut dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu:
1. Konsep mengajar sebagai mitos dibangun atas dasar keyakinan awal,namun dalam
perkembangannya tidak senantiasa sejalan dan seirama dengan semangat yang
dibangun oleh mitos mengajar yang bersangkutan.Cole dan Chan (1994)
mengklasifikasikan sejumlah mitos mengajar,yaitu mengajar sangat tergantung pada
derajat personalia orang yang mengajarnya,penerapan kontrol perilaku siswa, pada
dasarnya merupakan ikhtiar kegiatan belajar mengenai sejumlah keterampilan.
2. Konsep mengajar sebagai subsistem/sistem artinya aktivitas mengajar merupakan
subsistem dari sistem pendidikan dan mengajar tidak bisa dilepaskan dari sistem
pengajaran (instructional system) ataupun sistem belajar (learning system).Sebagai
subsistem pengajaran,mengajar sangat bergantung pada unsur lain dalam
12
pendidikan,seperti manajemen pendidikan.Sebagai sistem,mengajar mempunyai
komponen-komponen seperti pengajar,peserta ajar,fasilitas,dan lain-lain.
3. Konsep mengajar sebagai substansi keilmuan merupakan salah satu cara untuk
menyampaikan ilmu (informasi yang bermanfaat) kepada orang lain.
13
E. TEORI MENGAJAR
Secara umum,ada empat aliran pendidikan (Sukmadinata, 1997). Keempat aliran itu
antara lain:
14
Pada proses pendidikan, sama halnya dengan proses keperawatan yang mengawalinya
dari pengkajian hingga evaluasi. Proses pendidikan mengidentifikasi materi dan metode
instruksi berdasarkan pengkajian dan penentuan prioritas kebutuhan pembelajaran, kesiapan
untuk belajar, kesiapan untuk belajarbelajar, dan gaya belajar klien. Jika sasaran tidak tercpai,
seperti yang diputuskan melalui evaluasi, maka proses pendidikan harus dimulai kembali
dengan pengkajian ulang (Bastable, 2002).
Menurut Smith dan Bell, upaya perawat sebagai pendidik keberhasilannya diukur
bukan berapa banya meteri yang disajikan, tetapi berdasarkan berapa banyak yang dipelajari
orang tersebut. Pendidikan pasien merupakan suatu proses untuk membantu orang
mempelajari perilaku yang berkaitan dengan kesehatan sehingga dapat diterapkan di dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesehtana yang optimum dan kemandirian dalam
perawatan diri. Pendidikan staf merupakan proses untuk mempengaruhi perilaku perawat
dengan melakukan perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang
diperlukan untuk meningkatkan kompetendsi mereka (Bastable, 2002).
Menurut Nursalam & Efendi (2008) menjelaskan bahwa tujuan dari diberikannya
edukasi kepada klien ialah untuk memenuhi kebutuhan dasar klien secara komprehensif
melalui upaya integrasi berbagai konsep, teori, dan teknikal. Sedangkan menurut Potter dan
Perry (2009), edukasi yang diberikan pada klien memiliki tiga tujuan, yaitu Pemeliharaan,
promosi kesehatan, dan pencegahan penyakit, Pemulihan kesehatan, dan Adaptasi klien
terhadap gangguan fungsi. Apabila proses pemberian edukasi sementara berlangsung atau
diskusi telah selesai, peserta didik diharapkan dapat berespons secara positif baik secara
verbal maupun non verbal seperti berkomentar secara aktif dalam menanggapi pertanyaan
dan pernyataan yang diberikan oleh pemberi edukasi dan mengangguk-anggukan kepala dsb
(Morrison P. & Burnard P, 2008). Informasi tidak akan didapat dan tidak akan dipahami oleh
klien apabila terdapat rintangan atau hambatan pada saat proses pengedukasian berlangsung.
1) Hambatan bisa muncul dari pihak perawat dan klien (Bastable, 2002). Berikut ialah
hambatan yang berasal dari perawat, antara lain:perawat tidak siap memberikan
pendidikan kesehatan.
15
2) Pendidikan yang kurang memadai
3) Kurang distandarisasikan dan kurang jelasnya materi pendidikan,delegasi,
pendokumentasian
16
Oleh karena itu, agar pesan dapat diterima dengan baik dan untuk mencegah
terjadinya miss komunikasi, individu yang memberikan edukasi harus mampu untuk
mengendalikan diri klien dan memiliki berbagai macam strategi dan solusi apabila timbul
hambatan atau rintangan dari klien. Sehingga apa yang disampaikan oleh pemberi edukasi
tersebut dapat dipahami dan diterapkan atau dipatuhi segala sesuatu yang telah disampaikan
oleh pemberi edukasi dalam kehidupan sehari-hari klien
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Hergenhahn, B.R dan Olson, Matthew H. (2008). Teori Belajar EdisiKetujuh. Jakarta:
Kencana.- Joos, Irene, dkk. (2003). Belajar Cepat Komputer: Panduan Untuk
ProfesiKesehatan. Ed 3. Jakarta: EGC.-
Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. (terj. dr.Adrina Ferderika
Nggie dan dr. Marina Albar). Buku 1 Edisi 7. Jakarta:EGC
Latifah,M.“PerkembanganKognitif.”Stylesheet.
http://tumbuhkembanganak.edublogs.org/2008/04/29/perkembangan-kognitif/
Nursalam & Efendi, F. (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika
19