DI SUSUN OLEH
Meilly Pessak
SMK N 5 MANADO
XI-KEPERAWATAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Tanda – Tanda Vital ................................................................................................. 2
B. Jenis – Jenis Tanda Vital
1. Tekanan Darah ...................................................................................... 2
2. Nadi ....................................................................................................... 6
3. Pernafasan ............................................................................................. 9
4. Suhu ...................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda – tanda vital sangat
dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa diagnose
tentang apa yang dialami pasien/klien. Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya
adalah pemeriksaan pernafasan, nadi, tekanan darah dan suhu.
Pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau
kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi
yang diberikan. Data ini juga memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan
diussunnya rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tanda – tanda vital ini dilakukan
dengan jarak waktu pengambilan tergantung pada keadaan umum klien.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja prosedur pelaksanaan dan tanda – tanda vital
2. Apa saja masalah yang harus dikaji dan tanda – tanda vital
3. Berapakah batasan normal setiap tanda – tanda vital
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengatahui prosedur pelaksanaan dari tanda – tanda vital
2. Untuk mengatahui masalah yang harus dikaji dan tanda – tanda vital
3. Untuk mengetahui batasan normal setiap tanda – tanda vital
BAB II
PEMBAHASAN
i. Penyuluhan
Ø Gejala: faktor – faktor resiko keluarga: hipertensi arteroskalerosis, penyakit jantung, DM,
penyakit cerebros vaskuler ginjal.
c. Batasan normal tekanan darah
Umur Tekanan sistolik/diatolik (mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65
6 tahun 100/60
8 tahun 105/60
10 tahun 110/60
12 tahun 115/60
14 tahun 118/60
16 tahun 120/65
2. NADI
Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan oleh
kontraksi dari ventrikel kiri jantung. Denyut nadi adalah rangsangan kontraksi jantung yang
dimulai dari NODES SINOURI atau NODUS SINOS ATRIAL yang merupakan bagian atas
serambi kanan jantung. Salah satu indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan
denyut nadi pada saat beristirahat. Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas
kesehatan yang melakukan pemeriksaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi
irama dan kuat lemah nadi ). Mengukur denyut nadi yang terasa pada pembuluh darah arteri
yang disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir di dalamnya sewaktu jantung
memompa darah ke dalam aorta atau arteri.
Tujuan pemeriksaan nadi adalah :
1. Untuk mengetahui kerja jantung
2. Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah.
3. Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut jantung bereaksi terdapat rangsangan yang ditimbulkan oleh system
saraf simpatis dan saraf parasimpatis, beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut:
emosi, nyeri, aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila tekanan darah
turun karena jantung berusaha meningkatkan keluarnya darah.
a) Pemeriksaan nadi
Ø Alat yang digunakan
1. Alat penghitung denyut nadi
2. Jam tangan / arloji
3. Buku catatan
Ø Pelaksanaan
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan
3. Membawa alat kedekat pasien
4. Mengatur posisi pasien
5. Meraba / menghitung denyut nadi pada tempat-tempat denyut nadi( temporalis, karotis,
apikal, brakialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis), sesuai
keadaan umum pasien .
6. Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan dengan lembut
7. Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung
denyut jantung
8. Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan 2. Apabila
denyut tidak teratur dan pada paien yang baru dilakukan pemeriksaan hitung selama 1 menit
penuh.
9. Mencuci tangan
10. Mencatat hasil.
b) Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi
Kecepatan Nadi (Pulse Rate)
Pulse Rate (jumlah denyutan perifer yang dirasakan selama 1 menit) à dihitung dengan
menekan arteri perifer dengan menggunakan ujung jari
Tachycardia: nadi >100 -150 x/mntà jantung overwork à oksigenasi sel tidak adequat
Palpitasi : perasaan berdebar-debar, sering menyertai tachycardi
Bradycardia : denyut nadi < 60 x/mnt àkejadian lebih sedikit dibandingkan tachycardia
Denyut Nadi sangat fluktuatif dan meningkat dengan :
1. exercise,
2. illness,
3. injury
4. emotions.
c) batasan normal nadi
Usia
Denyut nadi (x/permenit)
Balita
120-160
Anak
90 – 140
Pra sekolah
80 – 110
Sekolah
75 – 100
Remaja
60 – 90
Dewasa
60-100
3. PERNAFASAN
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) ke dalam tubuh, serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbon dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi
dan menghembuskan disebut ekspirasi. Secara normal orang dewasa bernafas kira – kira 16 –
20 x/menit, sementara bayi dan anak kecil lebih cepat daripada orang dewasa. Naiknya
kecepatan bernafas disebut polypnea. Jika suhu badan naik kecepatan bernafas bertambah,
karena tubuh berusaha melepaskan diri dari kelebihan panas. Pemeriksaan pernafasan
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama,
kedalaman dan tipe atau pola pernafasan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:
1. Faktor fisiologis
Ø Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada anemia
Ø Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti obstruksi saluran pernafasan bagian
atas.
Ø Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya O2
Ø Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obeisitas,
penyakit kronis, seperti TBC paru.
2. Faktor perkembangan
Ø Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
Ø Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru.
Ø Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun
3. Faktor perilaku
Ø Nutrisi
Ø Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen
Ø Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh darah perifer dan koroner.
Ø Kecemasan
4. Faktor lingkungan
Ø Tempat kerja
Ø Suhu lingkungan
Ø Ketinggian dari permukaan air laut
Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:
Ø Olahraga
Ø Stress
Ø Peningkatan suhu lingkungan
Ø Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi
Tujuan menghitung pernafasan :
1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. Mengikuti perkembangan penyakit
3. Membantu menentukan salah satu penyokong diagnose
a.Menghitung pernafasan
Ø Alat yang digunakan
1. Jam tangan/arloji
2. Buku catatan
Ø Pelaksanaan
1. menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. membawa alat kesamping klien
3. mencuci tangan
4. hitunglah naik turunnya dada klien (pernafasan) sambil memegang arteri radialis dan
menekukkan ke dada klien seperti pura – pura menghitung denyut nadi (mengupayakan agar
pasien tidak merasa di observasi).
5. jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan dua. Jika
irama respirasi tidak teratur hitung selama 1 menit penuh
6. membereskan alat
7. mencuci tangan
8. mencatat hasil
b. Masalah yang harus dikaji pada pernafasan
1. Ritme pernafasan
· Eupnea : irama normal
· Kusmaul : cepat dan dalam
· Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal
· Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf)
· Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea (kerusakan
saraf)
a. Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas
b. Orthopnea : sesak pada waktu posisi berbaring
c. Suara batuk : produktif / tidak
2. Palpasi
a. Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga
b. Kesimetrisan ekspansi dada
· Caranya : letakkan kedua telapak tangan secara datar
Bisa pada anterior, sisi dan posterior
Anjurkan tarik nafas
· Amati : normal bila gerakan tangan simetris
Taktil fremitus
· Caranya : -letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada
-anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam
-rasakan getaran
· Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks
-lakukan pada seluruh permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan, depan,belakang)
3. Perkusi
· Suara perkusi
Paru normal : sonor/resonan
O Pneumothoraks : hipersonor
Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar
O Daerah yang berongga : tympani
Batas organ
§ Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS 7/8
(Paru-lambung)
§ Sisi dada kanan : ICS 4/5 (paru-Hati)
§ Dinding posterior :-Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas atas paru
-Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru
4. Auskultasi
· Suara / bunyi nafas vesikuler
Terdengar disemua lapang paru normal
O Bersifat halus, nada rendah
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
O Bronchovesikuler
§ Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula
§ Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler
§ Inspirasi sama dengan ekspirasi
§ Bronchial
§ Terdengar di atas manubarium,
§ Bersifat kasar, nada tinggi
§ Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi
§ Suara ucapan
§ Anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2 secara berisik sesudah inspirasi
§ Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil mendengarkan secara sistematik disemua
lapang paru dengan menggunakan stetoskop
§ Bandingkan bagian kiri dan kanan
5. Suara Tambahan
4. SUHU
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi
metabolisme dalam tubuh , dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolisme darah. Suhu tubuh perlu dijaga keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas
yang hilang dengan jumlah panas yang diproduksi. Proses pengaturan suhu terletak pada
hypothalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan hypothalamus dapat mengatur
pembuangan panas dan bagian hypothalamus belakang mengatur upaya penyimpanan panas.
Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan
hypothalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan
panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah
klinis yang dialami klien
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
1. Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap
suhu yang ekstrem.
2. Olahraga: meningkatkan produksi panas.
3. Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh yang lebih besar dari laki –
laki.
4. Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah 0,5˚ selama 24 jam titik terendah pada
pukul 1 – 4 dini hari.
a. Pemeriksaan suhu
* Dimulut Atau Oral
Ø Alat yang digunakan :
1. Thermometer oral
2. Botol berisi larutan sabun
3. Botol larutan desinfektan
4. Botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa
5. Potongan tertutup pada tempatnya
6. Bengkok
7. Alat tulis
8. Buku catatan
Ø Pelaksaan :
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Mengatur posisi pasien (duduk/tidur)
4. Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun jika belum ayun – ayun dengan hati
– hati sampai air raksa penuh pada titik angka terendah (dibawah 35˚c).
5. Anjurkan pasien untuk membuka mulut, letakkan reservoin thermometer dibawah lidah
kemudian anjurkan pasien untuk menutup mulut.
6. Tunggu 10 menit, keluarkan thermometer dan keringkan dengan silstep 1 kali dengan
tekanan yang mantab dari atas ke reservoin dengan putaran.
7. Baca hasilnya dengan meletakkan thermometer horizontal setinggi mata putar – putar
diantaranya jari sampai batas air raksa jelas.
8. Catat hasil di buku catatan
* Diketiak/ aksila
Ø Alat yang digunanakan :
1. Thermometer aksila
2. botol berisi larutan sabun
3. botol berisi larutan desinfektan
4. botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa
5. potongan tertutup pada tempatnya
6. menempatkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan di
bawah klien.
7. Biarkan thermometer di tempat tersebut
Ü Termomter air raksa 5 – 10 menit
Ü Thermometer digital sampai sinyal terdengar
8. Keluarkan thermometer dengan hati – hati
9. Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari arah atas ke reservoir,
buang tisu di bengkok.
10. Baca air raksa atau digitalnya
11. Membantu klien merapikan bajunya
12. Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal
13. Mengembalikan thermometer pada tempatnya
14. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
15. Mencatat hasil
* Dianus Atau Rectal
Alat yang digunakan:
1. Thermometer rektal
2. Botol berisi larutan sabun
3. Botol berisi larutan desinfektan
4. Botol berisi air bersih didalamnya dialasi dengan kain kasa
5. Potongan tertutup pada tempatnya
6. Bengkok
7. Alat tulis
8. Buku catatan
Ø Pelaksanaan :
1. Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Memasang tirai
5. Membuka pakaian bawah
6. Mengatur posisis klien
7. Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut
8. Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang
9. Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline
10. Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang dewasa)
11. Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan thermometer secara perlahan ke
dalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa. Dan pada bayi 1,2 – 2,5 cm
12. Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk
orang laki – laki)
13. Keluarkan thermometer dengan hati – hati
14. Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dan buang tisu ke bengkok
15. Baca air raksa dan digitalnya
16. Merapikan pasien
17. Membersihkan thermometer air raksa
18. Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal.
19. Mengembalikan thermometer pada tempatnya.
20. Melepas sarung tangan
21. Mencuci tangan
22. Mencatat hasil
b. Masalah yang harus dikaji pada pemeriksaan suhu
Demam
Demam bisa terjadi disebabkan karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
memertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas sehingga mengakibatkan
suhu dalam tubuh menjadi tidak normal.
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai
39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat
infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus).
Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen
berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.
Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme
tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang
meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran
panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat mengontrol produksi
panas yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan
tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia. Hipotermia
diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti:
· Ringan: 33°-36°.
· Sedang: 30°-33°.
· Berat: 27°-30°.
· Sangat berat: <30°.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa
jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.
Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah
turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan
kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah memahami tentang tanda-tanda vital. Dan kesimpulannya adalah kesehatan
pada tubuh kita itu sangat penting. Terutama bagi tanda-tanda vital seperti denyut nadi,
tekanan darah, pernapasan, suhu badan, dan berat badan. Bagaimana prosedur pelaksanaan
yang berperan penting kepada masyarakat atau pun pasien dan bertujuan untuk menambah
pengetahuan. Seperti pada tekanan darah, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka
tekanan darah akan meningkat. Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami oleh seseorang
itu juga berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah.
Dengan demikian Suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut
nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan
fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuansistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan
dengan denyut nadi.
B. SARAN
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu tanda – tanda
vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda – tanda vital maka kita tidak bisa
memberikan evaluasi respon klien terhadap intravena yang diberikan karena pemeriksaan
tanda – tanda vital merupakan bagian dari proses pemeriksaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA