Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TANDA – TANDA VITAL DAN POSISI PASIEN

DISUSUN OLEH:

LINGGA MAHESTA ROHMAN

XI – ASISTEN KEPERAWATAN

SMK MEKANIKA
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Tanda – Tanda Vital ....................................................................................

B. Jenis – Jenis Tanda Vital............................................................................

1. Tekanan Darah ............................................................................................


2. Nadi ..............................................................................................................
3. Pernafasan ...............................................................................................
4. Suhu .............................................................................................................

C. Posisi Pasien..................................................................................................

D. Jenis-jenis Posisi Pasien..............................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................

B. Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda – tanda vital sangat dibutuhkan,
karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa diagnose tentang apa yang dialami
pasien/klien. Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya adalah pemeriksaan pernafasan, nadi,
tekanan darah dan suhu.

Pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi klien
atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Data ini
juga memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan diussunnya rencana keperawatan.
Selanjutnya pengambilan tanda – tanda vital ini dilakukan dengan jarak waktu pengambilan tergantung
pada keadaan umum klien.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apa saja prosedur pelaksanaan dan tanda – tanda vital

Apa saja prosedur pelaksanaan dan posisi pasien

Apa saja masalah yang harus dikaji dan tanda – tanda vital

Apa saja masalah yang harus dikaji dan posisi pasien

Berapakah batasan normal setiap tanda – tanda vital

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengatahui prosedur pelaksanaan dari tanda – tanda vital

2. Untuk mengatahui masalah yang harus dikaji dan tanda – tanda vital

3. Untuk mengetahui batasan normal setiap tanda – tanda vital


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanda – Tanda Vital

Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Penggunaan
tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons terhadap stress
fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan. Hal ini sangatlah penting sehingga disebut
tanda – tanda vital.

Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital:

Ø Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas

Ø Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah

Ø Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program

Ø Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif

Ø Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah

Ø Saat keadaan umum klien berubah

Ø Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.

Ø Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda – tanda vital

Ø Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik

Ø Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam tubuh.

1. Jenis – Jenis Tanda – Tanda Vital

a) TEKANAN DARAH

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Darah mengalir karena adanya
perubahan tekanan, dimana terjadi perpindahan dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah.
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkonstraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan darah sistemik
atau arterial merupakan indicator yang paling baik untuk kesehatan kardiovaskuler. Tekanan diastolic
adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari
100/60 – 140/90. Rata – rata tekanan darah normal biasanya 120/80.

Menurut Hayens (2003) tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah berperan
penting dalam proses ini di mana jantung sebagai pompa muscular yang menyuplai tekanan untuk
menggerakkan darah dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastic dan kehanan yang kuat.
Tekanan darah di ukur dalam satuan millimeter air raksa (mmHg). Untuk mengukur tekanan darah maka
perlu dilakukan pengukuran darah secara rutin.

a. Pemeriksaan tekanan darah

Ø Alat yang digunakan

1. Tensi meter

2. Stetoskop

3. Buku catatan

Ø Pelaksanaan

1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

2. Mendekatkan alat kesamping klien

3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

4. Mengatur posisi klien

5. Membuka pakaian yang menutupi lengan atas

6. Membalutkan kantong tensi meter pada lengan atas kira – kira 3 cm di atas fosa cubiti, dengan tinta
karet di sebelah luar lengan, balutkan tapi jangan terlalu kencang.

7. Memakai stetoskop

8. Meraba detik arteri brakialis dengan ujung tengah dan jari telunjuk. Pastikan tidak diperkenankan
menggenggamkan tangan atau menempelkan tangannya.

9. Meletakkan piringan stetoskop diatas arteri brakialis.

10. Mengunci skrup balon karet

11. Memompakan udara kedalam kantong dengan cara memijat balon berulang – ulang, air raksa
didalam pipa naik, dipompa terus sampai denyut arteri tidak terdengar lagi

12. Membuka sekrup balon dengan menurunkan tekanan dengan perlahan – lahan
13. Mendengar denyut dengan teliti dan memperhatikan sampai angka berapa pada skala mulai
terdengar denyut pertama dan mencatat sebagai tekanan sistole.

14. Meneruskan membuka skrup tadi perlahan – lahan sampai suara nadi terdengar lambat dan
menghilang, dicatat sebagai tekanan diastole.

15. Membuka kantong karet, digulung dengan rapi.

16. Mengunci tensi meter ke arah

17. Merapikan pasien

18. Membereskan alat

19. Mencuci tangan

20. Mendokumentasikan

b. Masalah Yang Harus Dikaji Pada Tekanan Darah

Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yaitu tekanan diastolic mencapai 140mmHg atau lebih,
terapi tekanan diastolik kurang dari 90mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 80 kemudian
berkurang perlahan – lahan bahkan menurun drastis. Hipertensi ini juga disebabkan oleh berbagai
masalah kebutuhan nutrisi, seperti penyebab dari adanya obesitas serta asupan kalsium, natrium dan
gaya hidup.

Penatalaksanaan hipertensi juga dapat menganjurkan pasien untuk memakai obat anti hipertensi dan
turunkan jumlah dosisnya yang disediakan dengan langkah - langkah :

a. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indek masa tubuh lebih dari 27 kg)

b. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30/35 menit/hari)

c. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 gr Na/ 6gr Nacl/hari)

d. Mempertahankan asupan kalsium yang adekuat (90 mmHg/hari)

e. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.

Yang perlu dikaji pada pasien hipertensi:

a. Aktivitas dan istirahat

Ø Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup menonton


Ø Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.

b. Sirkulasi

Ø Gejala: riwayat hipertensi, arteri korosis penyakit jantung koroner/katup dan penyakir cerebral
vaskuler

Ø Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah) diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.

1. Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan ventrikel kiri/hipertrofi
ventrikel kiri.

2. Desiran vaskuler terdengar diatas karotis

3. DVJ (distensi vena jugularis)

4. Ekstermitas : perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat tertunda
(vasokontriksi).

5. Kulit pucat, sianosis dan diaphoresis

konghesif/inpoksemia) kemerahan (veoktamusisoma)

c. Integritas ego

Ø Gejala : riwayat perubahan kepribadian ansietas, depresi, atau marah kronik.

Ø Tanda : gelisah, penyempitan kontinu pertahanan, gerak tangan, sempit, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Ø Gejala : gangguan ginjal saat ini/yang lalu seperti infeksi atau riwayat penyakit masa lalu

e. Makanan dan cairan

Ø Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak, kolesterol, keju,
telur, gula merah.

Ø Tanda : berat badan normal atau obeisitas, adanya edema, konghesti vena. DVJ/Distensi Vena
Jugularis

f. Nyeri

Ø Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung (nyeri hilang timbul pada tungkai).

g. Pernafasan
Ø Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja takipnea, ortopnea, dispnea nontural,
potok sismol, batuk tanpa seputum, riwayat merokok.

Ø Tanda : bunyi nafas tambahan, distress respiorasi atau penggunaan otot aksesoris pernafasan
sianosis.

h. Keamanan

Ø Gejala : gangguan koordinasi atau cara berjalan, episode perestasia, unilateral, transen, hipotensi
postural.

i. Penyuluhan

Ø Gejala: faktor – faktor resiko keluarga: hipertensi arteroskalerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
cerebros vaskuler ginjal.

c. Batasan normal tekanan darah

Umur

Tekanan sistolik/diatolik (mmHg)

1 bulan

86/54

6 bulan

90/60

1 tahun

96/65

2 tahun

99/65

4 tahun

99/65

6 tahun

100/60

8 tahun
105/60

10 tahun

110/60

12 tahun

115/60

14 tahun

118/60

16 tahun

120/65

2. NADI

Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan oleh kontraksi dari
ventrikel kiri jantung. Denyut nadi adalah rangsangan kontraksi jantung yang dimulai dari NODES
SINOURI atau NODUS SINOS ATRIAL yang merupakan bagian atas serambi kanan jantung. Salah satu
indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan denyut nadi pada saat beristirahat.
Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan nadi
dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi irama dan kuat lemah nadi ). Mengukur denyut nadi yang
terasa pada pembuluh darah arteri yang disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir di dalamnya
sewaktu jantung memompa darah ke dalam aorta atau arteri.

Tujuan pemeriksaan nadi adalah :

1. Untuk mengetahui kerja jantung

2. Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah.

3. Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.

Kecepatan denyut jantung bereaksi terdapat rangsangan yang ditimbulkan oleh system saraf
simpatis dan saraf parasimpatis, beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut: emosi, nyeri,
aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila tekanan darah turun karena jantung
berusaha meningkatkan keluarnya darah.

a) Pemeriksaan nadi

Ø Alat yang digunakan


1. Alat penghitung denyut nadi

2. Jam tangan / arloji

3. Buku catatan

Ø Pelaksanaan

1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

2. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan

3. Membawa alat kedekat pasien

4. Mengatur posisi pasien

5. Meraba / menghitung denyut nadi pada tempat-tempat denyut nadi( temporalis, karotis, apikal,
brakialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis), sesuai keadaan umum pasien .

6. Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan dengan lembut

7. Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung denyut jantung

8. Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan 2. Apabila denyut tidak
teratur dan pada paien yang baru dilakukan pemeriksaan hitung selama 1 menit penuh.

9. Mencuci tangan

10. Mencatat hasil.

b) Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi

Kecepatan Nadi (Pulse Rate)

Pulse Rate (jumlah denyutan perifer yang dirasakan selama 1 menit) à dihitung dengan menekan arteri
perifer dengan menggunakan ujung jari

Tachycardia: nadi >100 -150 x/mntà jantung overwork à oksigenasi sel tidak adequat

Palpitasi : perasaan berdebar-debar, sering menyertai tachycardi

Bradycardia : denyut nadi < 60 x/mnt àkejadian lebih sedikit dibandingkan tachycardia

Denyut Nadi sangat fluktuatif dan meningkat dengan :

1. exercise,

2. illness,

3. injury
4. emotions.

c) batasan normal nadi

Usia

Denyut nadi (x/permenit)

Balita

120-160

Anak

90 – 140

Pra sekolah

80 – 110

Sekolah

75 – 100

Remaja

60 – 90

Dewasa

60-100

3. PERNAFASAN

Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke
dalam tubuh, serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai
sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Secara normal orang dewasa bernafas kira – kira 16 – 20 x/menit, sementara bayi dan anak kecil lebih
cepat daripada orang dewasa. Naiknya kecepatan bernafas disebut polypnea. Jika suhu badan naik
kecepatan bernafas bertambah, karena tubuh berusaha melepaskan diri dari kelebihan panas.
Pemeriksaan pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan
oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama,
kedalaman dan tipe atau pola pernafasan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:


1. Faktor fisiologis

Ø Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada anemia

Ø Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti obstruksi saluran pernafasan bagian atas.

Ø Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya O2

Ø Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obeisitas, penyakit
kronis, seperti TBC paru.

2. Faktor perkembangan

Ø Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok

Ø Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan
penyakit jantung dan paru.

Ø Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas
menurun

3. Faktor perilaku

Ø Nutrisi

Ø Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen

Ø Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh darah perifer dan koroner.

Ø Kecemasan

4. Faktor lingkungan

Ø Tempat kerja

Ø Suhu lingkungan

Ø Ketinggian dari permukaan air laut

Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:

Ø Olahraga

Ø Stress

Ø Peningkatan suhu lingkungan

Ø Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi

Tujuan menghitung pernafasan :


1. Mengetahui keadaan umum pasien

2. Mengikuti perkembangan penyakit

3. Membantu menentukan salah satu penyokong diagnose

a.Menghitung pernafasan

Ø Alat yang digunakan

1. Jam tangan/arloji

2. Buku catatan

Ø Pelaksanaan

1. menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

2. membawa alat kesamping klien

3. mencuci tangan

4. hitunglah naik turunnya dada klien (pernafasan) sambil memegang arteri radialis dan menekukkan ke
dada klien seperti pura – pura menghitung denyut nadi (mengupayakan agar pasien tidak merasa di
observasi).

5. jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan dua. Jika irama
respirasi tidak teratur hitung selama 1 menit penuh

6. membereskan alat

7. mencuci tangan

8. mencatat hasil

b. Masalah yang harus dikaji pada pernafasan

1. Ritme pernafasan

· Eupnea : irama normal

· Kusmaul : cepat dan dalam

· Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal

· Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf)

· Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea (kerusakan saraf)

a. Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas


b. Orthopnea : sesak pada waktu posisi berbaring

c. Suara batuk : produktif / tidak

2. Palpasi

a. Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga

b. Kesimetrisan ekspansi dada

· Caranya : letakkan kedua telapak tangan secara datar

Bisa pada anterior, sisi dan posterior

Anjurkan tarik nafas

· Amati : normal bila gerakan tangan simetris

Taktil fremitus

· Caranya : -letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada

-anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam

-rasakan getaran

· Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks

-lakukan pada seluruh permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan, depan,belakang)

3. Perkusi

· Suara perkusi

o Paru normal : sonor/resonan

o Pneumothoraks : hipersonor

o Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar

o Daerah yang berongga : tympani

o Batas organ

§ Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS 7/8 (Paru-lambung)

§ Sisi dada kanan : ICS 4/5 (paru-Hati)

§ Dinding posterior :-Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas atas paru


-Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru

4. Auskultasi

· Suara / bunyi nafas vesikuler

o Terdengar disemua lapang paru normal

o Bersifat halus, nada rendah

o Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi

o Bronchovesikuler

§ Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula

§ Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler

§ Inspirasi sama dengan ekspirasi

§ Bronchial

§ Terdengar di atas manubarium,

§ Bersifat kasar, nada tinggi

§ Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi

§ Suara ucapan

§ Anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2 secara berisik sesudah inspirasi

§ Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil mendengarkan secara sistematik disemua lapang
paru dengan menggunakan stetoskop

§ Bandingkan bagian kiri dan kanan

5. Suara Tambahan

a. Ronchi (ronchi kering)

Suara yang tidak terputus, akibat adanya getaran dalam lumen saluran pernafasan karena
penyempitan : ada sekret kental/lengket

a. Rales (ronchi basah)

Suara yang terputus, akibat aliran udara melewati cairan dan terdengar pada saat inspirasi
b. Wheezes – wheezing

Suara terdengar akibat obstruksi jalan napas, terjadi penyempitan sehingga ekspirasi dan inspirasi
terganggu, sangat jelas terdengar saat ekspirasi.

c. Batasan Normal Pernafasan

Usia

Frekuensi (x/menit)

Balita

30 – 60

Anak

30 – 50

Pra sekolah

25 – 32

Sekolah

20 – 30

Remaja

16 – 19

Dewasa

12 – 20

4. SUHU

Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi
metabolisme dalam tubuh , dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme
darah. Suhu tubuh perlu dijaga keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas yang hilang dengan jumlah
panas yang diproduksi. Proses pengaturan suhu terletak pada hypothalamus dalam sistem saraf pusat.
Bagian depan hypothalamus dapat mengatur pembuangan panas dan bagian hypothalamus belakang
mengatur upaya penyimpanan panas.

Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan hypothalamus.
Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas minimal, atau
kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:

1. Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap suhu
yang ekstrem.

2. Olahraga: meningkatkan produksi panas.

3. Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh yang lebih besar dari laki – laki.

4. Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah 0,5˚ selama 24 jam titik terendah pada pukul 1 – 4
dini hari.

a. Pemeriksaan suhu

* Dimulut Atau Oral

Ø Alat yang digunakan :

1. Thermometer oral

2. Botol berisi larutan sabun

3. Botol larutan desinfektan

4. Botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa

5. Potongan tertutup pada tempatnya

6. Bengkok

7. Alat tulis

8. Buku catatan

Ø Pelaksaan :

1. Mencuci tangan

2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

3. Mengatur posisi pasien (duduk/tidur)


4. Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun jika belum ayun – ayun dengan hati – hati
sampai air raksa penuh pada titik angka terendah (dibawah 35˚c).

5. Anjurkan pasien untuk membuka mulut, letakkan reservoin thermometer dibawah lidah kemudian
anjurkan pasien untuk menutup mulut.

6. Tunggu 10 menit, keluarkan thermometer dan keringkan dengan silstep 1 kali dengan tekanan yang
mantab dari atas ke reservoin dengan putaran.

7. Baca hasilnya dengan meletakkan thermometer horizontal setinggi mata putar – putar diantaranya
jari sampai batas air raksa jelas.

8. Catat hasil di buku catatan

* Diketiak/ aksila

Ø Alat yang digunanakan :

1. Thermometer aksila

2. botol berisi larutan sabun

3. botol berisi larutan desinfektan

4. botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa

5. potongan tertutup pada tempatnya

6. menempatkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan di bawah
klien.

7. Biarkan thermometer di tempat tersebut

ü Termomter air raksa 5 – 10 menit

ü Thermometer digital sampai sinyal terdengar

8. Keluarkan thermometer dengan hati – hati

9. Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari arah atas ke reservoir, buang tisu di
bengkok.

10. Baca air raksa atau digitalnya

11. Membantu klien merapikan bajunya

12. Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal

13. Mengembalikan thermometer pada tempatnya


14. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

15. Mencatat hasil

* Dianus Atau Rectal

alat yang digunakan:

1. Thermometer rektal

2. Botol berisi larutan sabun

3. Botol berisi larutan desinfektan

4. Botol berisi air bersih didalamnya dialasi dengan kain kasa

5. Potongan tertutup pada tempatnya

6. Bengkok

7. Alat tulis

8. Buku catatan

Ø Pelaksanaan :

1. Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Mendekatkan alat ke samping klien

3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

4. Memasang tirai

5. Membuka pakaian bawah

6. Mengatur posisis klien

7. Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut

8. Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang

9. Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline

10. Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang dewasa)

11. Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan thermometer secara perlahan ke dalam anus
sekitar 3,5 cm pada orang dewasa. Dan pada bayi 1,2 – 2,5 cm
12. Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk orang
laki – laki)

13. Keluarkan thermometer dengan hati – hati

14. Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dan buang tisu ke bengkok

15. Baca air raksa dan digitalnya

16. Merapikan pasien

17. Membersihkan thermometer air raksa

18. Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal.

19. Mengembalikan thermometer pada tempatnya.

20. Melepas sarung tangan

21. Mencuci tangan

22. Mencatat hasil

b. Masalah yang harus dikaji pada pemeriksaan suhu

Demam

Demam bisa terjadi disebabkan karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
memertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas sehingga mengakibatkan suhu dalam
tubuh menjadi tidak normal.

Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39°C
meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena
virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus).

Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat
puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.

Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh
meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan
energi yang memproduksi panas tambahan.

Hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat mengontrol produksi panas yang
terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.

Hipotermia

Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh
untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan
melalui pengukuran suhu inti:

· Ringan: 33°-36°.

· Sedang: 30°-33°.

· Berat: 27°-30°.

· Sangat berat: <30°.

Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam.
Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami gemetar yang
tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.

Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika
hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak
responsif terhadap stimulus nyeri.

Kelelahan Akibat Panas

Kelelahan akibat panas terjadi akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan
oleh lingkungan yang terlalu panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum
selama kelelahan akibat panas.

Heat Stroke

Lingkungan dengan suhu tinggi dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut
heat stroke. Penderita heat stroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan
malfungsi hipotalamus. Heat stroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan
jaringan pada sel dari semua organ tubuh.

Itulah beberapa kondisi penyakit yang disebabkan oleh adanya perubahan suhu tubuh. Adanya
perubahan suhu tubuh memang sangat sulit dicegah dan manusia hanya dapat melakukan peminimalan
resiko dari penyakit-penyakit yang berkaitan dengan perubahan suhu tubuh seperti demam, kelelahan,
heat stroke, dan lainnya.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan rajin memeriksakan kondisi tubuh ke dokter secara rutin,
mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan mencukupi kebutuhan tidur Anda.

Dengan demikian, penyakit apapun bisa dicegah. Jika mampu menyerang sekalipun, resiko penyakitnya
tak akan terlalu parah dan juga proses penyembuhannya relatif cepat karena orang yang senantiasa
menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya memiliki daya imun yang kuat.

c. Batasan normal pemeriksaan suhu

Usia

Suhu (Derajat Celcius)

3 bulan

37,5

1 tahun

37,7

3 tahun

37,2

5 tahun

37,0

7 tahun

36,8

9 tahun

36,7

13 tahun

36,6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah memahami tentang tanda-tanda vital. Dan kesimpulannya adalah kesehatan pada tubuh
kita itu sangat penting. Terutama bagi tanda-tanda vital seperti denyut nadi, tekanan darah,
pernapasan, suhu badan, dan berat badan. Bagaimana prosedur pelaksanaan yang berperan penting
kepada masyarakat atau pun pasien dan bertujuan untuk menambah pengetahuan. Seperti pada
tekanan darah, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka tekanan darah akan meningkat.
Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami oleh seseorang itu juga berpengaruh terhadap
meningkatnya tekanan darah.

Dengan demikian Suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut
nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat
menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuansistem kardiovaskuler,
yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.

B. SARAN

Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu tanda – tanda vital. Karena
kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda – tanda vital maka kita tidak bisa memberikan evaluasi
respon klien terhadap intravena yang diberikan karena pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan
bagian dari proses pemeriksaan pasien.

Anda mungkin juga menyukai