Add caption
SELAMAT DATANG
Semoga Bermanfaat
GURU PEMBIMBING
MIKE SULISTYANINGRUM, Amd., Kep.
DISUSUN OLEH:
NUR ISTIANI
XI KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengatahui prosedur pelaksanaan dari tanda tanda vital
2. Untuk mengatahui masalah yang harus dikaji dan tanda tanda vital
3. Untuk mengetahui batasan normal setiap tanda tanda vital
BAB II
PEMBAHASAN
i. Penyuluhan
Gejala: faktor faktor resiko keluarga: hipertensi arteroskalerosis, penyakit jantung, DM,
penyakit cerebros vaskuler ginjal.
c. Batasan normal tekanan darah
Umur Tekanan sistolik/diatolik (mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65
6 tahun 100/60
8 tahun 105/60
10 tahun 110/60
12 tahun 115/60
14 tahun 118/60
16 tahun 120/65
2. NADI
Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan oleh
kontraksi dari ventrikel kiri jantung. Denyut nadi adalah rangsangan kontraksi jantung yang
dimulai dari NODES SINOURI atau NODUS SINOS ATRIAL yang merupakan bagian atas
serambi kanan jantung. Salah satu indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan
denyut nadi pada saat beristirahat. Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas
kesehatan yang melakukan pemeriksaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi
irama dan kuat lemah nadi ). Mengukur denyut nadi yang terasa pada pembuluh darah arteri
yang disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir di dalamnya sewaktu jantung
memompa darah ke dalam aorta atau arteri.
Tujuan pemeriksaan nadi adalah :
1. Untuk mengetahui kerja jantung
2. Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah.
3. Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut jantung bereaksi terdapat rangsangan yang ditimbulkan oleh system
saraf simpatis dan saraf parasimpatis, beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut:
emosi, nyeri, aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila tekanan darah
turun karena jantung berusaha meningkatkan keluarnya darah.
a) Pemeriksaan nadi
Alat yang digunakan
1. Alat penghitung denyut nadi
2. Jam tangan / arloji
3. Buku catatan
Pelaksanaan
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan
3. Membawa alat kedekat pasien
4. Mengatur posisi pasien
5. Meraba / menghitung denyut nadi pada tempat-tempat denyut nadi( temporalis, karotis,
apikal, brakialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis), sesuai
keadaan umum pasien .
6. Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan dengan lembut
7. Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung denyut
jantung
8. Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan 2. Apabila denyut
tidak teratur dan pada paien yang baru dilakukan pemeriksaan hitung selama 1 menit penuh.
9. Mencuci tangan
10. Mencatat hasil.
b) Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi
Kecepatan Nadi (Pulse Rate)
Pulse Rate (jumlah denyutan perifer yang dirasakan selama 1 menit) dihitung dengan
menekan arteri perifer dengan menggunakan ujung jari
Tachycardia: nadi >100 -150 x/mnt jantung overwork oksigenasi sel tidak adequat
Palpitasi : perasaan berdebar-debar, sering menyertai tachycardi
Bradycardia : denyut nadi < 60 x/mnt kejadian lebih sedikit dibandingkan tachycardia
Denyut Nadi sangat fluktuatif dan meningkat dengan :
1. exercise,
2. illness,
3. injury
4. emotions.
c) batasan normal nadi
Usia Denyut nadi (x/permenit)
Balita 120-160
Anak 90 140
Pra sekolah 80 110
Sekolah 75 100
Remaja 60 90
Dewasa 60-100
3. PERNAFASAN
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh, serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Secara normal orang dewasa
bernafas kira kira 16 20 x/menit, sementara bayi dan anak kecil lebih cepat daripada
orang dewasa. Naiknya kecepatan bernafas disebut polypnea. Jika suhu badan naik kecepatan
bernafas bertambah, karena tubuh berusaha melepaskan diri dari kelebihan panas.
Pemeriksaan pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses
pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernafasan.
Faktor faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:
1. Faktor fisiologis
Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada anemia
Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti obstruksi saluran pernafasan bagian atas.
Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya O2
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obeisitas,
penyakit kronis, seperti TBC paru.
2. Faktor perkembangan
Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru.
Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun
3. Faktor perilaku
Nutrisi
Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen
Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh darah perifer dan koroner.
Kecemasan
4. Faktor lingkungan
Tempat kerja
Suhu lingkungan
Ketinggian dari permukaan air laut
Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:
Olahraga
Stress
Peningkatan suhu lingkungan
Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi
Tujuan menghitung pernafasan :
1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. Mengikuti perkembangan penyakit
3. Membantu menentukan salah satu penyokong diagnose
a.Menghitung pernafasan
Alat yang digunakan
1. Jam tangan/arloji
2. Buku catatan
Pelaksanaan
1. menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. membawa alat kesamping klien
3. mencuci tangan
4. hitunglah naik turunnya dada klien (pernafasan) sambil memegang arteri radialis dan
menekukkan ke dada klien seperti pura pura menghitung denyut nadi (mengupayakan agar
pasien tidak merasa di observasi).
5. jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan dua. Jika
irama respirasi tidak teratur hitung selama 1 menit penuh
6. membereskan alat
7. mencuci tangan
8. mencatat hasil
b. Masalah yang harus dikaji pada pernafasan
1. Ritme pernafasan
Eupnea : irama normal
Kusmaul : cepat dan dalam
Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal
BiotS : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf)
Cheyne stoke : bertahap dangkal lebih cepat dan dalam lambat apnea (kerusakan saraf)
a. Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas
b. Orthopnea : sesak pada waktu posisi berbaring
c. Suara batuk : produktif / tidak
2. Palpasi
a. Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga
b. Kesimetrisan ekspansi dada
Caranya : letakkan kedua telapak tangan secara datar
Bisa pada anterior, sisi dan posterior
Anjurkan tarik nafas
Amati : normal bila gerakan tangan simetris
Taktil fremitus
Caranya : -letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada
-anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam
-rasakan getaran
Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks
-lakukan pada seluruh permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan, depan,belakang)
3. Perkusi
Suara perkusi
o Paru normal : sonor/resonan
o Pneumothoraks : hipersonor
o Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar
o Daerah yang berongga : tympani
o Batas organ
Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS 7/8 (Paru-lambung)
Sisi dada kanan : ICS 4/5 (paru-Hati)
Dinding posterior :-Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas atas paru
-Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru
4. Auskultasi
Suara / bunyi nafas vesikuler
o Terdengar disemua lapang paru normal
o Bersifat halus, nada rendah
o Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
o Bronchovesikuler
Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula
Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler
Inspirasi sama dengan ekspirasi
Bronchial
Terdengar di atas manubarium,
Bersifat kasar, nada tinggi
Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi
Suara ucapan
Anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2 secara berisik sesudah inspirasi
Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil mendengarkan secara sistematik disemua
lapang paru dengan menggunakan stetoskop
Bandingkan bagian kiri dan kanan
5. Suara Tambahan
4. SUHU
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai
kondisi metabolisme dalam tubuh , dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolisme darah. Suhu tubuh perlu dijaga keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas
yang hilang dengan jumlah panas yang diproduksi. Proses pengaturan suhu terletak pada
hypothalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan hypothalamus dapat mengatur
pembuangan panas dan bagian hypothalamus belakang mengatur upaya penyimpanan panas.
Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan
hypothalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan
panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah
klinis yang dialami klien
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
1. Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap
suhu yang ekstrem.
2. Olahraga: meningkatkan produksi panas.
3. Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh yang lebih besar dari laki laki.
4. Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah 0,5 selama 24 jam titik terendah pada pukul
1 4 dini hari.
a. Pemeriksaan suhu
Dimulut Atau Oral
Alat yang digunakan :
1. Thermometer oral
2. Botol berisi larutan sabun
3. Botol larutan desinfektan
4. Botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa
5. Potongan tertutup pada tempatnya
6. Bengkok
7. Alat tulis
8. Buku catatan
Pelaksaan :
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Mengatur posisi pasien (duduk/tidur)
4. Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun jika belum ayun ayun dengan hati
hati sampai air raksa penuh pada titik angka terendah (dibawah 35c).
5. Anjurkan pasien untuk membuka mulut, letakkan reservoin thermometer dibawah lidah
kemudian anjurkan pasien untuk menutup mulut.
6. Tunggu 10 menit, keluarkan thermometer dan keringkan dengan silstep 1 kali dengan tekanan
yang mantab dari atas ke reservoin dengan putaran.
7. Baca hasilnya dengan meletakkan thermometer horizontal setinggi mata putar putar
diantaranya jari sampai batas air raksa jelas.
8. Catat hasil di buku catatan
Diketiak/ aksila
Alat yang digunanakan :
1. Thermometer aksila
2. botol berisi larutan sabun
3. botol berisi larutan desinfektan
4. botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa
5. potongan tertutup pada tempatnya
6. menempatkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan di bawah
klien.
7. Biarkan thermometer di tempat tersebut
Termomter air raksa 5 10 menit
Thermometer digital sampai sinyal terdengar
8. Keluarkan thermometer dengan hati hati
9. Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari arah atas ke reservoir, buang
tisu di bengkok.
10. Baca air raksa atau digitalnya
11. Membantu klien merapikan bajunya
12. Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal
13. Mengembalikan thermometer pada tempatnya
14. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
15. Mencatat hasil
Dianus Atau Rectal
alat yang digunakan:
1. Thermometer rektal
2. Botol berisi larutan sabun
3. Botol berisi larutan desinfektan
4. Botol berisi air bersih didalamnya dialasi dengan kain kasa
5. Potongan tertutup pada tempatnya
6. Bengkok
7. Alat tulis
8. Buku catatan
Pelaksanaan :
1. Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Memasang tirai
5. Membuka pakaian bawah
6. Mengatur posisis klien
7. Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut
8. Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang
9. Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline
10. Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang dewasa)
11. Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan thermometer secara perlahan ke dalam
anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa. Dan pada bayi 1,2 2,5 cm
12. Pegang thermometer di tempatnya selama 2 3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk
orang laki laki)
13. Keluarkan thermometer dengan hati hati
14. Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dan buang tisu ke bengkok
15. Baca air raksa dan digitalnya
16. Merapikan pasien
17. Membersihkan thermometer air raksa
18. Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala awal.
19. Mengembalikan thermometer pada tempatnya.
20. Melepas sarung tangan
21. Mencuci tangan
22. Mencatat hasil
b. Masalah yang harus dikaji pada pemeriksaan suhu
Demam
Demam bisa terjadi disebabkan karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk memertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas sehingga
mengakibatkan suhu dalam tubuh menjadi tidak normal.
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu
sampai 39C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk pertarungan
akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus).
Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah
pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.
Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.
Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan
pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient.
Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat memengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat
mengontrol produksi panas yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan
anastetik tertentu.
Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia.
Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti:
Ringan: 33-36.
Sedang: 30-33.
Berat: 27-30.
Sangat berat: <30.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama
beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35C, orang yang mengalami hipotermia
mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.
Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan
darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung,
kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu tanda
tanda vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda tanda vital maka kita tidak
bisa memberikan evaluasi respon klien terhadap intravena yang diberikan karena
pemeriksaan tanda tanda vital merupakan bagian dari proses pemeriksaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H. A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksiadanya perubahan sistem tubuh. Tanda
vital meliputi suhu tubuh, denyutnadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai
nilaisangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat
menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyutnadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem
kardiovaskular, frekuensipernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan darahdapat menilai
kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkandengan denyut nadi. Semua tanda vital tersebut
saling berhubungan dansaling mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalamkondisi
aktifitas berat atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebutmerupakan indikator adanya gangguan sistem
tubuh.
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakanuntuk memantau perkembangan
pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada klien, tetapi merupakan
tindakanpengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh.
2. TUJUAN
Tujuan dilakukan pemeriksaan tanda vital pada pasien dengan efusi pleura, yaitu:
- untuk memantau adanya perubahan tanda vital pada pasien
- untuk mendeteksi adanya perubahan system tubuh
- untuk memantau perkembangan pasien
BAB II
TINJAUAN TEORI
b.2. Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat di raba di berbagai tempat pada tubuh.
Nadi merupakan indicator status sirkulasi.
Karakter nadi :
1. frekuensi
2. irama
3. kekutan
4. kesamaan
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
I. Pengkajian
Tanggal : 21 Juli 2012
Jam : 20.00 WIB
Ruang : Dahlia
1. Data Subyektif
a. Identitas
Nama : Tn.D
Umur : 68 th
Agama : Islam
Alamat : Nagasari Rt.03 Rw.01 Pagentan
Tanggal masuk : 29 Juli 2012
Jam :01.10 WIB
No.RM : 68-71-25
Diagnosa Medis : Efusi Pleura
b. Keluhan utama
Tn.D mengeluh kadang- kadang masih sesak napas namun sudah membaik
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Tn,D merasa tidak nyaman karena napasnya sesak
Riwayat kesehatan dahulu
Tn.D mengatakan pernah sesak napas 2 hari ini dan memberat sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat kesehatan keluarga
Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita Efusi Pleura
d. Pola kebutuhan sehari-hari
Pola nutrisi
Sebelum sakit : makan 3x sehari, porsi sedang
ma sakit : pasien tidak nafsu makan ( pasien hanya mau makan 2 sendok).
Pola Eliminasi
um sakit : BAB lunak, teratur 1x /hari. BAK sering, jernih warna urin.
Selama sakit : BAB lunak, kadang.BAK sering, jernih warna
urin.
Pola Istirahat
Sebelum sakit : tidur malam 7-8 jam, tidur siang 1-2 jam/hari.
Selama sakit : tidur malam 7-8 jam (kadang susah tidur), tidur
siang jarang.
Psikososial Spiritual
- Tn.D mengatakan pengambil keputusan dirundingkan bersama dengan istri
- Tn.D mengatakan selalu sholat 5 waktu.
2. Data Obyektif
2.1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum = Baik
- Kesadaran = Composmentis
- TTV = TD : 110/80 mmHg , S : 36,90C,
N : 82x/menit, R : 24x/menit
- BB = 48 kg
- TB = 150 cm
2.2. Pemeriksaan Fisik
Kepala = metachepal
Mata = anikteri, tidak ada gangguan dan perdarahan
Mulut = sianosis
thorax = C/S1>s2 reguler, P/SD resikuler
Ekstremitas= tidak ada oedema, dan tidak ada kelainan pada system
ekstremitas seperti kekakuan sendi
2.3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan
a. Hematologi
LED = 11 Normalnya: Lk = 0 15
Pr = 0 - 20
b. Kimia klinik
- SGOT = 24 U/L,t= 370C Normalnya: Lk = 40
Pr = 30
- SGPT = 63 U/L,t= 370C Normalnya: Lk = 24 190
Pr = 24 - 170
c. Pemeriksaan urine
- warna : kuning
- kekeruhan : jernih
- reaksi/ PH : 6,0
- berat jenis : 1,015
SEDIMEN
- leukosit 0 -1 /LPB
- eritrosit 0 1/LPB
- ephitel 1 2/LPK
d. Radiologi
Thorax PA:
Kesan : - efusi pleura dektra dibanding foto sebelumnya
kurang
- Besar dari dalam batas normal
e. Pengobatan
- Injeksi Furosenide 3 x 2A
- Captopril 3 x 25mg
- Injeksi Ranitidine 1A / 12 jam
- Injeksi Ceptriaxone 1gr/ 12jam
- Ambroxol 3 x 1 tab
- Curcuma 3 x 1 tab
- Infuse : RL 20 t/m
II. Perencanaan
o Kaji KU dan TTV
o Kaji riwayat alergi
o Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan (TTV)
o Lakukan TTV berupa pengukuran tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan nadi pada Tn.
D
o Berikan obat sesuai programnya
III. Pelaksanaan
Dilakukannya pengukuran tanda tanda vital (TTV) pada Tn.D dengan efusi pleura.
IV. Evaluasi
Setelah Tn.D dilakukan pengukuran Tanda- Tanda Vital (TTV) didapatkan hasil , yaitu :
TD = I30/70 mmHg
N = 82 x/menit
S = 360 C
R = 20 x/menit
BAB IV
PELAKSANAAN PERASAT
Pelaksanaan prasat pengukuran Tanda- Tanda Vital (tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, suhu tubuh pada pasien Tn.D dengan Efusi Pleura:
1. Mengukur tekanan darah
o Persiapan alat
Tensimeter
stetoskop
o Pelaksanaan
Menyambut klien dan keluarga pasien dengan ramah dan sopan
Memperkenalkan diri kepada klien
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Menyiapkan alat dan bahan
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
- Menggulung/ membuka lengan baju klien keatas
- Pastikan lengan atas bebas dari pakaian
- Melakukan palpasi arteri Brakhialis menggunakan dua ujung jari (telunjuk dan jari tengah)
- Pasang manset melingkari lengan atas dan bagian tengah bladder dipasng arteri, kemudian
kaitkan ujdungnya
- Meletakkan tensimeter sejajar dengan mata pemeriksa
- Menggunakan stetoskop
- Memasang stetoskop dengan meletakkan diafragma dari stetoskop diatas arteri Brakhialis
atau diantara bladder
- Tutup katup dengan mengunci sampai rapat, lalu pompa tensimeter
- Kemudian buka kunci perlahan- lahan, dengarkan dan perhatikan angka pada tensimeter.
Saat terdengar bunyi (dup) pertama (systolic) dan perhatikan suara keras yang terakhir
(dyastolik)
- Membuka manset dari lengan pasien, memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien
- Merapikan paien
- Membereskan alat
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
3. Menghitung pernapasan
o Persiapan alat
- Jam
- Alat tulis
o Pelaksanaan
- Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
- Memperkenalkan diri kepada klien
- Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukab
- Menghitung pernapasan bersamaan dengan menghitung denyut nadi
- Mencuci tangan dngan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk atau tidur)
- Menghitung pernapasan dengan memperhatikan gerakan pernapasan pada dada pasien
(menghitung dalam waktu 1 menit penuh)
- Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan
- Merapikan pasien
- Membereskan alat
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan prasat mengukur tanda- tanda vital (TTV) yang dilakukan dilahan
praktik (RSUD Banjarnegara) dengan teori sudah sesuai. Misalnya saja pada pengukuran
tekanan darah, tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan yang dilakukan
dilahan praktik. Begitu juga dengan pengukuran suhu tubuh, penghitungan denyut nadi dan
pernapasan, dilakukan sesuai dan sama dengan teori atau dengan kata lain dilakukan sesuai
dengan prosedur.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan prasta antara teori dengan pelaksanaan dilahan praktik untuk
pemeriksaan tanda- tanda vital (TTV) yang berupa pengukuran tekanan darah, pengukuran
suhu tubuh, menghitung denyut nadi serta menghitung pernapasan (Respirasi) dilakukan
sesuai dengan teori atau dengan kata lain tidak terjadi adanya kesenjangan antara teori dan
lahan praktik. Dan TTV dilakukan sesuai dengan prosedur.
B. Saran
- Bagi mahasiswa praktik
Bagi mahasiswa hendaknya selalu melakukan suatu tindakan sesuai dengan prosedur dan
lebih mempersiapkan materi- materi juga teori tentangprasat sebelum praktik dilahan.
- Bagi petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan hendaknya lebih memperhatikan kenyamanan dari pasien, dan
dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
SUMBER
Prosedur Pelaksanaan
1) Jelaskan prosedur kepada klien.
2) Cuci tangan.
3) Gunakan sarung tangan.
4) Atur posisi pasien.
5) Tentukan letak bawah lidah
6) Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C 350C.
7) Letakkan termometer dibawah lidah sejajar dengan gusi
8) Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 5 menit
9) Angkat thermometer dengan hati-hati dan baca hasilnya
10) Catatatan hasil
11) Bersihkan termometer dengan kertas / tissue
12) Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan
keringkan.
13) Turunkan tingkat air raksa atau kembalikan thermometer digital ke skala awal.
14) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
15) Dokumentasikan dalam catatan perawat.
c. Pemeriksaan Pernafasan
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
Pengertian
Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi)dalam 1 menit.
Tujuan
1) Mengetahui keadaan umum klien.
2) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam 1 menit.
3) Mengikuti perkembangan penyakit.
4) Membantu menegakkan diagnosis.
Indikasi
1) Pada klien yang baru masuk untuk dirawat.
2) Secara rutin pada klien yang sedang rutinn dirawat
3) Sewaktu-waktu, sesuai kebutuhan klien.
Persiapan Alat
1) Arloji tangan dengan jarum detik atau layar digital atau polsteller.
2) Buku catatan dan alat tulis.
Prosedur Pelaksanaan
3) Tempatkan alat disamping klien.
4) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.
5) Cuci tangan klien.
6) Letakkan lengan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian
bawahnya, atau tempat kantangan pemeriksa langsung pada abdomen atas klien.
7) Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi sekali ekspirasi).
8) Setelah siklus terobservasi, lihat pada jarum detik jam tangan dan hitung
frekwensinya.
9) Jika irama teratur, hitung respirasi selamma 30 detik dan kalikan 2.
10) Jika pernafasan tidak teratur, hitung 1 menit penuh.
11) Saat menghitung, catat kedalaman pernafasan.
12) Cuci tangan.
13) Dokumentasikan.
Pengertian
Melakukan pengukuran tekanan darah (hasil dari curah jantung dan tahanan
pembuluh perifer) dengan menggunakan sfigmomanometer.
Tujuan
Mengetahui keadaan hemodinamik klien dan keadaan kesehatan kesehatan
secara menyeluruh.
Indikasi
1) Setiap klien yang baru dirawat.
2) Setiap klien secara rutin.
3) Klien secara kebutuhan.
Persiapan Alat
Baki berisi:
1) Stetoskop.
2) Sfimomanometer air raksa atau aneroid dengan balon udara dan manset.
3) Kapas alkohol dalam tempatnya.
4) Bengkok.
5) Buku catatan dan alat tulis.
Prosedur Pelaksanaan
1) Bawa alat ke dekat klien.
2) Jelaskan tindakan yangakan dilakukan beserta tujuannya.
3) Cuci tangan.
4) Atur posisi klien: duduk atau berbaring dengan nyaman, lengan disokong setinggi
jantung, dan telapak tangan.
5) Buka pakaian yang menutupi lengan atas.
6) Palpasi arteri brakialis dan tempatkan manset 2,5 cm diatas sisi denyut arteri
brakialis.
7) Pusatkan alat panah yang tertera pada manset ke arteri brakialis dan lingkaran
menset pada lengan atas secara rapi dan tidak ketat.
8) Pastikan manometer terletak setinggi titik pandang mata dan perawat berdiri tidak
lebih dari 1 m jauhnya.
9) Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset sampai ke kanan 30 mmHg diatas
titik hilangnya denyut arteri. Perlahan kempiskan manset perhatikan sampai denyut
kembali teraba ( sistolik palpasi).
10) Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 30 detik.
11) Tempatkan bagian telinga stetoskop pada telinga pemeriksa.
12) Cari kembali arteri brakialis dan tempatkan diafragma stetoskop diatasnya.
13) Tutup kantong tekanan searah putaran jarum jam sampai kencang.
14) Pompa manset sampai tekanan mmHg diatas hasil palpasi sistolik klien.
15) Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan air raksa turun rata-rata 2-3
mmHg/detik.
16) Perhatikan titik manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.
17) Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan titik hilangnya bunyi.
18) Kempiskan manset dengan cepat dan total.
19) Jika prosedur diulang, tunggu sampai 30 detik.
20) Buka manset serta lipat dengan baik.
21) Tutup lengan atas dan bantu klien untuk posisi yang diinginkan.
22) Desinfeksi bagian telinga (ear piece) stetoskop dan bagian diafragma stetoskop
dengan kapas alkohol.
23) Informasikan hasil kepada klien.
24) Mencucui tangan.
25) Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.
http://risangari.blogspot.co.id/2013/09/makalah-tanda-tanda-vital.html