Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah


Mata Kuliah Keperawatan Dasar II
Dosen Ampu : Sandi Haryanto, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh :

 Lugina Ahdiani Y 1118002


 M. Rizki Febriansyah 1118006  Dipa Aulia Agustin 1118019
 Dian Tri Wahjuni 1118013  Gita Rosalina 1118034
 Synda Geniya Risma A 1118014  Syifaa Amelia Satriadi 1118041
 Indri Mardiani K 1118017  Anisa Rahayu Nur A 1118043
 Susi Ashari 1118018  Yulia Astriningsih 1118047
 Rafania Adilla 1118048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, Yang Maha Suci lagi
Maha Agung. Hanya kepada-Nya kita menyembah dan kepada-Nya pula kita
memohon belas kasihan, karena taufik dan hidayahnya makalah Tanda-Tanda
Vital : Tekanan Darah ini dapat terselesaikan.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan mendukung usaha kami dalam menyelesaikan makalah ini
sehingga akhirnya dapat terselesaikan.

Harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya, sebagai insan yang kurang sempurna, kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan serta kekeliruan, maka dari
itu kritik dan saran serta masukan dan pemikiran yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan makalah ini.

Bandung, 29 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan.................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah............................................................................4

B. Rumusan Masalah.....................................................................................4

C. Tujuan Makalah.........................................................................................4

D. Manfaat Makalah.......................................................................................5

BAB II Tinjauan Teori.............................................................................................6

A. Tekanan Darah dalam Fundamental of Nursing Volume 2.......................6

B. Tekanan Darah dalam Buku Anatomi Fisiologi........................................6

C. Fisiologi Tekanan Darah Arteri.................................................................7

D. Faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah.............................................9

E. Cara dan alat pengukuran Tekanan Darah..............................................12

F. Nilai normal Tekanan Darah.......................................................................18

G. Gangguan pada Tekanan Darah..............................................................18

H. Proses Keperawatan dan Penentuan Tekanan Darah..............................21

BAB III Penutup....................................................................................................23

A. Simpulan..................................................................................................23

B. Saran........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pemeriksaan tanda vital merupakan pemeriksaan dasar untuk mendeteksi


adanya perubahan sistem tubuh. Tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan
Tekanan Darah, Suhu, Nadi, dan Pernapasan. Adanya perubahan tanda vital
mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ dalam tubuh.
Disamping itu pemeriksaan tanda vital ini mempunyai fungsi sebagai
tambahan untuk menegakkan diagnose penyakit oleh dokter.

Tanda vital mempunyai nilai yang sangat penting bagi fungsi tubuh, maka
dari itu pemeriksaannya pun harus dilakukan dengan benar agar mendapatkan
hasil yang tepat dan akurat. Namun masih banyak masyarakat, mahasiswa atau
bahkan tenaga kesehatan yang tidak/belum mengetahui hal-hal penting yang
harus diperhatikan dalam pemeriksaan tanda vital khususnya pada
pemeriksaan tekanan darah.

Sebelum melakukan tindakan, seorang praktisi atau orang yang akan


mempraktikan tindakan pemeriksaan tanda vital pun harus mengetahui
teorinya. Maka dari itu penyusun berniat membuat makalah ini untuk
mengupas teori dari salah satu aspek pemeriksaan tanda-tanda vital, yaitu
tekanan darah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tekanan darah?


2. Berapakah nilai normal tekanan darah?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah?
4. Bagaimana cara pengukuran tekanan darah?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tekanan darah.

4
5

2. Untuk mengetahui nilai-nilai normal dalam tekanan darah.


3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tekanan
darah.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur tekanan darah.

D. Manfaat Makalah

1. Dapat mengetahui apa itu tekanan darah.


2. Dapat mengetahui nilai-nilai normal tekanan darah.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
4. Dapat mengetahui cara mengukur tekanan darah.
BAB II
Tinjauan Teori

A. Tekanan Darah dalam Fundamental of Nursing Volume 2

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan dinding arteri untuk


memompa darah dari jantung. Kekuatan kontraksi jantung mendorong darah
ke aorta. Puncak tekanan maksimum saat pompaan disebut tekanan sistolik.
Saat ventrikel berelaksasi, darah yang tetap berada di arteri menghasilkan
tekanan minimal atau disebut tekanan diastolik. Tekanan darah sistemik atau
arterial merupakan indikator yang baik untuk memeriksa kesehatan
kardiovaskular.
Unit standar pengukuran tekanan darah adalah milimeter air raksa
(mmHg). Penulisan hasil tekanan darah adalah sistolik kemudian diastolik
(contoh: 120/80). Selisih antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan
nadi (pulse pressure) dan normalnya berkisar 30-50mmHg. Batas terendah
tekanan sistolik pada orang dewasa diperkirakan 105 mmHg, dan batas teratas
adalah 150mmHg. Pada wanita tekanan darahnya ialah 5 sampai 10mmHg
lebih rendah daripada pria.

B. Tekanan Darah dalam Buku Anatomi Fisiologi

Tekanan darah atrial adalah kekuatan tekanan darah ke dinding


pembuluh darah yang menampungnya.
Selama systole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk
aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama
diastole tekanan turun. Nilai terendah disebut dengan diastolik.
Tekanan darah sistolik dihasilkan otot jantung yang mendorong isi
ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah teregang. Selama diastole, arteri
masih tetap menggembung karena tahanan perifer arteriol-arteriol
menghalangi semua darah mengalir ke dalam jaringan. Maka demikianlah

6
5

tekanan darah sebgaian tergantung pada kekuatan dan volume darah yang di
pompa jantung, dan sebagaian lagi pada kontraksi otot dalam dinding arteriol.
7

Kontraksi ini dipertahankan oleh saraf vasokomotor dan di kendalikan oleh


pusat vasomotorik dalam modula oblongata. Pusat vasokomotor mengatur
tahanan perifer untuk mempertahankan agar tekanan darah relative konstan.
Tekanan darah sedikit mengalami perubahan dengan perubahan-perubahan
gerakan fisiologik seperti sewaktu latihan jasamani, waktu adanya perubahan
mental karena kecemasan dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan.
Baiknya mengukur tekanan darah sewaktu orangnya tenang, istirahat,dan
sebaiknya dalam sikap rebahan.

C. Fisiologi Tekanan Darah Arteri

Tekanan darah menggambarkan hubungan antara curah jantung, resistensi


perifer, volume darah, kekentalan darah, dan elastisitas arteri, yang akan
membantu pengkajian perubahan tekanan curah jantung. Tekanan darah
bergantung pada curah jantung. Saat curah jantung meningkat (peningkatan
volume darah memenuhi ruang jantung), maka akan terjadi peningkatan
tekanan darah pada dinding arteri. Curah jantung meningkat karena adanya
peningkatan frekuensi denyut jantung, kontraksi otot jantung, atau volume
darah. Peningkatan frekuensi jantung yang cepat akan menurunkan waktu
pengisian jantung. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah.

a. Resistensi Perifer
Tekanan darah bergantung pada resistensi perifer. Darah
bersirkulasi melalui jaringan arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena.
Arteri dan arteriola dikelilingi otot polos yang berkontraksi atau
berelaksasi, menyesuaikan diri terhadap aliran darah berdasarkan
kebutuhan jaringan lokal. Oleh karena itu, resistensi perifer adalah
resistensi terhadap aliran darah yang ditentukan oleh tonus otot pembuluh
darah dan diameternya. Semakin kecil ukuran lumen (saluran) pembuluh
darah perifer, maka semakin besar resistensinya terhadap aliran darah.
Dengan meningkatnya resistensi, maka tekanan darah arteri meningkat.
Dengan dilatasi dan penurunan resistensi, tekanan darah arteri menurun.
9

b. Volume Darah
Volume darah yang bersirkulasi dalam sistem vaskular
memengaruhi tekanan darah. Sebagian besar orang dewasa memiliki
volume darah sebesar 500 ml, volume ini biasanya tetap. Jika terjadi
peningkatan volume, tekanan terhadap dinding arteri meningkat. Sebagai
contoh infus cairan intravena yang cepat dan tidak terkontrol akan
meningkatkan tekanan darah. Saat volume darah berkurang (pada
perdarahan atau dehidrasi) tekanan darah akan menurun.
c. Kekentalan
Kekentalan atau viskositas darah akan mempengaruhi kemudahan
aliran darah melalui pemburu darah kecil. Hematokrit atau presentase sel
darah merah dalam darah, menetukan kekentalan darah, maka tekanan
arteri akan meningkat. Jantung lebih kuat berkontraksi untuk
memindahkan darah di sepanjang sirkulasi.
d. Elastisitas
Dinding arteri normal bersifat elastis dan dapat meregang. Seiring
peningkatan tekanan darah arteri, diameter pembuluh darah akan
bertambah untuk mengakomondasi perubahan tekanan. Distensibilitas
arteri mencegah fluktuasi yang besar dalam tekanan darah. Namun
demikian, pada penyakit tertentu seperti arterioskalerosis, dinding
pembuluh darah kehilangan elastisibilitasnya dan digantikan oleh jaringan
fibrosis yang tidak dapat meregang baik, sehingga resistensi terhadap
aliran darah semakin besar. Akibatnya, saat ventrikel kiri memompakan
stroke volume, pembulu darah tersebut tidak dapat menyesuaikan diri
terhadap tekanan. Volume yang dipompakan tersebut akan melawan
dinding yang kaku sehingga terjadi peningkatan tekanan sistemik.
Tekanan sitolik meningkat lebih signitif dibandingkan tekanan diastolik
akibat penurunan elastisitas arteri.
Tiap paktor hemodinamik dapat saling memengaruhi. Sebagai
contoh, dengan penurunan elastisitas arteri, terjadio peningkatan resistensi
perifer. Kontrol sistem kardiovaskuler yang kompleks secara normal akan
8

mencegah tiap fktor untuk memengaruhi tekanan darah. Sebagai contoh,


saat volume darah berkurang, tubuh akan melakukan kompenasi dengan
meningkatkan resistensi vaskuler.

D. Faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah


1. Banyaknya darah yang beredar
Untuk memebuat tekanan dalam suatu susunan tabung maka perlu
tabung tabung diisi sepenuhnya. Oleh karena itu dinding pembuluh darah
adalah elastis dan dapat mengembang, maka harus diisi supaya
dibangkitkan suatu tekanan. Pemberian cairan seperti plasma atau garam
akan menyebabkan tekanan naik lagi.
2. Viskositas (kekentalan) darah
Viskositas disebabkan protein plasma dan jumlah sel darah yang
berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor akan
mengubah tekanan darah. Misalnya pada anemia, jumlah sel dalam darah
berkurang dan dengan sendiriya tekanan menjadi rendah.
3. Elastisitas dinding pembuluh darah
Di dalam arteri tekanan lebih besar daripada yang ada dalam vena
sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis daripada yang ada dalam
vena .
4. Tekanan terapi
Tahanan yang di keluarkan geseran darah yang mengalir dalam
pembuluh. Tahanan utama yang terdapat pada aliran darah dalam sirkulasi
besar dalam arteriol. Dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat
ini. Arteriol juga “menghaluskan denyutan yang keluar” sehingga
denyutan tidak kelihatan di dalam kapiler dan vena.
5. Aktivitas dan Berat Badan
Olahraga dapat menurunkan tekanan darah untuk beberapa jam
sesudahnya. Para lansia mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 5-
10 mmHg 1 jam setelah makan. Peningkatan kebutuhan oksigen saat
beraktivitas akan meningkatkan tekanan darah. Olahraga yang tidak
10

cukup dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas yang


merupakan faktor terjadinya hipertensi (Thomas et al., 2002).
6. Merokok
Merokok menyebabkan vasokonstriksi. Saat seseorang merokok,
tekanan darah meningkat, dan akan kembali ke nilai dasar dalam 15 menit
setelah berhenti merokok (NHBPEP, 2003).
7. Usia
Tekanan darah bervariasi sesuai usia tekanan darah meningkat saat
masa kanak-kanak. Periksa tekanan darah, suhu dengan ukuran tubuh dan
usia. Anak-anak yang lebih besar (lebih berat/lebih tinggi) memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan anak seusianya dengan
ukuran tubuh yang lebih kecil. Saat remaja, tekanan darah terus bervariasi
sesuai ukuran tubuh.

Tekanan darah pada orang dewasa akan meningkat sesuai usia.


Tekanan darah optimal untuk dewasa usia paruh baya adalah dibawah
120/80 mmhg. Nilai 120-139/80-89 mmhg dianggap sebagai prehipertensi
(National High Blood Pressure Edaction Progress, NHBPEP, 2003).
Lansia biasanya mengalami peningkatan tekanan darah sistolik yang
berhubungan dengan elastisitas pembuluh darah yang menurun, tetapi
tekanan darah lebih dari 140/90 didefinisikan sebagai hipertensi dan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
hipertensi.

8. Stres
Kegelisahan, ketakutan, nyeri, dan stres emosional dapat
mengakibatkan stimulasi simpatis yang meningkatkan frekuensi denyut
jantung, curah jantung, dan resistensi vaskuler. Efek simpatis ini
meningkatkan tekanan darah kegelisahan meningkatkan tekanan darah.
Kegelisahan meningkatkan tekanan darah sebesar 30mmHg.
12

9. Etnik
Insiden hipertensi pada ras afrika amerika lebih tinggi
dibandingkan pada keturunan eropa. Ras afrika amerika cenderung
menderita hipetensi yang lebih berat pada usia yang lebih muda dan
memiliki resiko dua kali lebih besar untuk menderita komplikasi seperti
strok dan serangan jantung. Faktor genetic dan lingkungan merupakan
faktor yang cukup besar mempengaruhi. Kematian yang berkaitan
dengan hipertensi juga lebih tinggi pada ras afrika amerika .
10. Jenis Kelamin
Tidak terdapat perbedaan tekanan darah yang berarti antara remaja
pria dan wanita setelah pubertas. Pria cenderung memiliki tekanan darah
yang lebih tinggi.
11. Variasi Harian
Tekanan darah lebih rendah antara tengah malam dan pukul 3 pagi
(Jones H, et al. 2006). Di antara pukul 03:00-06:00 pagi terjadi
peningkatan.
12. Obat-obatan
Beberapa obat mempengaruhi tekanan darah secara langsung
maupun tidak langsung. Sebelum pengkajian tekanan darah, tanyakan
klien mengenai riwayat obat anti-hipertensi atau obat jantung lainnya
yang dapat menurunkan tekanan darah. Beberapa obat yang dapat
mempengaruhi tekanan darah yaitu :
a. Diuretik
Obat : Furosemid, spironolactone, hydrochlorothiazide.
Cara kerja : Membuang kelebihan air, Na TD menurun.
b. ACE Inhibitor (Angiotensin-Converting-Enzyme Inhibitor)
Obat : Captopril, Enalapril, Ramipril.
Cara Kerja : Menghambat produksi hormon angiotensin yang berefek
menyempitkan pembuluh darah  otot dinding pembuluh darah
menjadi rileks dan sedikit melebar TD menurun.
11

c. ARB (Angiotensin II Receptor Blocker)


Obat : Candesartan, Irbesartan, Losartan, Valsartan, Olmesartan.
Cara Kerja : Menghalangi kerja hormon angiotensin yang
menyempitkan pembuluh darah  pembuluh darah melebar, perbaikan
sirkulasi.
d. Beta Blockers
Obat : Atenolol, bisoprolol, metoprolol.
Cara Kerja : Menghambat efek hormon epinefrin atau adrenalin yg
berperan dalam meningkatkan aliran dan tekanan darahdenyut
jantung melambat, TD menurun.
e. CCB (Calcium Channel Blockers)
Obat : Amlodipine, nicardipine, diltiazem, verapamil, nifedipine.
Cara kerja : Menghambat jalan masuk Ca ke dalam otot jantung dan
dinding pembuluh darah sel jantung, otot pembuluh darah rileks,
mengendurTD menurun.
Ca dan mineral : meningkatkan kekuatan otot jantung dan pembuluh
darah.
f. Nitrat
Obat : Isosorbide dinitrate, isosorbide mononitrate, glyceryl trinitrate.
Cara kerja : Melebarkan pembuluh darahaliran darah ke jantung
meningkat, jantung tidak memompa lebih kuat.
g. Alpha Blockers
Obat : terazosin, prazosin, tamsulosin.
Cara kerja : Menghambat kerja hormon norepinefrin yang dapat
menyempitkan aliran darah dan kontraksi otot pembuluh darah 
sehingga pembuluh darah rileks, TD menurun.

E. Cara dan alat pengukuran Tekanan Darah

1. Sphygmomanometer
Mengukur tekanan darah menggunakan alat disebut dengan
Sphygmomanometer. Lengan atas dibalut dengan selembar kantong karet
13

yang dapat dikembungkan, yang terbungkus dalam sebuah manset, yang


digandengkan dengan sebuah pompa dan manometer. Dengan memompa
tekanan dalam kantong karet sampai 200mmHg yang cukup menjepit
atrial brakhial sehingga tak ada darah dapat lewat, dan denyut nadi
pergelangan menghilang. Kemudian tekanan diturunkan sampai suatu titik
dimana denyut nadi dapat dirasakan atau lebih tepat menggunakan
stetoskop pada denyut arteri brakialis pada lekukan siku yang dengan jelas
dapat didengar. Tekanan yang terdapat di kolom air raksa dalam
manometer dianggap tekanan sistolik. Dan titik dimana bunyi mulai
menghilang umumnya dianggap tekanan diastolik.

Tekanan Darah juga akan berubah seiring pertumbuhan dan


perkembangan. Hal ini anak lebih sulit karena alasan berikut :

a. Ukuran lengan yang berbeda membutuhkan pemilihan ukuran manset


yang sesuai. Jangan memilih berdasarkan “nama manset”. Manset
“balita” biasanya berukuran terlalu kecil untuk beberapa balita.
b. Pengukuran sulit dilakukan pada anak yang gelisah atau hiperaktif.
Biarkan anak untuk pulih dari aktivitas sebelumnya. Mempersiapkan
anak untuk menghadapi sensasi pada pengukuran akan meningkatkan
kerjasama. Sebagian besar anak akan memahami analogi seperti
‘pelukan erat pada lengan’.
c. Meletakkan stetoskop terlalu kuat pada fossa antecubiti dapat
menyebabkan kesalahan dalam auskultasi.
d. Suara korotkoff sulit didengar pada anak karena memiliki frekuensi
dan amplitude yang lebih rendah. Menggunakan bel stetoskop khusus
pediatrik dapat membantu.
2. Auskultasi
Lingkungan terbaik untuk pengukuran tekanan darah adalah ruang
yang tenang dengan suhu yang nyaman. Posisi duduk lebih baik
dibandingkan berdiri atau berbaring. Pada sebagian besar kasus, nilai
tekanan darah pada ketiga posisi tersebut tidak jauh berbeda.
15

Posisi klien saat penentuan tekanan darah rutin harus selalu sama
untuk memungkinkan perbandingan yang tepat. Sebelum pengukuran, atur
terlebih dahulu faktor nyeri, kegelisahan, atau aktivitas tinggi. Persepsi
klien mengenai lingkungan yang tidak nyaman akan memengaruhi
pengukuran tekanan darah, pengukuran dikantor atau klinik biasanya lebih
tinggi jika dibandingkan pengukuran di rumah klien.

Pada pemeriksaan awal, ukur tekanan darah pada kedua lengan.


Perbedaan normal adalah sebesar 5-10 mmHg antara kedua lengan (Lance
et al; 2002). Perbedaan tekanan darah yang melebihi 10 mmHg
mengindikasikan masalah vaskular dan harus dilaporkan kepada penyedia
layanan kesehatan atau kepala perawat. Periksa tekanan darah lalu
informasikan nilainya kepada klien dan mengedukasikan klien tentang
nilai optimal tekanan darah, faktor risiko hipertensi, dan bahaya hipertensi.

Pengukuran arteri secara tidak langsung didasarkan pada prinsip


tekanan. Darah mengalir bebas melalui arteri sampai manset yang
mengembang menekan jaringan dan menyebabkan kolaps arteri. Setelah
melepaskan tekanan, titik dimana aliran darah kembali dan timbul suara
melalui auskultasi adalah tekanan sistolik.

Pada tahun 1905, karotkoff, seorang ahli bedah berkebangsaan


bedah Rusia, menjelaskan suara yang terdengar pada arteri distal dari
manset tekanan darah. Suara korotkof utama merupakan sura ritmis yang
sesuai dengan frekuensi denyut yang secara bertahap meningkat
intensitasnya. Onset dari suara tersebut sesuai dengan tekanan sistolik,
suara hembusan atau siulan terjadi selama manset mengempis sehingga
menimbulkan suara korotkoff kedua. Dengan distensi arteri, terjadi
turbulensi aliran darah. Suara korotkoff ketiga merupakan suara yang lebih
intensif. Korotkoff keempat menjadi redup dan bernada rendah selama
manset semakin kempis pada saat ini, tekanan manset telah berada
dibawah tekanan pada dinding pembuluh darah, suara ini merupakan
tekanan diastolik pada anak-anak. Suara korotkoff kelima menandakan
14

hilangnya suara. Pada remaja dan orang deawasa, suara kelima sesuai
dengan tekanan diastolik.

American Heart Association merekomendasikan dua pengukuran


tekanan darah yaitu titik pada manometer saat anda mendengar suara
pertama untuk sistolik, dan titik pada manometer saat terdengar suara
kelima untuk diastolik (NHBPER, 2003). Beberapa institusi menyarankan
pencatatan suara keempat, terutama pada klien hipertensi. Angka sistolik
dan diastolik dipisahkan oleh garis miring (sebagai contoh : 120/80 atau
120/100/80). Catat lengan kanan (LKa 130/70), dan posisi klien (contoh:
duduk).

3. Stetoskop Ultrasonik

Alat ini dapat digunakan jika denyut arteri terlalu lemah untuk
diauskultasi dengan stetoskop biasa. Stetoskop ini memungkinkan
terdengarnya suara sistolik dengan frekuensi rendah. Alat ini sering
digunakan pada pengukuran tekanan darah rendah anak dan tekanan darah
rendah pada orang dewasa.

4. Palpasi

Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung melalui palpasi


berguna untuk klien dengan pulsasi arteri yang terlalu lemah, yang tidak
dapat menimbulkan suara korotkoff. Saat menggunakan teknik palpasi,
catat nilai sistolik dan cara pengukurannya (contoh: tangan kanan 90/-,
terpalpasi, supinasi).

Teknik palpasi dapat digunakan bersama auskultasi. Pada klien


hipertensi, suara pada arteri brakialis saat tekanan manset masih tinggi
akan hilang karena tekanan menurun dan muncul kembali pada tingkat
yang lebih rendah. Hilangnya suara secara temporer ini disebut
kesenjangan auskultasi (auscultatory gap). Ini terjadi diantara suara
korotkoff pertama dan kedua. Kesenjangan tersebut dapat mencapai 40
mmHg dan menyebabkan estimasi sistolik yang lebih rendah atau estimasi
16

diastolik yang lebih tinggi. Pemeriksa harus mengembangkan manset


secara cukup utuk mendengar tekanan darah sistolik yang sebenarnya
sebelum kesenjangan auskultasi. Palpasi pada arteri radialis membantu
menentukan seberapa besar manset harus dikembangkan. Pemeriksa
mengembangkan manset 30 mmHg diatas tekanan arteri radialis yang
terpalpasi. Catat kisaran tekanan dimana auscultatory gap terjadi (contoh:
tekanan darah tangan kanan 180/94 mmHg dengan kesenjangan auskultasi
dari 180-160 mmHg, duduk).

5. Tekanan Darah Ekstremitas Bawah

Pengukuran pada ekstremitas atas tidak dapat dilakukan jika terdapat


perban, gips, kateter intravena, atau fistula arteri-vena. Lokasi auskultasi
adalah arteri popliteal yang teraba dibelakang lutut pada rongga popliteal.
Manset harus cukup lebar dan panjang untuk membungkus paha. Klien
sebaiknya berada dalam posisi pronasi. Jika tidak dapat dilakukan, minta
klien untuk melipat lutut sedikit untuk akses ke arteri. Posisikan manset
2.5 cm diatas arteri popliteal dengan kantung diatas aspek posterior paha
tengah. Prosedurnya sama dengan auskultasi arteri brakialis. Tekanan
sistolik pada kaki biasanya lebih tinggi 10-40 mmHg dibandingkan arteri
brakialis, tetapi tekanan diastolik tetap sama.

6. Alat Pengukur Tekanan Darah Elektronik

Terdapat banyak alat elektronik untuk pengukuran TD otomatis,


misalnya monitor TD otomatis (Dinamap Vital Signs Monitor). Mesin ini
bergantung pada sensor elektronik yang mendeteksi getaran oleh aliran
darah melalui arteri. Saat manset mengempis, salah satu jenis mesin
mendeteksi osilasi awal dan mengubah informasi tersebut ke dalam
tekanan sistolik. Diastolik adalah saat dimana osilasi paling rendah, tepat
sebelum berhenti. Alat elektronik dapat digunakan jika dibutuhkan
pengukuran berkala seperti pada klien kritis atau tidak stabil, saat atau
18

setelah prosedur invasif, atau saat terapi membutuhkan pengawasan yang


ketat.

Alat elektronik mudah digunakan dan efisien untuk pengukuran yang


sering serta tidak membutuhkan penggunaan stetoskop. Alat ini memiliki
kekurangan berupa sensitivitas terhadap gangguan luar dan lebih rentan
terhadap terjadinya kesalahan. Sebagian besar alat elektronik tidak dapat
memproses suara atau getaran pada TD yang rendah. Hindari berbicara
dengan klien selama satu menit sebelum memulai pengukuran TD.
Percakapan dengan klien saat mengkaji TD dapat meningkatkan
pembacaan sebanyak 10-40%.

7. Pengukuran Tekanan Darah mandiri


Dengan kemajuan teknologi, klien dapat mengukur tekanan
darahnya sendiri. Alat tersebut antara lain adalah Sphygmomanometer
Aneroid dan alat digital yang tidak membutuhkan stetoskop. Melalui satu
tombol, alat elektronik dapat mengembangkan dan mengempiskan manset.
Walau lebih mudah, alat ini perlu sering dikalibrasi, lebih dari 1x dalam
setahun. Karena sensitivitasnya, penempatan manset yang salah atau
gerakan tangan dapat menyababkan timbulnya nilai TD yang salah.
Alat TD otomatis stasioner sering ditemukan dalam tempat publik
seperti toko, klub olahraga, bandara, atau tempat kerja. Pengguna
menempatkan lengan dalam manset yang berisi sensor tekanan. Manset
akan menjepit lengan. Layar tampilan visual TD dalam 60-90 detik.
Tingkat kepercayaan pada alat ini masih terbatas. Perbedaan TD antara
alat ini masih terbatas. Perbedaan TD antara alat ini dengan
sfigmomanometer manual mencapai 5-10mmHg. Pengukuran mandiri
memiliki beberapa keuntungan. Terkadang, TD yang meningkat dideteksi
pada individu yang sebelumnya tidak menyadari adanya masalah.
Penderita prehipertensi dapat menginformasikan pola TD pada penyedia
layanan kesehatan nya. Klien hipertensi akan memiliki kepatuhan yang
lebih baik terhadap terapi. Kekurangan pengukuran TD mandiri antara lain
17

meiputi penggunaan alat yang tidak tepat dan risiko terjadinya hasil
pengukuran yang tidak akurat. Klien dengan hipertensi dapat menjadi
khawatir dengan tekanan darahnya sehingga menyesuaikan obat tanpa
keputusan dokter.
Konsumen dapat mempelajari alat pengukuran TD mandiri jika
mereka memahami prosedur tersebut dan mengetahui waktu untuk
mencari bantuan medis. Beritahukan klien mengenai kemungkinan
ketidaktepatan pengukuran, bantu klien untuk memahami arti dan
implikasi pengukuran, dan ajarkan teknik pengukuran yang tepat.

F. Nilai normal Tekanan Darah

Tabel 1. Nilai Normal Tekanan Darah (dalam mmHg)

Distolik Sistolik
Pada masa bayi 50 70-90
Pada masa anak-anak 60 80-100
Selama masa remaja 60 90-110
Dewasa muda 60-70 110-125
Umur lebih tua 80-90 130-150

G. Gangguan pada Tekanan Darah

1. Hipertensi

Perubahan tekanan darah yang paling umum terjadi adalah hipertensi.


Penyakit ini biasanya tidak disertai gejala (asimtomatik). Diagnosis
prehipertensi pada dewasa ditegakkan jika rata-rata hasil pemeriksaan
darah pada dua kunjungan berturutan berada pada nilai antara 80 dan 89
mmHg; atau rerata tekanan darah sistolik pada dua kunjungan berada pada
nilai antara 120 dan 139 mmHg. Diastolik yang bernilai lebih dari 90
mmHg dan sistolik di atas 140 mmHg (NHBPEP, 2003) didiagnosis
sebagai hipertensi. Kategori hipertensi menentukan intervensi medis. Satu
kali pengukuran tekanan darah yang menunjukkan peningkatan tidak cukup
untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Namun jika terdapat hasil
19

pengukuran yang tinggi saat kunjungan pertama (contoh: 150/90 mmHg),


maka minta klien untuk kembali 2 bulan kemudian.

Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dan hilangnya elastisitas


dinding arteri. Resistensi perifer akan bertambah pada pembuluh darah
yang tebal dan tidak elastis tersebut. Jantung akan memompa dengan
menghadapi resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya, aliran darah ke organ
vital seperti jantung, otak, dan ginjal akan menurun.

Individu dengan riwayat keluarga hipertensi memiliki risiko yang lebih


tinggi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi mencegah obesitas,
merokok, konsumsi alcohol berlebihan, dan asupan natrium (garam) yang
tinggi. Gaya hidup yang kurang aktif dan pajanan stres yang kontinu juga
dapat menyebabkan hipertensi. Insidens hipertensi lebih tingg pada klien
diabetes, lansia, dan ras.

JNC (The Joint National Committee on the Detection, Evaluation,


and Treatment of High Blood Pressure)
21

2. Hipotensi

Hipotensi terjadi jika sistolik bernilai 90 mmHg atau kurang.


Walaupun normal pada beberapa populasi, tetapi tekanan darah yang
rendah merupakan temuan yang abnormal dan dapat dikaitkan dengan
penyakit. Hipotensi juga terjadi karena adanya pelebaran arteri, hilangnya
volume darah dalam jumlah banyak (contoh : hemoragi), atau kegagalan
otot jantng untuk memompa dengan adekuat (contoh : nfark miokard),
hipotensi yang berhubungan dengan kulit yang pucat, lembap,
kebingungan, peningkatan frekuensi jantung atau penurunan jumlah urine
bersifat mengancam jiwa harus dilaporkan kepada penyedia layanan
kesehatan dengan segera.

Hipotensi ortostatik/postural terjadi jika seseorang yang


normotensive menderita gejala dan tekanan darah saat mengambil possi
tegak. Saat indvidu sehat mengubah posisi dari berbaring ke duduk, lalu
berdiri, maka pembuluh darah perifer pada kaki akan berkontriksi.
Kontriksi pada pembuhul darah ekstremitas bawah saat berdiri mencegah
pengumpulan darah di kaki akibat gravitasi. Saat klien mengalami
penurunan volume darah, pembuluh darah tersebut telah berkontriksi. Saat
klien berdiri, terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan dengan
peningkatan frekuensi denyut jantung untuk mengatasi penurunan curah
jantung. Klien dengan dehidrasi, anemia, atau tirah baring yang lama
maupun kehilangan darah memiliki risiko untuk menderita hipotensi
ortostatik.

Beberapa obat menyebabkan hipotensi ortostatik jika disalahgunakan,


terutama pada lansia atau klien yang berusia muda. Sebelum pemberian
obat tersebut sebaiknya dilakukan pengukuran tekanan darah. Kaji adanya
hipotensi ortostik saat pengukuran tanda vital dengan memeriksa tekanan
darah dan denyut pada klien dengan posisi supinas, duduk, dan berdiri.
Ukur tekanan darah 1-3 menit setelah klien berubah posisi. Hipotensi
20

ortostatik umumnya terjadi dalam satu menit setelah berdiri. Saat


mengukur, periksa gejala hipotensi lainnya seperti pingsan, kelemahan,
atau pusing. Saat mencatat tekanan darah ortostatik, catat posisi klien.

H. Proses Keperawatan dan Penentuan Tekanan Darah

Tekanan darah dan pemeriksaaan denyut nadi menentukan status umum


dari kesehatan kardiovaskular dan responsnya terhadap ketidakseimbangan
sistem. Hipotensi, hipertensi, hipotensi ortostatik, dan tekanan sempit atau
besar merupakan karakteristik penentu untuk diagnosis keperawatan, meliputi:

1. Intoleransi aktivitas
2. Kegelisahan
3. Penurunan curah jantung
4. Volume cairan berlebihan/kurang
5. Risiko cedera
6. Nyeri akut
7. Perfusi jaringan yang tidak efektif

Rencana asuhan keperawatan meliputi intervensi yang berdasarkan


diagnosis keperawatan dan faktor yang terlibat. Sebagai contoh, karakteristik
penentu hipotensi, pusing, defisit denyut, dan disritmia dapat menghasilkan
diagnosis penurunan curah jantung. Faktor yang berkaitan dapat meliputi
masuka oral yang buruk, pajanan panas yang berlebihan, dan riwayat penyakit
katup jantung. Faktor yang berhubungan memberikan petunjuk pilihan
intervensi keperawatan. Evaluasi hasil klien dengan mengkaji TD setiap
selesai intervensi.

Promosi Kesehatan dan Tanda Vital

Penekan pada promosi ksehatan mengakibatkan peningkatan


kebutuhan bagi klien untuk memonitor tanda vital diumah. Pertimbangan
pengajaran memengaruhi pengukuran tanda vital, anda harus menyertakannya
dalam rencana pengasuhan klien.
21

Saat mempertimbangkan cara pengajaran tentang pengukuran tanda


vital dan kepentingannya, usia klien merupakan faktor penting yang harus
22

diperhatikan. Semakin besarnya populasi lansia membuat pemahaman


mengenai perubahan untik pada lansia harus dipahami.

Merekam Tanda-tanda vital

Untuk merekam tanda vital, terdapat lembaran aliran grafik khusus.


Kenali prosedur institusi untuk dokumentasi pada grafik atau lembaran aliran
tanda vital. Selain nilai tanda vital, sertakan juga pada catatan perawat
mengenai gejala, seperti: nyeri dada, atau pusing dengan TD abnormal, napas
pendek dengan pernafasan abnormal, sianosis dengan hipoksemia, atau
kemerahan dan diaforesis disertai dengan peningkatan suhu. Dokumentasikan
tiap intervensi yang dimulai sebagai akibat pengukuran tanda vital, seperti
pemberian terapi oksigen atau obat antihipertensi.

Klien pada perawatan kritis atau CareMaps biasanya memiliki nilai


tanda vital harapan. Jika nilai sebenarnya berada diatas atau di bawah nilai
harapan, tuliskan catatan untuk menjelaskan sifat variasi tersebut dan tindakan
keperawatan yang diambil. Sebagai contoh, klien CareMaps pasca-torakotomi
memiliki hasil harapan pada periode pascaoperatif “afebris” jika klien demam,
catatan variasi perawat akan mengemukakan kemungkinan sumber demam
(contoh: sekret paru) dan intervensi keperawatan (contoh: peningkatan
suction, drainase postural, atau hidrasi).
BAB III
Penutup

A. Simpulan

1. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan dinding arteri untuk
memompa darah dari jantung.

Tekanan darah atrial adalah kekuatan tekanan darah ke dinding


pembuluh darah yang menampungnya.

Puncak tekanan maksimum saat pompaan disebut tekanan sistolik. Saat


ventrikel berelaksasi, darah yang tetap berada di arteri menghasilkan
tekanan minimal atau disebut tekanan diastolik.
2. Nilai Normal Tekanan Darah

Distolik Sistolik
Pada masa bayi 50 70-90
Pada masa anak-anak 60 80-100
Selama masa remaja 60 90-110
Dewasa muda 60-70 110-125
Umur lebih tua 80-90 130-150
3. Faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah
a. Jumlah darah yang beredar.
b. Viskositas (kekentalan) darah.
c. Elastisitas pembuluh darah.
d. Tekanan terapi.
e. Aktivitas dan berat badan.
f. Merokok.
g. Usia.
h. Stres.
i. Etnik.

23
24

j. Jenis Kelamin.
k. Variasi Harian.
l. Obat-obatan.
4. Cara mengukur Tekanan Darah
Lengan atas dibalut dengan selembar kantong karet yang dapat
dikembungkan, yang terbungkus dalam sebuah manset, yang
digandengkan dengan sebuah pompa dan manometer. Dengan memompa
tekanan dalam kantong karet sampai 200mmHg yang cukup menjepit
atrial brakhial sehingga tak ada darah dapat lewat, dan denyut nadi
pergelangan menghilang. Kemudian tekanan diturunkan sampai suatu titik
dimana denyut nadi dapat dirasakan atau lebih tepat menggunakan
stetoskop denyut arteri brakialis pada lekukan siku dengan jelas dapat
didengar dengan jelas. Tekanan yang terdapat di kolom air raksa dalam
manometer dianggap tekanan sistolik. Dan titik dimana bunyi mulai
menghilang umumnya dianggap tekanan diastolik.

I. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat memperbaiki dan mengembangkan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, C. E. (2010). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama.

Potter, P. A. Perry, & Anne Griffin. (2010). Fundamental Keperawatan. Ed.7


Vol(2). Jakarta : EGC.

Jones, H. et al. Reactivity of Ambulatory Blood Preassure to Physical Activity


Varies with time of day, Hypertension. 37(4): 778, 2006.

National High Blood Preassure Education Program (NHBPEP); National Heart,


Lung, and Blood Institute; National Institute of Health: The Seventh
Report of The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Preassure, JAMA 289(19): 2560, 2003.

Thomas, S. A. et al. A Review of Nursing Research on Blood Preassure, J Nurs


Scholarsh 34(4): 313, 2002.

Obat-obatan yang mempengaruhi tekanan darah dikutip dari powerpoint Dr. Hj.
Wiwik, MH.Kes. Pada Mata Kuliah Farmakologi Semester III TA.
2019/2020.

25

Anda mungkin juga menyukai