KEPERAWATAN DASAR
KELOMPOK I:
Lista K. Ahadin
Andina Bantiang
Agnes Hilika
2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang
menghitung nadi dan pengukuran tekanan darah.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan
baru mengenai menhitung denyut nadi dan pengukuran tekanan darah. Pengetahuan
ini akan sangat berguna bagi saya sebagai mahasiswa dan juga bagi pembaca yang
ingin memperluas pengetahuan mengenai perhitungan nadi dan pengukuran tekanan
darah Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan di masa depan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sumbangan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan ( keperawatan).
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I. Pendahuluan
1.2 Tujuan
2.2 hipertensi
3.1 kesimpulan
3.2 saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tekanan darah dan denyut nadi merupakan hal yang sangat penting dalam
bidang kesehatan pada umumnya dan khususnya di bidang Kedokteran. Tekanan
darah maupun denyut nadi merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai indikator
untuk menilai sistem kardiovaskular seseorang. Peningkatan atau penurunan tekanan
darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Terdapat dua macam
kelainan tekanan darah darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi atau
tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Hipertensi telah
menjadi penyakit yang menjadi perhatian di banyak Negara di dunia, karena
hipertensi seringkali menjadi penyakit tidak menular nomor satu dibanyak Negara.
Tekanan darah sangat penting bagi manusia karena tekanan darah yang tinggi atau
hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya apabila tidak segera ditangani karena
bisa menyebabkan stroke, penyakit jantung aneurisma serta meningkatkan resiko
terkena diabetes. Untuk itu pengecekan tekanan darah rutin sangat diperlukan karena
hipertensi bisa menyerang siapa saja dan kapan saja. Definisi hipertensi pada anak
remaja dan orang dewasa tidak dapat disebut dengan pasti dalam satu nilai, hal ini
dikarenakan nilai tekanan darah normal bervariasi pada berbagai usia. Meskipun tidak
disebut dengan angka pasti, namun dapat diketahui bahwa tekanan darah orang
dewasa normal yaitu < 120mmHg sistolik dan 80mmHg diastolik. Banyak faktor
yang dapat memperbesar risiko atau kecenderungan seseorang menderita hipertensi,
diantaranya ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin dan suku, faktor genetik
serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok,
konsumsi alkohol, dan sebagainya. Salah satu masalah kesehatan yang mayoritas
masyarakat Indonesia derita adalah hipertensi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
lebih dari 25% orang Indonesia menderita hipertensi, tapi 76% diantaranya tak sadar
jika menderita hipertensi. Berdasarkan pernyataan Ketua Umum Perhimpunan
Hipertensi Indonesia (PERHI) yaitu Dr. Arieska Ann Soenarto bahwa pada tahun
2000, penyakit tekanan darah tinggi menyumbang 12,8% dari seluruh kematian dan
4,4% Tekanan darah dapat diketahui dan diukur menggunakan alat yang disebut
tensimeter atau sphygmomanometer. Sphygmomanometer berasal dari dua kata, yaitu
Sphygmo (Yunani) yang berarti detak dan manometer yang berarti pengukur tekanan.
Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua
nilai yang berbeda yaitu tekanan darah systolic dan tekanan darah diastolic.
Tensimeter yang sering digunakan beberapa waktu yang lalu adalah tensimeter
merkuri. Tensimeter ini menggunakan merkuri atau air raksa dalam tabung berskala
sebagai penunjuk hasil pengukurannya. Keterbatasan metode ini adalah pemakai
haruslah mempunyai pendengaran dan penglihatan yang baik. Pemakai juga sering
melakukan pembulatan sehingga hasil pengamatan menjadi kurang akurat. Masalah
lingkungan tentang pembuangan limbah medis yang tercemar air raksa dan risiko
berbahaya akibat tumpahan atau pecahan air raksanya menyebabkan tensimeter air
raksa dihapus dalam peraturan kesehatan. Selanjutnya perkembangan pengukuran
tekanan darah adalah dengan menggunakan tensimeter pegas atau aneroid.
Tensimeter pegas atau aneroid adalah tensimeter yang menggunakan putaran
berangka atau jarum, tensimeter ini lebih aman karena tidak menggunakan air raksa.
Sama halnya dengan air raksa, tensimeter ini juga memerlukan stetoskop dalam
penggunaannya. Sistem digital dinilai lebih aman dan praktis bagi operator dan
pasien. Karna itu penulis ingin mengembangkan alat pengukur tekanan darah digital
berbasis ATMega 8 dengan indikator hipotensi, normal dan hipertensi.
PEMBAHASAN
2.2.Hipertensi
1.Pengertian Hipertensi
Hipertesi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (JNC
VII, 2003). Hipertensi merupakan keadaan dimana hasil pengukuran tekanan darah
yang lebih tinggi dari batasan normal. (Corwin, 2009) menyatakan hipertensi adalah
tekanan darah yang abnormal. (Price, S., A dan Wilson, 2005) mendefinisikan
hipertensi sebagai peningkatan tekanan darah sistolik yaitu paling sedikit 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik paling sedikit 90 mmHg. Hipertensi merupakan suatu
kondisi meningkatnya tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik sebesar 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Smetlzer dan Bare,
2011).Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
sistolik yang tergantung pada usia penderitanya. Fluktuasi tekanan darah tergantung
pada posisi tubuh, usia, dan tingkat stres yang dialami (Tambayong, 2010).
Hipertensi pada lanjut usia didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sebesar 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
a.Idiopatik
95% penyebab hipertensi tidak diketahui dan disebut sebagai
hipertensi idiopatik. Hipertensi essensial biasanya terjadi pada usia30 tahunan dan
awal 50 tahunan yang secara bertahap akan menetap. Mekanisme lain yang
dikemukakan yakni perubahan-perubahan yang mencakup ekskresi natrium oleh
ginjal, kepekaan baroreseptor, respon vaskular, serta sekresi renin. Terkadang
hipertensi juga dapat terjadi secara mendadak dan berat, perjalannya yang dipercepat
atau “maligna” akan memperparah perjalanan penyakit hipertensi. Peningkatan
tahanan perifer yang dikontrol pada tingkat arteriola adalah penyebab utama
terjadinya hipertensi, tetapi penyebab terjadinya tahanan tersebut belum diketahui.
b.Genetik
Faktor keturunan merupakan faktor paling berperan dalam terjadinya
hipertensi essensial.
c.Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi insidensi
hipertensi. Kejadian hipertensi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia
(Tambayong, 2010).
d.Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami hipertensi ketika usia pertengahan,
sedangkan wanita lebih banyak mengalami hipertensi ketika memasuki usia lanjut
yaitu di atas usia 65 tahun.
e.Ras
Ras merujuk pada kulit hitam dan putih. Hipertensi menjadi dua kali
lebih sedikit pada kulit hitam dibanding pada ras kulit putih.
f.Pola hidup
Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan pola hidup yakni
obesitas, merokok, alkohol, dan stress dianggap sebagai faktor risiko utama terjadinya
hipertensi. Smeltzer dan Bare (2011) menyebutkan beberapa faktor yang berperan
dalam terjadinya hipertensi adalah gangguan emosi, obesitas,konsumsi alkohol yang
berlebihan, rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan. Obesitas
merupakan faktor utama yang sering dikaitkan dengan kejadian hipertensi karena
semakin meningkat berat badannya maka tekanan darahnya akan semakin meningkat.
Hiperkolesterolemia dan hiperglukosemia merupakan faktor risiko terjadinya
aterosklerosis yang berhubungan erat dengan hipertensi. Merokok dikaitkan dengan
kejadian arteri koroner yang dapat menyebabkan hipertensi.
4.Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darahdimulai dari jaras saraf simpatis yang berada dipusat vasomotor medula spinalis.
Jaras saraf simpatis dari medulla spinalis berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari
kolumnamedula spinalis menuju ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor disampaikan ke ganglia simpatis melalui impuls yang
kemudian neuron preganglion mengeluarkan asetilkolin yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Pelepasan norepinefrin akan
menyebabkan terjadinya kontriksi pembuluh darah (Price, S., A dan Wilson, 2005).
Saraf simpatis sebagai perangsang pembuluh darah sebagai respon terhadap emosi,
juga mengakibatkan tambahan pada aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal
mengeluarkan epinefrin, kortisol, dan steroid lainnya yang menyebabkan
vasokonstriksi. Vasokonstriksi merangsang pengeluaran renin akibat penurunan
aliran darah ke ginjal. Sekresi renin akan merangsang pelepasan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angitensin II dan merangsang korteks adrenal
mengeluarkan aldosteron. Hormon aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal sehingga meningkatkan volume intravaskular. Semua
mekanisme tersebut mencetuskan terjadinya peningkatan tekanan darah.
6.Komplikasi
Hipertensi merupakan salah satu masalah kardiovaskular yang dapat
menyebabkan gangguan sistem organ lain. Tingginya tekanan darah dalam waktu
yang lama, tidak ditanggulangi dan tidak terkontrol akan menyebabkan beberapa
masalah komplikasi yakni gangguan penglihatan, okulasi okular, gagal ginjal, dan
stroke. Tekanan darah yang tinggi juga akan menyebabkan terjadinya pembengkaan
pada jantung yang diakibatkan oleh beban kerja jantung yang meningkat, hal ini juga
akan menyebabkan terjadinya pembengkaan ventrikel kiri. Hipertensi memiliki
potensi sebagai penyebab kematian bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Pembesaran pada ventrikel kiri akan memaksa jantung bekerja lebih berat untuk
meningkatkan kecepatan kontraksi. Ketika ventrikel tidak mampu memertahankan
curah jantung dan melampaui hipertrofi kompensasi maka akan terjadi dilatasi dan
payah jantung. Dilatasi dan payah jantung dapat meningkatkan kebutuhan terhadap
oksigen dan dapat berisiko terkena infark miokardyang menjadi penyebab separuh
dari kematian akibat hipertensi. Kerusakan pembuluh darah pada penderita hipertensi
dapat menyebabkan gangguan pada organ lain. Beberapa komplikasi lain yang
potensial terjadi pada penderita hipertensi adalah perdarahan retina, gagal jantung
kongestif, insufisiensi ginjal, dan cedera cerebrovascular. Penyempitan pembuluh
darah akibat hipertensi dapat menyebabkan berkurangnya suplai darah dan oksigen ke
jaringan yang akan mengakibatkan mikroinfark pada jaringan. Penyempitan
arteriarteri kecil dijaringan paling berdampak pada jaringan otak dan ginjal. Sepertiga
kematian akibat hipertensi terjadi karena obstruksi dan rupturnya pembuluh darah
otak. Disfungsi dan gagal ginjal terjadi karena sklerosis progresif pada pembuluh
darah ginjal.
1. Arteri Radialis
Terletak pada sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering digunakan.
2. Arteri Brankialis
Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku
(fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac
arrest pada infant.
3. Arteri Karotid
Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid
berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk
bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.
1. Usia
Denyut nadi normal pada anak-anak cenderung lebih tinggi daripada
orang dewasa. Sementara pada lansia, denyut jantung cenderung lebih rendah.
2. Suhu udara
Suhu dan kelembapan udara yang tinggi dapat memicu jantung untuk
memompa lebih banyak darah. Akibatnya, denyut nadi akan meningkat sekitar 10 kali
per menit.
3. Posisi tubuh
Mengubah posisi juga dapat meningkatkan denyut nadi meski hanya
sedikit. Misalnya, dari posisi duduk ke posisi berdiri, denyut nadi bisa naik sekitar
15-20 detik. Namun, setelah beberapa menit, denyut nadi akan kembali normal.
4. Ukuran tubuh
Penderita obesitas umumnya memiliki denyut nadi yang lebih tinggi,
karena jantung harus bekerja lebih keras memompa darah pada tubuh yang lebih
besar.
5. Emosi
Saat marah atau emosi, sistem saraf pada otak akan memicu berbagai
reaksi dalam tubuh. Salah satunya adalah melepaskan hormon adrenalin. Hormon ini
berdampak pada meningkatnya denyut nadi dan nafas yang lebih cepat.
2.5 Macam- macam denyut nadi
Jenis Nadi menurut Depdikbud 1996 yaitu:
3. Nadi Kerja Yaitu selisih antara denyut nadi selama kerja dengan denyut nadi
sebelum kerja.
4. Nadi Pemulihan Yaitu total angka denyutan dari akhir kerja sampai masa pulih
tercapai.
3.2 Saran
dalam membangun alat pengukuran tekanan darah, gunakan sensor tekanan
yang memiliki sensitivitas yang lebih tinggi. Perhatikan kualitas manset lengan yang
digunakan agar hasil pengukuran tekanan darah yang didapatkan lebih akurat.
Daftar Pustaka
https://www.alodokter.com/ayo-berapa-denyut-nadi-normal-anda
https://www.suara.com/health/2020/08/13/145000/jantung-perempuanberdetak-lebih
cepat-daripada-laki-laki apasebabnya?page=all#:~:text=Suara.com%20%2D
%20Detak%20jantung %20perempuan,sebagaimana%20hasil%20penelitian%20di
%20Kanada http://www.kalbefarma.com diakses tanggal 4 November 2013. Arlde
Mc, Katch FI, Katch VI. 2010. Exercise Physiology: Energy, Nutrition, and Human
Performance. Philadelphia: Lea and Febiger. Astrand PO, Rodahl K, Dahl HA,
Stromme SB. 2003. Physiological Basic of Exercise. Human Kinetics. PP. 134- 176
Australian Institude of Health and Welfare (AIHW). 2004. Heart, Stroke and
Vascular Disease. Available from http://www.aihw.gov.au/
publication/index.cfm/title/10005 diakses tanggal 13 Agustus 2013. Bahri Anwar, T.
2004. Factor Resiko Penyakit Jantung. Medan: Universitas Sumatera Utara.