Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN ILMIAH

Prasat Pemeriksaan Tanda Tanda Vital pada Tn. K dengan Hipertensi

A. Tinjauan Kasus
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan yang menyebabkan keadaan tekanan darah tinggi
secara terus menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, sedangkan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan
suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung
bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi sering dihubungkan dengan pengerasan dan hilangnya elastisitas
dinding arteri. Tahanan vaskuler periefer meningkat dalam darah yang keras dan tidak
elastis. Pada lanjut usia terjadi perubahan struktur fungsi pembulu darah, yaitu sifat
elastisitas pembulu darah menjadi berkurang dan terjadinya kekakuan pada dinding
pembulu darah arteri, sehingga pengembangan pembulu darah menjadi terganggu
(Potter&Perry,2006).
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi menjad hipertensi primer (essensial) dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan hipertensi dimana etiologi
patofisiologinya tidak diketahui. Hipertensi jenis ini tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini
setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada
patogenesis hipertensi primer. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi,
lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi primer, sisanya mengalami
kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder)(Dhuha,
2011).
Menurut udijati (2010) hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2
jenis yaitu:
 Hipertensi primer atau essensial ialah hipertensi yang tidak atau belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi).
 Hipertensi sekunder ialah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab : beberapa perubahan


pada jantung dan pembulu darah kemungkinan bersama sama menyebabkan
menungkatnya tekanan darah. Jika penyebab diketahui, maka disebut hipertensi
sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebab adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu seperti pil KB (Kaplan, 2003).
3. Tanda gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,
bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
8. Penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera (Koes Irianto, 2014).
4. Penatalaksanaan
a. Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah garam dan rendah lemak
b. Pemeriksaan laboratorium rutin sebelum melakukan terapi
c. Pemeriksaan EKG
d. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN/cretinin
e. Pemeriksaan radiologi seperti foto dada dan CT scean
B. Tindakan/ prasat
1. Pengertian Pemeriksaan Tanda Tanda Vital
Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang
digunakan untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada
pasien yang secara medis tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi
kardiopulmonal dan untuk menilai respon terhadap intervensi. Tanda vital juga berguna
untuk menentukan dosis yang adekuat bagi tindakan fisioterapi, khususnya exercise.
Pemeriksaan tanda tanda vital terdiri atas : tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan
pernapasan.
2. Tujuan
Untuk mendeteksi adanya suatu kelainan, gangguan, perubahan fungsi organ tubuh
dan masalah medis lainnya agar dapat membantu dokter menjadi suatu diagnosa dan
menentukan perencanaaan perawatan yang sesuai.
3. Indikasi
a. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri. Dua
angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi, adalah tekanan
sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi. Angka yang
lebih rendah, adalah tekanan diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika
jantung relaksasiTekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukur
melalui nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat
sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi. Pemeriksaan Tekanan
darah menggunakan Spigmomanometer/Tensimeter dan Stetoskop. Jika tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg maka termasuk Kategori hipertensi (menurut WHO). Hipertensi
berarti takan darah di dalam pembuluh darah sangat tinggi.
b. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per
menit. Nadi normal untuk orang dewasa yang sehat berkisar 60- 100 denyut per menit.
kecepatan jantung kurang dari 60 bpm disebut bradikardia, dan kecepatan jantung lebih
dari 100 bpm disebut takhikardia. Menekan arteri radialis dengan kuat dengan jari-jari
selama kurang lebih 10 detik, jika tidak teraba denyutan jari-jari digeser kekanan dan
kekiri sampai ketemu Lokasi pemeriksaan denyut nadi diantaranya :
a. Arteri radialis
b. Arteri ulnaris
c. Arteri brachialis
d. Arteri karotis
e. Arteri temporalis superfisial
f. Arteri maksiliaris eksterna
g. Arteri femoralis
h. Arteri dorsalis pedis
i. Arteri tibialis posterior
c. Suhu Tubuh
Lokasi pemeriksaan suhu tubuh
 Mulut (oral) : tidak boleh dilakukan pada anak/bayi
 Anus (rectal) : tidak boleh dilakukan pada klien dengan diare
 Ketiak (aksila)
 Telinga (timpani/aural/otic)
 Dahi (arteri temporalis).
 Hipotermia (<35° C)
 Normal (35-37° C)
 Pireksia/febris (37-41,1° C)
 Hipertermia (>41,1° C)
d. Laju Pernapasan
Yang dinilai pada pemeriksaan pernafasan adalah : tipe pernafasan, frekuensi,
kedalaman dan suara nafas.
Respirasi normal disebut eupnea (laki-laki : 12 – 20 x/menit), (perempuan : 16-20
x/menit)
 RR > 24 x/menit : Takipnea
 RR < 10 x/menit : Bradipnea
4. Kontraindikasi

5. Langkah Langkah
a) Tekanan Darah
Pada saat akan memulai pemeriksaan, sebaiknya :
1) Pasien dalam kondisi tenang.
2) Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang mengandungkafein
minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.
3) Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan.
4) Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
5) Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup.
6) Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring,
duduk, maupun berdiri tergantung dari tujuan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan
tersebut dipengaruhi oleh posisi pasien.
7) Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang lebih pada level
setinggi jantung.
8) Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas pinggang dan
kedua kaki menapak di lantai.
9) Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisimanometer
selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya,mata harus berada segaris
horisontal dengan level air raksa.
10) Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran
pertama.
b) Denyut Nadi
Prosedur pemeriksaan nadi/arteri radialis:
1) Penderita dapat dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan dalam posisi
bebas dan rileks.
2) Periksalah denyut arteri radialis di pergelangan tangan dengan cara
meletakkan jari telunjuk dan jari tengah atau 3 jari (jari telunjuk, tengah dan
manis) di atas arteri radialis dan sedikit ditekan sampai teraba pulsasi yang
kuat.
3) Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi (jumlah) per menit, irama (teratur
atau tidaknya), pengisian, dan dibandingkan antara arteri radialis kanan dan
kiri.
4) Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal dapat dilakukan
hitungan selama 15 detik kemudian dikalikan 4, tetapi bila iramanya tidak
teratur atau denyut nadinya terlalu lemah, terlalu pelan atau terlalu cepat,
dihitung sampai 60 detik.
5) Apabila iramanya tidak teratur (irregular) harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan auskultasi jantung (cardiac auscultation) pada apeks jantung.
c) Suhu Tubuh
Turunkan air raksa pada termometer sedemikian sehingga air raksa pada
termometer menunjuk angka 35°C atau di bawahnya.
1) Letakkan termometer di lipatan aksila. Lipatan aksila harus dalam keadaan
kering. Pastikan termometer menempel pada kulit dan tidak terhalang baju
pasien.
2) Jepit aksila dengan merapatkan lengan pasien ke tubuhnya.
3) Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.
4) Cuci thermometer dengan air sabun kemudian air bersih. Lalu turunkan
kembali air raksa dalam termometer
d) Laju pernapasan
Prosedur pemeriksaan pernapasan:
1) Pemeriksaan inspeksi: Perhatikan gerakan pernafasan pasien secara
menyeluruh (lakukan inspeksi tanpa mempengaruhi psikis dari pasien). Pada
inspirasi, perhatikan: Gerakan iga ke arah lateral, pelebaran sudut epigastrium,
adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal,
epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan aksesoris serta penambahan
ukuran anteroposterior pada rongga dada. Pada ekspirasi, perhatikan:
Masuknya kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan pengurangan
diameter anteroposterior di rongga dada.
2) Pemeriksaan palpasi: pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan
naik turunnya gerakan dinding dada.
3) Pemeriksaan auskultasi: menggunakan membran stetoskop yang diletakkan
pada dinding dada di luar lokasi bunyi jantung.
C. Pembahasan
D. Daftar Pustaka
Sulistyowati, Agus. "Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital." (2018).
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/39/1/290999-pemeriksaan-tanda-tanda-vital-
bf801e8f.pdf
https://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/PEMERIKSAAN%20TTV%20DAN
%20KEPALA%20LEHER.pdf
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2020/02/Manual-CSL-1-
Pemeriksaan-Tanda-Vital.pdf
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/download/5236/3515
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=e-
p9EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=pengertian+ttv&ots=f2CWNPR8lT&
sig=ooOflsSSqsNgAZO3HVsw2z04dYc&
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=etiologi+hipertensi&oq=etiologi+hiper#d=gs_qabs
&t=1685128325676&u=%23p%3DM7f1RX6A08cJ
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1526/1484
https://www.academia.edu/43260952/
Makalah_Pengkajian_Tanda_Tanda_Vital_TTV_Vital_Sign

Pembimbing Praktik / CI Praktikan

Erny Wahyuni, S.Kep.Ns Miftahul Jannah Dwi P.


NIP. 197806202007012006 NIK. P1337424422086

Pembimbing Institusi

Dewi Andang Prastika, SST.M.Kes


NIP. 199102252018012001

Anda mungkin juga menyukai