Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

KONSEP ASKEP DENGAN MASALAH KESEHATAN YANG LAZIM DI INDONESIA


DAN MEDIA DALAM EDUKASI KELUARGA

Di Susun Oleh:

Yutria telaumbanua(1914201096)

Keperawatan 6B

Dosen pembimbing:Ns.Hermanis suci M.kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Puji rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-nya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep askep dengan masalah kesehatan yang
lazim di indonesia dan Media dalam edukasi keluarga” Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu Community Mental Healt Nursing,yang saya tulis berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Community Mental Heart
Nursing.Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik itu dari segi
penulisan maupun segi materi.Oleh karena itu saya mohon saran dan kritikannya yang bersifat untuk
membangun makalah ini.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi saya maupun masyarakat
lainnya.

Padang ,26 Maret 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana terjadi peningkatan abnormal
pada tekanan sistolik yaitu 140 mmHg dan tekanan diastolik 120 mmHg. Sedangkan batasan
tekanan darah normal pada orang dewasa adalah 140/90 mmHg. Jika tekanan darah seseorang
berada di atas angka tersebut pada beberapa kali pengukuran yang dilakukan pada waktu yang
berbeda maka orang tersebut bisa dikatakan menderita hipertensi. Biasanya penderita hipertensi
memiliki resiko yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit stroke dan serangan jantung.

Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak dapat diketahui apa penyebabnya akan tetapi
hipertensi jenis ini banyak terjadi masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses kompleks dari
beberapa organ dan sistem utama dalam tubuh, meliputi ginjal, hormon, sarah, pembuluh darah dan
jantung. Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang disebabkan oleh suatu faktor
namun, hipertensi jenis ini jarang sekali ditemui di masyarakat.faktor yang menyebabkan hipertensi
yaitu: 1. Faktor Keturunan Sebuah penelitian mengatakan bahwa terdapat bukti gen yang diturunkan
untuk masalah pada tekanan darah tinggi. Jadi yang dimaksud dari faktor keturunan adalah jika
seseorang mempunyai orang tua atau saudara yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, maka
kemungkinan besar ia juga akan menderita tekanan darah tingi.2. Kebiasaan Hidup Dengan
mengkonsumsi garam yang lebih tinggi dapat mengakibatkan hipertensi dengan cepat pada beberapa
orang. Orang yang memiliki berat badan diatas 30% dari berat badan ideal akan memiliki
kemungkinan lebih besar menderita hipertensi. 3.Ciri Perseorangan Semakin bertambah usia
seseorang,tekanan darah pun akan meningkat.Tekanan darah ketika masih muda tidak akan sama
ketika seseorang akan bertambah tua, tetapi hal ini dapat di kendalikan agar jangan melewati batas
normal. Laki-laki lebih mudah terkena hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Ras juga dapat
mempengaruhi tekanan darah seseorang, biasanya ras yang berkulit hitam akan lebih mudah terkena
hipertensi dibandingkan dengan ras yang berkulit putih.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori Hipertensi Pada Ansietas
1. Definisi hipertensi
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik nya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg setelah di lakukan pengecekan
beberapa kali. Menurut (Hasdianah & Suprapto, 2016).
2. Etiologi hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan curah jantung ataupun peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa
faktor yang dapat memengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi
b. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi mengakibatkan tekanan darah meningkat
c. Stres karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta adanya pelebaran
pembuluh darah.
Pada individu lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan pada
elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengatur konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak dan dar at vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang
i pus
berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah.Dimana dengan dilepaskannyanoripenefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstiktor.
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga ikut terangsang. Medula adrenal menyekresi epinefrin ya ng
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pemepasan
renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, vasokonstriktor kuat yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron dan
korteks adrenal. Hormon ini yang menyebabnkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Dan dari faktor tersebut cenderung mencetuskan
hipertensi (Brunner & Suddarth, 2013).
4. Klasifikasi hipertensi
Menurut American Heart Association(AHA)(2017) dalam jurnal Hypertension Highlights
2017 : Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of High Blood
Pressure In Adults, menentukan batasan tekanan darah yang berbeda dari sebelumnya. Tekanan
darah pada orang dewasa diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 1
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Sebagai Patokan dan Diagnosis Hipertensi (mmHg)

Katego Tekanan
ri darah
Sistolik Diastolik

Normal < 120 <80


mmHg mmHg

Prehipertensi 120-129 <80


mmHg mmHg

Hipertensistag 130-139 80-89


eI mmHg mmHg

Hipertensistag ≥ 140 ≥ 90
e II mmHg mmHg

(sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2017 : Guideline For The
Prevention, Detection,
Evaluation And Management Of High Blood Pressure In Adults, 2017)
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien hipertensi (R. Y. Aspiani, 2014) yaitu :
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragik akibat tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh darah yang terpajan tekanan darah tinggi (R. Y.
Aspiani, 2014) .
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
mengha mbat aliran darah. Pada hipertensi kronis serta hipertrofi ventrikel, kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang dapat menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat
menyebabkan perubaham waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
distripmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan (R. Y. Aspiani, 2014).
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada
kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke nefron akan terganggu
dan dapat mengakibatkan hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,
protein akan
keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada klien hipertensi kronis (R. Y. Aspiani,
2014).

d. Ensefalopati (kerusakan otak) yang terjadi, terutama pada hipertensi maligna. Tekanan
yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (R. Y. Aspiani, 2014).

e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia, bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami
hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan
(R. Y. Aspiani, 2014).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang biasa diberikan pada lansia hipertensi adalah, sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan memodifikasi gaya hidup sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin, 2007 dalam Wijaya dan Putri,
2013). Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikas i gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1. Mempertahankan berat badan ideal
2. Mempertahankan asupan nutrium
3. Batasi konsumsi alkohol
4. Makan K dan Ca yang cukup dari diet
5. Menghindari merokok

6. Penurunan stress

7. Terapi masase (pijat)


b.Pengobatan farmakologi
1.Diuretik (Hidrokloratiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan di tubuh berkurang yang
menyebabkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2.Penghambat Simpatetik (Metildopa, Kloninin, dan
Reserpin) Berfungsi untuk menghambat aktivitas saraf
simpatis.
3.Betablocker (Metoprolol, Propanolol dan
Atenolol) Berfungsi untuk menurunkan daya
pompa jantung.
4.Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung ke pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.
5.ACE Inhibitor (Captopril)
Berfungsi untuk menghambat pembentukan zat Angiotensin II.
6.Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya
pompa jantung.
7. Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamit)
Menghambat kontraksi jantung (kontraksitas otot jantung).
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata Klien

Nama Klien : Ny. R.S

Umur : 67 Tahun

Status Pernikahan : Menikah

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Suku Bangsa : Indonesia

Bahasa yang dipakai : Indonesia

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat Rumah : Bangkinang

Tanggal Pengkajian : 12 Mei 2018

Nomor Register : 01/03/321/2017

Diagnosa Medis : Hipertensi

2. Biodata Penanggung Jawab

Nama : Hendro Suzuki

Umur : 35 Tahun

Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan Klien : Anak


3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Hasil wawancara yang telah dilakukan, klien mengeluh saat ini sering
merasa cemas karena penyakitnya dan juga merasa sedih karena saat ini
hanya tinggal sendiri di rumah, suami klien telah meninggal dunia, anak-
anak klien juga telah menikah dan telah memiliki rumahnya masing-
masing. Klien juga mengeluh sering merasa pusing dan kurang nafsu
makan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, sejak mengalami
hipertensi klien telah mengkonsumsi obat captopril sesuai dengan yang
diresepkan oleh dokter. Klien tidak pernah operasi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anak klien yang keempat telah meninggal dunia karena riwayat penyakit
gagal jantung saat berusia 26 tahun.
6. Kebiasaan Sehari-hari

Klien mengatakan bahwa setelah mengalami penyakit hipertensi saat ini


klien telah berusaha mengatur pola makan dan mulai melakukan aktivitas
fisik secara rutin seperti jalan kaki di pagi hari, namun klien juga
mengeluh kurang nafsu makan dan susah tidur .
7. Data Psikologis, sosial dan spiritual
a. Persepsi terhadap penyakit :
Klien menyadari bahwa penyakit yang dideritanya karena adanya
faktor keturunan, klien juga merasa khawatir penyakitnya akan
mengancam jiwanya. Klien merasa takut akan efek samping obat-
obatan yang dikonsumsinya setiap hari.
b. Suasana hati/perasaan:
Klien merasa sedih karena tinggal sendiri.
c. Daya kosentrasi
Klien merasa konsetrasinya mulai berkurang.
d. Memori
Klien merasa daya ingatnya mulai berkurang.
e. Orientasi
Orientasi klien terhadap orang dan lingkungannya masih baik.
f. Mekanisme koping
Efektif
g. Konsep diri :
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai postur tubuhnya
2) Harga diri
Klien mengatakan semua keluarga sangat memperhatikan dirinya
terutama anaknya, tetapi anaknya tidak tinggal serumah denganny
3) Ideal diri
Klien berharap bisa tetap menjadi seorang yang baik dan ingin
cepat sembuh dari penyakitnya.
4) Identitas diri
Klien adalah seorang lansia.
h. Data Spiritual
Klien menganut agama Kristen, Klien rajin beribadah setiap hari
minggu, Klien juga sering mengikuti kegiatan ibadah.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
1) Tingkat Kesadaran : Kompos Mentis
2) Tinggi Badan : 148 cm
3) Berat badan : 52 kg
4) Ciri-ciri tubuh : kulit sawo matang
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 145/90 mmHg
2) Denyut nadi : 72x/i
3) Suhu : 36,70c
4) Pernafasan : 24x/i
c. Kepala dan wajah
Rambut tampak panjang, bersih, struktur halus, wajah simetris, wajah
klien tampak sedikit pucat, eksprei klien tampak sedih setiap kali klien
mengungkapkan perasaannya.
d. Mata
Mata tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
tidak ada gangguan penglihatan, lapang pandang normal, pergerakan
mata normal, tidak ada peradangan.
e. Hidung
Lubang hidung simetris, tidak ada polip, masa dan peradangan pada
hidung, tidak ada perdarahan, fungsi penciuman normal dan tidak ada
keluhan.
f. Telinga
Bentuk telinga normal, pendengaran baik, telinga tampak bersih, tidak
memakai alat bantu pendengaran, tidak ada serumen, tidak ada
peradangan dan tidak ada keluhan.
g. Mulut dan Kerongkongan
Bibir tampak kering, tidak ada perdarahan pada mulut dan bibir, lidah
tidak kotor, gigi klien tampak bersih, suara normal, klien bisa
mengunyah dengan baik, fungsi menelan baik, tidak ada peradangan.
h. Leher
Leher tampak normal, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, vena
jugularis tidak menonjol dan pergerakan leher normal.
i. Dada
1) Struktur : normal
2) Payudara : simetris kiri dan kanan
3) Aksila : tidak ada pembengkakan
4) Pernafasan :
a) Nola nafas : teratur
b) Frekuensi nafas : 24x/i
c) Kualitas nafas : normal
d) Bunyi nafas : bronkovesikuler
e) Penggunaan otot : tidak ada penggunaan otot bantu
5) Kardiovaskuler
Palpasi jantung tampak, ikterus kordis teraba dan terdengar BJ 1
dan BJ II.
6) Abdomen
Abdomen tampak simetris, tidak ada benjolan dan pembengkakan
pada abdomen, suara perkusi abdomen timpani, terdengar suara
peristaltik usus 7 kali/ menit, tidak kembung dan tidak ada asites.
7) Ekstremitas
a) Tangan: Normal, tidak ada bengkak, tidak ada gangguan pada
otot.
b) Kaki : Normal, tidak ada gangguan pada kaki

9. Pengobatan
Amlodepine : 2 x 10 mg
B. Analisa Data
Tabel 2
Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. Data Subjektif: Krisis situasional Ansietas
- Klien mengatakan susah dan/atau
tidur maturasional
- Kien mengatakan cemas
dengan penyakitnya dan
merasa sedih karena tinggal
sendirian
- Klien merasa khawatir
penyakitnya akan
mengancam jiwa

Data Objektif:
- Wajah klien tampak sedikit
pucat.
- Ekspresi klien tampak sedih
saat mengungkapkan
perasaannya
- Klien tinggal sendiri di
rumahnya.
2. DS: Kurangnya Kurangnya
- Klien mengatakan kurang informasi pengetahuan
tahu tentang kurang tahu terhadap
tentang efek samping obat- penyakit
obatan yang dikonsumsinya.
- Klien mengatakan ingin
cepat sembuh
- Klien mengatakan khawatir
penyakitnya akan
mengancam jiwa.

DO:
-
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data diatas, diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan pada Ny. R adalah:
1. Ansietas b/d krisis situasional dan/atau maturasional.
2. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi terhadap penyakit.
D. Intervensi Keperawatan
1. Ansietas b/d krisis situasional dan/atau maturasional.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x30 menit, ansietas
dapat berkurang dengan kriteria klien memahami dan mendiskusikan rasa
takut, klien juga tampak rileks dan melaporkan berkurangnya ansietas ke
tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi:
a. Kaji tingkat ansietas dengan mengamati tingkah laku klien.
Rasional : Respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola
kultural yang dipelajari.
b. Catat pembatasan focus perhatian (mis konsentrasi pasien terhadap
suatu hal pada waktu tertentu).
Rasional : Penyempitan focus umumnya merefleksikan rasa
takut/kepanikan yang luar biasa.
c. Observasi isi dan pola pembicaraan: cepat/lambat, tekanan, kata-kata
yang digunakan, repetisi, tertawa
.
Rasional : Menyediakan petunjuk mengenai faktor-faktor seperti
tingkat ansietas, kemampuan untuk memahami kerusakan otak ataupun
kemungkinan perbedaan bahasa.
d. Catat ekspresi perhatian/rasa marah mengenai pengobatan.
Rasional : Kecemasan mengenai diri dan apa yang dihasilkan dapat
ditutupi dengan komentar/ledakan kemarahan yang
ditunjukkan kepada ahli terapi/pemberi perawatan.
e. Hindari harapan-harapan kosong, misalnya pernyataan seperti “semua
akan berjalan lancar”. Lebih baik menyediakan informasi yang
spesifik: misalnya “denyut jantung anda teratur, rasa sakit dapat
dengan mudah dikontrol dan ini yang kita inginkan”
Rasional : Adalah tidak mungkin bagi perawat untuk mengetahui
bagaimana situasi khusus dapat dipecahkan dan harapan-
harapan palsu akan diinterpretasikan sebagai kurangnya
pemahaman ataupun kejujuran, isolasikan pasien lebih
lanjut. Pembagian observasi digunakan dalam mengkaji
kondis/prognosis yang memberikan kesempatan bagi
pasien/orang terdekat untuk merasa terjamin.
f. Dorong/instruksikan metode bimbingan imajinasi/relaksasi mental:
misalnya membayangkan tempat yang menyenangkan, penggunaan
musik/tape, napas lambat-lambat dan meditasi.
Rasional : Meningkatkan pelepasan endorphin dan membantu dalam
perkembangan control lokusinternal, mengurangi
ansietas. Mungkin meningkatkan kemampuan koping,
membuat tubuh ikut membantu proses penyembuhan.
g. Gunakan sentuhan, sentuhan terapeutik, masase dan terapi tambahan
lainnya sesuai indikasi.
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia,
penurunan rasa terisolasi dan membantu pasien untuk
mengurangi perasaan kuatir. Catatan: sentuhan terapeutik
adalah metode menggunakan tangan secara langsung kea
rah kekuatan manusia untuk membantu ataupun untuk
menyembuhkan.
2. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi terhadap penyakit.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x30 menit, diharapkan
klien mengetahui informasi tentang penyakitnya dengan kriteria klien
memahami dan mampu mengungkapkan pengetahuan tentang penyakitnya
serta proses pengobatannya.
Intervensi:
a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat.
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minat pasien/orang erdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila
pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi
dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang
peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang
sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat
terjadi tanpa gejala ini untuk memungkinkan pasien
melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
c. Hindari mengatakan TD „normal‟ dan gunakan istilah “terkontrol
dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang
diinginkan.
Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang
kehidupan, maka dengan penyampaian ide “terkontrol”
akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan
untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
d. Bantu pasien dalam negidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskuler
yang dapat diubah mis, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok dan minum alkohol (lebih
dari 60 cc/hari dengan teratur) pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan
dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
serta ginjal.
e. Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana
perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi
faktor-faktor diatas.
Rasional : Faktor-faktor risiko dapat meningkatkan proses penyakit
atau memperburuk gejala. Dengan mengubah pola prilaku
yang “biasa/memberikan rasa aman” dapat sangat
menyusahkan. Dukungan, petunjuk dan empati dapat
meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan
tugas ini.

3. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis sesuai dengan
perencanaan.
Tabel 3
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
1 13-5-2018 1. Mengkaji tingkat S: Klien mengatakan
ansietas masih merasa cemas dan
2. Mengobservasi susah tidur
isi dan pola O: Ekspresi klien masih
pembicaraan tampak bersedih ketika
3. Memberikan berbicara tentang
informasi yang kondisinya
spesifik pada A: Masalah belum teatasi
klien P: Intervensi dilanjutkan
4. Mengajarkan
klien tehnik
relaksasi
5. Memberikan
klien sentuhan
terapeutik
2 13-5-2018 1. Menjelaskan S : klien mengatakan sudah
tentang batas tau apa itu hipertensi, dan
tekanan darah penyebab terjadinya
normal, tekanan hipertensi tetapi klien
darah tinggi dan masih merasa khawatir
efeknya. dengan penyakitnya.
2. Menjelaskan O : Keadaan umum klien
sifat penyakit baik, klien tampak
dan tujuan dari mengerti, menyebutkan
pengobatan dan penyebab yang
prosedur. memperberat hipertensi,
3. Menjelaskan klien tampak mau
pentingnya mengikuti saran perawat
lingkungan yang A: Masalah teratasi
tenang, tidak sebagian.
penuh dengan P: Intervensi masih
stress. dilanjutkan.
4. Mendiskusikan
tentang obat-
obatan : nama
obat, dosis obat,
waktu
pemberian obat,
dan tujuan
pemberian obat
dan efek
samping obat.
5. Memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang cara
mencegah dan
mengatasi
hipertensi.
6. Menganjurkan
klien untuk
tidak
mengonsumsi
makanan dan
minuman yang
dapat
meningkatkan
tekanan darah.
3 15-5-2018 1. Mengkaji tingkat S: Klien mengatakan rasa
ansietas cemasnya sudah berkurang
2. Mengobservasi isi dan susah tidur
dan pola O: Ekspresi klien masih
pembicaraan tampak bersedih ketika
3. Memberikan berbicara tentang
informasi yang kondisinya
spesifik pada A: Masalah belum teatasi
klien P: Intervensi dilanjutkan
4. Mengajarkan
klien tehnik
relaksasi
5. Memberikan klien
sentuhan
terapeutik
4 15-5-2018 1. Menjelaskan sifat S : klien mengatakan sudah
penyakit dan tau apa itu hipertensi, dan
tujuan dari penyebab terjadinya
pengobatan dan hipertensi tetapi klien
prosedur. masih merasa khawatir
2. Menjelaskan dengan penyakitnya.
pentingnya O : Keadaan umum klien
lingkungan yang baik, klien tampak
tenang, tidak mengerti, menyebutkan
penuh dengan penyebab yang
stress. memperberat hipertensi,
3. Menganjurkan klien telah mengatur pola
klien untuk tidak makan dan melakukan
mengonsumsi olahraga ringan.
makanan dan A: Masalah teratasi
minuman yang P: Intervensi dihentikan
dapat
meningkatkan
tekanan darah.
5 17-5-2018 1. Mengkaji tingkat S: Klien mengatakan rasa
ansietas cemasnya masih ada tetapi
2. Mengobservasi isi klien telah menerima
dan pola kondisinya saat ini.
pembicaraan O: Ekspresi klien masih
3. Memberikan tampak rileks ketika
informasi yang berbicara tentang
spesifik pada kondisinya
klien A: Masalah teatasi
4. Mengajarkan sebagian
klien tehnik P: Intervensi tetap
relaksasi dilanjutkan
5. Memberikan klien
sentuhan
terapeutik
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan hipertensi
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang mencangkup
pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengkajian telah dilakukan pada Ny. R dengan hipertensi dengan hasil Ny.
R telah menderita hipertensi selama 5 tahun, saat ini klien merasa cemas
terhadap penyakitnya, susah tidur, merasa sedih karena tinggal sendiri di
rumahnya, klien juga merasa khawatir dengan efek samping obat-obatan
yang dikonsumsinya, klien merasa takut penyakitnya akan mengancam
jiwa.
b. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Ny. R dengan hipertensi
dissesuaikan dengan teori dan kondisi klien pada saat itu berjumlah 2
diagnosa keperawatan yaitu ansietas b/d krisis situasional dan/atau
maturasional dan kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang
penyakit.
c. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul sehingga masalah yang dialami klien
dapat teratasi. Intervensi keperawatan diberikan selama tiga kali
kunjungan kerumah klien.
d. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat. Setelah
tiga kali kunjungan ke rumah klien masalah kecemasan dapat teratasi dan
masalah kurang pengetahuan terhadap penyakit juga dapat teratasi, namun
penulis tetap akan melanjutkan kunjungan rumah dikarenakan kondisi
klien yang telah memasuki usia lanjut dan tinggal sendiri dirumahnya.
e. Hasil evaluasi SOAP yang dilakukan selama tiga kali kunjungan adalah
rasa cemas klien dapat teratasi dan klien mampu menerima kondisinya saat
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. (2009). Hubungan Beberapa Faktor Obesitas dan Hipertensi. Semarang,


Medika Indonesia : Rineka Cipta, Jakarta.

Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta Timur : Cv. Trans
Info Media.

Doenges, Marilynn dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Gunawan, Lany. (2013). Hipertensi. Yogjakarta : Kanisius

Haryono. (2013). Awas Musuh-musuh Anda setelah Usia 40 Tahun. Yogjakarta : Goysen
Publishing.

Hamdan. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Rawat jalan di RSUP
Wahidin Sudirihusodo Makasar. Artikel Penelitian Makasar : Universitas
Hasanuddin.

Hafiz. (2011). Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktifitas Fisik
dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Wahidin
Sudirohusodo Makssar. Artikel Penelitian. Makasar : Universitas Hasanuddin.

Martha. (2012). Panduan Cerdas mengatasi Hipertensi, Yogjakarta : Araska.

Muhlisin. (2012). Analisa Pengaruh Faktor Stress Terhadap Kekambuhan Penderita


Hipertensi di Psukesmas Bendosari Sukoharjo. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional
Kesehatan, ISSN.
Puskesmas Bangkinang Kota. (217). Penyakit Hipertensi di Bangkinang Kota.
Ruhyanudin. (2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System
Kardiovaskuler. Yogjakarta : Mitra.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogjakarta : Sorowajan Baru.


Pudiastuti. (2013). Penyakit Pemicu Stroke. Yogjakarta : Nuha Medika
Smaltzer. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tagor. (2010). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Gaya Baru.

Anda mungkin juga menyukai