Di Susun Oleh:
Yutria telaumbanua(1914201096)
Keperawatan 6B
Puji rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-nya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep askep dengan masalah kesehatan yang
lazim di indonesia dan Media dalam edukasi keluarga” Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu Community Mental Healt Nursing,yang saya tulis berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Community Mental Heart
Nursing.Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik itu dari segi
penulisan maupun segi materi.Oleh karena itu saya mohon saran dan kritikannya yang bersifat untuk
membangun makalah ini.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi saya maupun masyarakat
lainnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana terjadi peningkatan abnormal
pada tekanan sistolik yaitu 140 mmHg dan tekanan diastolik 120 mmHg. Sedangkan batasan
tekanan darah normal pada orang dewasa adalah 140/90 mmHg. Jika tekanan darah seseorang
berada di atas angka tersebut pada beberapa kali pengukuran yang dilakukan pada waktu yang
berbeda maka orang tersebut bisa dikatakan menderita hipertensi. Biasanya penderita hipertensi
memiliki resiko yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit stroke dan serangan jantung.
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak dapat diketahui apa penyebabnya akan tetapi
hipertensi jenis ini banyak terjadi masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses kompleks dari
beberapa organ dan sistem utama dalam tubuh, meliputi ginjal, hormon, sarah, pembuluh darah dan
jantung. Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang disebabkan oleh suatu faktor
namun, hipertensi jenis ini jarang sekali ditemui di masyarakat.faktor yang menyebabkan hipertensi
yaitu: 1. Faktor Keturunan Sebuah penelitian mengatakan bahwa terdapat bukti gen yang diturunkan
untuk masalah pada tekanan darah tinggi. Jadi yang dimaksud dari faktor keturunan adalah jika
seseorang mempunyai orang tua atau saudara yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, maka
kemungkinan besar ia juga akan menderita tekanan darah tingi.2. Kebiasaan Hidup Dengan
mengkonsumsi garam yang lebih tinggi dapat mengakibatkan hipertensi dengan cepat pada beberapa
orang. Orang yang memiliki berat badan diatas 30% dari berat badan ideal akan memiliki
kemungkinan lebih besar menderita hipertensi. 3.Ciri Perseorangan Semakin bertambah usia
seseorang,tekanan darah pun akan meningkat.Tekanan darah ketika masih muda tidak akan sama
ketika seseorang akan bertambah tua, tetapi hal ini dapat di kendalikan agar jangan melewati batas
normal. Laki-laki lebih mudah terkena hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Ras juga dapat
mempengaruhi tekanan darah seseorang, biasanya ras yang berkulit hitam akan lebih mudah terkena
hipertensi dibandingkan dengan ras yang berkulit putih.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori Hipertensi Pada Ansietas
1. Definisi hipertensi
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik nya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg setelah di lakukan pengecekan
beberapa kali. Menurut (Hasdianah & Suprapto, 2016).
2. Etiologi hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan curah jantung ataupun peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa
faktor yang dapat memengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi
b. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi mengakibatkan tekanan darah meningkat
c. Stres karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta adanya pelebaran
pembuluh darah.
Pada individu lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan pada
elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengatur konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak dan dar at vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang
i pus
berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah.Dimana dengan dilepaskannyanoripenefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstiktor.
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga ikut terangsang. Medula adrenal menyekresi epinefrin ya ng
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pemepasan
renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, vasokonstriktor kuat yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron dan
korteks adrenal. Hormon ini yang menyebabnkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Dan dari faktor tersebut cenderung mencetuskan
hipertensi (Brunner & Suddarth, 2013).
4. Klasifikasi hipertensi
Menurut American Heart Association(AHA)(2017) dalam jurnal Hypertension Highlights
2017 : Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of High Blood
Pressure In Adults, menentukan batasan tekanan darah yang berbeda dari sebelumnya. Tekanan
darah pada orang dewasa diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 1
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Sebagai Patokan dan Diagnosis Hipertensi (mmHg)
Katego Tekanan
ri darah
Sistolik Diastolik
Hipertensistag ≥ 140 ≥ 90
e II mmHg mmHg
(sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2017 : Guideline For The
Prevention, Detection,
Evaluation And Management Of High Blood Pressure In Adults, 2017)
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien hipertensi (R. Y. Aspiani, 2014) yaitu :
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragik akibat tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh darah yang terpajan tekanan darah tinggi (R. Y.
Aspiani, 2014) .
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
mengha mbat aliran darah. Pada hipertensi kronis serta hipertrofi ventrikel, kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang dapat menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat
menyebabkan perubaham waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
distripmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan (R. Y. Aspiani, 2014).
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada
kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke nefron akan terganggu
dan dapat mengakibatkan hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,
protein akan
keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada klien hipertensi kronis (R. Y. Aspiani,
2014).
d. Ensefalopati (kerusakan otak) yang terjadi, terutama pada hipertensi maligna. Tekanan
yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (R. Y. Aspiani, 2014).
e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia, bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami
hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan
(R. Y. Aspiani, 2014).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang biasa diberikan pada lansia hipertensi adalah, sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan memodifikasi gaya hidup sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin, 2007 dalam Wijaya dan Putri,
2013). Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikas i gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1. Mempertahankan berat badan ideal
2. Mempertahankan asupan nutrium
3. Batasi konsumsi alkohol
4. Makan K dan Ca yang cukup dari diet
5. Menghindari merokok
6. Penurunan stress
A. Pengkajian
1. Biodata Klien
Umur : 67 Tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : IRT
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Anak klien yang keempat telah meninggal dunia karena riwayat penyakit
gagal jantung saat berusia 26 tahun.
6. Kebiasaan Sehari-hari
9. Pengobatan
Amlodepine : 2 x 10 mg
B. Analisa Data
Tabel 2
Analisa Data
Data Objektif:
- Wajah klien tampak sedikit
pucat.
- Ekspresi klien tampak sedih
saat mengungkapkan
perasaannya
- Klien tinggal sendiri di
rumahnya.
2. DS: Kurangnya Kurangnya
- Klien mengatakan kurang informasi pengetahuan
tahu tentang kurang tahu terhadap
tentang efek samping obat- penyakit
obatan yang dikonsumsinya.
- Klien mengatakan ingin
cepat sembuh
- Klien mengatakan khawatir
penyakitnya akan
mengancam jiwa.
DO:
-
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data diatas, diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan pada Ny. R adalah:
1. Ansietas b/d krisis situasional dan/atau maturasional.
2. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi terhadap penyakit.
D. Intervensi Keperawatan
1. Ansietas b/d krisis situasional dan/atau maturasional.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x30 menit, ansietas
dapat berkurang dengan kriteria klien memahami dan mendiskusikan rasa
takut, klien juga tampak rileks dan melaporkan berkurangnya ansietas ke
tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi:
a. Kaji tingkat ansietas dengan mengamati tingkah laku klien.
Rasional : Respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola
kultural yang dipelajari.
b. Catat pembatasan focus perhatian (mis konsentrasi pasien terhadap
suatu hal pada waktu tertentu).
Rasional : Penyempitan focus umumnya merefleksikan rasa
takut/kepanikan yang luar biasa.
c. Observasi isi dan pola pembicaraan: cepat/lambat, tekanan, kata-kata
yang digunakan, repetisi, tertawa
.
Rasional : Menyediakan petunjuk mengenai faktor-faktor seperti
tingkat ansietas, kemampuan untuk memahami kerusakan otak ataupun
kemungkinan perbedaan bahasa.
d. Catat ekspresi perhatian/rasa marah mengenai pengobatan.
Rasional : Kecemasan mengenai diri dan apa yang dihasilkan dapat
ditutupi dengan komentar/ledakan kemarahan yang
ditunjukkan kepada ahli terapi/pemberi perawatan.
e. Hindari harapan-harapan kosong, misalnya pernyataan seperti “semua
akan berjalan lancar”. Lebih baik menyediakan informasi yang
spesifik: misalnya “denyut jantung anda teratur, rasa sakit dapat
dengan mudah dikontrol dan ini yang kita inginkan”
Rasional : Adalah tidak mungkin bagi perawat untuk mengetahui
bagaimana situasi khusus dapat dipecahkan dan harapan-
harapan palsu akan diinterpretasikan sebagai kurangnya
pemahaman ataupun kejujuran, isolasikan pasien lebih
lanjut. Pembagian observasi digunakan dalam mengkaji
kondis/prognosis yang memberikan kesempatan bagi
pasien/orang terdekat untuk merasa terjamin.
f. Dorong/instruksikan metode bimbingan imajinasi/relaksasi mental:
misalnya membayangkan tempat yang menyenangkan, penggunaan
musik/tape, napas lambat-lambat dan meditasi.
Rasional : Meningkatkan pelepasan endorphin dan membantu dalam
perkembangan control lokusinternal, mengurangi
ansietas. Mungkin meningkatkan kemampuan koping,
membuat tubuh ikut membantu proses penyembuhan.
g. Gunakan sentuhan, sentuhan terapeutik, masase dan terapi tambahan
lainnya sesuai indikasi.
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia,
penurunan rasa terisolasi dan membantu pasien untuk
mengurangi perasaan kuatir. Catatan: sentuhan terapeutik
adalah metode menggunakan tangan secara langsung kea
rah kekuatan manusia untuk membantu ataupun untuk
menyembuhkan.
2. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi terhadap penyakit.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x30 menit, diharapkan
klien mengetahui informasi tentang penyakitnya dengan kriteria klien
memahami dan mampu mengungkapkan pengetahuan tentang penyakitnya
serta proses pengobatannya.
Intervensi:
a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat.
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minat pasien/orang erdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila
pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi
dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang
peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang
sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat
terjadi tanpa gejala ini untuk memungkinkan pasien
melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
c. Hindari mengatakan TD „normal‟ dan gunakan istilah “terkontrol
dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang
diinginkan.
Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang
kehidupan, maka dengan penyampaian ide “terkontrol”
akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan
untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
d. Bantu pasien dalam negidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskuler
yang dapat diubah mis, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok dan minum alkohol (lebih
dari 60 cc/hari dengan teratur) pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan
dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
serta ginjal.
e. Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana
perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi
faktor-faktor diatas.
Rasional : Faktor-faktor risiko dapat meningkatkan proses penyakit
atau memperburuk gejala. Dengan mengubah pola prilaku
yang “biasa/memberikan rasa aman” dapat sangat
menyusahkan. Dukungan, petunjuk dan empati dapat
meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan
tugas ini.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan hipertensi
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang mencangkup
pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengkajian telah dilakukan pada Ny. R dengan hipertensi dengan hasil Ny.
R telah menderita hipertensi selama 5 tahun, saat ini klien merasa cemas
terhadap penyakitnya, susah tidur, merasa sedih karena tinggal sendiri di
rumahnya, klien juga merasa khawatir dengan efek samping obat-obatan
yang dikonsumsinya, klien merasa takut penyakitnya akan mengancam
jiwa.
b. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Ny. R dengan hipertensi
dissesuaikan dengan teori dan kondisi klien pada saat itu berjumlah 2
diagnosa keperawatan yaitu ansietas b/d krisis situasional dan/atau
maturasional dan kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang
penyakit.
c. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul sehingga masalah yang dialami klien
dapat teratasi. Intervensi keperawatan diberikan selama tiga kali
kunjungan kerumah klien.
d. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat. Setelah
tiga kali kunjungan ke rumah klien masalah kecemasan dapat teratasi dan
masalah kurang pengetahuan terhadap penyakit juga dapat teratasi, namun
penulis tetap akan melanjutkan kunjungan rumah dikarenakan kondisi
klien yang telah memasuki usia lanjut dan tinggal sendiri dirumahnya.
e. Hasil evaluasi SOAP yang dilakukan selama tiga kali kunjungan adalah
rasa cemas klien dapat teratasi dan klien mampu menerima kondisinya saat
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta Timur : Cv. Trans
Info Media.
Haryono. (2013). Awas Musuh-musuh Anda setelah Usia 40 Tahun. Yogjakarta : Goysen
Publishing.
Hamdan. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Rawat jalan di RSUP
Wahidin Sudirihusodo Makasar. Artikel Penelitian Makasar : Universitas
Hasanuddin.
Hafiz. (2011). Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktifitas Fisik
dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Wahidin
Sudirohusodo Makssar. Artikel Penelitian. Makasar : Universitas Hasanuddin.