Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

“H” DENGAN HIPERTENSI


DI DESA RANTAU ALAI KECAMATAN RANTAU ALAI
KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2022

Disusun Oleh:

Della Apriyanti.,S.Kep/22221027/Mahasiswa
Riska Marlin.,SST.,M.Kes/1094700/Pembimbing
Renny Triwijayanti.,S.Kep.,Ns.,M.Kep/1000778/Pembimbing

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021/2022
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan
kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding
pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut mengakihatkan jantung bekerja
lebih keras untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh
darah. Hal ini dapat mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah,
bahkan menyebabkan penyakit generatif, hingga kematian (Sari, 2017).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan Tekanan Darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikinya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besa resikonya (Nurarif,
2015).
Peningkatan tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah kondisi medis
yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka
waktu lama). Penderita yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90
mmHg, diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Adib, 2011).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka bawah (diastolik)
pada pemeriksan tekanan darah menggunakan alat pengukur tekanan darah
baik sphygmomanometer ataupun alat digital lainnya (Dewi, 2011).

2. Klasifikasi Tekanan Darah

Menurut American Heart Association (2017), klasifikasi tekanan


darah dibedakan menjadi:
Tabel 2.1
Klasifikasi hipertensi AHA 2017
(Sumber : AHA 2017)
Kategori Tekanan
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Darah
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 129 <80
Hipertensi Stadium I 130 – 139 80 - 89
Hipertensi Stadium II ≥ 140 ≥ 90
Hipertensi urgency >180 >120
>180 + target > 120 + target
Hipertensi emergency
kerusakan organ kerusakan organ
Sedangkan menurut The European Society of Cardiology/ The
European Society of Hypertension (2018) hipertensi diklasifikasikan
menjadi:
Tabel 2.2
Klasifikasi hipertensi ESC/ESH 2018
(Sumber
Kategori :Tekanan
ESC/ESH 2018)
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Darah
Optimal <120 <80
Normal 120 – 129 80 - 84
High Normal 130 – 139 85 - 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 90 - 99
Hipertensi Stadium II 160 – 179 100 - 109
Hipertensi Stadium >180 > 110
III

3. Penyebab Hipertensi
Menurut Sari (2017), mengklasifikasikan hipertensi menjadi:
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer (esensial atau idiopatik)
merupakan peningkatan tekanan darah tanpa diketahui
penyebabnya dan berjumlah 90-95 % dari semua kasus
hipertensi. Meskipun hipertensi primer tidak diketahui
penyebabnya, namun beberapa faktor yang berkontribusi
meliputi: peningkatan aktivitas Symphathetic Nervous
System (SNS), produksi sodium-retaining hormones
berlebihan dan vasokonstriksi, peningkatan masukan
natrium, berat badan berlebihan, diabetes melitus, dan
konsumsi alkohol berlebihan.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan peningkatan
tekanan darah dengan penyebab yang spesifik dan biasanya
dapat diidentifikasi. Hipertensi sekunder diderita oleh 5-10
% dari semua penderita hipertensi pada orang dewasa.
Ignatavicius, Workman, & Winkelman (2016) menyatakan
bahwa penyebab hipertensi sekunder meliputi penyakit
ginjal, aldosteronisme primer, pheochromocytoma,
penyakit Chusing’s, koartasio aorta (Penyempitan pada
aorta), tumor otak, ensefalitis, kehamilan, dan obat
(estrogen misalnya, kontrasepsi oral ; glukokortikoid,
mineralkortikoid, simpatomimetik).
Menurut Dewi (2011), Hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu:
1) Hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya
gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung
namun disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti
faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang.
keramaian, stress dan pekerjaan, kebiasaan
konsumsi tinggi lemak dan garam, aktifitas yang
kurang. kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan
kafein. Hipertensi ini biasa disebut dengan
hipertensi primer
2) Hipertensi yang discbabkan olch gangguan ginjal,
endokrin dan kekakuan aorta, kelainan hormonal,
penggunaan obat- obatan, hipertensi ini biasa
disebut dengan hipertensi sekunder.
Menurut Hart dkk (2010), faktor-faktor penyebab hipertensi
adalah kegemukan, asupan garam yang tinggi, asupan kalium yang
rendah, dan asupan alcohol yang tinggi. Adapun penyebab
munculnya penyakit ini bermacam-macam, antara lain memikirkan
hal yang berat atau adanya gangguan pada urat saraf. Penyakit ini
juga dapat memicu munculnya penyakit lain, misalnya rematik,
kejang-kejang otot, dan lumpuh (vertam). Penderita disarankan
banyak istirahat, tidak berpikir terlalu berat, serta mengurangi
konsumsi garam.
Menurut Savitri (2017), penyebab tekanan darah tinggi yang
dikutip dari your blood pressure oleh American Medical
Association (AMA):
a. Penyakit ginjal, pada kasus ini penyakit dapat disembuhkan
dan tekanan darah hampir selalu kembali normal. Kondisi yang
mempengaruhi kelenjar adrenal, dua kelenjar yang berukuran
kecil namun sangat penting ini berlokasi diatas masing-masing
ginjal Penanganan kondisi biasanva dilakukan dengan
mengembalikan darah ke rentang normal.
b. Penyempitan aorta ditempat tertentu, kondisi ini adalah
kelainan bawaan yang disebabkan oleh penyempitan bagian
aorta (arteri terbesar tubuh). Jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah melewati bagian yang menyempit.
Kondisi ini dapat disembuhkan dan tekanan darah sering kali
kembali normal.
c. Kelainan dalam arteri lain, arteri yang biasanya mengalami
kelainan adalah arteri yang mensuplai darah ke ginjal (arteri
renal). Kelainan-kelainan ini sering kali bisa disembuhkan.
d. Gangguan system saraf, gangguan ini meliputi infeksi otak
(ensefalitis) dan tumor otak. Pada kondisi ini pengobatan juga
ditujukan untuk menghilangkan penyebabnya.
e. Faktor keturunan, AMA juga menjelaskan bahwa hipertensi
dasar lebih umum terjadi pada orang dengan riwayat keluarga
yang memiliki tekanan darah tinggi.

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-
masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut
saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi
korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus
simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis
menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang
meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek
kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.
Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum
sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.
Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan
elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas
pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer,
yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan
mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung
harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-
zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan
kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya
adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya
bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).
4. PATHWAYS

Obesitas Merokok Stress Konsumsi garam Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
berlebih raga tahun

Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan Menghasilkan


Tidak mampu
kolesterol monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan hormon epinefrin
membuang
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & dan norepinefrin
sejumlah garam
arteri pembuluh darah
Meningkatnya dan air di dalam
Peningkatan besar
Penyempitan Merusak lapisan tubuh Memacu stress
Vasokonstriksi volume darah sel darah merah
pembuluh darah endotel pembuluh Elastisitas
pembuluh dan sirkulasi Efek konstriksi
darah darah pembuluh
arteri perifer Volume darah
Meningkatnya darah
dalam tubuh
viskositas menurun
Aterosklerosis Tahanan meningkat
perifer
meningkat

Jantung bekerja keras


untuk memompa

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban


kerja jantung

Vasokonstriksi Retina Hidung


Suplai O2 ke Retensi Telinga
pembuluh darah Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah
ginjal jantung
otak meningkat Spasme Perdarahan Suara
Sinkope arteriole berdenging
Blood flow Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh darah Diplopia Gangguan jantung
Resiko tinggi meningkat
keseimbangan
cidera Respon RAA
Nyeri Resiko tinggi Resiko
kepala cidera penurunan
Resiko terjadi Vasokonstriksi
curah jatung
gangguan
perfusi jaringan
serebral Gangguan rasa Rangsang
nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium

Oedem

Gangguan
keseimbangan
volume cairan
5. Gejala Hipertensi

Hipertensi kadang disebut sebagai "Silent Killer" karena biasanya


orang yang menderita tidak mengetahui gejala sebelumnya dan gejalanya
baru muncul setelah sistem organ tertentu mengalami kerusakan pembuluh
darah (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Menurut Sari (2017),
menyatakan bahwa gejala hipertensi yang umum dijumpai yaitu pusing,
mudah marah, telinga berdenging, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak
napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Adib (2011) juga menyatakan bahwa hipertensi biasanya tanpa gejala, tapi
bisa menimbulkan sakit kepala di pagi hari, mimisan, denyut jantung yang
tidak teratur, dan berdengung di telinga, sementara gejala hipertensi berat
meliputi, kelelahan, mual, muntah, kebingungan, kecemasan, nyeri dada,
dan tremor otot.

6. Faktor Resiko Hipertensi


Menurut Hart dkk, 2010 pada pasien hipertensi biasanya tidak
memiliki gejala, sebelum menyebabkan kerusakan organ, tekanan darah
tinggi itu sendiri tidak menimbulkan gejala apa pun. Pada kenyataannya,
ada beberapa bukti bahwa orang dengan tekanan darah tinggi yang tidak
disertai faktor penyulit merasa lebih sehat, lebih sigap, dan lebih berenergi
ketimbang orang dengan tekanan darah yang rendah.

Adapun yang berisiko lebih tinggi terkena hipertensi, AHA (2016)


menyatakan bahwa orang yang berisiko lebih tinggi terkena hipertensi
yaitu riwayat keluarga dengan hipertensi, Afrika-Amerika, orang gemuk
atau obesitas, orang-orang yang tidak beraktivitas fisik, orang yang
mengkonsumsi sodium (garam) terlalu banyak, orang yang mengkonsumsi
alkohol terlalu banyak, orang dengan diabetes, asam urat, atau penyakit
ginjal, wanita hamil, wanita yang mengkonsumsi pil KB (Keluarga
Berencana), berat badan berlebihan, memiliki hipertensi selama
kehamilan, riwayat keluarga, dan memiliki penyakit ginjal ringan.
7. Akibat dari Hipertensi
Apa yang terjadi bila Hipertensi tidak terkontrol WHO (2011),
menyatakan bahwa hipertensi dapat menyebabkan kerusakan serius pada
kesehatan. Hal ini dapat mengeraskan arteri, mengurangi aliran oksigen
darah ke jantung yang dapat menyebabkan nyeri dada (angina), gagal
jantung Gantung tidak dapat memompa darah dan oksigen ke organ lain),
serangan jantung (terjadi ketika pasokan darah ke jantung tersumbat dan
menyebabkan kematian otot jantung karena oksigen yang tidak adekuat,
semakin lama aliran darah tersumbat, semakin besar kerusakan pada
jantung), dan stroke (terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan
memblok arteri yang mengalirkan darah dan oksigen ke otak).
Menurut AHA (2016) menyatakan bahwa hipertensi yang tidak
terkontrol atau tidak terdeteksi akan menyebabkan serangan jantung,
stroke, gagal jantung, penyakit ginjal atau gagal ginjal, kehilangan
penglihatan, disfungsi seksual, angina, dan penyakit arteri perifer
(Peripheral Artery Disease/PAD).
Menurut Savitri (2017), tidak ada gejala yang merupakan tanda
utama dalam mengenali tekanan darah tinggi dan mengobatinya. Penyakit
ini tidak memberi tanda awal kedatangannya. Kerusakan yang ditimbulkan
dari tekanan darah tinggi ini berlangsung perlahan- lahan dan tidak terang-
terangan, sehingga tetap merasa sehat.

Cara mengetahui adanya hipertensi jika dapat dideteksi sejak dini


akan meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko serangan jantung,
gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Kemenkes, 2017). Satu-satunya
cara untuk mendetcksi tekanan darah tinggi adalah tekanan darah harus
diukur oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional lainnya (WHO,
2011).
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan
darah diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer), pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti,
hipoksemia), kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan
kerusakan serebral)
1) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian tangisan yang meledak
1) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor
mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang
lalu).
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti
makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
2) Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun)
3) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
1) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing
1) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
2) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
3) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
4) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
1) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah)
2) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
3) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
1) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
2) batuk dengan atau tanpa sputum
3) riwayat merokok
Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
1) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
2) Sianosis
i. Keamanan
Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
1) episode parestesia unilateral transion
2) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit
serebrovaskuler/ginjal.
1) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat
atau alkohol (Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).

Asuhan Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI

1 Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi:


Efektif tindakan keperawatan 1. Identifikasi faktor resiko
selama 3 X 24 jam gangguan sirkulasi
diharapkan klien dapat: 2. Anjurkan berhenti
Perfusi perifer: merokk
1. Denyut nadi perifer 3. Anjurkan menggunakan
2 Tekanan darah sistolik obat penurun tekanan
3. Tekanan darah darah secara teratur
diastolik 4. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan.

2 Resiko Penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung:


Curah Jantung tindakan keperawatan
selama 3 kali 24 jam 1. Monitor tekanan darah
diharapkan pasien dapat: 2. Monitor keluhan nyeri
3. Posisikan pasien semi-
Capilary refill time (CRT)
Fowler
4. Anjurkan berhenti
merokok
5. Kolaborasi pemberin
obat

B. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
a. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga.
b. Menurut Whall (1986)
Mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengidentifikasikan
diri dengan anggotanya terdiri dari dua individu atau lebih, yang
asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak
diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi demikian
macam sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga
c. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2. Tipe Keluarga
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti), keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak.
2) The dyad family, keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila, keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua
dengan anak sudah memisahkan diri
4) The childless family, keluarga tanpa anak karena terlambat menikah
dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan
karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar), keluarga yang terdiri dari
tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear
family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan,
dll).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda), keluarga yang terdiri
dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family, kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada
saat akhir pekan (week-end).
8) Multigenerational family, keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family, beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dll).
10) Blended family, keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya
11) The single adult living alone / single-adult family, keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati
b. Tipe Keluarga Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother, keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family, keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family, beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan
anak bersama
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5) Gay and lesbian families, seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family, beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah
satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya
8) Group network family, keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya
9) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya
10) Homeless family, keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental
11) Gang, sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya yang diadopsi
Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:.
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing- masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat masyarakat atau
peran formal dan informal
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak
dengan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk
mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain
kearah yang positif.

4. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat
kegiatan yang berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.. Berbagai peran yang terdapat
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota dan
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu
kelompok dalam peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dan lingkungannya, disamping itu juga. ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.

5. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal,
keluarga yang merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan
fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga, keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan
dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga dengan
cara saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi.
Apabila fungsi afektif tidak terpenuhi. maka akan timbul keretakan
keluarga, masalah anak atau masalah keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam
lingkungan sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya
program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan
tempat berlindung (rumah).
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga.
Adapun tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat.
6. Tingkatan Keperawatan Keluarga
Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
a. Level I
Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan
fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan
dikaji dan diintervensi.
b. Level II
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya,
masalah kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing
anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat
sebagai unit yang terpisah.

c. Level III
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-
sistem dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai
unit yang berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak;
hubungan perkawinan; dll.
d. Level IV
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus
utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan
individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai
interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga;
struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan
lingkungan luar.
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu
melalui tahapan sebagai berikut :
a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
a) Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan
b) Meninggalkan keluarga mereka masing- masing Tugas
Perkembangannya :
c) Membina hubungan intim yang memuaskan
d) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok
sosial
e) Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB) Masalah
Kesehatan Yang Muncul :
f) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas
tentang KB, Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah
menikah.
g) Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
h) Membantu setiap kel utk saling memahami satu sama lain.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
a) Dimulai dr kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30
bln ( 2,5 tahun ). Klg menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas Perkembangan Keluarga:
b) Persiapan menjadi orang tua
c) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi dan hubungan seksual
d) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
Masalah Kesehatan Keluarga :
a) Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi,
imunisasi, konseling perkembangan anak, KB,pengenalan
dan penanganan masalah keshatan fisik secara dini.
b) Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu
dan anak.

c. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah


a) Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun.
Keluarga lebih majemuk dan berbeda. Tugas Perkembangan
Keluarga:
b) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat
tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk
sosialisasi.
c) Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak
yang lain
d) Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga,
pembagian tanggung jawab anggota keluarga
e) Stimulasi tumbang anak ( paling repot ) Masalah Kesehatan
Keluarga :
f) Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka
bakar, keracunan dan kecelakaan dan lain-lain.
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah
a) Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
b) Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal ,keluarga
sangat sibuk
c) Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-masing
d) Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak &
dirinya
e) Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi ( dengan
teman sebayanya )
f) Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah (
sistem sekolah )
Tugas Perkembangan Keluarga :
a) Membantu sosialisasi anak : meningkatak prestasi belajar
anak.
b) Mepertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.
c) Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yg semakin
meningkat termasuk biaya kesehatan.

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja


a) Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-
19/20 tahun)
b) Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yg
memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih
optimal bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.
Konflik Perkembangan :
a) Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )
b) Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya)
c) Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang
tua )
Tugas Perkembangan :
a) Menyeimbangkan kebebasan dangan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b) Menfokuskan hubungan perkawinan
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak
anak-anak

f. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda


a) Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah
b) Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak
( biasa berlangsung 6 - 7 tahun ), faktor ekonomi juga menjadi
kendala.
Tugas Perkembangan :
a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota
keluarga baru dari perkawianan anak-anaknya.
b) Melanjutkan utk memperbarui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
c) Membantu orang tua lansia yg sakit-sakitan dari pihak suami
maupun istri.
d) Membantu kemandirian keluarga
Masalah Kesehatan :
a) Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak),
b) Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis: Hipertensi,
Kolesterol, Obesitas dan Menopause.

g. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan


a) Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau
kematian pasangan.
b) Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan
berakhir saat masuk pensiun 16-18 tahun kemudian
Tugas Perkembangan :
a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan yg memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak.
c) Memperkokoh hubungan perkawinan

Masalah Kesehatan :
a) Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu
luang dan tidur, nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no
smoking, pemeriksaan berkala.
b) Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak
dan teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.

h. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansia


a) Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu
atau keduanya meninggal.
b) Kehilangan yg lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan
(pensiun), perumahan ( pindah ikut anak atau panti ) , sosial
( kematian pasangan dan teman-temannya),Kesehatan
(penurunan kemamp fisik )
Tugas Perkembangan :
a) Mempertahankan pengaturan hidup yg memuaskan
b) Menyesuaikan dengan pendapatan yg menurun
c) Mempertahankan hubungan perkawinan
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( penelaahan
dan integrasi hidup )

8. Peran Perawat Keluarga


a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga
secara mandiri
b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif
dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga
yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan
keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka
hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap
terbuka dan dapat dipercaya
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal
g. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem
rujukan, dana sehat, dan lain-lain)
h. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Tahap Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung
kaki)
d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap
semar dan lain-lain)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah :
i. Data Umum
1) Nama kepala keluaga
2) Usia
3) Alamat dan telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi keluarga
7) Genogram
8) Tipe Keluarga
9) Suku bangsa
10) Agama
11) Status sosial ekonomi
12) Aktivitas rekreasi keluarga

ii. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya

iii. Pengkajian Lingkungan


1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga komunitas
3) Mobilitas keluarga
4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
iv. Pengkajian Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai atau norma keluarga
v. Fungsi Keluarga
1) Pengkajian Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisai
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
4) Fungsi Reproduksi
5) Fungsi Ekonomi
vi. Stress dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
3) Strategi koping konstruktif yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional

2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga


Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (Terjadi defisit/gangguan kesehatan), dari hasil pengkajian
didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan.
c. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil
pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk
mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera / “wellness”) boleh
menggunakan/ tidak menggunakan etiologi.
Skoring :
1) Tentukan skore untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot :
Skore
X Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan
standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang
ditetapkan.
4. Tahap Tindakan Keperawatan Keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
 Memberikan informasi
 Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
 Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
 Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
 Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
 Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara :
 Mendemonstrasikan cara perawatan.
 Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
 Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
 Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
 Melakukan perubahan lingkyngan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara :
 Mengenakan fasilitas kesehatan yabg ada dilingkungan keluarga.
 Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah
evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu:
evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang
diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid
untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif
dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat
dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku
yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang
berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan
untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi
masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan
yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai
tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain
tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau
kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.
b. Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik
observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat
kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan
setelah diberikan tindakan keperawatan.
c. Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi.
d. Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan
merupakan rencana tindakan hash evaluasi tentang dilanjutkan
atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan
modifikasi bagi perawat.
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan

Nama Perawat : Della Apriyanti


Hari dan Tanggal Pengkajian : 26 Januari 2022

I. Data Umum
1. Nama KK : Tn “H”
2. Usia : 55 tahun
3. Pendidikan : SMP
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Petani
6. Alamat dan No. Telepon : Rantau Alai, Dusun lll/08217889xxx
7. Komposisi Anggota Keluarga :

No Nama JK Umur Hub dengan Pendidikan Agama Pekerjaan Status


(TTL) keluarga Kes
1 Tn.H Lk 55 Th Kepala SMP Islam Petani Hipertensi
Keluarga
2 Ny.N Pr 14 Th Istri SMA Islam Petani Sehat

3 An.H Lk 22 Th Anak SMA Islam PT Ayam Sehat

Genogram :
Keterangan;

Laki-laki

Perempuan

Klien laki-laki sakit

Klien perempuan sakit

Meninggal

Menikah
Cerai

Anak angkat

Aborsi

Kembar

Tinggal serumah

8. Tipe Keluarga : keluarga Tn “H” adalah keluarga


tradisioanal dengan tipe keluarga inti yang suami, istri dan anak, hanya
yang tinggal dalam satu rumah yang sama.
9. Suku Bangsa : keluarga Tn “H” berasal dari suku
sumatera dalam suku mereka tidak ada budaya yang menentang hal-hal
yang menentang kesehatan Tn “H” mengatakan lingkung tempat tinggal
mereka terdiri dari berbagai macam suku bangsa seperti sunda,jawa dan
dll. Tetapi tida ada masalah yang terjadi karena perbedaan suku tersebut
dan keluarga tidak mengalami kesulitan untuk beradaptasi yang
digunakan sehari-hari dalam keluarga ini adalah bahasa daerah. Tn “H”
mengatakan ada beberapa kegiatan lingkungan yang masih berhubungan
erat dengan budaya setempat seperti saling membantu jika ada kedukaan
ataupun pesta.

10. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Tn “H” berkerja sebagai Petani


yang pergi ke sawa dari pagi hari pukul 08.00-14.00 WIB dengan
penghasialan Rp 1.000.000/Bulan. Dan pendapatan di bantu oleh anak
semata wayangnya (An ”H”) yang bekerja sebagai kuli di PT Ayam
dengan penghasilan Rp 2.000.000/Bulan. Penghasilan tersebut
digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Dari hasil
observasi,keluarga ini mempunyai barang seperti tv,lemari
pakaian,kulkas,kompor gas,rice cooker dan motor. Dari hasil gaji Tn
“H” dan anak nya mengatakan kebutuhan keluarga nya terpenuhi.

11. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Tn “H” mengatakan keluarga


berekreasi di rumah keluarga dan tempat rekreasi di desa.

12. Pola Pengambilan Keputusan : Pengambilan keputusan adalah Tn


“H” .

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga tahap perkembangan keluarga Tn “H”
adalah tahap V (keluarga dengan anak remaja) pada tahap ini tugas
pengembangan keluarga dengan anak remaja yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja dewasa dan semakin
mandiri, memfokuskan hubungan perkawinan, berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dengan anak – anak.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tn “H” bisa berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
3. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Tn “H” mengatakan sejak lahir hingga sekarang belum pernah di rawat
di rumah sakit namun mempunyai riwayat hipertensi.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn “H” mengatakan orang tua nya tidak ada riwayat penyakit seperti
kecing manis,darah tinggi,stroke,asma,dan jantung, dll.

III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn “H” merupakan rumah
pribadi,yang terdiri dari dua lantai dengan konstruksi bangunan non
permanen. luas bangunan rumah 30m2 dengan ukuran 4 m x 6m =24m2
yang terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar, 1 wc, 1 kamar
mandi dan 1 dapur.
2. Denah rumah, keadaan lingkungan rumah

DPR KMR TG
WC Keterangan:

1. Ruang Tamu (RT)


RK 2. Ruang Keluarga(RK)
3. Kamar (KMR)
4. Bengkel (BKL)
5. Dapur (DPR)
6. Toilet (WC)
7. Tangga (TG)
RT KMR

3. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Keluarga Tn “H” tinggal di lingkungan yang berada dalam desa dengan
jumlah penduduk antara berdekatan hampir setiap rumah memiliki
bunga-bunga, tanaman buah, halaman rumah digunakan untuk
menjemur. Terdapat jalan utama besar yang sering di lalui mobil dll.
Jarak menuju jalan raya sekitar 1m disekitar rumah banyak ditemui anak
kecil yang bermain. Fasilitas yang ada di lingkungan tempat keluarga ini
tinggal antara lain terdapat masjid, sekolah dasar, warung sembako.

4. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Tn “H” mengatakan keluarga nya merupakan peduduk asli
indonesia sudah menetap di indonesia sejak lahir, keluarga ini dapat
beradaptasi dengan baik, tidak pernah bermasalah dengan tetangga.

5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga Tn “H” mengikuti kegiatan yang ada di desa dan ikut serta
dalam gotong royong saat ada pesta. An “H” aktif dalam kegiatan
remaja, seperti karang taruna.

6. Sistem pendukung keluarga


Informal: Tn “H” mengatakan jika ada masalah tidak pernah melibatkan
keluarga lain atau tetangga untuk mrnyelesaikan masalah yang ada
dalam keluarga tersebut.
Formal: Tn “H” mengatakan mempunyai akses jaminan kesehatan pada
keluarga nya berupa BPJS. Tn “H” mengatakan di tempat tinggal nya
terdapat peraktek dan pukesmas pembantu (pustu) dekat tempat tinggal
Tn “H”.

IV. Struktur Keluarga


1. Pola komunikasi keluarga
Tn “H” mengatakan pola komunikasi dalam keluarga dilakukan secara
terbuka, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa daerah,
frekeuensi komunikasi dalam keluarga setiap hari dilakukan.

2. Struktur kekuatan keluarga


Tn “H” mengatakan bahwa yang membuat dan mengambil keputusan
dalam keluarga adalah dirinya sendiri dimana keputusan tersebut sudah
di bicarakan sebelum nya dengan anggota keluarga. Yn “N” mengatakan
dalam keluarga saling menghargai antara satu dengan yang lain, saling
membantu dan saling mendukung.

3. Struktur peran keluarga


Formal : Tn “H” mengatakan Ny “N” ,An “H” merupakan anggota
masyarakat dari Dusun III Desa Rantau Alai , oleh karena itu jika ada
kegitan dilingkungan dusun III ikut ambil bagian dalam kegiatan
tersebut seperti kegiatan gotong royong.
Informal : Tn “H” berperan sebagai kepala keluarga

4. Nilai atau norma keluarga


Tn “H” mengatakan nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga
disesuai kan dengan agama dan adat yang di anut oleh keluarga, bila ada
keluarga yang sakit akan di bawa ke sarana kesehatan.

V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Tn “H” mengatakan bahwa Tn “H” sangat menyayangi anggota
keluarganya.
2. Fungsi Sosial
Kegiatan yang ada di lingkungan ini adalah gotong royong dan
membantu acara pesta masyarakat desa.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Makan
Tn “H” mengatakan bahwa istirnya Yn. N memasak nasi sendiri
setiap harinya dan memasak sayur dan lauk pauk untuk di konsumsi
oleh anggota keluarganya. Tn “H” mengatakan hampir seluruh
anggota keluarganya selalu sarapan, makan siang dan makan malam
di rumah.
b. Pakaian
Pada saat pengkajian, penampilan Ny “N” rapi , menggunakan
gamis, sedangkan Tn”H” dan An”H” tampak begitu rapi
menggunakan kaos dan celana dasar panjang.
c. perawatan anggota keluarga yang sakit
Ny “D” mengatakan memiliki jaminan kesehatan BPJS apabila ada
keluarga yang sakit biasanya segera di bawa periksa ke pustu atau
dokter praktek mandiri.

A. Fungsi Repreduksi
Tn “H” memiliki 1 Istri dan 1 anak laki-laki. Ny “N” mengatakan
sebelumnya menggunakan pil KB sejak kelahiran anak pertama. Saat ini
Ny. N tidak menggunakan pil KB lagi
B. Fungsi Ekonomi
13. Tn “H” berkerja sebagai Petani yang pergi kesawa dari pagi hari pukul
08.00-14.00 wib dengan penghasialan Rp 1.000.000/Bulan. Dan
pendapatan di bantu oleh anak pertamanya (An ”H”) yang bekerja kuli di
PT Ayam dengan penghasilan Rp 2.000.000/Bulan. Penghasilan tersebut
digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Dari hasil
observasi,keluarga ini mempunyai barang seperti tv,lemari
pakaian,kompor gas,rice cooker dan motor. Dari hasil gaji Tn “H” dan
anak nya mengatakan kebutuhan keluarga nya terpenuhi.
C. Fungsi Religius
keluarga beragama islam melakukan ibadah rutin dengan melaksanakan
sholat lima waktu dan belajar mengaji di masjid.

VI. Stres dan Koping Keluarga


1. Stres jangka pendek dan panjang
Jangka panjang : Tn ”H” melakukan selama ini tidak ada hal-hal yang
membuat beban dan pikiran, hanya akhir-akhir ini memikirkan kesehatan
dirinya sendiri.
Jangka pendek : Tn ”H” mengatakan memikirkan kondisi tekanan darah
Tn ”H” sendiri agar cepat turun.

2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor


Tn ”H” mengatakan jika ada masalah daam keluarganya maka Tn ”H”
akan mengajak Ny “N” untuk membahas dan menyelesaikan masalah
tersebut secara seksama. Saat ini Tn ”H” sudah berobat puskesmas dan
bidan desa.

3. Strategi koping yang digunakan


Tn ”H” mengatakan jika ada masalah dalam keluarganya maka segera di
bahas dan diselesaikan secara bersama-sama

4. Strategi adaptasi disfungsional


Tn ”H” mengatakan tidak ada koping yang disfungsional. Jika ada
masalah dalam keluarga jarang menggunakan kekerasan, jarang sekali
membentak dan memukul , jarang ada masalah yang memancing
kekacauan besar dalam keluarga . selama ini keluarga belum
menemukan masalah yang terlalu berat yang tidak dapat di atasi .

VII. Harapan Keluarga


1. Persepsi terhadap masalah
Klien mengatakan optimis dalam menjaga keseimbangan tekanan darah.

2. Harapan terhadap masalah


Klien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya.

VIII. Pemerikaan Kesehatan Tiap Anggota Keluarga

2.Diagnosa Keperawatan

II. DIAGNOSAN KEPERAWATAN KELUARGA


A. Analisis data keperawatan keluarga

No Data Penyebab Masalah


1. Subjektif: Kurang informasi Defisiensi
 Tn ”H” mengatakan tentang cara
menderita darah tinggi pencegahan dan pengetahuan
 Tn ”H” mengatakan pusing penatalaksanaan
Objektif: penyakit
 Tn ”H” tampak bingung
tentang pengobatanya
 TD :140/100 mmHg, 
 N : 82 x/m,
 T : 36,50C
 RR: 75x/m
2 Subjektif: Keluarga kurang Defisiensi
 Tn ”H” megatakan sikat gigi mengetahui pengetahuan
hanya di pagi hari pentingnya
 Tn ”H” mengatakan Ny “N” informasi
pernah sakit gigi dalam 3
kesehatan
bulan terakhir
Objektif:
 Gigi geraham Ny “N” tampak
berlubang
 Gigi putih kekuningan

Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan


Diagnosa :
a. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit hipertensi b/d ketiakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
No. Kriteria Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Keluarga tidak mengetahui apa
penyakit hipertensi, bagaimana cara
mencegahan dan pengobatan
penyakit.
2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Masalah dapat diatasi dengan
yang dapat diubah meningkatkan pemahaman
pengetahuan keluarga tentang
hipertensi, cara mencegah dan
mengobatinya
3. Potensial masalah untuk di 3/3 x 1 = 1 Keluarga mau mengikuti dan
cegah melakukan saran yang telah
diberikan
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Bila tidak segera ditangani
memungkinkan terjadinya penularan
dan terjadi komplikasi
Total skor 5

b. Defisiensi Pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang kesehatan


No. Kriteria Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Ancaman kesehatan

2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Ada kemauan keluarga untuk


yang dapat diubah mencari informasi dari mana
saja
3. Potensial masalah untuk di 3/3 x 1 = 1 Kepekaan terhadap penyakit
cegah dapat dicegah.
4. Menonjolnya masalah 0/2 x 1 = 0 Keluarga menyadari bahwa ada
masalah dan perlu segera
ditangani
Total skor 4

1. Prioritas Diagnosis Keperawatan

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit hipertensi 5
b/d ketiakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
2. Defisiensi Pengetahuan tentang pentingnya kesehatan 4
b/d kurangnya informasi tentang kesehatan

2. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


Kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi b/d ketiakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan
Tujuan Kriteria Hasil / Standar Intervensi
Tujuan umum : Diskusi / 1. Keluarga mampu 1. Berikan penjelasan
Setelah dilakukan penyuluhan tanya menjelaskan mengenai
kesehatan, keluarga jawab pengertian pengertian
mengetahui dan mampu hipertensi hipertensi
mencegah HIPERTENSI 2. Keluarga mengerti 2. Berikan
kepada anggota keluarga yang dan mampu penjelasan
lain. menyebutkan mengenai hipertensi
hipertensi 3. Berikan penjelasan
Tujuan khusus : 3. Keluarga mampu mengenai
Setelah dilakukan kunjungan menangani penanganan
rumah 3 kali diharapkan hipertensi dengan hipertensi
keluarga mampu mengambil mandiri 4. Berikan penjelasan
keputusan mengenai tindakan 4. Keluarga mengenai bahaya
kesehatan pada anggota mempunyai terkena hipertensi
keluarga yang sakit. keinginan untuk 5. penjelasan
tidak terkena mengenai manfaat
hipertensi berobat dari
5. Keluarga berusaha penyakit hipertensi
untuk kepelayanan
kesehatan ataupun
kepetugas
kesehatan untuk
berobat hipertensi

a. Defisiensi Pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang kesehatan


Tujuan Kriteria Hasil / Standar Intervensi
Tujuan Umum: Diskusi / 1. Keluarga 1. Berikan
Setelah dilakukan penyuluhan tanya mengerti tentang penyuluhan
kesehatan lingkungan jawab pentingnya kesehatan kepada
diharapkan dapat mengetahui kesehatan keluarga tentang
tentang kesehatan 2. Keluarga dapat pentingnya
melaksanakan kesehatan.
Tujuan Khusus: cara hidup sehat 2. Anjurkan keluarga
Setelah dilakukan kunjungan jauh dari untuk selalu
3x di harapkan keluarga penyakit. menjaga
mampu memahami tentang kebersihan
kesehatan. lingkungan rumah.

6. Implementasi dan evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga


Tgl dan Waktu DP Implementasi Evaluasi
Defisiensi pengetahuan 1. Memberikan S : Keluarga
tentang penyakit penjelasan mengenai mengatakan
Hipertensi b/d pengertian Hipertensi sudah
27 Januari 2022 ketiakmampuan 2. Memberikan memahami
keluarga mengenal 3. penjelasan penyebab tentang
masalah kesehatan Hipertensi penyakit
4. Memberikan hipertensi
penjelasan mengenai
tanda dan gejala O : Keluarga
Hipertensi sudah mulai
5. Memberikan mengikuti apa
penjelasan mengenai yang telah
siklus perjalanan dianjurkan
penyakit
6. Memberikan A : Masalah
penjelasan mengenai mulai teratasi
cara pencegahan
Hipertensi P : Lanjutkan
7. Menjelaskan macam- perawatan
macam obat dengan
tradisional Hipertensi memberikan
motivasi untuk
pengobatan dan
pencegahan
penyakit
Defisiensi Pengetahuan 1. Memberikan S : Keluarga
tentang pentingnya penyuluhan mengatakan
kesehatan b/d kesehatan kepada sudah
27 Januari 2022 kurangnya informasi keluarga tentang memahami
tentang kesehatan pentingnya tentang
kesehatan. kesehatan
2. Menganjurkan
keluarga untuk selalu O : Keluarga
mencari informasi sudah mulai
kesehatan yang mengikuti apa
terbaru yang telah
dianjurkan

A : Masalah
mulai teratasi

P : Lanjutkan
perawatan
dengan
memberikan
motivasi untuk
pengobatan dan
pencegahan
penyakit
Lampiran dokumentasi pengkajian

Anda mungkin juga menyukai