Disusun Oleh:
Della Apriyanti.,S.Kep/22221027/Mahasiswa
Riska Marlin.,SST.,M.Kes/1094700/Pembimbing
Renny Triwijayanti.,S.Kep.,Ns.,M.Kep/1000778/Pembimbing
3. Penyebab Hipertensi
Menurut Sari (2017), mengklasifikasikan hipertensi menjadi:
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer (esensial atau idiopatik)
merupakan peningkatan tekanan darah tanpa diketahui
penyebabnya dan berjumlah 90-95 % dari semua kasus
hipertensi. Meskipun hipertensi primer tidak diketahui
penyebabnya, namun beberapa faktor yang berkontribusi
meliputi: peningkatan aktivitas Symphathetic Nervous
System (SNS), produksi sodium-retaining hormones
berlebihan dan vasokonstriksi, peningkatan masukan
natrium, berat badan berlebihan, diabetes melitus, dan
konsumsi alkohol berlebihan.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan peningkatan
tekanan darah dengan penyebab yang spesifik dan biasanya
dapat diidentifikasi. Hipertensi sekunder diderita oleh 5-10
% dari semua penderita hipertensi pada orang dewasa.
Ignatavicius, Workman, & Winkelman (2016) menyatakan
bahwa penyebab hipertensi sekunder meliputi penyakit
ginjal, aldosteronisme primer, pheochromocytoma,
penyakit Chusing’s, koartasio aorta (Penyempitan pada
aorta), tumor otak, ensefalitis, kehamilan, dan obat
(estrogen misalnya, kontrasepsi oral ; glukokortikoid,
mineralkortikoid, simpatomimetik).
Menurut Dewi (2011), Hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu:
1) Hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya
gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung
namun disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti
faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang.
keramaian, stress dan pekerjaan, kebiasaan
konsumsi tinggi lemak dan garam, aktifitas yang
kurang. kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan
kafein. Hipertensi ini biasa disebut dengan
hipertensi primer
2) Hipertensi yang discbabkan olch gangguan ginjal,
endokrin dan kekakuan aorta, kelainan hormonal,
penggunaan obat- obatan, hipertensi ini biasa
disebut dengan hipertensi sekunder.
Menurut Hart dkk (2010), faktor-faktor penyebab hipertensi
adalah kegemukan, asupan garam yang tinggi, asupan kalium yang
rendah, dan asupan alcohol yang tinggi. Adapun penyebab
munculnya penyakit ini bermacam-macam, antara lain memikirkan
hal yang berat atau adanya gangguan pada urat saraf. Penyakit ini
juga dapat memicu munculnya penyakit lain, misalnya rematik,
kejang-kejang otot, dan lumpuh (vertam). Penderita disarankan
banyak istirahat, tidak berpikir terlalu berat, serta mengurangi
konsumsi garam.
Menurut Savitri (2017), penyebab tekanan darah tinggi yang
dikutip dari your blood pressure oleh American Medical
Association (AMA):
a. Penyakit ginjal, pada kasus ini penyakit dapat disembuhkan
dan tekanan darah hampir selalu kembali normal. Kondisi yang
mempengaruhi kelenjar adrenal, dua kelenjar yang berukuran
kecil namun sangat penting ini berlokasi diatas masing-masing
ginjal Penanganan kondisi biasanva dilakukan dengan
mengembalikan darah ke rentang normal.
b. Penyempitan aorta ditempat tertentu, kondisi ini adalah
kelainan bawaan yang disebabkan oleh penyempitan bagian
aorta (arteri terbesar tubuh). Jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah melewati bagian yang menyempit.
Kondisi ini dapat disembuhkan dan tekanan darah sering kali
kembali normal.
c. Kelainan dalam arteri lain, arteri yang biasanya mengalami
kelainan adalah arteri yang mensuplai darah ke ginjal (arteri
renal). Kelainan-kelainan ini sering kali bisa disembuhkan.
d. Gangguan system saraf, gangguan ini meliputi infeksi otak
(ensefalitis) dan tumor otak. Pada kondisi ini pengobatan juga
ditujukan untuk menghilangkan penyebabnya.
e. Faktor keturunan, AMA juga menjelaskan bahwa hipertensi
dasar lebih umum terjadi pada orang dengan riwayat keluarga
yang memiliki tekanan darah tinggi.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-
masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut
saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi
korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus
simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis
menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang
meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek
kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.
Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum
sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.
Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan
elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas
pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer,
yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan
mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung
harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-
zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan
kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya
adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya
bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).
4. PATHWAYS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi garam Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
berlebih raga tahun
HIPERTENSI
Retensi
natrium
Oedem
Gangguan
keseimbangan
volume cairan
5. Gejala Hipertensi
Asuhan Keperawatan
B. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
a. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga.
b. Menurut Whall (1986)
Mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengidentifikasikan
diri dengan anggotanya terdiri dari dua individu atau lebih, yang
asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak
diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi demikian
macam sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga
c. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Tipe Keluarga
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti), keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak.
2) The dyad family, keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila, keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua
dengan anak sudah memisahkan diri
4) The childless family, keluarga tanpa anak karena terlambat menikah
dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan
karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar), keluarga yang terdiri dari
tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear
family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan,
dll).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda), keluarga yang terdiri
dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family, kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada
saat akhir pekan (week-end).
8) Multigenerational family, keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family, beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dll).
10) Blended family, keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya
11) The single adult living alone / single-adult family, keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati
b. Tipe Keluarga Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother, keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family, keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family, beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan
anak bersama
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5) Gay and lesbian families, seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family, beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah
satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya
8) Group network family, keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya
9) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya
10) Homeless family, keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental
11) Gang, sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya yang diadopsi
Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:.
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing- masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat masyarakat atau
peran formal dan informal
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak
dengan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk
mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain
kearah yang positif.
4. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat
kegiatan yang berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.. Berbagai peran yang terdapat
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota dan
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu
kelompok dalam peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dan lingkungannya, disamping itu juga. ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.
5. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal,
keluarga yang merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan
fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga, keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan
dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga dengan
cara saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi.
Apabila fungsi afektif tidak terpenuhi. maka akan timbul keretakan
keluarga, masalah anak atau masalah keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam
lingkungan sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya
program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan
tempat berlindung (rumah).
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga.
Adapun tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat.
6. Tingkatan Keperawatan Keluarga
Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
a. Level I
Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan
fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan
dikaji dan diintervensi.
b. Level II
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya,
masalah kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing
anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat
sebagai unit yang terpisah.
c. Level III
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-
sistem dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai
unit yang berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak;
hubungan perkawinan; dll.
d. Level IV
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus
utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan
individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai
interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga;
struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan
lingkungan luar.
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu
melalui tahapan sebagai berikut :
a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
a) Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan
b) Meninggalkan keluarga mereka masing- masing Tugas
Perkembangannya :
c) Membina hubungan intim yang memuaskan
d) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok
sosial
e) Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB) Masalah
Kesehatan Yang Muncul :
f) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas
tentang KB, Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah
menikah.
g) Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
h) Membantu setiap kel utk saling memahami satu sama lain.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
a) Dimulai dr kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30
bln ( 2,5 tahun ). Klg menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas Perkembangan Keluarga:
b) Persiapan menjadi orang tua
c) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi dan hubungan seksual
d) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
Masalah Kesehatan Keluarga :
a) Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi,
imunisasi, konseling perkembangan anak, KB,pengenalan
dan penanganan masalah keshatan fisik secara dini.
b) Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu
dan anak.
Masalah Kesehatan :
a) Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu
luang dan tidur, nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no
smoking, pemeriksaan berkala.
b) Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak
dan teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.
5. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah
evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu:
evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang
diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid
untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif
dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat
dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku
yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang
berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan
untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi
masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan
yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai
tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain
tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau
kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.
b. Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik
observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat
kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan
setelah diberikan tindakan keperawatan.
c. Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi.
d. Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan
merupakan rencana tindakan hash evaluasi tentang dilanjutkan
atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan
modifikasi bagi perawat.
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
I. Data Umum
1. Nama KK : Tn “H”
2. Usia : 55 tahun
3. Pendidikan : SMP
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Petani
6. Alamat dan No. Telepon : Rantau Alai, Dusun lll/08217889xxx
7. Komposisi Anggota Keluarga :
Genogram :
Keterangan;
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Menikah
Cerai
Anak angkat
Aborsi
Kembar
Tinggal serumah
III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn “H” merupakan rumah
pribadi,yang terdiri dari dua lantai dengan konstruksi bangunan non
permanen. luas bangunan rumah 30m2 dengan ukuran 4 m x 6m =24m2
yang terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar, 1 wc, 1 kamar
mandi dan 1 dapur.
2. Denah rumah, keadaan lingkungan rumah
DPR KMR TG
WC Keterangan:
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Tn “H” mengatakan bahwa Tn “H” sangat menyayangi anggota
keluarganya.
2. Fungsi Sosial
Kegiatan yang ada di lingkungan ini adalah gotong royong dan
membantu acara pesta masyarakat desa.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Makan
Tn “H” mengatakan bahwa istirnya Yn. N memasak nasi sendiri
setiap harinya dan memasak sayur dan lauk pauk untuk di konsumsi
oleh anggota keluarganya. Tn “H” mengatakan hampir seluruh
anggota keluarganya selalu sarapan, makan siang dan makan malam
di rumah.
b. Pakaian
Pada saat pengkajian, penampilan Ny “N” rapi , menggunakan
gamis, sedangkan Tn”H” dan An”H” tampak begitu rapi
menggunakan kaos dan celana dasar panjang.
c. perawatan anggota keluarga yang sakit
Ny “D” mengatakan memiliki jaminan kesehatan BPJS apabila ada
keluarga yang sakit biasanya segera di bawa periksa ke pustu atau
dokter praktek mandiri.
A. Fungsi Repreduksi
Tn “H” memiliki 1 Istri dan 1 anak laki-laki. Ny “N” mengatakan
sebelumnya menggunakan pil KB sejak kelahiran anak pertama. Saat ini
Ny. N tidak menggunakan pil KB lagi
B. Fungsi Ekonomi
13. Tn “H” berkerja sebagai Petani yang pergi kesawa dari pagi hari pukul
08.00-14.00 wib dengan penghasialan Rp 1.000.000/Bulan. Dan
pendapatan di bantu oleh anak pertamanya (An ”H”) yang bekerja kuli di
PT Ayam dengan penghasilan Rp 2.000.000/Bulan. Penghasilan tersebut
digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Dari hasil
observasi,keluarga ini mempunyai barang seperti tv,lemari
pakaian,kompor gas,rice cooker dan motor. Dari hasil gaji Tn “H” dan
anak nya mengatakan kebutuhan keluarga nya terpenuhi.
C. Fungsi Religius
keluarga beragama islam melakukan ibadah rutin dengan melaksanakan
sholat lima waktu dan belajar mengaji di masjid.
2.Diagnosa Keperawatan
A : Masalah
mulai teratasi
P : Lanjutkan
perawatan
dengan
memberikan
motivasi untuk
pengobatan dan
pencegahan
penyakit
Lampiran dokumentasi pengkajian