Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN TUTORIAL

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:
1. Cici Mulyani ( 21117025 )
2. Citra Andera Putri ( 21117026 )
3. Citra Mega Tazmadi ( 21117027 )
4. Cissintia Damayanti ( 21117028 )
5. Dea Surya Kartika ( 21117029 )
6. Dede Setiawan ( 21117030 )
7. Dela Amelia Nursaleha ( 21117031 )
8. Della Apriyanti ( 21117032 )
9. Desta Elfani ( 21117033 )
10.Deta Arinda Putri ( 21117034 )
11.Dhora Surya Amanda ( 21117035 )

Dosen Pengampuh : Anita Apriyanti,

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2017
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas nikmat dan rahmat nya
kami dapat menyelesaikan tugas TUTORIAL MANAJEMEN KEPERAWATAN tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulis dalam laporan ini untuk memenuhi tugas dari dosen
pembimbing dari mata kuliah MANAJEMEN KEPERAWATAN. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk manambah wawasan tentang ISBAR bagi para pembaca dan penulis.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang
studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuan nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurna tugas ini.

Palembang, Juni 2020


Skenario Kasus

Perawat “Y” (35 tahun) adalah seorang head nurse di ruang rawat inap penyakit dalam Laki-Laki
Rumah Sakit X. Dia memiliki 12 staf Nurse yang terbagi dalam dua tim yaitu Tim A dan B,
dimana masing masing terdiri dari satu ketua tim dan 5 anggota tim. Diruangan tersebut ada 20
pasien, yaitu Tn. A, Tn. B, Tn, C dst. Pada setiap pergantian sift jaga, perawat diruangan tersebut
selalu melakukan handover keperawatan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin informasi antar
sift jaga akurat demi kelancaran pelayanan dan keselamatan pasien. Pada pagi hari, perawat jaga
malam melakukan operan jaga dengan perawat yang jaga pagi. Timbang terima dilakukan
dengan tiga sesi, sesi satu dilaksanakan di nurse station, sesi dua dilaksanakan di kamar atau di
bed pasien, dan sesi tiga dilaksanakan kembali di nurse station. Pada sesi pertama koordinator/Pj
sift malam meminta anggota tim nya melaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya,
bentuk implementasi komunikasi yang efektif yang digunakan dalam pelaporan kondisi
kesehatan pasien tersebut menggunakan metode ISBAR (Introduction, situasion, background,
assessment, Recomendation). Setelah itu, perawat jaga pagi mengklarifikasi apa yang
disampaikan perawat jaga malam. Pada sesi ke II perawat jaga malam dan pagi
mengkomunikasikan terkait masalah keperawatan dan tindakan yang telah dilakukan,
menginformasikan pergantian tim yang bertanggung jawab terhadap pasien, menjelaskan tentang
perawat pagi, serta memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya.
Timbang terima dilanjutkan dengan mendiskusikan pasien yang telah di nurse station (Sesi III)
dan juga melaporkan inventarisasi obat dan fasilitas lain (Jumlah alat, laken, dll).
Latar Belakang

Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan
keperawatan. Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam pengaturan
pelayanan di rumah sakit khususnya pada unit keperawatan. Komunikasi terhadap berbagai
informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan
komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Suhriana, 2012). Komunikasi yang efektif
dalam lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati.
Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana
mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk memeriksa bahwa pasien
telah diterima dengan benar.

Pelaksanaan komunikasi yang efektif bagi perawat , dimulai dari elemen terkecil dalam
organisasi yaitu pada tingkat "First Line Manager" (kepala ruang), karena produktifitas (jasa)
berada langsung ditangan individu-individu dalam kerja tim. Namun demikian komitmen dan
dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya tetap menjadi kunci utama. Bertemunya
persepsi yang sama antara dua komponen tersebut dalam menentukan sasaran dan tujuan,
merupakan modal utama untuk meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi. Menentukan
tingkat prestasi

melalui indikator kinerja klinis akan menyentuh langsung faktor -faktor yang menunjukkan
indikasi-indikasi obyektif terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang perawat , sejauh mana
fungsi dan tugas yang dilakukan memenuhi standar yang ditentukan.

Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat berfungsi sebagai alat untuk
standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter. Jurnal ini menunjukkan bahwa SBAR dapat
membantu dalam pengembangan skema yang memungkinkan membuat keputusan yang cepat
oleh perawat. Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk
mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien.
Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR ( Situation, Background, Assesement,
Recomendation ) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis dan menghemat waktu (NHS,
2012).
Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR) dalam dunia
kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser Permanente Oakland California
untuk membantu komunikasi antara dokter dan perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain
untuk kumunikasi dalam situasi beresiko tinggi antara perawat dan dokter, teknik SBAR juga
dapat digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara perawat. Di Kaiser
tempat asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis tapi juga
untuk berbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan via email atau voice mail
untuk mengatasi masalah (JCI, 2010)

STEP I

1. Apa itu handover?


 Handover adalah proses pengalihan wewenang dari tanggung jawab utama untuk
memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke pangasuh yang
lain, termasuk dokter jaga, dokter tetap, ruang rawat, asisten dokter, praktisi
perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi ( Desta Elfani )
 Handover adalah transfer tentang informasi ( Termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) atau operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien ( Cissintia
Damayanti )
 Handover adalah serah terima Pasien ( Citra Mega Tazmadi )
 Handover merupaka timbang terima pasien ( Citra Andera Putri )
 Handover yaitu proses pengalihan dan tanggung jawab untuk memberikan
perawatan klinis kepada pasien dai satu perawat ke perawat lain ( Della
Apriyanti )
 Handover adalah serah terima atau proses pengalihan wewenang ( Dhora Surya )
 Handover adalah proses pengalihan wewenang dari tanggung jawab utama untuk
memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke pangasuh yang
lain, termasuk dokter jaga, dokter tetap, ruang rawat, asisten dokter, praktisi
perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi ( Cici Mulyani )

2. Apa itu inventarisasi?


 Inventarisasi obat merupakan pengelompokan data maupun pengelompokan
tumbuhan ( Dela Amelia )
 Inventarisasi adalah semua kegiatan dan usaha untuk memperoleh data yang
diperlukan tentang ketersediaan barang barang yang dimiliki dan diurus, baik
yang diadakan melalui pembelian menggunakan anggaran belanja, maupun
sumbangan atau hibah untuk diadministrasikansebagai mestinya ( Deta Arinda )
 Inventarisasi adalah pencatatan alat alat yang digunakan dalam melaksanakan
tindakan keperawatan ( Dea Surya )
 Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan ( Desta Elfani )
 Inventarisasi pencatatan seluruh anggaran pembelanjaan dll untuk pelaksanaan
tindakan keperawatan ( Citra Andera )

3. Apa itu Staf nurse?


 Staf nurse adalah staf perawat ( Dhora surya )
 Staf nurse adalah bagian administrasi di Rumah sakit ( Deta Arinda )
 Staf nurse adalah staf perawat/suster
 Staf nurse yaitu staf perawat
 Staf nuser ialah tenaga perawat yang bertugas sesuai keahlianya (Citra Andera)
 Staf nurse adalah staf perawat /petugas perat di bidang masing-masing.

4. Apa itu background?


 Background adalah info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien saat
ini.
 Background adalah menggambarkan riwayat/data sebelumnya yang mendukung
situasi saat ini seperti:
a. Riwayat penyakit/kondisi sebelumnya
b. Riwayat pengobatan
c. Riwayat tindakan medis atau keperawatan yang sudah dilakukan
d. Riwayat alergi
e. Pemeriksaan penunjang yang mendukung
f. Vital sign terakhir ( Cissintia Damayanti )
 Background adalah latar belakang dari data pasien
 Background itu bagian dari motode komunikasi ISBAR yang artinya background
informasi penting yang b.d kondisi pasien seperti riwayat pasien
 Background adalah riwayat ataupin informasi mengenai pasien

5. Apa itu rekomendation?


 Rekomendation adalah rekomendasi intervensi keperawatan yang telah dan perlu
di lanjutkan termasuk discharge planning dan edukasi keluarga. (Dhora Surya
Amanda)
 Rekomendation salah satu bagian dari ISBAR yaitu tahap lanjut/ intervensi
keperawatan atau dischange planning. (Deta Arinda Putri)
 Rekomendation masih sama dengan jwbn sebelumya yang dimana rekomendation
sendiri termasuk dari metode ISBAR yang artinya rencana yg akan dilakukan atau
sering kita gunakan NCP (Citra Mega)
 Rekomendas adalah rencana keperawatan yang disarankan dan perlu di lanjutkan
 Rekomendation adalah, rekomendasi tahap kelanjutan keperawatan dan dischange
planning
 Rekomendation adalah usulan pelaporan kepada dokter tentang intervensi yg akan
dilakukan.

6. Apa itu Assesment?


 Assisment adalah hasil pengkajian dari kondisinya pasien saat ini.(Citra Andera
Putri)
 Assessment adalah kesimpulan dari masalah yang terjadi saat ini, apakah kondisi
membaik atau memburuk.
 Assesment yaitu hasil pengkajian pasien seperti TTV, skala nyeri (Citra Mega)
 Assesment adalah kesimpulan dari hasil analisa terhadap gambaran situasi pasien.
 Analisis data dan informasi , yaitu melakukan analisis terhadap informasi yang
menghasilkan diagnosis, masalah, dan kondisi, untuk mengidentifikasi kebutuhan
pasien. Pada SOAP adalah A-Asesmen.

7. Apa itu ISBAR?


 Isbar adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang
terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metoda
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima
(handover) ke pasien
 Metode isbar adalah kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit.
(Dhora Surya Amanda)
 Metode ISBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah
sakit yang terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation.
(Deta Arinda Putri)
 Komunikasi metode ISBAR ialah komunikasi yang di gunakan pada saat serah
Terima pasien, yang terdiri dari Introduction, situation, background, assesment
dan recomendation
 ISBR (Intoduction, Situation, Background, Assesment, and Recommendation)
adalah komunikasi efektif yang digunakan dalam pelaporan kondisi pasien

Step II Identifikasi Masalah

1) Apa saja upaya tidak terjadi kesalahan dalam hand over ?


 Strategi untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan: Membatasi
dan mencegahinterupsi dan menyediakan cakupan tugasselama serah terima
pasien untuk mendukung transisi informasi yang terfokus( Dede Setiawan )

2) Komunikasi apa yang tepat dalam melaporkan kondisi pasien pada pergantian shift?
 Komunikasi efektif yang tepat adalah komunikasi ISBAR, dimana kom. Tersebut
merupakan teknik yg sama seperti mentransfer atau memberikan secara detail
terkait dng kondisi pasien, pada step 1 juga kita telah membahas mengenai
singkatan dan penjelasan dari ISBAR (Introduction, situation, background,
assesment dan Recomendation). Menurut Citra juga komunikasi ini berfungsi
untuk mencapai keterampilan berfikir kritis seorang perawat, dan juga lebih
menghemat waktu, dengan menggunakan kom. ISBAR ini akan mencegah
terjadinya KTD (kejadian tidak diharapkan), dan dapat meningkatkan Patient
Safety (Citra Mega Tazmadi)
 Komunikasi SBAR : Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit
adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat
melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik
komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan
kondisi pasien. (Desta Elfani)

3) Apakah Untuk pembagian staff nurse ketua Dan anggotanya ada pembagian khusus atau
hanya pembagian biasa?
Penerapan Metode Tim
1) Kepala ruangan membagi jumlah tim keperawatan berdasarkan klasifikasi pasien
2) Menilai tingkat ketergantungan pasien, melalui :
• Setiap pagi, karu bersama katim menilai langsung pada masing-masing tim
yang menjadi tanggung jawabnya,
• Setiap tim keperawatan (yang dinas malam) membuat klasifikasi pasien
kemudian diserahkan kepada karu/katim.
3) Katim menghitung jumlah kebutuhan tenaga
4) Karu dan katim membagi pasien kepada perawat yang bertugas sesuai
kemampuan perawat
Serah terima antar shift oleh karu, katim dan semua perawat pelaksana yang
dapat dilakukan melalui konfrensi, atau keliling langsung ke pasien (sebelum dan
selesai dinas). (Desta Elfani)

4) Apa yang akan terjadi jika komunikasi ISBAR tidak berjalan dengan lancar ?
Apabila jika kom.isbar tidak berjalan lancar maka akan terjadi kesalahan atau kurangnya
informasi yang disampaikan perawat saat pertularan shif dan akan berdampak sangat fatal
terhadap keselamatan pasien. Maka dari itu kom. Isbar antar perawat harud dilakukan
dengan jelas. Agar tercapainya informasi dengan benar mengenai pasien itu sendiri (Dea
Surya)

5) Bagaimana cara menginformasikan pergantian Tim?


1. Persiapan
a. Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapan system MPKP: operan dilaksanaan oleh perawat jaga sebelumnya
kepada perawat yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift/jaga
Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan dengan mengkaji
secara komprehensif yang berkaitan dengan masalah keperawatan pasien
Hal-hal yang sifatnya khusus dan yang memerlukan rincian yang lengkap, sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat jaga berikutnya.
(Della Apriyanti)

6) Bagaimana bentuk intervensi komunikasi efektif yang digunaga dalam pelaporan kondisi
kesehatan pasien dan berikan contohnya masing-masing?

Komunikasi efektif yang dapat kita lakukan adalah dengan metode ISBAR kenapa
dengan metode ISBAR karena di dalam kasus perawatnya sedang melakukan handover.
Untuk contohnya :
S "Nurse x saya Y, perawat ruang rawat inap penyakit dalam ingin melaporkan bahwa
Tn. A umur 35thn dengan tanggal lahir 17 Agustus 1975, tanggal masuk 13 Juni 2020
dengan diagnosa medis gagal ginjal kronis. Masalah keperawatannya adalah gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit lebih".
B "Klien bedrest total, urine 50cc/24 jam, balan e cairan 1000cc/24 jam. Mual tetap ada
selama dirawat, terpasang infus NaCl 10tetes/m".
A "Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, N 100x/m, S 37'c, RR 20x/m, oedema
ektremitas bawah, tidak sesak nafas, urine sedikit, eliminasi feses baik".
R "Awasi balance cairan, batasi asupan cairan, konsul ke dokter untuk pemasangan
kateter". (Dhora Surya)

7) Bagaimana cara perawat melakukan handover keperawatan saat pergantian sift?

1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian sif/ operan.


2. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang
terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3. menyampaikan timbang terima (Deta Arinda Putri)

8) Apakah wajib untuk melaporkan inventarisasi obat dan fasilitas lainnya?

Menurut cici itu sangat wajib, karena itu demi kepentingan dan keselamatan untuk
pasien. Pada saat kita ingin memberikan obat kepada pasien seharusnya kita melakukan
double cek terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan pada saat pemberian obat.
Kemudian juga untuk fasilitas-fasilitas yang lainya yang berkaitan dengan pasien atau
keselamatan pasien kita harus menggunakan komunikasi yang efektif seperti ISBAR.
Dimana komunikasi ISBAR ini guna untuk mengurangi kesalahan
dan meningkatkan keselamatan pada pasien. Dan jika kita tidak melakukan komunikasi
yang efektif maka akan menimbulkan resiko pemberian
asuhan keperawatan dan akan berakibat fatal. (Cici Mulyani)

9) Apa manfaat lain menggunakan SBAR?

Manfaat lain menggunakan SBAR adalah memungkinkan pasien untuk memiliki waktu
untuk mengajukan pertanyaan yang mungkin mereka miliki, dan memungkinkan pasien
untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat tentang informasi yang berkaitan dengan
rencana perawatan mereka. SBAR memungkinkan pasien untuk sepenuhnya menyadari
siapa perawat mereka di setiap shift dan ini menambah rasa nyaman pasien mengetahui
bahwa akan selalu ada seseorang di sekitar merawat mereka selama perubahan shift. (Dea
Surya)

10) Ada berapakah metode hand over yang dpat dilakukan?


Menurut citra yaitu handover metode tradisional dan metode bedside yang dilakukan
sekarang (Citra Andera Putri)

11) Adakah efek pisikososial dari handover dalam shift jaga?


Ada yaitu dengan timbulnya perasaan ngantuk dan lemas serta menurunkan nafsu Makan
dan gangguan pencernaan (Della Amelia)
STEP V LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi hand over? (Dela Amelia Nur Saleha )

Jawaban 1 :

1. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.


2. Menyampaikan hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
3. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Howarth, T., & Hyde, G. (2008). changing the nursing handover. Developing and implementing
new clinical communication practices. (Citra Andera Putri)

Jawaban 2 :

Fungsi dari handover untuk membantu perawatan pasien, menjaga keselamatan pasien
dan menghindari kejadian yang tidak diharapkan (Din, Ghaderi, O’Connell & Johnson,
2012).

(Sulistyawati, Wiwin dkk. 2019. Supervisi Tentang Komunikasi SBAR (Situasion, Background,
Assessment and Recommendation) Berpengaruh Terhadap Kualitas Handover Pasien di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit. Care Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 1 Hal. 20). (Dhora
Surya)

Jawaban 3 :

Handover adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk
memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh
yang lain. Pengasuh termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter,
praktisi perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi. (The Joint
Commission Journal on Quality and Patient Safety, 2010). Sedangkan Australian Medical
Association (2006), mendefinisikan handover sebagai transfer tanggung jawab
profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan untuk pasien,
atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara sementara
atau permanen.

Sumber : jurnal (The Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety, 2010). (Dea
Surya)

Jawaban 4 :

Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:


a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan
tindakan keperawatan.

Sumber : Hajjul Kamil, 2009. HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN, Idea


Nursing Journal. ISSN : 2087 – 2879. (Cici Mulyani)

Jawaban 5 :

Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus)


Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien.
Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Refrensi : ( HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In Nursing
Care Hajjul Kamil, Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Program Studi
Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Basic Nursing
Department, School of Nursing, Faculty of Medicine, Syiah Kuala University, Banda Aceh. )
(Della Apriyanti)

Jawaban 6 :

Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:


a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan.

Refrensi : ( HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In Nursing


Care Hajjul Kamil, Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Program Studi
Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Basic Nursing
Department, School of Nursing, Faculty of Medicine, Syiah Kuala University, Banda Aceh. )
(Desta Elfani)

2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan komunikasi ISBAR? ( Dhora Surya Amanda )

Jawaban 1 :

Tujuan komunikasi SBAR adalaha


a. Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara anggota tim
perawatan kesehatan dengan dokter
b. Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan setiap
perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan.
c. Membantu staf menajdi advokat pasien.

Howarth, T., & Hyde, G. (2008). changing the nursing handover. Developing and implementing
new clinical communication practices. (Citra Andera Putri)
Jawaban 2 :
Komunikasi ISBAR bertujuan agar informasi pada saat handover dapat tersampaikan
dengan jelas, relevan, akurat, serta mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien.

(Herawati, Ade & Nuraeni, Tuti. 2019. Penggunaan Model ISBAR Berbasis Elektronik Dalam
Upaya Meningkatkan Keselamatan Pasien. Surya Vol. 11 No. 3 Hal. 12). (Dede Setiawan)

Jawaban 3 :

Tujuan komunikasi ISBAR yaitu memberikan informasi yang penting dan jelas sehingga
asuhan keperawan yang dilakukan pada pasien dapat terlaksana dengan baik. Selain itu,
keluhan dari pasien dapat diatasi dan terapi yang diberikan dokter dapat diberikan pada
pasien sesuai dengan keluhan pasien. Menurut Analisa peneliti, perawat pelaksana yang
tidak melakukan metode komunikasi ISBAR, perawat pelaksana kurang menguasai
pasien,kurang memahami metode komunikasi ISBAR. Selain itu, perawat pelaksana tidak
perduli dengan metode komunikasi ISBAR dan tidak mengikuiti timbang terima pasien
waktu pergantian shif dan perawat pelaksana yang akan dinas pada shift selanjutnya juga
sering terlambat, ini mengakibatkan waktu untuk pelaksanaan metode komunikasi
ISBAR menjadi tergesa-gesa dan kadang perawat pelaksana tidak melakukan metode
komunikasi ISBAR dan hanya mengisi tentang status pasien terbaru pada dokumentasi
keperawatan saja.

Jurnal : HUBUNGAN PELAKSANAAN METODE KOMUNIKASI: SITUATION,


BACKGROUND, ASSESMENT, RECOMENDATION (SBAR) SAAT TIMBANG TERIMA
TUGAS KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAAN KERJA PERAWAT DI RUANG
RUANG RAWAT INAP RSUD SOLOK (Deta Arinda Putri)

Jawaban 4 :

Tujuan komunikasi SBAR adalah:


a. Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara anggota tim
perawatan kesehatan dengan dokter.
b. Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan setiap perubahan
terbaru yang terjadi atau untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan.
c. Membantu staf menajdi advokat pasien

Sumber : Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare, 2007). (Dea Surya )

Jawaban 5:
Tujuan komunikasi ISBAR adalah:
a) Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara anggota tim
perawatan kesehatan dengan dokter.
b) Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan setiap
perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan.
c) Membantu staf menajdi advokat pasien.
d) meningkatkan keselamatan pasien.
Sumber : Asep Badrujamaludin, dan Tria Firza Kumala, 2019. Penerapan Introduction, Situation,
Background, Assessment and Recommendation (ISBAR) untuk komunikasi efektif antara
perawat dan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi. Holistik Jurnal
Kesehatan, Volume 13, No.4. (Cici Mulyani)

Jawaban 6 :
SBAR menawarkan solusi kepada rumah sakit dan fasilitas perawatan untuk
menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk serah terima pasien, transfer
pasien, percakapan kritis dan panggilan telepon. Ini menciptakan harapan bersama antara
pengirim dan penerima informasi sehingga keselamatan pasien dapat tercapai. 
ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN TEHNIK SBAR(SITUATION
BACKGROUND ASSESSMENT RECOMMENDATION)TERHADAP RISIKO INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN DI RUMAHSAKIT ANTON SOEDJARWO PONTIANAKRangga
Hariyanto) ( Desta Elfani)
Jawaban 7 :
SBAR adalah:
1. Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara anggota tim perawatan
kesehatan dengan dokter
2. Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan setiap perubahan
terbaru yang terjadi atau untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan.
3. Membantu staf menajdi advokat pasien.

(Marjani, Farida, & dkk. (2014).Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode
SBAR Terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo
Surakarta. 1-13.) (Citra Mega Tazmadi)

3. Mahasiswa mampu mengetahui tehnik hand over ? ( Desta Elfani )

Jawaban 1 :

a. Menggunakan Tape recorder Melakukan perekaman data tentang pasien


kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang.
Metode itu berupa one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken Melakukan pertukaran informasi
dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written Melakukan pertukaran informasi
dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis lain.
Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihan timbang terima pasien terhadap penerapan
keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSUD Raden Mataher Jambi.. Jurnal
Health & Sport, Vol. 5, No. 3. (Citra Andera Putri)

Jawaban 2 :
Teknik Handover :
a. Standar protokol, standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran
peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/ pencatatan terakhir yang
paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian
dan tindakan yang perlu dilakukan, kerangka waktu dan persyaratan untuk
perawatan transisi, penggunaan catatan pasien untuk cross-check informasi,
memastikan bahwa semua temuan penting atau perubahan kondisi pasien
terdokumentasi, memastikan pemahaman dan tanggung jawab bagi pasien oleh
perawat yang menerima penyerahan pasien,
b. Kondisi pasien memburuk, pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan
pengelolaan pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang
terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya, prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya:
tindakan yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko
keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.
Jurnal : HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In Nursing
Care Hajjul Kamil (Deta Arinda Putri)

Jawaban 3 :

Menurut Hughes (2008); Australian Resourc Centre for Healthcare Innovation (2009);
Friesen, White, dan Byers (2009) beberapa jenis serah terima pasien yang berhubungan
dengan perawat, antara lain:
Serah terima pasien antar shift: Metode serah terima pasien antar shift dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode, antara lain: secara lisan, catatan tulisan tangan, di
samping tempat tidur pasien, melalui telepon, rekaman, nonverbal, menggunakan laporan
elektronik, cetakan komputer, dan memori. Kekuatan dari metode laporan di samping
tempat tidur merupakan upaya untuk fokus pada laporan dan kondisi pasien. Namun, ada
kekhawatiran tentang kerahasiaan pasien yang dapat dikompromikan jika tidak hati-hati
dalam menanganinya. Sebuah studi kualitatif yang difokuskan pada gambaran persepsi
pasien yang terlibat dalam kegiatan serah terima, menemukan beberapa pasien
mendukung serah terima disamping tempat tidur, sementara yang lain tidak. Pasien juga
menyatakan keprihatinannya mengenai jargon yang digunakan oleh perawat saat kegiatan
serah terima berlangsung
Serah terima pasien antar unit keperawatan:
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka tinggal di
rumah sakit. Namun, sejumlah faktor telah diidentifikasi berkontribusi terhadap in-
efisiensi selama transfer pasien dari satu unit keperawatan ke unit keperawatan yang lain,
termasuk; ketidaklengkapan catatan medis dan keperawatan, keterlambatan atau waktu
yang terbuang disebabkan oleh kemacetan komunikasi, menunggu tanggapan dari
perawat atau dokter atau tanggapan dari manajemen unit keperawatan tempat yang akan
di tempati pasien atau masalah ketersediaan tempat tidur.
Serah terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik: Pasien
sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama rawat inap.
Pengiriman dari unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik (misalnya; radiologi,
kateterisasi jantung, laboratorium, dll) telah dianggap sebagai konstributor untuk
terjadinya kesalahan. Hal ini penting, ketika perubahan unit tempat keperawatan pasien
terutama untuk tingkat pelayanan yang berbeda dari unit perawatan sebelumnya dan
untuk keamanan pasien, staf pada unit pemeriksaan disgnostik harus memiliki informasi
lengkap yang mereka butuhkan dan melakukan komunikasi yang konsisten. Kompleksitas
kondisi pasien mungkin memerlukan perawat untuk menyertai pasien ke tempat
pemeriksaan diagnostik.
Serah terima pasien antar fasilitas kesehatan: Pengiriman pasien dari satu fasilitas
kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda.
Pengiriman berlangsung antar rumah sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan
yang berbeda. Pengiriman pasien antar fasilitas, meliputi; antar rumah sakit, pusat
rehabilitasi, lembaga kesehatan di rumah, dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya.
Faktor yang cenderung membuat pengiriman pasien tidak efektif adalah kesenjangan dan
hambatan komunikasi antar fasilitas kesehatan tersebut dan juga dipengaruhi oleh
perbedaan budaya organisasi.

Refrensi : ( jurnal HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In


Nursing Care Hajjul Kamil,2011) (Della Apriyanti)
4. Mahasiswa mampu mengetahui cara komunikasi efektif dengan menggunakan metode
ISBAR? ( Dea Surya Kartika )

Jawaban 1 :

Langkah-langkah komunikasi SBAR


Situation (Situasi)
a) Tentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini
b) Jelasakn apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali percakapan ini dan
menjelaskan bahwa pasien telah mengalami perubahan kondisi.
Background (Latar Belakang)
a) Menyatakan tanggal penerimaan pasien, diagnosisnya dan sejarah medis yang
bersangkutan
b) Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang telah dilakukan selama ini
(misalnya hasil uji laboratorium)
Assesment (Penilaian/pengkajian)
a) Ringkasan kondisi atau situasi pasien
b) Jelaskan apa yang menjadi permasalahannya :”Saya tidak yakin apa masalahnya
pasien, tapi pasien memburuk” dan menjadi tidak stabil, sehingga kita perlu melakukan
sesuatu
c) Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan gejalanya Recommendation
(Rekomendasi)
a) Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil tindakan (misalnya tes
laboratorium, perawatan)
b) Perawat berkata “Bagaimana kalau dokter melihat kondisi pasien sekarang atau bicara
dengan pasien, keluarga pasien untuk konsultasi”
c) Apakah ada test yang diperlukan seperti: EKG, BMP, BGA, CPC, dan lain-lain.
d) Perawat menyampaikan: setiap ada pengobatan baru atau apabila ada perubahan dalam
perintah (misalnya pemantauan dan frekuensiatau kapan harus renotify) segera
diinformasikan oleh dokter kepada perawat.
e) Jika tidak ada perbaikan pada pasien, perawat akan mengubungi lagi. Menanyakan ke
dokter tindakan yang harus dilakukan perawat sebelum dokter sampai ditempat (Capital
Health, 2011).

Capital Health, 2011, Quality Improvement Tool,


http://www.cdha.nshealth.ca/quality/ihiTools.html(Citra Andera Putri)

Jawaban 2 :

SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang


memerlukan perhatian atau tindakan segera (Nursalam, 2014)

S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)


a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan serta dokter yang
merawat.
b. Sebutkan diagnosa medis dan masalaha keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/keluhan utama.

B: Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)


a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan.
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasive dan obat-
obatan termasuk cairan infus yang digunakan.
c. Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnose medis.
A: Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri,
tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score, status
nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain-lain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation
Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to
nursing care plan) termasuk dischange planning dan edukasi pasien dan keluarga.
(Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika). ( Dhora Surya )

Jawaban 3 :

1. Situation (Situasi)
a. Tentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini
b. Jelasakn apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali percakapan ini dan menjelaskan
bahwa pasien telah mengalami perubahan kondisi.
2. Background (Latar Belakang)
a. Menyatakan tanggal penerimaan pasien, diagnosisnya dan sejarah medis yang
bersangkutan
b. Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang telah dilakukan selama ini
(misalnya hasil uji laboratorium)
3. Assesment (Penilaian/pengkajian)
a. Ringkasan kondisi atau situasi pasien
b. Jelaskan apa yang menjadi permasalahannya :”Saya tidak yakin apa masalahnya pasien,
tapi pasien memburuk” dan menjadi tidak stabil, sehingga kita perlu melakukan sesuatu
c. Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan gejalanya
4. Recommendation (Rekomendasi)
a. Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil tindakan (misalnya tes
laboratorium, perawatanPerawat berkata “Bagaimana kalau dokter melihat kondisi
pasien sekarang atau bicara dengan pasien, keluarga pasien untuk konsultasi” Apakah
ada test yang diperlukan seperti: EKG, BMP, BGA, CPC,
b. dan lain-lain.
c. Perawat menyampaikan: setiap ada pengobatan baru atau apabila ada perubahan dalam
perintah (misalnya pemantauan dan frekuensiatau kapan harus renotify) segera
diinformasikan oleh dokter kepada perawat.
d. Jika tidak ada perbaikan pada pasien, perawat akan mengubungi lagi. Menanyakan ke
dokter tindakan yang harus dilakukan perawat sebelum dokter sampai ditempat (Capital
Health, 2011).
(Elmiyasnya. 2011. Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan) Di Ruang Kelas I IRNA
Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011. Padang: RSUP Dr. M.
Djamil) (Citra Mega Tazmadi)

5. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip hand over ? ( Citra Mega Tazmadi )

Jawaban 1 :

Prinsip handover Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen,
White, dan Byers (2009) memperkenalkan prinsip serah terima pasien, yaitu:
kepemimpinan, pemahaman, peserta, waktu, tempat, dan proses serah terima pasien.

Nursing Journal,HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In


Nursing Care ,Hajjul Kamil,1Bagian Keilmuan Keperawatan (Dede Setiawan)

Jawaban 2 :

Australian Resource Centre For Healthcare Innovation (2009), Friesen White dan Byers
(2009) memperkenalkan enam standar prinsip serah terima pasien, yaitu :
a. Kepemimpinanan dalam serah terima pasien, semakin luas proses serah terima (lebih
banyak peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi sangat penting
untuk mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman
yang komprehensif dari proses serah terima pasien dan perannya sebagai pemimpin.
Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang
memburuk.
b. Pemahaman tentang serah terima pasien. Mengatur sedemikian rupah agar timbul
suatu pemahaman bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan
bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien.
Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah terima pasien yang relevan
untuk mereka. Meninjau roster dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan
mendukung kegiatan serah terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang
diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat serah terima
pasien.
c. Peserta yang mengikuti serah terima pasien. Mengidentifikasi dan mengorientasikan
peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang proses serah terima
pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan
keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan serah
terima pasien. Dalam tim multidisplin, serah terima pasien harus terstruktur dan
memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
d. Waktu serah terima pasien. Mengatur waktu yang telah disepakati, durasi dan
frekuensi untuk serah terima pasien. Hal ini sangat direkomedasikan, dimana strategi
ini memungkinkan untuk memperkuat ketepatan waktu. Serah terima pasien tidak
hanya dalam pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung
jawab, misalnya : ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk dilakukan
suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu serah terima sangat penting untuk memastikan
proses keperawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.
e. Tempat serah terima pasien. Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap muka
dan disisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak dapat dilakukan secara
tatap muka, maka pilihan lain harus dipertimbagkan untuk memastikan serah terima
pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan tempat
serah terima pasien bebas dari gangguan, misalnya : kebisingan di bangsal secara
umum atau bunyi alat telekomunikasi.

(Kamil, Hajjul. 2011. Handover Dalam Pelayanan Kperawatan. Idea Nursing Journal Vo. 4 No. 2
Hal. 145-146). (Dhora Surya)

Jawaban 3 :

prinsip serah terima pasien, atau prinsip handover yaitu:

a. Kepemimpinan dalam serah terima pasien: Semakin luas proses serah terima
(lebih banyak peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi
sangat penting untuk mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin harus
memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses serah terima pasien dan
perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin
pada eskalasi pasien yang memburuk,
b. Pemahaman tentang serah terima pasien: Mengatur sedemikian rupa agar
timbul suatu pemahaman bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan
merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam
merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah
terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau roster dinas staf klinis
untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan serah terima pasien.
Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya
kehadiran staf pada saat serah terima pasien.
c. Peserta yang mengikuti serah terima pasien: Mengidentifikasi dan
mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang
proses serah terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika
memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai
peserta dalam kegiatan serah terima pasien. Dalam tim multidisiplin, serah
terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir
untuk pasiennya yang relevan.
d. Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan
frekuensi untuk serah terima pasien. Hal inisangat direkomendasikan, di mana
strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Serah
terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi
perubahan tanggung jawab, misalnya; ketika pasien diantar dari bangsal ke
tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu serah terima sangat
penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan
efektif,
e. Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap
muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak dapat
dilakukan secara tatap muka, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk
memastikan serah terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk
komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat serah terima pasien bebas dari
gangguan, misal; kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat
telekomunikasi.

Sumber : Hajjul kamal, Idea Nursing Journal,HANDOVER DALAM PELAYANAN


KEPERAWATAN (Cissintia Damayanti)

Jawaban 4 :

Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan Byers
(2009) memperkenalkan enam standar prinsip serah terima pasien, yaitu:
1) Kepemimpinan dalam serah terima pasien: Semakin luas proses serah terima
(lebih banyak peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi
sangat penting untuk mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin harus
memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses serah terima pasien dan
perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin
pada eskalasi pasien yang memburuk,
2) Pemahaman tentang serah terima pasien: Mengatur sedemikian rupa agar timbul
suatu pemahaman bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan
bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien.
Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah terima pasien yang
relevan untuk mereka. Meninjau roster dinas staf klinis untuk memastikan mereka
hadir dan mendukung kegiatan serah terima pasien. Membuat solusi-solusi
inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat
serah terima pasien.
3) Peserta yang mengikuti serah terima pasien: Mengidentifikasi dan
mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang
proses serah terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika
memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai
peserta dalam kegiatan serah terima pasien. Dalam tim multidisiplin, serah terima
pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk
pasiennya yang relevan.
4) Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk serah terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, di mana strategi ini
memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Serah terima pasien
tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan
tanggung jawab, misalnya; ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk
suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu serah terima sangat penting untuk
memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif,
5) Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap
muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak dapat
dilakukan secara tatap muka,maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk
memastikan serah terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi
yang efektif, pastikan bahwa tempat serah terima pasien bebas dari gangguan,
misal; kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
Jurnal : HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In Nursing
Care Hajjul Kamil (Citra Mega Tazmadi)

6. Mahasiswa mampu mengetahui klafikasi derajat ketergantungan klien menurut


douglas? ( Cici Mulyani )

Jawaban 1 :

Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi
klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai
berikut:
a. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) makanan dan minum dilakukan sendiri
3) ambulasi dengan pengawasan
4) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) perawatan luka sederhana.
b. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari 1)
kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
1) 2) observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
2) ambulasi dibantu
3) pengobatan dengan injeksi
4) klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
5) klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
1) semua kebutuhan klien dibantu
2) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
4) makan dan minum melalui selang lambung
5) pengobatan intravena “perdrip”
6) dilakukan suction
7) gelisah / disorientasi
8) perawatan luka kompleks.

Russel, C & Swanburg R,J (1999) Introductory Management and Leadership for Nurses
London : Jones and Bartlett Publishers, Inc. ( Citra Andera Putri )

Jawaban 2 :

Menurut Douglas (1984) klasifikasi derajat ketergantungan klien dibagi 3 kategori yaitu :
a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam.
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam.
c. Perawatan maksimal memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.

(Hidayah, Nur. 2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Dalam
Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Vol. 7 No. 2 Hal. 413).
( Dhora Surya Amanda )

7. Mahasiswa mampu memahami metode hand over ? ( Citra Andera Putri )


Jawaban 1 :

Metode dalam Timbang Terima atau handover yaitu : Timbang terima dengan metode
tradisional Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah: Dilakukan
hanya di meja perawat. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak
memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi.Jika ada pengecekan ke pasien
hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.Tidak ada kontribusi atau feedback
dari pasien dan keluarga, sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait
status kesehatannya tidak uptodate. Timbang terima dengan metode bedsidehandover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedsidehandover yaitu handover yang dilakukan di samping
tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung
untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses
operan jaga baik secara tradisional maupun bedsidehandover tidak jauh berbeda, hanya
pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara uptodate.Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara
pasien dengan perawat.Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada
kondisi pasien secara khusus. Bedsidehandover juga tetap memperhatikan aspek
tentang kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya
komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain Timbang terima memiliki beberapa
metode pelaksanaan diantaranya:
Menggunakan TaperecorderMelakukan perekaman data tentang pasien kemudian
diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
onewaycommunication. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken Melakukan
pertukaran informasi dengan berdiskusi.Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medicalrecord saja atau media
tertulis lain. Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.Menurut
JointCommission Hospital PatientSafety, menyusun pedoman implementasi untuk
timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan dari
penerima informasi tentang informasi pasien.Informasi tentang pasien yang
disampaikan harus uptodate meliputi terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta
yang harus diantipasi.Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh
perawat penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk
meminimalkan kegagalan informasi atau terlupa.

Refrensi : ( HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In


NursingCareHajjul Kamil, Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Program
Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Basic
Nursing Department, SchoolofNursing, FacultyofMedicine, Syiah Kuala University, Banda
Aceh. ) ( Della Apriyanti )

Jawaban 2 :

Metode handover dibagi menjadi 2, yaitu :


a. Handover tradisional dilakukan hanya di meja perawat, menggunakan satu arah
komunikasi, ada pengecekan kepasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum, tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga.
b. Handover modern menggunakan teknik SBAR (situation, background, assessment,
recommendation).

(Herawati, Ade & Nuraeni, Tuti. 2019. Penggunaan Model ISBAR Berbasis Elektronik Dalam
Upaya Meningkatkan Keselamatan Pasien. Surya Vol. 11 No. 3 Hal. 13). ( Dhora Surya
Amanda )

Jawaban 3 :

Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih
tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.

Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses informasi
dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date. Timbang terima
dengan metode bedside handover Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang
dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang 11
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback.

Kaasean M, Jagoo ZB. (2005). Managing change in the nursing handover from traditional to
bedside handover- a case study from Mauritius. BMC Nursing 4 ( 1 ) : 1 ( Citra Andera Putri )

Jawaban 4 :

Metode yang digunakan dalam timbang terima dulunya perawat melakukan


dengan cara tradisonal yaitu: dilakukan hanya di meja perawat, menggunakan satu arah
komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnyaan pertanyaan atau diskusi, ada
pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum, tidak ada
kontirbusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses informasi dibutuhkan
oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up todate. Operan tradisional hanya cukup di
meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung. Hal ini
menyebabkan ketidakpuasan dari pasien dan perawat karena tidak ada komunikasi antara
perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat bagi pelayanan yang dilakukan
(Kassesan and Jagoo, dalam JCI, 2010).

Metode yang lain dalam timbang terima adalah secara modern dengan teknik
SBAR. Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR) dalam
dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser Permanente Oakland
California untuk membantu komunikasi antar dokter dan perawat. Di Kaiser tempat
asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis tapi juga
untuk berbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan via email atau voice
mail serta bagian IT untuk mengatasi masalah. (Novak & Fairchild, 2012).

Sumber : Hani Tuasika, 2012. EFEKTIFITAS METODE HANDOVER DALAM


MENINGKATKAN KOMUNIKASI PERAWAT. ( Cici Mulyani )

Jawaban 5 :

Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan penelitian yang


dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan bahwa operan jaga (handover)
yang masih tradisional adalah:

a. Dilakukan hanya di meja perawat.


b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.

Timbang terima dengan metode bedside handover Menurut Kassean dan Jagoo
(2005) handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover
yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien
atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi
yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain.

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:


a. Menggunakan Tape recorder Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian
diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu
berupa one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken Melakukan pertukaran informasi dengan
berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written Melakukan pertukaran informasi dengan
melihat pada medical record saja atau media tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi. 12 Menurut Joint
Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman implementasi untuk timbang
terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan dari
penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan dan
terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.
Sumber : Yaslis, I. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. teori, metoda dan formula. Depok :
FKMUI. ( Dea Surya Amanda )
Jawaban 6 :

Metode yang digunakan dalam timbang terima dulunya perawatmelakukan dengan cara
tradisonal yaitu: dilakukan hanya di meja perawat,menggunakan satu arah komunikasi
sehingga tidak memungkinkanmunculnyaan pertanyaan atau diskusi, ada pengecekan ke
pasien hanyasekedar memastikan kondisi secara umum, tidak ada kontirbusi atau feedback
dari pasien dan keluarga, sehingga proses informasi dibutuhkanoleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up todate. Operan tradisionalhanya cukup di meja perawat tanpa
mengkonfirmasi keadaan pasien secaralangsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dari
pasien dan perawatkarena tidak ada komunikasi antara perawat dengan pasien yang
nantinyabermanfaat bagi pelayanan yang dilakukan (Kassesan and Jagoo, dalam
JCI,2010)Metode yang lain dalam timbang terima adalah secara modern denganteknik
SBAR. Komunikasi Situasion Background AssessmentRecommendation (SBAR) dalam
dunia kesehatan dikembangkan oleh pakarPasien Safety dari Kaiser Permanente Oakland
California untuk membantukomunikasi antar dokter dan perawat. Di Kaiser tempat asalnya,
teknikSBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis tapi jugauntuk berbagai
laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan via emailatau voice mail serta bagian IT
untuk mengatasi masalah. (Novak &Fairchild, 2012)

Jurnal : SYSTEMATIC REVIEWEFEKTIFITAS METODE HANDOVER DALAM


MENINGKATKANKOMUNIKASI PERAWAT ( Deta Arinda Putri )

8. Mahasiswa mampu memahami manfaat komunikasi metode ISBAR ? ( Cisintia Putri


Damayanti )

Jawaban 1 :

Manfaat komunikasi ISBAR pada penerapan handover yaitu manfaat ke perawat,


manfaat ke patient safety, dan manfaat ke pasie. Adapun uraian manfaat-manfaat tersebut
yaitu :
a. Manfaat ke perawat
Manfaat ke pasien adalah pekerjaan terdokumentasi dengan baik, memudahkan
perencanaan ke pasien, efisien dalam menjalankan tanggung jawab, lebih mengetahui
keadaan pasien dan meningkatkan mutu timbang terima.
b. Manfaat ke patient safety
Manfaat ke patient safety yaitu mengevaluasi keselamatan pasien, memonitor
keselamatan pasien, meningkatkan mutu perawatan perawatan dalam patient safety,
terhindar dari resiko kejadian tidak diharapkan dan mengevaluasi keselamatan pasien.
c. Manfaat ke pasien
Manfaat ke pasien yaitu pasien merasa senang, memudahkan dokumentasi dan
menegakkan diagnose keperawatan.

(Astuti, Noormailida dkk. 2019. Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assessment,


Recommendation (SBAR) Pada Perawat Dalam Melaksanakan Handover. Indonesian Journal Of
Nursing Practices Vol. 3 No. 1 Hal. 46). ( Dhora Surya Amanda )

Jawaban 2 :

Komunikasi dengan SBAR mengurangi insiden komunikasi yang tidak terjawab


dan telah terjadi melalui penggunaan asumsi, bantuan atau ketidakjelasan sikap diam
mereka. Komunikasi dengan tool SBAR dapat membantu untuk mencegah kerusakan
dalam komunikasi verbal dan tertulis, dengan cara menciptakan model mental bersama di
semua handover pasien dan situasi yang membutuhkan eskalasi atau pertukaran informasi
secara kritis. ToolSBAR digunakan selama serah terima dan 17 dapat mengurangi waktu
yang dihabiskan untuk kegiatan ini sehingga mengurangi waktu untuk perawatan klinis.

Cahyono. (2008). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran.


Yogyakarta : Kanisius ( Citra Andera Putri )

Jawaban 3 :

1) Menyediakan cara yang efektif dan efesien untuk menyampaikan informasi dan timbang
terima
2) Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi dengan menggunakan
elemen komunikasi SBAR
3) Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima pasien.
4) Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima.

Sumber : Yaslis, I. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. teori, metoda dan formula. Depok :
FKMUI. ( Dea Surya Amanda )

Jawaban 4 :

Penggunaan alat komunikasi SBAR dapat membantu dalam komunikasi, baik personal
dengan tim dan bisa meningkatkan budaya keselamatan pasien, sehingga menimbulkan
dampak positif perbaikan pada pelaporan insiden keselamatan (Andreoli et al., 2010). Salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas handover dengan supervisi tentang komunikasi
SBAR pada perawat di ruang rawat inap. Supervisi ketua tim kepada perawat bermanfaat
untuk meningkatkan kualitas handover. Pelaksanaan supervisi yang kurang optimal,
implementasi tugas yang tidak seperti rencana dan kegagalan mengkoreksi masalah
yangsudah teridentifikasi merupakan kondisi yang mudah bagi perawat melakukan kesalahan
dan pelanggaran (Cahyono, 2012)

Jurnal : Supervisi tentang Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesmen and


Recommendation) Berpengaruh terhadap Kualitas Handover Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit ( Deta Arinda Putri )

Jawaban 5 :

ManfaatDokumentasi SBAR (Rotgers, 2007)


1. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat
2. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa
yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
3. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi mengenai
pasien telah dicatat (Suarli & yayan , 2010).
(Marjani, Farida, & dkk. (2014). Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode
SBAR Terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. PantiWaluyo
Surakarta. 1-13.) ( Citra Mega Tazmadi )

9. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan pergantian tim ? ( Deta Arinda Putri )

Jawaban 1 :

1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis


2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah
klien
3. Meningkatkan validitas data klien
4. Menilai kemampuan justifikasi
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan.

Clark.E, Squire, S, Heyme, A. Mickle, M, et.al. (2009). The PACT Project : Improving
Communication at handover. Journal of advance managent 190 ( 11 ) 125-127. ( Citra Andera
Putri )

Jawaban 2 :

Operan jaga dalam tatanan pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan mempunyai
tujuan utama yaitu memberikan informasi yang akurat mengenai pengobatan, perawatan,
pelayanan pasien, kondisi terkini pasien, perubahan yang sedang terjadi dan perubahan yang
dapat diantisipasi (Cahyono, 2006). Didukung juga oleh Permenkes (2011) yang juga
menyebutkanstandar keselamatan pasien Rumah Sakit adalah dengan menerapkan komunikasi
efektif, komunikasi efektif merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
( Marjani, Farida, & dkk. (2014). Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan
Metode SBAR Terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. PantiWaluyo
Surakarta. 1-13.) ( Citra Mega Tazmadi )

10. Mahasiswa mampu mengetahui metode keperawatan tim ? ( Della Apriyanti )

Jawaban 1 :

Metode keperawatan tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan


dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan
berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif.

Sumber : Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,.
Mosby - year book, Inc. ( Cici Mulyani )

Jawaban 2 :

Metode keperawatan tim merupakan suatu metode pemberi asuahan keperawatan


dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Potter, Patricia 1993).

(Hidayah, Nur. 2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Dalam
Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Vol. 7 No. 2 Hal. 413).
( Dhora Surya Amanda )

Jawaban 3 :

Metode Perawatan Tim Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang


perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan
konsep kooperatif & kolaboratif.
Konsep Metode Tim :
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik jika didukung oleh kepala ruang.

Caldwell, G. (2012). Clinical Leadership in Quality and Safety at The Point of Care. 18 (3) : 84 –
89. ( Citra Andera Putri )

Jawaban 4 :

Metode Perawatan Tim Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang


perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan
konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992)
Tujuan Metode Tim :
a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
c. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Konsep Metode Tim :
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
jika didukung oleh kepala ruang
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur

Sumber : DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I ( Dea
Surya Amanda )

Jawaban 5 :

Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim


yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (registered
nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua tim,
kemudian ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim. Banyak metode
praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun terakhir ini, yang meliputi
keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan primer, praktik bersama, dan
manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi modelyang
paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan
rumah sakit.Kategori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan
pasien, Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang
dilakukan (Cobell, C.2010).

Jurnal : HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM KEPERAWATAN TERHADAP


KUALITAS DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG ASOKA RSUD.
ULIN BANJARMASIN ( Deta Arinda Putri )
Jawaban 6 :

Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) Metode tim merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif Metode tim menggunakan terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2 (dua) sampai 3 (tiga) tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknis
dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu (Suarli dan Bachtiar, 2012).
( Marjani, Farida, & dkk. (2014). Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan
Metode SBAR Terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. PantiWaluyo
Surakarta. 1-13.) ( Citra Mega Tazmadi )

11. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan metode keperawatan tim ? ( Dede Setiawan )

Jawaban 1 :

Tujuan dari metode tim adalah mengurangi fragmen keperawatan yang ditemukan
pada metode fungsional dan juga lebih memberikan pendekatan komprehensif, perawatan
holistic.

(Yusnilawati dkk. 2019. Hubungan Penerapan Metode Tim Dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Di RSJD Provinsi Jambi Dan RSUD Abdul Manaf Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Terapan
Universitas Jambi Vol. 3 No. 1 Hal. 41-42). ( Dhora Surya Amanda )

Jawaban 2 :

Tujuan Metode Tim :


a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
c. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Arlina, J. (2013). Perbedaan prilaku perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien sebelum
dan sesudah pelatihan timbang terima pasien metode komunikasi SBAR di Ruang penyakit
dalam RSUD Solok. Tesis Universitas Andalas Padang ( Citra Andera Putri )

Jawaban 3 :

a. Memberikan fasilitas pelayanan kesehatan yang komprehensif


b. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
c. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda.

Sumber : Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,.
Mosby - year book, Inc. ( Cici Mulyani )

Jawaban 4 :

Tujuan Metode Tim :


a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
b. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
c. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

Sumber : DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I ( Dea
Surya Amanda )
DAFTAR PUSTAKA

Howarth, T., & Hyde, G. (2008). changing the nursing handover. Developing and implementing
new clinical communication practices

(Sulistyawati, Wiwin dkk. 2019. Supervisi Tentang Komunikasi SBAR (Situasion, Background,
Assessment and Recommendation) Berpengaruh Terhadap Kualitas Handover Pasien di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit. Care Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 1 Hal. 20).

Sumber : jurnal (The Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety, 2010).

Sumber : Hajjul Kamil, 2009. HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN, Idea


Nursing Journal. ISSN : 2087 – 2879.

Refrensi : ( HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In Nursing


Care Hajjul Kamil, Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Program Studi
Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Basic Nursing
Department, School of Nursing, Faculty of Medicine, Syiah Kuala University, Banda Aceh. )

Refrensi : ( HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In Nursing


Care Hajjul Kamil, Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Program Studi
Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Basic Nursing
Department, School of Nursing, Faculty of Medicine, Syiah Kuala University, Banda Aceh. )

Howarth, T., & Hyde, G. (2008). changing the nursing handover. Developing and implementing
new clinical communication practices.
(Herawati, Ade & Nuraeni, Tuti. 2019. Penggunaan Model ISBAR Berbasis Elektronik Dalam
Upaya Meningkatkan Keselamatan Pasien. Surya Vol. 11 No. 3 Hal. 12).

Jurnal : HUBUNGAN PELAKSANAAN METODE KOMUNIKASI: SITUATION,


BACKGROUND, ASSESMENT, RECOMENDATION (SBAR) SAAT TIMBANG TERIMA
TUGAS KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAAN KERJA PERAWAT DI RUANG
RUANG RAWAT INAP RSUD SOLOK

Sumber : Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare, 2007).

Sumber : Asep Badrujamaludin, dan Tria Firza Kumala, 2019. Penerapan Introduction, Situation,
Background, Assessment and Recommendation (ISBAR) untuk komunikasi efektif antara
perawat dan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi. Holistik Jurnal
Kesehatan, Volume 13, No.4
ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN TEHNIK SBAR(SITUATION
BACKGROUND ASSESSMENT RECOMMENDATION)TERHADAP RISIKO INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN DI RUMAHSAKIT ANTON SOEDJARWO PONTIANAKRangga
Hariyanto)
(Marjani, Farida, & dkk. (2014).Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode
SBAR Terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo
Surakarta. 1-13.)
Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihan timbang terima pasien terhadap penerapan keselamatan
pasien oleh perawat pelaksana di RSUD Raden Mataher Jambi.. Jurnal Health & Sport, Vol. 5,
No. 3.

Jurnal : HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In Nursing Care


Hajjul

Refrensi : ( jurnal HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In


Nursing Care Hajjul Kamil,2011

Capital Health, 2011, Quality Improvement Tool,


http://www.cdha.nshealth.ca/quality/ihiTools.html

(Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika).


(Elmiyasnya. 2011. Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan) Di Ruang Kelas I IRNA
Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011. Padang: RSUP Dr. M.
Djamil
(Kamil, Hajjul. 2011. Handover Dalam Pelayanan Kperawatan. Idea Nursing Journal Vo. 4 No. 2
Hal. 145-146).

Sumber : Hajjul kamal, Idea Nursing Journal,HANDOVER DALAM PELAYANAN


KEPERAWATAN

Jurnal : HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In Nursing Care


Hajjul Kamil

Russel, C & Swanburg R,J (1999) Introductory Management and Leadership for Nurses
London : Jones and Bartlett Publishers, Inc.

(Hidayah, Nur. 2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Dalam
Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Vol. 7 No. 2 Hal. 413). (

Refrensi : ( HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In


NursingCareHajjul Kamil, Bagian Keilmuan Keperawatan Dasar Dasar Keperawatan, Program
Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Basic
Nursing Department, SchoolofNursing, FacultyofMedicine, Syiah Kuala University, Banda
Aceh.

(Herawati, Ade & Nuraeni, Tuti. 2019. Penggunaan Model ISBAR Berbasis Elektronik Dalam
Upaya Meningkatkan Keselamatan Pasien. Surya Vol. 11 No. 3 Hal. 13).

Kaasean M, Jagoo ZB. (2005). Managing change in the nursing handover from traditional to
bedside handover- a case study from Mauritius. BMC Nursing 4 ( 1 ) :

Sumber : Hani Tuasika, 2012. EFEKTIFITAS METODE HANDOVER DALAM


MENINGKATKAN KOMUNIKASI PERAWAT.

Sumber : Yaslis, I. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. teori, metoda dan formula. Depok :
FKMUI.
Jurnal : SYSTEMATIC REVIEWEFEKTIFITAS METODE HANDOVER DALAM
MENINGKATKANKOMUNIKASI PERAWAT
(Astuti, Noormailida dkk. 2019. Penerapan Komunikasi Situation, Background, Assessment,
Recommendation (SBAR) Pada Perawat Dalam Melaksanakan Handover. Indonesian Journal Of
Nursing Practices Vol. 3 No. 1 Hal. 46).

Cahyono. (2008). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran.


Yogyakarta : Kanisius

Sumber : Yaslis, I. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. teori, metoda dan formula. Depok :
FKMUI
Jurnal : Supervisi tentang Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesmen and
Recommendation) Berpengaruh terhadap Kualitas Handover Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit

(Marjani, Farida, & dkk. (2014). Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode
SBAR Terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. PantiWaluyo
Surakarta. 1-13.) .
Clark.E, Squire, S, Heyme, A. Mickle, M, et.al. (2009). The PACT Project : Improving
Communication at handover. Journal of advance managent 190 ( 11 ) 125-127.

( Marjani, Farida, & dkk. (2014). Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan
Metode SBAR Terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. PantiWaluyo
Surakarta. 1-13.)
Sumber : Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,.
Mosby - year book, Inc.

(Hidayah, Nur. 2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Dalam
Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Vol. 7 No. 2 Hal. 413).

Caldwell, G. (2012). Clinical Leadership in Quality and Safety at The Point of Care. 18 (3) : 84 –
89

Sumber : DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I
Jurnal : HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM KEPERAWATAN TERHADAP
KUALITAS DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG ASOKA RSUD.
ULIN BANJARMASIN
( Marjani, Farida, & dkk. (2014). Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan
Metode SBAR Terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. PantiWaluyo
Surakarta. 1-13
(Yusnilawati dkk. 2019. Hubungan Penerapan Metode Tim Dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Di RSJD Provinsi Jambi Dan RSUD Abdul Manaf Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Terapan
Universitas Jambi Vol. 3 No. 1 Hal. 41-42

Sumber : Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,.
Mosby - year book, Inc.

Anda mungkin juga menyukai