Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“KASUS II”

Disusun Oleh :

1. Anisa Putri Andini (21116082) 5. Nandita Eka Putri(21116103)


2. Rohma Oktariana (21116083) 6. M. Sigit Novianto (21116106)
3. Laily (21116084) 7. Resty Permatasari (21116110)
4. Wilda Mariska Putri (21116085) 8. Vadila Zulfa (21116112)

Dosen Pembimbing :

Efro Liza, S.Kep., Ns., MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan segala urusan, sehingga memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan makalah tutorial Keperawatan Keluarga.

Makalah ini diharapkan dapan menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa


keperawatan dan dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam menerapkan askep.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah ini, guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.

Palembang, Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN KASUS..............................................................................................6
A. Kasus............................................................................................................6
B. Tahapan Tutorial..........................................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................................44
A. Kesimpulan ..................................................................................................44
B. Saran.............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk


membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu
dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk
membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi,
2008).Keluarga yang sehat adalah keluarga yang membantu anggota keluarga untuk
mencapai tuntutan-tuntutan bagi perawatan diri, dan sejauh mana keluarga memenuhi
fungsi-fungsi keluarga dan menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai dengan tingkat
perkembangan keluarga. (Friedman, 2002).
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian tersering pada anak di negara yang sedang berkembang. Di negara berkembang
ISPA dapat menyebabkan 10-25 kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada
setiap tahunnya. Sebanyak dua per tiga kematian tersebut adalah bayi.(WHO, 2003).
Insiden atau angka kejadian ISPA di negara berkembang 2-10 kali lebih banyak dari
negara maju. Sejak tahun 1984, WHO telah menerapkan program pemberantasan ISPA
khususnya pneumonia. Pada tahun 1990, Konferensi Tingkat Tingggi Anak di New York
telah membuat kesepakatan untuk menurunkan kematian akibat ISPA sebesar 30 persen
pada tahun 2000. Di Indonesia kasus ISPA menempati urutan pertama dalam jumlah
rawat jalan. Hal ini menunjukan angka kesakitan akibat ISPA masih tinggi yaitu 40- 60
persen dari seluruh kunjungan ke Puskesmas dan 15-30 persen dari seluruh kunjungan
rawat jalan dan rawat inap rumah sakit. Jumlah kejadian ISPA di Indonesia diperkirakan
3-6 kali per tahun, tetapi berbeda antar daerah. Di daerah perkotaan jumlah penderita
ISPA umumnya lebih tinggi yaitu 6-8 kali per tahun, sedangkan di pedesaan hanya 3-4
kali per tahun. Kejadian ISPA didaerah perkotaan setiap bulan sebesar 20 persen
sedangkan di pedesaan sebesar 17,6 persen. Di Indonesia angka kematian akibat ISPA
terutama pneumonia juga masih tinggi, yaitu kurang lebih 5 per 1000 balita. Pemerintah
telah merencanakan untuk menurunkan hingga 3 per 1000 balita pada tahun 2010.
(Rahajoe, Supriyanto, Setyanto, 2008).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan definisi keperawatan kesehatan keluarga
2. Menjelaskan tahap perkembangan keluarga
3. Menjelaskan konsep mengenai ISPA dalam keperawatan keluarga
4. Menjelaskan askep dalam keperawatan keluarga mengenai ISPA.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. KASUS
Dirumah sakit X pada ruang penyakit dalam memiliki tenaga perawat dengan jumlah
tenaga keperawatan sebanyak 20 orang, dengan 7 orang Ners, 13 orang D3
Keperawatan, dengan kapasitas 24 TT. BOR 72% dengan jumlah pasien 22 orang dan
tingkat ketergantungan pasien yaitu (3 klien dengan keperawatan minimal, 14 klien
dengan keperawatan parsial dan 5 klien dengan keperawatan total). Head Nurse
menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi, siang dan malam. Head
Nurse ingin menerapkan metode asuhan keperawatan yang tepat untuk diruangan
tersebut. Head Nurse dalam memimpin menggunakan kepemimpinan demokrasi, head
Nurse menjalankan fungsi manajemen dalam mengelola ruangan penyakit dalam.
Fungsi manajemen yang dijalankan Head Nurse yaitu planning, organizing, staffing,
actuating. Untuk fungsi organising dan staffing seperti membagi shift kerja perawat
berdasarkan perhitungan Douglas. Staff Nurse dalam menjalankan tugas nya sesuai
arahan dari Head Nurse. Head Nurse mengharapkan semua anggota nya memiliki
peran aktif dan kereyatif dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

B. TAHAPAN TUTORIAL
Step 1 :
Klasifikasi istilah yang belum diketahui dalam kasus dan mencari istilah yang belum
diketahui :
1. Staffing (Nandita) :Fungsi manajemen seperti merekrut tenaga kerja (rohma)
Sumber :
2. Actuating (Rohma): Penggerak / Pengarahan (Resty)
Sumber :
3. Keperawatan demokratis (wilda)
:Metodekepemimpinanberdasaarkanpengambilankeputusanhasilrapat/voting
(vadila)
Sumber :
4. PerawatanParsial (Sigit) :perawatan yang memerlukan 3-4 jam perawatanpasien /
24 jam (Anisa)
Sumber :
5. BOR (Resti) :angka penggunaan tempat tidur diruangan (Laily)
Sumber :
6. Organizing (Laily) : proses kegiatan dalam pembagian pekerjaan(Sigit) mengatur
sumber, system dan tujuan (Anisa)
Sumber :
7. Head nurse (Vadila) :ketu atim (Nandita)
Sumber :
8. Perhitungan Dougles (AnisaPutri) :perhitungan berdasarkan keperawatan yang
dibutuhkan pasien minimal, parsial, total (wilda)
Sumber :
Step 2 :
1. Jenis- jenis kepemimpinan dalam keperawatan dan perbedaannya? (Anisa)
Jawaban sementara : Demokrasi, bebas dan partisipasi. (Sigit) otoriter,
danperbedaanmasing-masing kepemimpinan yaitu salah satunya dari proses
pengaambilan keputusan (Vadila).
2. Peran Head Nurse ? (Sigit)
Jawaban sementara : Mengawasi dan mengendalikan prooses keperawatan
diruangan (Laily)
3. Kekurangan dan kelebihan kepemimpinan demokrasi yang digunakan? (Vadila)
Jawaban sementara : Kelebihan bisa menghasilkan keputusan bersama, kekurangan
biasa menimbulkan perpecahan akibat salah komunikasi (Anisa)
4. Berapa perawat yang dibutuhkan dalam ruangan untuk sift pagi? (Rohma)
Jawaban sementara : Berdasarkan rumus dougles hasil perawat yang dibutuhkan
sift malam yaitu 5 perawat (Resty)
5. Berapa perawat yang dibutuhkan dalam ruangan untuk sift siang? (Wilda)
Jawaban sementara : Berdasarkan rumus dougles hasil perawat yang dibutuhkan
sift malam yaitu 4 perawat (Rohma)
6. Berapa perawat yang dibutuhkan dalam ruangan untuk sift malam? (Resti)
Jawaban sementara : Berdasarkan rumus dougles hasil perawat yang dibutuhkan
sift malamyaitu 3 perawat (Nandita)
7. Apa fungsi dan peran staff nurse? (Laily)
Jawaban sementara : Perencanaanasuhankeperawatanpasiendiruangan (Vadila)

Step 3 :
NO Pertanyaan Jawaban Berdasarkan Sumber
1. Jenis- jenis
kepemimpinan
dalam keperawatan
dan perbedaannya?
(Anisa)
2. Peran Head 1. Planning
Nurse ? (Sigit) Planning atau perencanaan merupakan pemilihan atau
penetapan tujuan-tujuan organisasi dan
Penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur
metode system anggarandan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
2. Organizing
Organizing ataupengorganisasianinimeliputi:
a.Penentuansumberdaya-sumberdayadankegiatan-
kegiatanygdibutuhkanutkmencapaitujuanorganisasi.
b.Perancangandanpengembangansuatuorganisasiataukelom
pokkerjaygakandapatmembawahal-
haltersebutkearahtujuan.
c. Penugasantanggungjawabtertentu
d. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada
individu-individu untuk melaksanakan tugasnya.
3. Staffing
Staffing atau penyusunan personalia adalah penarikan
(recruitment) latihan dan pengembangan serta
penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan
dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan
produktif.
4. Leading
Leading ataufungsipengarahanadlbagaimana Membuat
atau mendapatkan para karyawan Melakukan apa yang
diinginkan dan harus mereka lakukan.
5. Controlling
Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan
penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana
telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
(Journal Peran dan fungsi manajemen keperawatan
dalam manajemen,mito julianto,instalansi rawat inap
gedung prof. Dr.Soelarto, RSUP
fatmawati,jakarta,indonesia)
3. Kekurangan dan Metode doulas
kelebihan menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu
kepemimpinan unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana
demokrasi yang
masing-masing kategori mempunyai unit standar persiftnya,
digunakan?
(Vadila) yaitu sebagai berikut :
FORMULA DOUGLAS
Shift Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 X Ps 0,27 X Ps 0,36 X Ps
Siang 0,14 X Ps 0,15 X Ps 0,30 X Ps
Malam 0,07 X Ps 0,10 X Ps 0,20 X Ps

(Pasien minimal) 0.14x3 = 0.42


(Pasien Parsial) 0.15x14 = 2.1
(Pasien Total) 0.30x5 = 1.5
Jumlah : 4.02
Jadi, perawat yang dibutuhkan pada shift siang yaitu 4
perawat.
(Sumber : Douglas (1984, dalam swansburg, 1999)

4. Berapa perawat
yang dibutuhkan
dalam ruangan
untuk sift pagi?
(Rohma)

5. Berapa perawat
yang dibutuhkan
dalam ruangan
untuk sift siang?
(Wilda)
6. Berapa perawat
yang dibutuhkan
dalam ruangan
untuk sift malam?
(Resti)
7. Apa fungsi dan
peran staff nurse?
(Laily)

Step 4 :

Planing

organizing
Kepala Ruangan (Head Nurse)

: Kepemimpinan demokrasi Staffing

Actuating

Staff Nurse (20 orang)

Minimal 3 orang

Pasien (22 orang)


Parsial 14 orang

Total 5 orang

Step 5 : LO
1. Konsep kepemimpinan Demokratis
2. Perhitungan Dauglas
3. Peran Fungsi Susunan Struktur Keperawatan
4. Fungsi Manajemen
5. Model praktek keperawatan Profesional diruangan tersebut

Step 6 :

Self study, mahasiswa belajar mandiri dengan mencari sumber berdasarkan tujuan belajar
yang sudah disepakati kelompok

Step 7 :
Hasil Reporting berdasarkan Lerning Objective :

1.1 Konsep kepemimpinan Demokratis


A. Pengertian
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersamaan cara pimpinan dan
bawahan.
Gaya Kepemimpinan Demokratis, yaitu gaya seorang pemimpin yang
menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota
organisasi (Prima, A, 2013). Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan
jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan berdasarkan demokrasi yang
pelaksanaannya disebut pemimpin partisipasi (partisipative leadership).
Kepemimpinan partisipasia dalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak
pada partisipasiaktif dari setiap warga kelompok.

B. Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Demokratis


1. Wewenang pimpinan tidak mutlak
Yaitu keputusan pimpinan bisa dipengaruhi oleh masukan dari bawahan, bukan
sebagai bentuk interferensi, dalam hal ini lebih ditekankan dari asas musyawarah.
2. Pimpinan melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
Tidak semua keputusan bergantung pada pimpinan semata. Bawahan memiliki
wewenang untuk membuat keputusan, namun masih berada dalam batas
sewajarnya.
3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Setiapkeputusan yang diambil tidak hanya berasal dari pimpinan mutlak,
namun telah dimusyawarah kan terlebih dahulu bersama bawahannya.
4. Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
5. Komunikasi berlangsung timbal balik
Komunikasi antara pimpinan dan bawahan berlangsung dengan baik, tanpa
adanya rasa takut atau canggung karena jabatan.
6. Pengawasan dilakukan secara wajar
Pemimpin tidak melakukan pengawasan kegiatan secara over atau over
protective, sehingga tidak ada tekanan pada bawahan saat melakukan
kegiatannya, bawahan pun menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan
atasannya.
7. Prakarsa datang dari pimpinan maupun bawahan
Ide suatu kegiatan bukan hanya berasal dari pimpinan saja melainkan juga
bawahan, asalkan ide tersebut dapat membawa organisasi kearah yang lebih
baik dan berkembang.
8. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk mengeluarkan pendapat
Bawahan bebas untuk berpendapat sesuai dengan asas demokrasi.
9. Tugas diberikan bersifat permintaan
Tugas yang diberikan pimpinan bisa berasal dari permintaan bawahan yang
tentunya berdampak positif bagi organisasi tersebut.
10. Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan dan bawahan tidak selalu saling memuji atau mengkritik, kedua-
duanya berjalan seimbang sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut.
11. Pimpinan mendorong prestasi bawahan
12. Kesetiaan bawahan secara wajar
Bawahan tidak bersifat sebagai budak yang selalu taat pada atasannya, namun
bawahan tetap memiliki rasa hormat yang tinggi pada atasannya.
13. Memperhatikan perasaan bawahan
Pemimpin bersikap mengayomi kepada bawahan, sehingga pemimpin
mengerti apa masalah yang ada pada bawahan, sehingga pemimpin bisa
mengambil kebijakan dengan segera.
14. Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai
Suasana yang selalu harmonis dalam lingkungan organisasi.
15. Tanggung jawab dipikul bersama
Kelebihan yang paling utama, yaitu saling bekerja sama dalam mencapai
tujuan organisasi.
C. Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Demokratis

a. Kelebihan gaya kepemimpinan demokratis


1. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil
dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
3. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok
dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua
atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
4. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian
tugas ditentukan oleh kelompok.
5. Menekan kan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
6. Pemimpin adalah obyektif atau fact - minded dalam pujian dan kecaman nya dan
mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat
tanpa melakukan banyak pekerjaan.

b. Kelemahan gaya kepemimpinan demokratis


1. Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak
2. Sulitnya pencapaian kesepakatan

D. Penerapan Gaya Kepemimpinan Demokratis


Kepemimipinan demokratis ini sangat cocok diterap kan pada karyawan yang
mempunyai inisiatif atau kreatifitas yang tinggi sehingga tanpa komando dari pimpinan
akan selalu muncul ide-ide yang brilian dari karyawan guna pengembangan organisasi
tersebut. Selain itu juga cocok diterapkan pada karyawan yang mempunyai tanggung
jawab yang tinggi, karyawan yang patuh pada aturan, tidak suka berbuat onar,
mempunyai rasa toleransi yang tinggi, dan yang paling penting mampu bekerja sama
dalam satu tim.

1.2 Perhitungan Dauglas

Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu


pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :
1). Perawatan minimal memerlukan waktu : 1 – 2 jam/24 jam
2). Perawatan intermediet/parsial memerlukan waktu : 3 – 4 jam/24 jam
3). Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5 – 6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas
adalah sebagai berikut :
Kategori I : Self Care / Perawatan Mandiri (Minimal)
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik,
tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan
pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel.
Asuhan keperawatan minimal mempunyai kriteria sebagai berikut ::
1. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan

Kategori II : Intermediet Care / Perawatan Sedang(Partial)


Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan.
memberi dorogan agar mau makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu
atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi.Penampilan pasien sakit
sedang.Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital,periksa
urine reduksi,fungsi fisiologis,status emosinal,kelancaran drainage atau
infus.Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi
5-10 menit/shift atau 30-60 menit/shiftdengan mengobservasi side efek obat
atau reaksi alergi.
Asuhan keperawatan parsial mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali
3. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output
cairan dicatat / dihitung.
5. Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur

Kategori III : Intensive Care / Perawatan Total


Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh
perawat penampian sakit berat.pasien memerlukan observasi terus-menerus.
Asuhan keperawatan total mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Semua keperluan pasien dibantu
2. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
3. Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena
4. Dilakukan penghisapan lender (suction)
5. Gelisah / disorientasi.

Berdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore
dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien :

FORMULA DOUGLAS
Shift Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 X Ps 0,27 X Ps 0,36 X Ps
Siang 0,14 X Ps 0,15 X Ps 0,30 X Ps
Malam 0,07 X Ps 0,10 X Ps 0,20 X Ps

1.3 Peran Fungsi Susunan Struktur Keperawatan

1.4 Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan seseorang.


Hal tersebut berjalan bilamana perawat mau  belajar dan menggunakan ilmu yang
ditunjukkan oleh pengalaman dan penelitian yang dikembangkan agar fungsi organisasi
dalam manajemen keperawatan semakin berkembang.
Perawat manajer perlu bekerja untuk struktur organisasi ideal. Mereka harus
membangun, menguji, mengakui kesalahan, berkompromi, dan menerima. Mereka harus
merancang organisasi yang sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan. Organisasi adalah
produktif jika orang memberikan perhatian yang memenuhi kebutuhan klien dan setiap
karyawan merasakan kepuasan.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien tidak dapat bekerja
sendiri, tetapi harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dihadapi klien. Kerja sama antar perawat dengan tim kesehatan
tersebut harus ditata sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
penataan yang dimaksud adalah pengorganisasian segala sumber yang dapat
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

1.5 Model praktek keperawatan Profesional diruangan tersebut


Model praktek keperawatan Profesional diruangan tersebut ialah Gaya Kepemimpinan
Demokratis

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki
beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori
maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Gaya kepemimpinan demokratis, yaitu gaya seorang pemimpin yang
menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota
organisasi (Prima, A, 2013). Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan
jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan
memotivasi merek auntuk mencapai tujuan bersama.

B. Saran
Untuk menjadi seorang pemimpin harus mampu memahami anggotanya.
Sehingga pemimpin tersebut bisa tau kapan dia haru smenerapkan suatu tipe
kepemimpinan

DAFTAR PUSTAKA
Kouzes, James M dan Posner, Barry Z.  2004. Leadership The Challenge:
TantanganKepemimpinan. AlihBahasaWisnu Chandra Kristiaji. EdisiKetiga. Jakarta:
Erlangga
Nawawi, Hadari. 2003. KepemimpinanMengefektifkanOrganisasi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan Dan PerilakuOrganisasi. Jakarta : Raja
GrafindoPersada
Robbins P. Stephen. 2003. Essentials of Organizational Behavior. New Jersey: Prentice-Hall,
Inc.
Thoha, Muhammad. 2007. PerilakuOrganisasi: KonsepdanAplikasinya. Jakarta: Raja
GrafindoPersada
Winardi, J. 2000. TeoriOrganisasidanPengorganisasian. Jakarta: Raja GrafindoPersada

Anda mungkin juga menyukai