Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “STUDI
KASUS : HANDOVER ,perumusan masalah,prioritas masalah,fishbone analysis,solusi
pemecahan masalah dan planning of action” tepat pada waktunya. Banyak pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara moril maupun spiritual
maka dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Lidya Maryani, S.Kep., Ners., MM., M.Kep selaku dosen pengampu
Nursing Practik V yang telah membimbing dalam proses pengerjaan makalah
ini
2. Ayah dan ibu tercinta yang selalu memanjatkan doa setiap waktu dan memberi
motivasi pada saat pengerjaan makalah ini
3. Seluruh teman S1 Keperawatan 2018 yang dengan tulus ikhlas memberikan doa
dan dukungan hingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca dapat memberikan segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun serta bisa bermanfaat bagi kami dan pembaca
khusunya dalam profesi keperawatan.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
Latar Belakang...............................................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................................2
Tujuan Penulisan............................................................................................................2
Manfaat Penulisan..........................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................3
Analisis SWOT..............................................................................................................5
Konsep Perumusan
Masalah…………………………………………………………………………………
………………6
BAB III............................................................................................................................17
STUDI KASUS...............................................................................................................17
ii
BAB IV............................................................................................................................18
PEMBAHASAN KASUS...............................................................................................18
BAB V.............................................................................................................................37
PENUTUP.......................................................................................................................37
KESIMPULAN............................................................................................................37
SARAN........................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu penulis mampu :
a. mengidentifikasi pengelolaan unit rawar inap dengan pendekatan
analisis SWOT, perumusan masalah,prioritas masalah,fishbone
analysis,solusi pemecahan masalah, bagaimana teknik manajemen
keterampilan klinik dan POA
D. Manfaat Penulisan
2
di ruangan, sehingga memahami dan mampu untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi dengan benar dan tepat
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
B. Konsep Penghitungan jumlah kebutuhan Keperawatan
1. Metoda Need (Douglas)
Petunjuk Penetapan Jumlah Klien Berdasarkan Derajat Ketergantungan
1) Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari
2) Setiap klien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi klien (minimal 3
kriteria)
3) Kelompokkan klien sesuai degan klasifikasi tersebut dengan
memberi tanda tally (1) pada kolom yang tersedia sehingga dalam
waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah klien yang ada
dalam klasifikasi minimal, partial, dan total Bila klien hanya
mempunyai I kriteria dari klasifkasi tersebut, maka klien
dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.
5
2. Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan : Loss Day dan Non Nursing Jobs
Rumus seperti pada perhitungan klasifikasi klien Jadi tenaga yang
dibutuhkan : Tenaga tersedia + faktor koreksi
= 12.5+ (3,4+3.9)
= 19,8 (dibulatkan 20 orang perawat)
C. Analisis SWOT
SWOT merupakan singkatan dari Strenghts (kekuatan), Weakness
(kelema han), Threats (ancaman), Opportunities (peluang). Analisis
SWOT adalah Identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi
perusahaan (Rangkuti, 2000). Dengan demikian dapat disimpulkan
analisis SWOT adalah identifikasi faktor lingkungan internal (Strengths &
Weakness) dan eksternal (Threats & Opportunities) dalam merumuskan
dan menganalisis tujuan serta sasaran organisasi melalui analisis yang
spesi fik terhadap situasi dan ide/gagasan sebagai perencanaan strategi.
1. Matriks SWOT
Matriks SWOT adalah machine tool yang mampu menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
oleh orga nisasi harus disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki.
Matriks SWOT terdiri dari :
a. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE).
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor internal organisasi berkaitan dengan
kekuatan dan kelema han yang dianggap penting.
Cara membuat matriks IFE yaitu :
1) Buatlah daftar critical success factors untuk aspek internal
kekua tan (strengths) dan kelemahan (weakness).
Menentukan rating se tiap critical success factors dengan
skala antara 1 sampai dengan 4 yaitu :
6
1 = kelemahan benar
2 = kelemahan kecil
3 = kekuatan kecil
4 = kekuatan besa
2) Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi
dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi dan
begitu pula yang sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus
sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung berdasarkan rata-
rata nilai kepentingan organisasi.
3) Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya dari masing-
masing faktor untuk menentukan nilai skornya.
Jika nilainya di bawah 2,5 menun- jukan bahwa secara
internal organisasi adalah lemah, sedang nilai yang berada di
atas 2.5 menunjukan posisi internal organisasi yang kuat.
2. Eksternal Factor Evaluation (EFE).
Matrik EFE digunakan Untuk menyimpulkan dan mengevaluasi hal-
hal yang menyangkut peluang dan ancaman yang ada dalam
lingkungan eksternal.
Cara membuat matriks EFE yaitu
a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek eksternal
mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
Menentukan rating setiap critical success factors dengan skala
antara 1 sampai dengan 4, yakni:
1. = Dibawah rata-rata
2. = Rata - rata
3. = Diatas rata-rata
4. = Sangat bagus
b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan
skala yang lebih tinggi yang berprestasi dan begitu pula yang
sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1.0. Nilai bobot
7
dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata nilai kepentingan
organisasi.
c. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya dari masing-masing
factor untuk menentukan nilai skornya.
Jadi rating mengacu pada kondisi diluar organisasi, sedangkan
bobot pada nilai kepentingan organisasi terhadap data kajian.
Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total organisasi.
Jika nilainya 1.0 menunjukan bahwa secara internal organisasi
tidak memanfaatkan pelu ang-peluang yang ada atau tidak
menghindari ancaman-ancaman ekter nal, sedang nilai yang 4,0
mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan cara luar
biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan meng hindari
ancaman-ancaman ekternal
8
C : Ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana).
A : Kemudahan masalah yang ada (muah diatasi atau tidak).
R : Kesiapan dari tenaga pelaksana.
L : Seberapa berpengaruh kriteria yang satu dengan yang lain.
Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor
0 –10.Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,
kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa
pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total
merupakan hasil perkalian: C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas
adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.
9
6) Evaluasi.
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti pada
gambar di bawah ini :
1) MasalahPengumpulan Data
2) Analisa Data
3) Mengembangkan pemecahan
4) Memilih alternative
5) Implementasi
6) Evaluasi
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas
adalah salah satu penyelesaian yangdinamis. Penyebab umum gagalnya
penyelesaian masalah adalah kurang tepat mengidentifikasimasalah. Oleh
karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling penting.
10
5) Adanya beberapa alternatif yang harus diperhatikan.
c. Berperan sebagai media komunikasi
1) Hal ini menjadi lebih penting apabila berbagai unit dalam
organisasi memiliki peran yang berbeda dalam pencapaian,
2) Dapat memotivasi pihak yang berkepentingan dalam pencapaian
sasaran.
2. Langkah Plan of Action (PoA)
a) Mengidentifikasi masalah dengan pernyataan masalah
(Diagram 6 kata : What, Who, When, Where, Why, How)
b) Setelah masalah diidentifikasi, tentukan solusi apa yang bisa
dilakukan.
c) Menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun dalam bentuk
matriks (Gantt Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan,
sasaran, target, waktu, besaran kegiatan (volume), dan hasil
yang diharapkan.
d) Bersama-sama dengan pihak yang berkepentingan menguji dan
melakukan validasi rencana kegiatan untuk
mendapatkankesepakatan dan dukungan.
11
Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009);
Friesen, White, dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar
prinsip serah terima pasien, yaitu :
a. Kepemimpinan dalam serah terima pasien :
Semakin luas proses serah terima (lebih banyak peserta dalam
kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi sangat penting
untuk mengelola serah terima pasien di klinis.
b. Pemahaman tentang serah terima pasien :
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa
serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian
penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat
pasien.
c. Peserta yang mengikuti serah terima pasien :
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan
mereka dalam tinjauan berkala tentang proses serah terima
pasien.
d. Waktu serah terima pasien :
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk
serah terima pasien. Ketepatan waktu serah terima sangat
penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan,
aman dan efektif,.
e. Tempat serah terima pasien :
Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap muka dan di
sisi tempat tidur pasien. maka pilihan lain harus
dipertimbangkan untuk memastikan serah terima pasien
berlangsung efektif dan aman.
3. Proses Handover
a. Standar protokol,
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran
peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/
pencatatan terakhir yang paling penting, latar belakang yang
12
relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan
yang perlu dilakukan.
b. Kondisi pasien memburuk, pada kondisi pasien memburuk,
meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat dan tepat pada
penurunan kondisi yang terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya, prioritaskan informasi penting
lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa, rencana
pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan
kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.
4. Jenis Handover
Serah terima pasien terjadi di seluruh kontinum perawatan
kesehatan dalam semua jenis pengaturan layanan. Ada berbagai
jenis serah terima pasien dari satu penyedia jasa perawatan
kesehatan kepada yang lain, seperti transfer pasien dari satu lokasi
ke lokasi lain dalam suatu rumah sakit atau transisi informasi dan
tanggung jawab selama serah terima pasien antar shift pada unit
yang sama.
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for
Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan Byers (2009)
beberapa jenis serah terima pasien yang berhubungan dengan
perawat, antara lain :
a. Serah terima pasien antar shift :
Metode serah terima pasien antar shift dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode, antara lain: secara lisan,
catatan tulisan tangan, di samping tempat tidur pasien, melalui
telepon, rekaman, nonverbal, menggunakan laporan elektronik,
cetakan komputer, dan memori.
b. Serah terima pasien antar unit keperawatan :
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit
keperawatan selama mereka tinggal di rumah sakit. Namun,
sejumlah faktor telah diidentifikasi berkontribusi terhadap
13
inefisiensi selama transfer pasien dari satu unit keperawatan ke
unit keperawatan yang lain.
c. Serah terima pasien antara unit perawatan dengan unit
pemeriksaan diagnostic :
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk
pemeriksaan diagnostik selama rawat inap. Pengiriman dari unit
keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik (misalnya;
radiologi, kateterisasi jantung, laboratorium, dll)
d. Serah terima pasien antar fasilitas kesehatan :
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas
yang lain sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda.
Pengiriman berlangsung antar rumah sakit ketika pasien
memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.
e. Serah terima pasien dan obat-obatan :
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat
dicegah, masalah tentang obatobatan sering terjadi, misalnya
saat mentransfer pasien, pergantian shift, dan cara
pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi
terhadap kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan
kesehatan.
Faktor eksternal dan internal individu atau kelompok
1. Komunikasi
Bahasa dapat menyebabkan masalah dalam beberapa cara
serah terima pasien. Dialek yang berbeda, aksen, dan nuansa dapat
disalahpahami atau disalahtafsirkan oleh perawat menerima
laporan..
2. Gangguan
Faktor-faktor situasional selama serah terima pasien yang
dapat berkontribusi sebagai gangguan. untuk mengatasi dengan
melaksanakan serah terima pasien di lokasi/lingkungan yang dapat
meminimalkan gangguan.
14
3. Kebisingan
Latar belakang suara, seperti; pager, telepon, handphone, suara
peralatan, alarm, dan berbicara, berkontribusi dalam meningkatkan
kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan
tafsiran informasi yang tidak tepat. untuk mengatainya dengan:
a. Menyediakan lokasi/ lingkungan serah terima pasien yang
memungkinkan mereka jelas dalam mendengar informasi.
b. Gunakan kebiasaan "membaca kembali" dan "mengulang
kembali" untuk mengurangi kesalahan komunikasi.
c. Gunakan klarifikasi fonetik dan angka
4. Kelelahan
Peningkatan kesalahan dapat terjadi oleh perawat yang
bekerja pada shift yang berkepanjangan. untuk mengatasi dengan
membatasi jumlah jam kerja untuk mengurangi kelelahan dan
kesalahan.
5. Pengetahuan/pengalaman
a. Perawat pemula dan perawat ahli memiliki kebutuhan dan
kemampuan yang berbeda.
b. Perawat pemula mungkin menghadapi masalah dengan serah
terima pasien.
c. Perawat pemula mungkin memerlukan informasi tambahan yang
lebih selama serah terima pasien.
15
c. Memberikan informasi terkait yang komprehensif, tapi
menghindari overload selama serah terima pasien.
6. Variasi dalam proses
Mungkin ada varians yang luas dalam melakukan cara
serah terima pasien yang dapat menyebabkan kelalaian dari
informasi penting dan berkontribusi untuk kesalahan dalam
tindakan dan obat – obatan.
Strategi untuk mengurangi kesalahan :
a. Mengadopsi pendekatan standar yang konsisten untuk
mengurangi kesalahan serah terima pasien.
b. Mengkomunikasikan informasi penting tentang proses
perawatan pasien.
c. Mengembangkan dan menerapkan proses yang sistematis
untuk manajemen obat pasien.
7. Faktor budaya Organisasi
Budaya organisasi yang tidak memiliki cukup perhatian
pada keselamatan pasien, staf mungkin enggan untuk melaporkan
masalah atau mungkin tidak merasa nyaman mengajukan
pertanyaan bila ada hal yang belum jelas saat serah terima pasien.
Strategi untuk mengurangi kesalahan:
a. Mendukung pengembangan budaya dalam menjaga
keselamatan pasien, di mana pelaporan kesalahan dan masalah
terkait budaya dapat didorong dan diterima sebagai keunikan.
b. Mendorong pengembangan "learning culture" dan "a just
culture"
16
BAB III
STUDI KASUS
Ruang Petra adalah ruangan rawat dewasa pria maupun wanita, pelayanan
yang diberikan yaitu multi penyakit, di dalamnya terdapat pelayanan dengan
penyakit dalam dan bedah. Ruang ini dikelola oleh seorang kepala ruangan
dengan lulusan S.Kep Ners yang sudah memiliki pengalaman kerja kurang lebih
15 tahun dan sudah mengikuti pelatihan manjemen unit bangsal yang
dilaksanakan oleh Rumah Sakit Immanuel . Ruang Petra mempunyai kapasitas
tempat tidur sebanyak 19 tempat tidur. ruang hana memiliki, 2 kapasitas kelas II
A dengan 1 ruangan 2 bed dan 1 ruangan isolasi 1 bed dan kelas II B dengan
jumlah 16 bed dan setiap ruangan 4 bed. BOR ruangan hana yaitu 70,55% dengan
rata-rata derajat ketergantungan pasien diruang hana yaitu self care, partial care
dan total care. Ruang Petra memiliki 10 fasilitas kamar mandi untuk pasien dan
keluarga dan 1 kamar mandi khusus untuk perawat. Ruang Petra memiliki jumlah
tenaga kerja secara keseluruhan yaitu 14 orang perawat. Berdasarkan tingkat
pendidikan, dari 14 orang perawat terdapat 6 lulusan S. Kep Ners (termasuk
kepala ruangan), dan 8 orang lulusan D3 Keperawatan. Dalam pelaksaaan
handover perawat melakukan sesuai dengan pengetahuan masing-masing. Buku
panduan handover dan SOP serta laporan harian perawat pelaksana setiap shift
tidak ada. Pertanyaan Penuntun Diskusi :
17
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Bor x TT
Minimal care = 3
Parsial care = 10
Total care = 1
1. Shif pagi
b) Minimal care = 3 x 0.17 = 0,51
c) Parsial care = 10 x 0.27 = 2,7
d) Total care = 1 x 0,36 = 0,36
Total tenaga perawat pada shif pagi 3,57 = 4 Perawat
2. Shif siang
a) Minimal care = 3 x 0,14 = 0,42
18
b) Parsial care = 10 x 0,15 = 1,5
c) Total care = 1 x 0,30 = 0.30
Total tenaga perawat pada shif siang 2,22 = 3 Perwat
3. Shif malam
a) Minimal care = 3 x 0,07 = 0,21
b) Parsial care = 10 x 0,10 = 1
c) Total care = 1 x 0,20 = 0,2
Total tenaga perawat pada shif malam 1,41 = 2 Perawat
Total tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 3,57 + 2,22 + 1,41
= 7,2 kurang lebih 8-9 perawat
Jumlah tenaga lepas perhari :
86 x 9 = 2,77 ( dibulatkan menjadi 3 )
279
keterangan :
19
B. Metode Gillies
C. Metode Depkes
Perhitungan jumlah tenaga perawat dengan metode DEPKES 2005
Rumus :
∑ jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x ∑ TT x BOR + koreksi 25%
40 minggu x 40 jam
20
2. Uraikan penyusunan analisa SWOT pada kasus diatas.?
A. Strenght
1. Ruang Petra adalah ruangan rawat dewasa pria maupun wanita
2. Ruang ini dikelola oleh seorang kepala ruangan dengan lulusan
S.Kep Ners yang sudah
3. Kepala ruangan memiliki pengalaman kerja kurang lebih 15 tahun
dan sudah mengikuti pelatihan manjemen unit bangsal yang
dilaksanakan oleh Rumah Sakit Immanuel
4. Ruang Petra mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 19
tempat tidur.
5. Memiliki2 kapasitas kelas II A
6. BOR ruangan hana yaitu 70,55%
7. Memiliki 10 fasilitas kamar mandi untuk pasien dan keluarga dan 1
kamar mandi khusus untuk perawat
8. Jumlah tenaga perawat sebanyak 14 perawat
9. 6 orang lulusan S. Kep Ners
10. 8 orang lulusan D3 Keperawatan.
B. Weekness
1. Dalam pelaksaaan handover perawat melakukan sesuai dengan
pengetahuan masing-masing
2. Buku panduan handover dan SOP tidak ada
3. Laporan harian perawat pelaksana setiap shift tidak ada.
C. Opportunity
1. Kebijakan rumah sakit mengenai mengenai pelaksaan handover
sesuai buku panduan
2. Peraturan mentri Kesehatan Nomer 11 /MANKES/ PER/ 2017
pasal 5 ayat 4 Tentang keselamatan pasien di rumah sakit salah
satunya menyebutkan bahwa komunikasi merupakan kunci
bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
3. SK Mankes No.423/ SK Mankes/ SK/ IV/ 2007 Tentang
pedoman menegemen K3 di rumah sakit dan OHSAS 18001
21
Tentang standar menejemen K3 yang berfokus untuk
meningkatkan pelayanan kesehatn di rumah sakit.
4. Kebijakan pemerintah tentang pengembangan jenjang karir
perawat
D. Threat
1. Adanya ruangan yang fasilitasnya lebih di akomodasikan
2. Adanya complain dari kepala bidang keperawatan tentang
pelaksanaan handover yang tidak sesuai panduan
Matriks IFE
22
2. Buku panduan handover dan SOP tidak ada 0,13 2 0,26
3. Laporan harian perawat pelaksana setiap shift tidak ada.
Total nilai 1 0,76
Total niali IFE 2,52
Keterangan :
1. Jika nilai di atas 2,5 : Strength
2. Jika nilai di bawah 2,5 : Weeknes
Matriks EFE
23
1. Jika range nilai 3-4 : Opportunity
2. Jika range kurang daei 3 : Threat
DIAGRAM KARTESIUS
24
Aggressive Strategy O Turn Around Strategy
3,1 3
2,52 1
S 1 2 3 4 5 6 W
6 5 4 3 2 1
Kuadran II T Kuadran IV
Berdasarkan hasil matriks IFE dan EFE, dan dari diagram kartesius diatas ruangan
petra berada di posisi kuadran 1 yaitu strategi Aggressive Strategialternatifnya
adalah yaitu strategi yang memiliki kekuatan internal dan memanfaatkan peluang
peluang eksternal.
25
2) Mendemonstrasikan dan sosialisasikan buku panduan dan SOP
serah terima pasien (Handover) diruangan.
3) Mengesahkan SK Mankes No.423/ SK Mankes/ SK/ IV/ 2007
Tentang pedoman menegemen K3 di rumah sakit dan OHSAS
18001 Tentang standar menejemen K3 yang berfokus untuk
meningkatkan pelayanan kesehatn di rumah sakit.
4) Memotivasi perawat untuk melaksanakan handover sesuai dengan
buku panduan
26
3. Uraikan penyusunan analisa fishbone pada kasus diatas.?
Kurangnya standarisasi
ruangan
Money Environment
27
Man Material Method
Tidak adanya realisasi anggaran khusus Tidak adanya ruangan khusus untuk
terkait pengesahan SOP handover kegiatan handover
28
4. Uraikan perumusan masalah dan prioritas masalah pada kasus
diatas.?
1. Tidak adanya buku panduan/ sop dan laporan harian di ruangan petra
2. Ketidakefektipan perawat dalam melakukan kegiatan serah terima
pasien
A. Metode Carl
1. Capability : Ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
prasarana)
2. Accessibility : Kemudahan masalah yang ada (mudah diatasi atau
tidak)
3. Readiness : Kesiapan dari tenaga pelaksana
4. Leverage : Seberapa Pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
Range Nilai :
1 = Sangat tidak penting
2 = Tidak penting
3 = Cukup penting
4 = Penting
5 = Sangat penting
29
5. Uraikan penyusunan metode solusi penyelesaian masalah serta
jelaskan bagaimana teknik manajemen keterampilan klinik yang
tepat dalam meningkatkan kompetensi perawat.?
A. Metode solusi penyelesaian masalah
Metode Carl
C = Capability: Kemampuan melaksanakan alternatif
A = Accesability: Kemudahan dalam melaksanakan alternatif
R = Readiness: Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
L= Leverage: Daya ungkit alternatif tersebut dalam penyelesaian
masalah
Rentang Nilai Yang Digunakan Nilai 1 sampai 5
5 = Sangat mampu
4 = Mampu
3 = Cukup
2 = Kurang Mampuj
1 = Tidak Mampu
Masalah :
1. Membuat buku panduan perawat serah terima pasien koordinasi dan tim
untuk
30
a. Menyusun kelompok kerja
b. Mengadakan Mini Seminar tentang Handover
2. Koordinasi komuniakssi kepala ruangan untuk bekerja sama dengan
bagian komite keperawattan untuk pengesahan SOP handover
a. Sosialisasi Handover
b. Pelaksanaan Handover
31
disampaikan dalam timbang
terima :
a. Aspek umum yang meliputi :
MI s/d MS :
b. Jumlah pasien
c. Identitas pasien dan diagnosa
medis
d. Data ( keluhan / subjektif dan
objektif )
e. Masalah keperawatan yang
masih muncul
f. intervensi keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum)
g. Intervensi kolaboratif dan
dependen
h. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang dan
program lainnya)
32
singkat dan padat oleh perawat
jaga ( NIC )
5. Perawat jaga sif selanjutnya
dapat melakukan klasifikasi,
tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal – hal
yang telah ditimbang
terimakan dan berhak
menyanyakan mengenai hal –
hal yang kurang jelas
33
timbang 2. Pelaporan untuk timbang station
terima terima dituliskan secara
langsung pada format timbang
terima yang ditandatangani
oleh PP yang jaga saat itu dan
PP yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala ruang
3. Ditutup oleh kepala ruangan
34
7. Uraikan penyusunan Planning Of Action pada kasus diatas.?
35
2. Mendemonstrasikan
Handover
a. Pelaksanaan
Kegiatan
b. Evaluasi Kegiatan
2 SOP tidak ada 1. Agar perawat mampu Perawat 1. Membuat SOP 1. Melakukan mini Kepala 2 Minggu 1.000.000
menerapkan dalam di handover yang seminar mengenai ruangan
setiap kegiatan serah ruangan berkoordinasi pentingnya Handover =Sekar
terima pasien dilakukan petra dengan Komite dilakukan dengan PJ shif
secara efektif sesuai Keperawatan efektif =Raja
prosedur 2. Melakukan diskusi a) Tahapan Mini Seminar
2. Memberikan edukasi antar staf - Berapa Peserta
pada perawat tentang keperawatan - Penentuan Topik
pentingnya serah terima 3. Menentukan PJ - Tanya jawab
psien di lakukan dengan serah terima pasien - Penutup
benar dan sesuai buku 4. Melaksanakan 2. Mensosialisasikan
panduan dan SOP timbang terima Kembali tentang
setiap pergantian pentingnya SOP
shif Handover
36
5. Melakukan evaluasi 3. Melakukan
tentang SOP pelaksanaan kegiatan
Handover Handover dengan
6. Dokumentasi efektif
4. Melakukan evaluasi
tentang SOP Handover
37
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Frederick W. taylor mengemukakan bahwa teori manajemen
diibaratkan sebagai suatu mesin. Penekanan utamanya adalah produksi
yang efisien dan cepat. Motivasi pekerja dan manajemen dipengaruhi
kepuasan dalam bekerja sama untuk meningkatkan produksi. (Nursalam,
2016)
Metode modular merupakan variasi metode primer dan tim tetapi
dengan menggunakan tenaga perawat dari berbagai klasifikasi. Sama juga
dengan metode tim dimana perawat bekerjasama dengan perawat
associate. Modul bias juga modifikasi dari penerapan metode primer
dengan membuat pasangan antara 2-3 perawar yang merawat pasien
datang sampai pulang. Satu modul bertanggung jawab terhadap 8-12
pasien, bila modul tidak dinas maka bias digantikan oleh modul lain.
Perawat associate. Perawat primer bisa lulusan ners dengan pengalaman
kerja 2 tahun atau lulusan diploma tiga keperawatan dengan pengalaman
kerja minimal 5 tahun. Penerapan kebijakan ini tergantung dari suatu
rumah sakit. (Blacius dedi, 2019)
Metoda Need (Douglas) Petunjuk Penetapan Jumlah Klien
Berdasarkan Derajat Ketergantungan 1) Dilakukan 1 kali sehari pada
waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama
22 hari 2) Setiap klien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi klien
(minimal 3 kriteria) 3) Kelompokkan klien sesuai degan klasifikasi
tersebut dengan memberi tanda tally (1) pada kolom yang tersedia
sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah klien yang
ada dalam klasifikasi minimal, partial, dan total Bila klien hanya
mempunyai I kriteria dari klasifkasi tersebut, maka klien dikelompokkan
pada klasifikasi diatasnya.
38
Prinsip Handover Australian Resource Centre for Healthcare
Innovation (2009); Friesen, White, dan Byers (2009) memperkenalkan
enam standar prinsip serah terima pasien, yaitu : Kepemimpinan dalam
serah terima pasien : Semakin luas proses serah terima (lebih banyak
peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi sangat
penting untuk mengelola serah terima pasien di klinis.
Proses Handover : Standar protokol, Standar protokol harus jelas
mengidentifikasi pasien dan peran peserta, kondisi klinis dari pasien,
daftar pengamatan/ pencatatan terakhir yang paling penting, latar belakang
yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang
perlu dilakukan.
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for
Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan Byers (2009) beberapa
jenis serah terima pasien yang berhubungan dengan perawat, antara lain :
Serah terima pasien antar shift : Metode serah terima pasien antar shift
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, antara lain: secara
lisan, catatan tulisan tangan, di samping tempat tidur pasien, melalui
telepon, rekaman, nonverbal, menggunakan laporan elektronik, cetakan
komputer, dan memori.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk
kedepannya kami akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail
dengan sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan
oleh kami.
39
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Yaslis. (2006). Perencanaan SDM Rumah Sakit. Jakarta: FKM UI.
40
Wati, Widya.(2018).Analis SWOT DALAM UPAYA Peningkatan Mutu
Pelayanan Keperawatan Di RS. TK III DR Reksodiryo.Universitas Andalas.
41