Disusun Oleh :
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas segala rahmat dan
berkatNya kami dapat menyusun serta menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini saya membahas ” Identifikasi Pengelolaan Unit Rawat
Inap dengan Pendekatan Analisis SWOT, Perumusan Masalah, Prioritas Masalah,
Fishbone Analysis, Solusi Pemecahan Masalah dan Planning Of Action “.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
sehingga masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan diterima sebagai suatu masukan yang berharga. Harapan saya semoga
karya tulis ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca. Demikian makalah ini
penulis buat, semoga amal dan budi yang telah diberikan kepada semua pihak mendapat
imbalan pahala dan selalu dalam lindungan Tuhan YME, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I...................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................
2.1 Pendekatan Analisis SWOT
2.2 Pendekatan Rumusan Masalah
2.3 pendekatan rumusan masalah .......................................................................................
2.4 Pendekatan Fishbone Analysis......................................................................................
2.5 Pendekatan Solusi pemecahan Masalah........................................................................
2.6 Pendekatan Planning Of Action....................................................................................
BAB III................................................................................................................................
PEMBAHASAN..................................................................................................................
3.1 Modul.............................................................................................................................
BAB IV................................................................................................................................
PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya pendekatan analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas masalah,
fishbone analysis, solusi pemecahan masalah dan planning of action (PoA) sangat
membantu perawat pada saat pengelolaan unit di ruang rawat inap. Dengan 6
pendekatan tersebut kita bisa memperaiki pengolaan ruang rawat inap.
Banyak nya kendala yang mengharuskan perawat memahami dan menerapkan
analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas masalah, fishbone analysis, solusi
pemecahan masalah dan planning of action (PoA) pada saat pengelolaan ruang rawat
inap. Penerapan ini hal yang harus diperkenalkan kepada mahasiswa mahasiswi calon
perawat.
Sebagai tenaga keperawatan professional dalam berbagai tingkat seperti top
manager, middle manager, lower manager, dan perawat pelaksana yang memiliki
tanggung jawab atas pengolaan pelayanan keperawatan di rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien yang masuk ke rumah sakit yang
menggunakan tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi
medik dan penunjang medik lainnya (DEPKES RI, 1987)
Ruang rawat inap merupakan tempat dimana pelayanan pasien yang masuk ke
rumah sakit untuk menggunakan tempat tidur yang meninjau keperluan observasi,
diagnosis,terapi, dan perawatan lain nya.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mengetahui Identifikasi pengelolaan unit rawat inap dengan
pendekatan analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas masalah, fishbone
analysis, solusi pemecahan masalah dan planning of action
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
analisis SWOT.
2. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
perumusan masalah.
3. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
prioritas masalah.
4. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
fishbone analysis.
5. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan solusi
pemecahan masalah.
6. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
planning of action.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats)
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :
1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini.
2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini.
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar
organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa
depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi
dimasa depan.
Selain empat komponen dasar ini, analisa SWOT, dalam proses
penganalisaannya akan berkembang menjadi beberapa Subkomponen yang
jumlahnya tergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing-masing
subkomponen adalah pengejawantahan dari masing-masing komponen, seperti
Komponen Strength mungkin memiliki 12 subkomponen, Komponen Weakness
mungkin memiliki 8 subkomponen dan seterusnya.
Jenis-Jenis Analisis SWOT
1. Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan
antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena
diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan yang
tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang
harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu
memiliki satu pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O)
harus memiliki satu pasangan satu Threath (T).
Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan
dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penilaian. Penilaian
dilakukan dengan cara memberikan skor pada masing -masing subkomponen,
dimana satu subkomponen dibandingkan dengan subkomponen yang lain dalam
komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal. Subkomponen yang lebih
menentukan dalam jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar
penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar
subyektifitas penilaian.
2. Model Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda
jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya
adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen.
Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan
subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu
subkomponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu,
SubKomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas
dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak
dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya,
SubKomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6
buah.
Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan
pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak boleh
berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat
menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan
tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana
menetapkan tujuan adalah bahasan selanjutnya yaitu membangun visi-misi
organisasi atau program.
1. Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi)
Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas
peluang yang telah diidentifikasi. Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah
pada keunggulan teknologinya, maka keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk
mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan kualitas yang
lebih maju, yang keberadaanya dan kebutuhannya telah diidentifikasi pada
analisis kesempatan.
2. Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi)
Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena
kelemahan perusahaan. Misalnya jaringan distribusi ke pasar tersebut tidak
dipunyai oleh perusahaan. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah
bekerjasama dengan perusahaan yang mempunyai kemampuan menggarap pasar
tersebut. Pilihan strategi lain adalah mengatasi kelemahan agar dapat
memanfaatkan kesempatan.
3. Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min)
Dalam analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi ini
mencoba mencari kekuatan yang dimiliki perusahaan yang dapat mengurangi
atau menangkal ancaman tersebut. Misalnya ancaman perang harga.
4. Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini)
Dalam situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi
yang umumnya dilakukan adalah “keluar” dari situasi yang terjepit tersebut.
Keputusan yang diambil adalah “mencairkan” sumber daya yang terikat pada
situasi yang mengancam tersebut, dan mengalihkannya pada usaha lain yang
lebih cerah. Siasat lainnya adalah mengadakan kerjasama dengan satu
perusahaan yang lebih kuat, dengan harapan ancaman di suatu saat akan hilang.
Dengan mengetahui situasi yang akan dihadapi, anak perusahaan dapat
mengambil langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil
kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat
menerapkan strategi yang tepat.
Bagi yang bisa bekerja di lapangan sering hal ini dianggap menyita waktu,
karena menganggap telah biasa melaksanakan. Keadaan seperti ini akan
menghambat proses bekerja dari pengalaman.
Karena POA akan jelas :
1) apa yang dilakukan
2) bagaimana melakukan
3) bagaimana cara mengukur hasil
Dengan POA yang tercatat, akan bisa dievaluasi untuk dapat meningkatkan
mutu pelayanan. Disadari, suatu konsep/ cetak biru tanpa tindak lanjut atau
pelaksanaan dibaratkan wacana atau "buzz word" yang tidak memberikan nilai
tambah bagi kebaikan dan kemajuan organisasi.Sedangkan pelaksanaan/
kegiatan tanpa konsep, akuntabilitas pihak pelaksana dan target-target dan
ukuran akan mengundang kekacauan.Ibarat nahkoda tanpa haluan,
kegiatankegiatan yang dijalankan diatas menjadi semacam kumpulan kegiatan
reaktif, tidak berpola.Sehingga dalam jangka panjang akan mengakibatkan
demotivasi para anggota organisasi dan bahkan akan menyebabkan organisasi
berhenti bertumbuh, dimana organisasi hanyut kedalam "pusaran ritual" vang
berputar di satu tempat.
Proses action planning memerlukan keterampilan, komitmen dan motivasi
tinggi dar para pelaksana. Keterampilan, keahlian, competency, pengalaman
yang didapat merupakan modal dasar penentu bagi sukses atau tidaknya
pelaksanaan cetak biru tersebut.tanpa bekal keterampilan, keahlian, competency
yang dibutuhkan serta pengalaman yang memadai, maka pencapaian target
terhadap hasil yang diharapkan oleh atasan akan jauh.
Komitmen di sisi lain diperlukan, meskipun si pelaksana memiliki
keterampilan yang mumpuni.Namun tanpa komitmen,integritas,loyalitas si
pelaksana pada pekerjaan, maka pencapaian target akan menyimpang dari yang
diharapkan. Motivasi, semangat,spirit untuk menjalankan pekerjaan hingga
tuntas sangat diperlukan untuk memastikan tidak ada waktu/ tenaga yang
terbuang (tidak terarah) untuk mengerjakan hal-hal yang tidak memberikan
kontribusi bagi organisasi.
In action 3 modal dasar (keterampilan, komitmen, motivasi) secara
berimbang menjamin tidak adanya peluang untuk tidak menjalankan apa yang
telah dijanjikan pelaksana diawal, penyimpanan target, dan terbuangnya waktu
dan tenaga sia-sia.
Komponen Plan of action
Bagaimana komponen atau tahap-tahap penting bagi POA yang harus ada. Dan
harus menjamin :
1) Kelengkapan rencana
PEMBAHASAN
STUDI KASUS:
Ruang bedah memiliki tenaga perawat sebanyak 15 orang dengan tingkat Pendidikan S1
Ners 5 orang , DIII Keperawatan 10 orang , memiliki bed 25 TT dengan BOR 65% ,
derajat ketergantungan pasien terdiri dari minimal care 15orang , pertial care 9orang
total care 1orang . Kualifikasi Pendidikan kepala ruangan Ners Spesialis keperawatan
medical bedah dengan masa kerja 25tahun . Ruang bedah memiliki 1 orang administrasi
, 1orang ambulator dan 4 cleaning service . seluruh perawat sudah mengikuti pelatihan
komunikasi layanan kesehatan . metode keperawatan yang digunakan dengan metode
tim. ruang bedah sudah menerapkan discharge planning pada pasien tetapi dalam
pelaksanaannya belum optimal .
DISKUSI KELOMPOK:
Bagaimana melakukan identifikasi pengelolaan unit rawat ianp dengan pendekatan
analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas masalah, fishbone analysis, solusi
pemecahan masalah dan planning of action (PoA)?
PEMBAHASAN KELOMPOK:
Diketahui:
Tenaga keperawatan 15 orang dengan,
Proporsi perawat S1 Ners : 5 perawat
Proporsi perawat vokasi : 10 perawat
Bed 25 TT
Bor 65%
Ketergantungan pasien:
minimal care 15 orang
Partial care 9 orang
Total care 1
Kualifikasi Pendidikan kepala ruangan ners spesialis keperawatan medical bedah
dengan massa kerja 25 tahun
1 orang administrasi
1 orang ambulatori
4 orang cleaning service
1. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan klien per hari
Mandiri care 15. 2 = 30 jam
Partial care 9. 3 = 27 jam
Total care 1. 6 = 6 jam
Keperawatan tidak langsung 65/100. 25= 16,25 dibulatkan 16 klien 16.1= 16 jam
Penyuluhan Kesehatan 16.0,25= 4 jam
Jumlah 83 jam
2. Menentukan jumlah jam keperawatan per klien
83 jam/ 16 klien = 5,18 jam/ klien/hari
3. Menemtukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dalam ruangan dengan
rumus (Gillies,1989)
Kebutuhan tenaga keperawatan (5,18.16.365)/ ((365-128).7)= 18,23 dibulatkan 18
perawat
18+20%= 22 perawat
4. Menentukan jumlah kebutuhan perawat / hari (16 klien . 5,18 jam)/ 7=
11,84 dibulatkan 12 perawat
5. Shift pagi 47% -----47/100.12= 5,6 dibulatkan 6 perawat
Shift siang 36%-----36/100.12=4,32 dibulatkan 4 perawat
Shift malam 17 %---17/100.12=2,04 dibulatkan 2 perawat
6. Kombinasi jumlah tenaga keperawatan
58% S1 Keperawatan 6,96 dibulatkan 7 perawat
26% DIII Keperawatan 3,12 dibulatkan 3 perawat
16% SPK 1,92 dibulatkan 2 perawat
7. Professional 55% 6,6 dibulatkan 7
Non professional 45% 5,4 dibulatkan 5
Analisis SWOT yang digunakan ialah kualitatif, dimana masing masing
komponen berdiri bebas
S( Kekuatan) :
seluruh perawat sudah mengikuti pelatihan komunikasi pelayanan Kesehatan
adanya kualifikasi Pendidikan kepala ruangan ners spesialis keperawatan medical
bedah dengan massa kerja 25 tahun
W( kelemahan):
Tenaga keperawatan melebihi kebutuhan tenaga rawat inap
discharge planning belum optimal
proporsi tenaga keperawatan s1 profesi ners kurang dari kebutuhan
proporsi tenaga kesehatan vokasi melebihi kebutuhan yang dipelukan
O(peluang):
Dalam studi kasus tidak ditunjukan nya peluang dari luar organisasi namun adanya
kebijakan pemerintah tentang adanya pengembangan jenjang karir professional perawat.
T(ancaman):
Dalam studi kasus tidak diperlihatkan nya adanya ancaman dari luar organisasi namun
salah satu ancaman yang dapat muncul ialah persaingan antar rumah sakit.
Strategi yang dibutuhkan ialah strategi WT
FISHBONE ANALYSIS
Analisis sebab akibat
man
Kebutuhan tenaga keperawatan yang kurang sesuai
Proporsi tenaga keperawatan S1 Ners dan vokasi tidak sesuai
Money
Tidak sesuai nya pemasukan dengan pengeluaran berhubungan mengenai jumlah tenaga
keperawatan
Methode
Metode tim dengan ketua tim yang belum diperlihatkan di studi kasus dan discharge
planning yang belum optimal
Material
Kurangnya perhitungan jumlah kebutuhan perawat profesi ners maupun vokasi
Machine
Keterbatasan penggunaan APD dengan tenaga perawat yang berlebih
Environment
Keadaan bed perawat tidak terisi penuh, hanya terisis 65% ialah 16 bed
PERUMUSAN MASALAH
Kebutuhan Tenaga keperawatan di ruang bedah
Proporsi tenaga keperawatan s1 ners dengan vokasi
PRIORITAS MASALAH
Proporsi tenaga keperawatan s1 ners dan vokasi
S1 ners harusnya 7 perawat
Vokasi harusnya 5 perawat
Total perawat yang dianjurkan di ruang bedah ada 12 perawat
PLAN OF ACTION
Rencana kedepannya bisa saja dengan adanya kebijakan pemerintah tentang adanya
pengembangan jenjang karir professional perawat maka perawat vokasi bisa mengikuti
Pendidikan agar memenuhi kualifikasi di ruang bedah dan kita tidak perlu lagi merekrut
s1 ners untuk menghindari masalah yang akan dihadapi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil bahwa menurut Philip Kotler diartikan
sebagai evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (purangga (2016) analisis SWOT diartikan
sebagai:“analisa yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Fishbone diagram (diagram tulang ikan) sering disebut juga diagram Ishikawa atau
cause and effect diagram (diagram sebab-akibat). Fishbone diagram adalah alat untuk
mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis
masalah tersebut melalui sesi brainstorming. (Andhika, 2017)
Plan of action adalah rencana yang sifatnya arahan yang bisa dilaksanakan. Jadi
berupa suatu rencana yang telah diatur agar bisa direncanakan.
Prioritas Masalah adalah Suatu pendekatan yang memberikan kesempatan bagi
para perencana dan pengelola program bidang kesehatan untuk dapat membangun
gagasan-gagasan atau ide-ide dan mendefinisikan persoalan –persoalan yang ada
dengan cara membuat asumsi-asumsi dan selanjutnya yang mendapatkan
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat dijadikan sebagai acuan bagi perawat
atau mahasiswa keperawatan dalam Melakukan identifikasi pengelolaan unit
rawat inap dengan pendekatan analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas
masalah, fishbone analysis, solusi pemecahan masalah dan POA
DAFTAR PUSTAKA