Anda di halaman 1dari 27

Identifikasi Pengelolaan Unit Rawat Inap dengan Pendekatan Analisis SWOT,

Perumusan Masalah, Prioritas Masalah, Fishbone Analysis, Solusi Pemecahan Masalah


dan Planning Of Action
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan 2

Dosen Ampu: Herwinda Sinaga, S.Kep, Ners,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Adinda Egdina Febriane 1420119002


2. Annatasya Millenia 1420119026
3. Bella Alfilayli Nikmah 1420119028
4. Sintia Girimis 1420119052
5. Sweetli Priskilla Rogi 1420119025

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas segala rahmat dan
berkatNya kami dapat menyusun serta menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini saya membahas ” Identifikasi Pengelolaan Unit Rawat
Inap dengan Pendekatan Analisis SWOT, Perumusan Masalah, Prioritas Masalah,
Fishbone Analysis, Solusi Pemecahan Masalah dan Planning Of Action “.

Dalam penyusunan makalah ini banyak mendapatkan bantuan berupa arahan,


bimbangan serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Lidya Maryani ,S.kep.,Ners.,M.M,M.Kep selaku dosen Kepemimpinan dan


Manajemen Keperawatan 2
2. Kepada orang tua kami yang telah memberikan dukungan dalam segi materi
dan do’a.
3. Kepada teman-teman kelompok 6 yang telah bekerja sama dalam penyusunan
makalah ini.

            Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
sehingga masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan diterima sebagai suatu masukan yang berharga. Harapan saya semoga
karya tulis ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca. Demikian makalah ini
penulis buat, semoga amal dan budi yang telah diberikan kepada semua pihak mendapat
imbalan pahala dan selalu dalam lindungan Tuhan YME, Amin.

Bandung, 04 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I...................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................
2.1 Pendekatan Analisis SWOT
2.2 Pendekatan Rumusan Masalah
2.3 pendekatan rumusan masalah .......................................................................................
2.4 Pendekatan Fishbone Analysis......................................................................................
2.5 Pendekatan Solusi pemecahan Masalah........................................................................
2.6 Pendekatan Planning Of Action....................................................................................
BAB III................................................................................................................................
PEMBAHASAN..................................................................................................................
3.1 Modul.............................................................................................................................
BAB IV................................................................................................................................
PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya pendekatan analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas masalah,
fishbone analysis, solusi pemecahan masalah dan planning of action (PoA) sangat
membantu perawat pada saat pengelolaan unit di ruang rawat inap. Dengan 6
pendekatan tersebut kita bisa memperaiki pengolaan ruang rawat inap.
Banyak nya kendala yang mengharuskan perawat memahami dan menerapkan
analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas masalah, fishbone analysis, solusi
pemecahan masalah dan planning of action (PoA) pada saat pengelolaan ruang rawat
inap. Penerapan ini hal yang harus diperkenalkan kepada mahasiswa mahasiswi calon
perawat.
Sebagai tenaga keperawatan professional dalam berbagai tingkat seperti top
manager, middle manager, lower manager, dan perawat pelaksana yang memiliki
tanggung jawab atas pengolaan pelayanan keperawatan di rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien yang masuk ke rumah sakit yang
menggunakan tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi
medik dan penunjang medik lainnya (DEPKES RI, 1987)
Ruang rawat inap merupakan tempat dimana pelayanan pasien yang masuk ke
rumah sakit untuk menggunakan tempat tidur yang meninjau keperluan observasi,
diagnosis,terapi, dan perawatan lain nya.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana penerapan pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
analisis SWOT?
2) Bagaimana penerapan pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
perumusan masalah?
3) Bagaimana penerapan pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
prioritas masalah?
4) Bagaimana penerapan pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
fishbone analysis?
5) Bagaimana penerapan pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
solusi pemecahan masalah?
6) Bagaimana penerapan pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
planning of action?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mengetahui Identifikasi pengelolaan unit rawat inap dengan
pendekatan analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas masalah, fishbone
analysis, solusi pemecahan masalah dan planning of action
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
analisis SWOT.
2. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
perumusan masalah.
3. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
prioritas masalah.
4. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
fishbone analysis.
5. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan solusi
pemecahan masalah.
6. Untuk mengetahui pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
planning of action.

1.4 Manfaat Penulisan


1) Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbang pemikiran dan
informasi tentang Identifikasi pengelolaan unit rawat inap dengan pendekatan
analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas masalah, fishbone analysis,
solusi pemecahan masalah dan planning of action.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca
Sebagai sarana dalam menambah pengetahuan dalam Identifikasi pengelolaan
unit rawat inap dengan pendekatan analisis SWOT, perumusan masalah,
prioritas masalah, fishbone analysis, solusi pemecahan masalah dan planning
of action
.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats)
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :
1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini.
2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini.
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar
organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa
depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi
dimasa depan.
Selain empat komponen dasar ini, analisa SWOT, dalam proses
penganalisaannya akan berkembang menjadi beberapa Subkomponen yang
jumlahnya tergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing-masing
subkomponen adalah pengejawantahan dari masing-masing komponen, seperti
Komponen Strength mungkin memiliki 12 subkomponen, Komponen Weakness
mungkin memiliki 8 subkomponen dan seterusnya.
Jenis-Jenis Analisis SWOT
1. Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan
antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena
diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan yang
tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang
harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu
memiliki satu pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O)
harus memiliki satu pasangan satu Threath (T).
Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan
dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penilaian. Penilaian
dilakukan dengan cara memberikan skor pada masing -masing subkomponen,
dimana satu subkomponen dibandingkan dengan subkomponen yang lain dalam
komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal. Subkomponen yang lebih
menentukan dalam jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar
penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar
subyektifitas penilaian.
2. Model Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda
jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya
adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen.
Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan
subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu
subkomponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu,
SubKomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas
dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak
dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya,
SubKomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6
buah.
Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan
pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak boleh
berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat
menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan
tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana
menetapkan tujuan adalah bahasan selanjutnya yaitu membangun visi-misi
organisasi atau program.
1. Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi)
Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas
peluang yang telah diidentifikasi. Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah
pada keunggulan teknologinya, maka keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk
mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan kualitas yang
lebih maju, yang keberadaanya dan kebutuhannya telah diidentifikasi pada
analisis kesempatan.
2. Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi)
Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena
kelemahan perusahaan. Misalnya jaringan distribusi ke pasar tersebut tidak
dipunyai oleh perusahaan. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah
bekerjasama dengan perusahaan yang mempunyai kemampuan menggarap pasar
tersebut. Pilihan strategi lain adalah mengatasi kelemahan agar dapat
memanfaatkan kesempatan.
3. Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min)
Dalam analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi ini
mencoba mencari kekuatan yang dimiliki perusahaan yang dapat mengurangi
atau menangkal ancaman tersebut. Misalnya ancaman perang harga.
4. Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini)
Dalam situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi
yang umumnya dilakukan adalah “keluar” dari situasi yang terjepit tersebut.
Keputusan yang diambil adalah “mencairkan” sumber daya yang terikat pada
situasi yang mengancam tersebut, dan mengalihkannya pada usaha lain yang
lebih cerah. Siasat lainnya adalah mengadakan kerjasama dengan satu
perusahaan yang lebih kuat, dengan harapan ancaman di suatu saat akan hilang.
Dengan mengetahui situasi yang akan dihadapi, anak perusahaan dapat
mengambil langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil
kebijakan-kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat
menerapkan strategi yang tepat.

Manfaat Analisa SWOT


1. Untuk melakukan perencanaan dalam upaya mengantisipasi masa depan
dengan melakukan pengkajian bedasarkan pengalaman masa lampau, ditopang
sumber daya dan kemampuan yang miliki saat ini yang akan diproyeksikan
kemasa depan.
2. Untuk menganalisis kesempatan/peluang dan kekuatan dalam membuat
rencana jangka panjang.
3. Untuk mengatasi ancaman dan kelemahan yang mempunyai kecendrungan
menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana untuk perbaikan.
4. Untuk mengidentifikasi Faktor eksternal (O dan S) dan Faktor Internal (S da
W).

2.2 Pendekatan Perumusan Masalah


Terdapat beragam problematika yang terjadi pada proses rawat inap
pasien. Masalah tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor mulai dari
fasilitas, jumlah tenaga kerja dan juga faktor-faktor lain. Masalah dapat
dievaluasi secara internal atau datang dari feedback pelanggan atau konsumen
dalam bentuk keluhan.

Keluhan adalah ungkapan rasa kurang puas yang dirasakan oleh


pelanggan terhadap satu produk atau layanan baik berupa lisan maupun tulisan
dari pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Pasien selaku pelanggan
eksternal tidak cuma mengharapkan kesembuhan dari sakit yang diderita
(outcome pelayanan), tetapi juga mengalami dan menilai seperti apa pasien
diperlakukan oleh pihak rumah sakit atau puskesmas. Hasil pelayanan kesehatan
adalah luaran klinis, manfaat yang diperoleh oleh pelanggan dan pengalaman
pelanggan yang berupa kepuasan atau kekecewaan.
Menurut Yacobalis (1989) sebagaimana dikutip Sabarguna (2008:12)
kepuasan pasien merupakan nilai subjektif tehadap mutu pelayanan yang
diberikan, walaupun subjektif tetap ada dasa objektifnya, artinya walaupun
penilaian itu dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis
waktu itu, dan pengaruh lingkungan waktu itu, tetap akan didasari oleh
kebenaran dan kenyataan objektif yang ada, tidak semata-mata menilai buruk
kalau tidak ada pengalaman yang menjengkelkan, tidak semata-mata 7
mengatakan baik bila memang tidak ada suasana yang menyenangkan yang
dialami.
2.3 Pendekatan Prioritas Masalah
Penentuan Prioritas Masalah KesehatanMenurut Jamil (2007), CARL
merupakan sigkatandari Capability, Assessibility, Readiness, dan Leverage.
Capability merupakan kemampuan sumber daya, dana, alat dan
sebagainya. Assessibility adalah kemudahan untukdiatasi mudah/ tidak.
Readiness merupakan kesiapan dari sumber daya manusia, motivasi,
kompetensi, kesiapan sasaran/masyarakat. Leverage merupakan pengaruh
masalah yg satu terhadap yg lain. Metode ini digunakan untuk
menentukan prioritas masalah jika datayang tersedia adalah data kualitatif
dengan menentukan skor atas kriteria tertentu. Semakin besar skor semakin
besar masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.
Penggunaan metode CARL untuk menetapkan prioritas masalah
dilakukanapabila pengelola program menghadapi hambatan keterbatasan dalam
menyelesaikan masalah.

2.4 Pendekatan Fishbone Analysis


Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) merupakan konsep analisis
sebab akibat yang dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa untuk
mendeskripsikan suatu permasalahan dan penyebabnya dalam sebuah kerangka
tulang ikan. Fishbone Diagrams juga dikenal dengan istilah diagram Ishikawa,
yang diadopsi dari nama seorang ahli pengendali statistik dari Jepang, yang
menemukan dan mengembangkan diagram ini pada tahun 1960-an. Diagram ini
pertama kali digunakan oleh Dr. Kaoru Ishikawa untuk manajemen kualitas di
perusahaan Kawasaki, yang selanjutnya diakui sebagai salah satu pioner
pembangunan dari proses manajemen modern. Suatu tindakan dan langkah
improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab
masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita
untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user
friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di sana
terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan
munculnya permasalahan (Purba, 2008) Watson (2004) dalam Illie G. Dan
Ciocoiu C.N. (2010) mendefinisikan diagram Fishbone sebagai alat (tool) yang
menggambarkan sebuah cara yang sistematis dalam memandang berbagai
dampak atau akibat dan penyebab yang membuat atau berkontribusi dalam
berbagai dampak tersebut. Oleh karena fungsinya tersebut, diagram ini biasa
disebut dengan diagram sebab-akibat. Analisis tulang ikan digunakan untuk
mengategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok
persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Cara ini juga membantu
dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalma suatu proses, yaitu
dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan
proses, mncakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan lain-lain.
Tujuan Penggunaan Fishbone Diagram
Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) adalah diagram sebabakibat
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi masalah kinerja. Diagram
tulang ikan menyediakan struktur untuk diskusi kelompok sekitar potensi
penyebab masalah tersebut. Tujuan utama dari diagram tulang ikan adalah untuk
menggambarkan secara grafik cara hubungan antara penyampaian akibat dan
semua faktor yang berpengaruh pada akibat ini. Fishbone Diagrams adalah alat
analisis yang menyediakan cara sistematis melihat efek dan penyebab yang
membuat atau berkontribusi terhadap efek tersebut. Karena fungsi diagram
Fishbone, dapat disebut sebagai diagram sebab-akibat (Watson, 2004). Fungsi
dasar diagram tulang ikan adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab- penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan
kemudian memisahkan akar penyebabnya.
Manfaat Penggunaan Fishbone Diagram
Beberapa manfaat dari membangun diagram tulang ikan adalah
membantu menentukan akar penyebab masalah atau karakteristik kualitas
menggunakan pendekatan terstruktur, mendorong partisipasi kelompok dan
memanfaatkan pengetahuan kelompok proses, serta mengidentifikasi area
dimana data harus dikumpulkan untuk studi lebih lanjut (Balanced Scorecard
Institute, 2009). Selain itu dengan adanya diagram tulang ikan ini sebenarnya
memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan
masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan, masalah-masalah
klasik yang dapat diselesaikan di industri antara lain:
1. Keterlambatan proses produksi.
2. Tingkat defect (cacat) produk yang tinggi.
3. Mesin produksi yang sering mengalami masalah.
4. Output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya rencana
produksi.
5. Produktivitas yang tidak mencapai target.
6. Komplain pelanggan yang terus berulang.
Namun, pada dasarnya diagram tulang ikan dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan berikut:
1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah dari suatu masalah.
2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
3. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
4. Mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan.
5. Membuat issue secara lengkap dan rapi.
6. Menghasilkan pemikiran baru.

2.5 Pendekatan Solusi Pemecahan Masalah


Solusi pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan proses 5
fungsi manajemen yaitu ;
1. Planning (perencanaan) adalah gambaran dari rencana yang akan dicapai,
persiapan untuk pencapaian tujuan, rumusan suatu persoalan untuk dicapai dan
persiapan tindakan.
2. Organizing (pengorganisasian), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat,
keuangan dan fasilitas.
3. Actuating (penggerak), menggerakkan orang agar mau dan termotivasi untuk
bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Controling (pengendalian atau pengawasan), merupakan fungsi pengawasan
agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara
dan waktunya tepat dan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
5. Evaluation (penilaian), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai, proses penilaian apakah hasil sesuai dengan
tujuan, apakah perlu adanya perbaikan dan pertimbangan lebih lanjut, jika hasil
tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2.6 Pendekatan Planning Of Action


Action planning merupakan kumpulan aktivitas kegiatan dan pembagian
tugas diantara para pelaku atau penanggung jawab suatu program.Lebih lanjut,
Action Planning merupakan penghubung antara "tataran konsep" atau cetak biru
dengan kumpulan kegiatan dalam jangkapanjang, menengah maupun jangka
pendek.
Plan of action adalah rencana yang sifatnya arahan yang bisa dilaksanakan.
Jadi berupa suatu rencana yang telah diatur agar bisa direncanakan.
Action plan (rencana aksi) adalah satu set tugas yang diberikan kepada
individu atau tim yang berisi daftar target untuk setiap tugas serta tenggat waktu,
orang yang bertanggung jawab dan langkah-langkah untuk sukses. Rencana aksi
memberikan gambaran untuk individu atau tim bagaimana kesuksesan mereka
akan mempengaruhi pencapaian tujuan seluruh organisasi (Kamus Bisnis).
Biasanya POA berlaku untuk program-program yang tertentu atau kegiatan
tertentu. Hal ini dipergunkan agar:
1) Tahap pelaksanaan bisa berjalan runtut.
2) Tidak ada tahapan penting terlewati.
3) Memudahkan yang terkait agar jelas posisinya dan kewajibannya.

Bagi yang bisa bekerja di lapangan sering hal ini dianggap menyita waktu,
karena menganggap telah biasa melaksanakan. Keadaan seperti ini akan
menghambat proses bekerja dari pengalaman.
Karena POA akan jelas :
1) apa yang dilakukan
2) bagaimana melakukan
3) bagaimana cara mengukur hasil
Dengan POA yang tercatat, akan bisa dievaluasi untuk dapat meningkatkan
mutu pelayanan. Disadari, suatu konsep/ cetak biru tanpa tindak lanjut atau
pelaksanaan dibaratkan wacana atau "buzz word" yang tidak memberikan nilai
tambah bagi kebaikan dan kemajuan organisasi.Sedangkan pelaksanaan/
kegiatan tanpa konsep, akuntabilitas pihak pelaksana dan target-target dan
ukuran akan mengundang kekacauan.Ibarat nahkoda tanpa haluan,
kegiatankegiatan yang dijalankan diatas menjadi semacam kumpulan kegiatan
reaktif, tidak berpola.Sehingga dalam jangka panjang akan mengakibatkan
demotivasi para anggota organisasi dan bahkan akan menyebabkan organisasi
berhenti bertumbuh, dimana organisasi hanyut kedalam "pusaran ritual" vang
berputar di satu tempat.
Proses action planning memerlukan keterampilan, komitmen dan motivasi
tinggi dar para pelaksana. Keterampilan, keahlian, competency, pengalaman
yang didapat merupakan modal dasar penentu bagi sukses atau tidaknya
pelaksanaan cetak biru tersebut.tanpa bekal keterampilan, keahlian, competency
yang dibutuhkan serta pengalaman yang memadai, maka pencapaian target
terhadap hasil yang diharapkan oleh atasan akan jauh.
Komitmen di sisi lain diperlukan, meskipun si pelaksana memiliki
keterampilan yang mumpuni.Namun tanpa komitmen,integritas,loyalitas si
pelaksana pada pekerjaan, maka pencapaian target akan menyimpang dari yang
diharapkan. Motivasi, semangat,spirit untuk menjalankan pekerjaan hingga
tuntas sangat diperlukan untuk memastikan tidak ada waktu/ tenaga yang
terbuang (tidak terarah) untuk mengerjakan hal-hal yang tidak memberikan
kontribusi bagi organisasi.
In action 3 modal dasar (keterampilan, komitmen, motivasi) secara
berimbang menjamin tidak adanya peluang untuk tidak menjalankan apa yang
telah dijanjikan pelaksana diawal, penyimpanan target, dan terbuangnya waktu
dan tenaga sia-sia.
Komponen Plan of action
Bagaimana komponen atau tahap-tahap penting bagi POA yang harus ada. Dan
harus menjamin :
1) Kelengkapan rencana

2) Urutan tahapan yang urut


3) Jelas apa yag harus dikerjakan
Unsur-unsur Perencanaan
Perencanaan yang baik harus dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut
sebagai unsur-unsur perencanaan yaitu :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut
Dalam sebuah perencanaan juga perlu memperhatikan sifat rencana yang
baik. Sifat rencana yang baik yakni:
1. Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas dalam arti mudah
dipahami oleh yang menerima sehingga penafsiran ang berbeda-berbeda
dapat ditiadakan.
2. Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan keadaan
yang seebenarnya bila ada perubahan maka tidak semua rencana dirubah
dimungkinkan diadakan peneysuaian-penyesuaian saja. Sifatnya tidak
kaku harus begini dan begitu walaupun keadaan lain dari yang
direncanakan.
3. Stabilitas, tidak perlu setiap kali rencana mengalami perubahan jadi
harus dijaga stabilitasnya setiap harus ada dalam pertimbangan.
4. Ada dalam perimbangan berarti bahwa pemberian waktu dan faktor-
faktor produksi kepada siapa tujuan organisasi seimbang dengan
kebutuhan
5. Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi meliputi fungsi-fungsi
yang ada dalam organisasi.
Langkah untuk Membuat Action Plan
9 langkah untuk membuat sebuah Action Plan (Strategi,goal)
Perencanaan adalah persiapan awal menuju tindakan. Sebaiknya secara
analitis perencanaan harus dipisahkan dari implementasi sehingga pengambilan
keputusan atas kebijakan sangat penting dapat diambil dan implikasinya dapat
dipahami lebih awal sebelum tindakan.
Menurut T. Hani Handoko (1999) kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui
empat
tahap sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasikan segala kemudhan dan hambatan
Berikut 9 langkah untuk membuat Action Plan:
1. Kemukakan solusi anda dalam rangkaian goal.
Setelah anda menyepakati sebuah masalah tertentu di dalam organisasi
anda, pertama anda perlu mendefinisikan solusi tersebut kedalam sejumlah goal
dan objektif. Sebagai contoh, setiap goal dapat diekspresikan sebagai berikut
"agar kita dapat ...kita harus...." catat setiap goal dibagian atas papan tulis atau
selembar kertas.
2. Hasilkan sebuah daftar berbagai tindakan untuk setiap goal
Gunakan brain storming untuk menghasilkan sebuah daftar tindakan untuk
mencapai sebuah goal dan catat ini dibawah goal. Atur daftar tindakan yang
diusulkan secara berurutan
3. Siapkan time line
Dimulai dengan sebuah titik waktu berlabel "sekarang" dan berakhir
dengan titik berlabe tujuan tercapai", buat time line untuk mengalokasikan
tanggal date ine disetiap tindakan yang telah diurutkan, yang terdaftar di bawah
goal tertentu. Penting sekali bagi anda menyelesaikan urutan dan waktu secara
tepat jika anda ingin meraih "tujuan tercapai" secara efektif.
4. Alokasikan sumber-sumber yang ada.
Sumber daya finansial dan SDM harus dialokasikan untuk setiap langkah
tindakan. Jika sumber yang ada terbatas atau selalu kurang dari kebutuhan pada
tiap apapun, mungkin sebaiknya anda kembali ke langkah sebelumnya dan
merevisi action plan anda.
5. Identifikasi masalah yang kemungkinan akan muncul.
Pertimbangankan berbagai hal yang kemungkinan tidak berjalan sesuai
rencana dalam proses pencapaian goal tertentu. Daftarkan masalah-masalah
tersebut dan identifikasi penyebabnya dan tindakan yang tepat untuk
mengatasinya. Tindakan ini mungkin perlu ditambahkan ke slot yang sesuai di
dalam time line
6.Kembangkan strategi untuk memantau kemajuan
Daftarkan cara untuk memantau kemajuan dari action plan yang telah
dibuat. Tahapantahapan pemantauan harus disertakan juga dalam time line.
7. Delegasikan tugas-tugas.
Ambil setiap titik pada time line secara bergantian dan tanyakan : "siapa
yang akan melakukan apa, pada tanggal yang telah ditentukan untuk melakukan
tugas yang telah ditetapkan ?" bagikan tugas-tugas ini kepada setiap individu
atau tim yang sesuai.
8. Perkiraan berbagai biaya
Berikan pertimbangan pada ekspenditur yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugastugas yang ada. Semua biaya yang harus dimasukkan pada
saat penyusunan anggaran. Jika dana tidak tersedia, tugas harus ditinjau ulang
dan bila perlu direvisi atau dihilangkan.
9. Implementasikan rencana
Terjemahkan semua informasi anda ke kertas baru, daftarkan semua
tindakan yang diperlukan, orang yang bertanggung jawab untuk tugas tertentu,
dan kapan tugas tersebut harus diselesaikan. Setelah action plan sudah
diselesaikan, informasi ini sekarang dapat diberikan kepada semua yang terlibat
Proses Pembuatan Rencana
Menetapkan tugas dan tujuan
Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat
difrmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan
tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang tujuan
yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh. Secara umum, dunia manajemen
menggunakan prinsip POAC. atau Planning.
Organizing. Actuating, dan Controlling. Prinsip manajemen ini banyak
digunakan oleh organisasi dewasa ini untuk memajukan dan mengelola
organisasi mereka. Berikut akan kami jelaskan masing masing point tersebut:
a. Planning
Dalam perencanaan ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan. Yaitu harus SMART yaitu Specific artinya
perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu
melebar dan terlalu idealis. Measurable artinya program kerja atau
rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya. Achievable artinya
dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan. Realistic artinya sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan. Time artinya ada batas waktu yang
jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga
mudah dinilai dan dievaluasi.
b. Organizing
Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam
perusahaan biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Yang
kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan
biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan
(Job Description). Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi
tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Biasanya juga semakin besar
penghasilannya. Dengan pembagian tugas tersebu maka pekerjaan
menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Disinilah
salah satu prinsip dari manajemen. Yaitu membagi-bagi tugas sesuai
dengan keahliannya masing-masing.
c. Actuating
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila
tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja
keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada
harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang
telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu
dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas,
fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
d. Controlling
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan
program kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk
supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit Kata-kata tersebut memang
memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana
sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Baik dalan tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian,
Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi
dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondis dan
perkembangan zaman
Alasan Perlunya Perencanaan
Salah satu maksud dibuat perencanaan adalah melihat program-program
yang dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapain tujuantujuan di
waktu yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan pengambilan keputusn
yang lebih baik. Oleh karena itu, perencanaan organisasi harus aktif, dinamis,
berkesinambungan dan kreatif, sehingga manajemen tidak hanya bereaksi
terhadap lingkungannya, tapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha,
Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan :
1. Untuk mencapai "protective benefits" yang dihasilkan dari
pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan
keputusan.
2. Untuk mencapai "positive benefts" dalam bentuk meningkatnya sukses
pencapaian tujuan organisasi.
Beberapa manfaat perencanaan adalah:

1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-


perubahan lingkungan
2. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas
3. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
4. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi
5. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian
organisasi
6. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
7. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8. Menghemat waktu, usaha, dan dana
Beberapa kelemahan perencanaan adalah:
1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada
kontribusi nyata
2. Perencanaan cenderung menunda kegiatan
3. Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif
dan berinovasi
4. Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penanganan
setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi
5. Ada beberapa rencana yang diikuti caracara yang tidak konsisten
BAB 3

PEMBAHASAN
STUDI KASUS:
Ruang bedah memiliki tenaga perawat sebanyak 15 orang dengan tingkat Pendidikan S1
Ners 5 orang , DIII Keperawatan 10 orang , memiliki bed 25 TT dengan BOR 65% ,
derajat ketergantungan pasien terdiri dari minimal care 15orang , pertial care 9orang
total care 1orang . Kualifikasi Pendidikan kepala ruangan Ners Spesialis keperawatan
medical bedah dengan masa kerja 25tahun . Ruang bedah memiliki 1 orang administrasi
, 1orang ambulator dan 4 cleaning service . seluruh perawat sudah mengikuti pelatihan
komunikasi layanan kesehatan . metode keperawatan yang digunakan dengan metode
tim. ruang bedah sudah menerapkan discharge planning pada pasien tetapi dalam
pelaksanaannya belum optimal .

DISKUSI KELOMPOK:
Bagaimana melakukan identifikasi pengelolaan unit rawat ianp dengan pendekatan
analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas masalah, fishbone analysis, solusi
pemecahan masalah dan planning of action (PoA)?

PEMBAHASAN KELOMPOK:
Diketahui:
Tenaga keperawatan 15 orang dengan,
Proporsi perawat S1 Ners : 5 perawat
Proporsi perawat vokasi : 10 perawat
Bed 25 TT
Bor 65%
Ketergantungan pasien:
minimal care 15 orang
Partial care 9 orang
Total care 1
Kualifikasi Pendidikan kepala ruangan ners spesialis keperawatan medical bedah
dengan massa kerja 25 tahun
1 orang administrasi
1 orang ambulatori
4 orang cleaning service
1. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan klien per hari
Mandiri care 15. 2 = 30 jam
Partial care 9. 3 = 27 jam
Total care 1. 6 = 6 jam
Keperawatan tidak langsung 65/100. 25= 16,25 dibulatkan 16 klien 16.1= 16 jam
Penyuluhan Kesehatan 16.0,25= 4 jam
Jumlah 83 jam
2. Menentukan jumlah jam keperawatan per klien
83 jam/ 16 klien = 5,18 jam/ klien/hari
3. Menemtukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dalam ruangan dengan
rumus (Gillies,1989)
Kebutuhan tenaga keperawatan (5,18.16.365)/ ((365-128).7)= 18,23 dibulatkan 18
perawat
18+20%= 22 perawat
4. Menentukan jumlah kebutuhan perawat / hari (16 klien . 5,18 jam)/ 7=
11,84 dibulatkan 12 perawat
5. Shift pagi 47% -----47/100.12= 5,6 dibulatkan 6 perawat
Shift siang 36%-----36/100.12=4,32 dibulatkan 4 perawat
Shift malam 17 %---17/100.12=2,04 dibulatkan 2 perawat
6. Kombinasi jumlah tenaga keperawatan
58% S1 Keperawatan 6,96 dibulatkan 7 perawat
26% DIII Keperawatan 3,12 dibulatkan 3 perawat
16% SPK 1,92 dibulatkan 2 perawat
7. Professional 55% 6,6 dibulatkan 7
Non professional 45% 5,4 dibulatkan 5
Analisis SWOT yang digunakan ialah kualitatif, dimana masing masing
komponen berdiri bebas
S( Kekuatan) :
seluruh perawat sudah mengikuti pelatihan komunikasi pelayanan Kesehatan
adanya kualifikasi Pendidikan kepala ruangan ners spesialis keperawatan medical
bedah dengan massa kerja 25 tahun

W( kelemahan):
Tenaga keperawatan melebihi kebutuhan tenaga rawat inap
discharge planning belum optimal
proporsi tenaga keperawatan s1 profesi ners kurang dari kebutuhan
proporsi tenaga kesehatan vokasi melebihi kebutuhan yang dipelukan
O(peluang):
Dalam studi kasus tidak ditunjukan nya peluang dari luar organisasi namun adanya
kebijakan pemerintah tentang adanya pengembangan jenjang karir professional perawat.
T(ancaman):
Dalam studi kasus tidak diperlihatkan nya adanya ancaman dari luar organisasi namun
salah satu ancaman yang dapat muncul ialah persaingan antar rumah sakit.
Strategi yang dibutuhkan ialah strategi WT

FISHBONE ANALYSIS
Analisis sebab akibat
man
Kebutuhan tenaga keperawatan yang kurang sesuai
Proporsi tenaga keperawatan S1 Ners dan vokasi tidak sesuai
Money
Tidak sesuai nya pemasukan dengan pengeluaran berhubungan mengenai jumlah tenaga
keperawatan
Methode
Metode tim dengan ketua tim yang belum diperlihatkan di studi kasus dan discharge
planning yang belum optimal
Material
Kurangnya perhitungan jumlah kebutuhan perawat profesi ners maupun vokasi
Machine
Keterbatasan penggunaan APD dengan tenaga perawat yang berlebih
Environment
Keadaan bed perawat tidak terisi penuh, hanya terisis 65% ialah 16 bed
PERUMUSAN MASALAH
Kebutuhan Tenaga keperawatan di ruang bedah
Proporsi tenaga keperawatan s1 ners dengan vokasi
PRIORITAS MASALAH
Proporsi tenaga keperawatan s1 ners dan vokasi
S1 ners harusnya 7 perawat
Vokasi harusnya 5 perawat
Total perawat yang dianjurkan di ruang bedah ada 12 perawat
PLAN OF ACTION
Rencana kedepannya bisa saja dengan adanya kebijakan pemerintah tentang adanya
pengembangan jenjang karir professional perawat maka perawat vokasi bisa mengikuti
Pendidikan agar memenuhi kualifikasi di ruang bedah dan kita tidak perlu lagi merekrut
s1 ners untuk menghindari masalah yang akan dihadapi.
BAB 4

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Jadi kesimpulan yang dapat diambil bahwa menurut Philip Kotler diartikan
sebagai evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (purangga (2016) analisis SWOT diartikan
sebagai:“analisa yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Fishbone diagram (diagram tulang ikan) sering disebut juga diagram Ishikawa atau
cause and effect diagram (diagram sebab-akibat). Fishbone diagram adalah alat untuk
mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis
masalah tersebut melalui sesi brainstorming. (Andhika, 2017)
Plan of action adalah rencana yang sifatnya arahan yang bisa dilaksanakan. Jadi
berupa suatu rencana yang telah diatur agar bisa direncanakan.
Prioritas Masalah adalah Suatu pendekatan yang memberikan kesempatan bagi
para perencana dan pengelola program bidang kesehatan untuk dapat membangun
gagasan-gagasan atau ide-ide dan mendefinisikan persoalan –persoalan yang ada
dengan cara membuat asumsi-asumsi dan selanjutnya yang mendapatkan
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat dijadikan sebagai acuan bagi perawat
atau mahasiswa keperawatan dalam Melakukan identifikasi pengelolaan unit
rawat inap dengan pendekatan analisis SWOT, perumusan masalah, prioritas
masalah, fishbone analysis, solusi pemecahan masalah dan POA
DAFTAR PUSTAKA

Cahyaning Tyas, Ratih. (2020).Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Dan Jenis


Intervensi Di Rw 13 Dan Rw 14 Kelurahan Ampel Kecamatan Semampir Surabaya
Tahun 2018 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Dan Jenis Intervensi Di Rw 13 Dan
Rw 14 Kelurahan Ampel Kecamatan Semampir Surabaya Tahun 2018. Jurnal Penelitian
Kesehatan (JPK), Vol. 18, No. 1. Halaman 10-13.
Suhrina. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat di Unit Rawat Inap RSUD
Bula Kabupaten Serang Bagian Timur. Universitas Hasanuddin Makasar.
Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Grant, A. B & Massey, VH.1999. Nursing Leadership Management, and Research.
Rangkuti,Freddy. 2018. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis Cara Perhitungan
Bobot, Rating, dan OCAI. Cetakan Keduapuluh Empat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Pribadiyono. 2007. Positioning Perusahaan/Produk Dan Perencanaan Strategi Dengan Metode
Analisis Swot (Pendekatan Kuantitatif). Jakarta: PT Quantum Press
Hidaya, N., Alfianur, S. K., & Handayani, F. (2021). MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN
DALAM KEPERAWATAN. Penerbit Adab.
World Health Organization (WHO). 2003. Materi Pelatihan Plan of Action. Pelatihan
Ketrampilan Manajerial SPMK. Diakses 22 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai