Anda di halaman 1dari 28

PENGKAJIAN TUMBUH KEMBANG PADA ANAK DENGAN

BERBAGAI TINGKAT USIA (DENVER II) DAN


PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan
dengan dosen Dewi Srinatania ,S.Kp.,M.Kep
disusun oleh:
kelompok 4

Chanti Melnawati (043-315-15-1-002)


Dila Fadilah (043-315-15-1-005)
Fachri Irfan Listiawan (043-315-15-1-006)
Hani Liyah Thoharotul Nafsi (043-315-15-1-008)
Muhamad Ma’sum (043-315-15-1-017)
R. Hasna Roshifatunnisa (043-315-15-1-020)

KELAS 3A
S1 KEPERAWATAN
STIKEP PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya dapat terselesaikannya makalah
yang berjudul “PENGKAJIAN TUMBUH KEMBANG PADA ANAK DENGAN
BERBAGAI TINGKAT USIA , DENVER II , DAN PENGUKURAN
ANTROPOMETRI” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Makalah ini berisi tentang pengertian, faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang, tahap-tahap tumbuh kembang, perkembangan psikoseksual,
perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan spiritual pada anak,
konsep Denver Development Screening Test (DDST), dan pengukuran
Antropometri . Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang pengkajian tumbuh kembang pada anak dengan berbagai tingkat usia ,
Denver II , dan pengukuran antropometri yang disajikan berdasarkan berbagai
sumber informasi dan referensi.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi
terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun
disadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang
dihadapi dapat teratasi. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa STIKEP PPNI
JABAR. Diharapkan saran dan kritik yang bersifat positif guna perbaikan
pembuatan makalah dimasa yang akan datang.

Bandung, September 2017

Tim penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dari tumbuh kembang pada anak ?
2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada
anak ?
3. Bagaimana tahap-tahap tumbuh kembang pada anak ?
4. Bagaimana perkembangan psikoseksual pada anak ?
5. Bagaimana perkembangan kognitif pada anak ?
6. Bagaimana perkembangan moral pada anak ?
7. Bagaimana perkembangan spiritual pada anak ?
8. Bagaimana konsep Denver Development Screening Test (DDST) ?
9. Bagaimana pengukuran Antropometri ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari tumbuh kembang pada anak ?
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
pada anak ?
3. Untuk mengetahui tahapep-tahap tumbuh kembang pada anak ?
4. Untuk mengetahui perkembangan psikoseksual pada anak ?
5. Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada anak ?
6. Untuk mengetahui perkembangan moral pada anak ?
7. Untuk mengetahui perkembangan spiritual pada anak ?
8. Untuk mengetahui konsep Denver Development Screening Test
(DDST) ?
9. Untuk mengetahui pengukuran Antropometri ?
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan seputar
pengkajian tumbuh kembang pada anak dengan berbagai tingkat usia ,
Denver II , dan pengukuran antropometri.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Whaley dan Wong (2000) mengemukakan pertumbuhan sebagai
suatu peningkatan jumlah dan ukuran , sedangkan perkembangan
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat
yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui
proses maturasi dan pembelajaran. Jadi, pertumbuhan berhubungan dengan
perubahan pada kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada jumlah
dan ukuran sel tubuh yamg ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran
dan berat seluruh bagian tubuh. Perkembangan berhubungan dengan
perubahan seacara kualitas , diantaranya terjadi peningkatan kapasitas
individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan ,
pematangan, dan pembelajaran. Proses pematanagn berhubungan dengan
penigkatan kematangan dan adatasi. Proses tersebut terjadi secara terus
menerus dan saling berhubungan serta ada keterkaitan antara satu
komponen dan komponen lain. Jadi, jika tubuh anak semakin besar dan
tinggi, kepribadiannya secara simultan juga semakin matang.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada
individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan
secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara
kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-
angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan
meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau
kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan
manusia berjalan secara progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan
perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam
bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan
emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan
bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual
ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti
berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari
perilaku sosial lingkungan anak.
B. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak
a. Faktor heriditer/ genetik
Faktor heriditer Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang
terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin
bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi
baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000).
Merupakan faktor keturunan secara genetik dari orang tua kepada
anaknya. Faktor ini tidak dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat
menentukan beberapa karkteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna
mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh
seperti temperamen.
Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan dalam
pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan,
umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang
berkualitas hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang positif
agar memperoleh hasil yang optimal.
b. Faktor Lingkungan/ eksternal
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari
mulai lahir sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya
atau tidak potensi yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai
dengan genetiknya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi
menjadi 2 yaitu :
1) Lingkungan pranatal (faktor lingkungan ketika masih dalam kandungan)
Faktor pranatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil,
faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress,
imunitas, dan anoksia embrio.
2) Lingkungan postnatal ( lingkungan setelah kelahiran )
Lingkungan postnatal dapat di golongkan menjadi :
Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, gizi, perawatan
kesehatan, penyakit kronis, dan fungsi metabolisme.
Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan radiasi.
Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman
sebaya, stress, sekolah, cinta kasih, interaksi anak dengan orang tua.
Lingkungan keluarga dan adat istiadat, meliputi pekerjaan atau pendapatan
keluarga, pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga, kepribadian orang
tua.
c. Faktor Status Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak
yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi
cenderung lebih dapat tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan
anak yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi yang rendah.
d. Faktor nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan
proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat
membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin,
dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh
kembang selanjutnya dapat terhambat.
e. Faktor kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang.
Pada anak dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh
kembang sangat mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status
kesehatan kurang baik, akan terjadi perlambatan.
C. Tahap-tahap tumbuh kembang
a. Neonatus (bayi lahir sampai usia 28 hari)
Dalam tahap neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat
besar tumbuh dan kembang sesuai dengan tindakan yang dilakukan
oleh orang tuanya. Sedangkan perawat membantu orang tua dalam
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi yang masih belum
diketahui oleh orang tuanya.
b. Bayi (1 bulan sampai 1 tahun)
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang
sangat pesat. Bayi pada usia 1-3 bulan mulai bisa mengangkat
kepala,mengikuti objek pada mata, melihat dengan tersenyum dll. Bayi
pada usia 3-6 bulan mulai bisa mengangkat kepala 90°, mulai bisa
mencari benda-benda yang ada di depan mata dll. Bayi usia 6-9 bulan
mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap dan berbalik sendiri
bahkan bisa berpartisipasi dalam bertepuk tangan dll. Bayi usia 9-12
bulan mulai bisa berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dtuntun,
menirukan suara dll. Perawat disini membantu orang tua dalam
memberikan pengetahuan dalam mengontrol perkembangan
lingkungan sekitar bayi agar pertumbuhan psikologis dan sosialnya
bisa berkembang dengan baik.
c. Todler (usia 1-3 tahun)
Anak usia toddler ( 1 – 3 th ) mempunyai sistem kontrol tubuh
yang mulai membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas
maksimal. Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh
lingkungan diluar keluarga terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan
teman, mengembangkan perilaku/moral secara simbolis, kemampuan
berbahasa yang minimal. Sebagai sumber pelayanan kesehatan,
perawat berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang
anak usia toddler guna memberikan asuhan keperawatan anak dengan
optimal.
d. Pra Sekolah (3-6 tahun)
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (
Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri
dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal
pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan
BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar
antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.Kecepatan pertumbuhan pada
tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai
16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat
dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi
sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah
BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang mulai ada
perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi
permanent ssudah dapat terjadi.
e. Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok usia sekolah sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya.
Perkembangan fisik, psikososial, mental anak meningkat. Perawat
disini membantu memberikan waktu dan energi agar anak dapat
mengejar hoby yang sesuai dengan bakat yang ada dalam diri anak
tersebut
f. Remaja ( 12-18/20 tahun)
Perawat membantu para remaja untuk pengendalian emosi dan
pengendalian koping pada jiwa mereka saat ini dalam menghadapi
konflik.
D. Perkembangan psikoseksual
Dalam perkembangan psikoseksual dalam tumbuh kembang dapat
dijelaskan beberapa tahap sebagai berikut :
a. Tahap oral-sensori (lahir sampai usia 11 bulan)
Dalam tahap ini biasanya anak memiliki karakter diantaranya aktivitasnya
mulai melibatkan mulut untuk sumber utama dalam kenyamanan anak,
perasaannya mulai bergantung pada orang lain (dependen), prosedur dalam
pemberian makan sebaiknya memberkan kenyamanan dan keamanan bagi
anak.
b. Tahap anal-muskular (usia 1-3 tahun / toddler)
Dalam tahap ini anak biasanya menggunakan rektum dan anus
sebagai sumber kenyamanan, apabila terjadi gangguan pada tahap ini dapat
menimbulkan kepribadian obsesif-kompulsif seperti keras kepala, kikir,
kejam dan temperamen.
c. Tahap falik (3-6 tahun / pra sekolah)
Tahap ini anak lebih merasa nyaman pada organ genitalnya, selain itu
masturbasi dimulai dan keinggintahuan tentang seksual. Hambatan yang
terjadi pada masa ini menyebabkan kesulitan dalam identitas seksual dan
bermasalah dengan otoritas, ekspresi malu, dan takut.
d. Tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah)
Tahap ini anak mulai menggunakan energinya untuk mulai aktivitas
intelektual dan fisik, dalam periode ini kegiatan seksual tidak muncul,
penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu
ini.
e. Genital (13 tahun keatas / pubertas atau remaja sampai dewasa)
Tahap ini genital menjadi pusat kesenangan seksual dan tekanan, produksi
horman seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual, energi
ditunjukan untuk mencapai hubungan seksual yang teratur, pada awal fase
ini sering muncuul emosi yang belum matang, kemudian berkembang
kemampuan untuk menerima dan memberi cinta.
E. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dibahas berdasarkan pada tahapan sensoris-
motorik, praoperasional, concrete operational, dan formal operation.
1. Tahap sensori-motorik (0 sampai 2 tahun)
Mengisap (sucking) adalah ciri utama pada perilaku bayi dan
berkembang sekalipun tidak sedang menyusu, bibirnya bergerak-gerak
seperti sedang menyusu. Apabila lapar, bayi menangis, lalu ibu
menyusukannya dan anak terdiam. Di lain waktu jika bayi menangis
dan ibu menyanyi dan bersenandung, bayi juga terdam. Jadi, bayi
belajar dan mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dengan
dikondisikan oleh lingkungannya. Pada tahap ini, anak
mengembangkan aktivitasnya dengan menunjukan perilaku sederhana
yang dilakukan berulang-ulang untuk meniru perilaku tertentu dari
lingkungannya. Jadi, perkembangan intelektual dipelajari melalui
sensasi dan pergerakan.
Tiga kejadian penting dari tahapan sensoris-motorik adalah
perpisahan anak dengan lingkungan seperti ibunya, ada persepsi
tentang konsep benda yang permanen atau konstan serta penggunaan
simbol untuk memersepsikan situasi atau benda, misalnya dengan
menggunakan mainan.
2. Praoprasional (2 sampai 7 tahun)
Karakteristik utama perkembangan intelektual pada tahapan
praoprasional didasari oleh sifat egosentris. Ketiakmampuan untuk
menempatkan diri sendiri di tempat orang lain. Pemikiran didominasi
oleh apa yang mereka lihat dan rasakan dengan pengalaman lainnya.
Pada anak usia 2 sampai 3 tahun, anak berada diantara sensoris-
motorik dan praoprasional, yaitu anak mulai mengembangkan sebab-
akibat, trial and error, dan menginterpretasi benda atau kejadian. Anak
prasekolah (3 sampai 6 tahun) mempunyai tugas untuk menyiapkan
diri memasuki dunia sekolah.
Anak prasekolah berada pada fase peralihan antara preconceptual
dan intuitive thought. Pada fase preconceptual, anak sering
menggunakan satu istilah untuk beberapa orang yang mempunyai ciri
yang sama, misalnya menyebut nenek untuk setiap wanta tua, sudah
bongkok, dan memakai tongkat. Sedagkan pada fase yang intuitive,
anak sudah bisa memeri alasan pada tindakan yang dilakukannya. Satu
hal yang harus di ingat bahwa anak prasekolah berasumsi bahwa
oanglain berfikir seperti mereka sehingga perlu menggali pengertian
mereka dengan pendekatan nonperbal.
3. Concrete operational (7 sampai 11 tahun)
Pada usia ini, pemikran meningkat atau bernambah logis dan
koheren. Anak mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan
menyelesaikan masalah secara contrete dan sistematis bdrdasarkan apa
yang mereka terima dari lingkungannya.
Kemampuan berfikir anak sekolah sudah rasional, imajinatif, dan dapat
menggali objek atau situasi lebih banyak untuk mmecahkan masalah.
Anak sudah dapat berfikir konsep tentang waktu dan mengingat
kejadian yang lalu serta menyadari kegiatan yang dilakukan dan
dilakukan berulang-ulang, tetapi pemahamannya belum mendalam,
selanjutnya akan semakin berkembang diakhir usia sekolah atau awal
masa remaja
4. Formal operation (11 sampai 15 tahun)
Tahapan ini ditunjukan engan karaktristik kemmpuan beradaptasi
dengan ligkungan dan kemampuan untuk fleksibel terhadap
lingkungannya. Anak remaja dapat berfikir dengan ppla yang abstrak
menggunakan tanda atau simbol dan menggambarkan kesimpulan
yang logis. Mereka dapat membuat dugaan dan mengujinya dengan
pemikiran yang abstrak, teoretis, dan folosifi. Pola berfikir logis
membuat mereka mampu berfikir tentang apa yang oranglain juga
memikirnya dan berfikir untuk memecahkan masalah.
F. Perkembangan moral
Menurut teori Kohlberg (1968) menyatakan bahwa perkembangan moral
meliputi beberapa tahap meliputi :
a. Tingkat premoral (prekonvensional) : lahir sampai 9 tahun
Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan, berasumsi
bahwa penghargaan atau bantuan akan diterimanya, kewaspadaan terhadap
moral yang bisa diterima secara sosial, kontrol emosi didapatkan dari luar.
b. Tingkat moralitas konvensional : 9-13 tahun
Usaha yang dilakukan untuk memyensngkan orang lain, kontrol emosi
didapat dari dalam, anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan
dan menghindari kritikan dari yang berwenang.
c. Tingkat moralitas pasca konvensional : 13 tahun sampai meninggal
Individu memperoleh nilai moral yang benar, pencapaian nilai moral
yang benar terjadi setelah dicapai formal operasional dan tidak semua
orang mencapai tingkatan ini.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori
Kohlberg, ialah internalisasi (internalization), yakni perubahan
perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi
perilaku yang dikendalikan secara internal.
G. Perkembangan spiritual
Para ahli berpendapat bahwa perkembangan spiritual dibagi
menjadi 3 tahapan yaitu :
a. Masa kanak-kanak (sampai tujuh tahun)
Tanda-tandanya antara lain : sikap keagamaan resepsif meskipun
banyak bertanya, pandangan ke- Tuhanan masih dipersonifikasikan,
penghayatan secara rohaniah masih belum mendalam meskipun mereka
telah melakukan kegiatan ritual.
b. Masa anak sekolah
Tanda-tandanya antara lain : sikap keagamaan resepsif tetapi
disertai pengertian, pandangan dan faham ke-Tuhanan diterangkan secara
rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang bersumber pada indikator
alam semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya,
pengahayatan secara rohaniah makin mendalam dalam melaksanakan
ritual.
c. Masa remaja (12-18 tahun)
Tanda-tanda masa remaja awal : sikap negatif disebabkan alam
pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara
hypocrit yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu sama dengan
perbuatannya, pandangan dalam hal ke-Tuhanan menjadi kacau karena ia
bingung terhadap berbagai konsep tentang aliran dan paham yang saling
bertentangan.
Tanda-tanda masa remaja akhir : sikap kembali kearah positif dengan
tercapainya kedewasaan intelektual, pandangan dalam hal ke-Tuhanan
dipahamkan dalam konteks agama yang dianut dan dipilih, penghayatan
rohaninya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan
membedakan agama sebagai doktrin bagi para penganutnya.
Perawat bisa membantu dengan melakukan tindakan memberikan
pengetahuan kepada anak tentang apa yang terbaik bagi kesehatan anak
dan keadaan dimana anak memerlukan dorongan secara spiritual demi
kesembuhan penyakitnya. Allah selamanya mendengar bisikan dan
pembicaraan, melihat setiap gerak-geriknya dan mengetahui apa yang
dirahasiakan , memperhatikan khusu', taqwa dan ibadah.
H. Denver Development Screening Test (DDST)
DDST merupakan salah satu instrumen untuk skrinning
perkembangan anak dan bukan test diagnostik atau test IQ. DDST
memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrinning
yang bail. Test ini mudah, cepat (15-20 menit), dapat diandalkan, dan
menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah
dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85-
100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyata 89% dari
kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun
kemudian (soetjiningsih, 1995).
Penelitian Borowitz (1986) menunjukan bahwa DDST tidak dapat
mengidentifikasikan lebih dari separuh anak dengan kelainan bicara.
Frankenburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga
tugas perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil
revisi dariDDST tersebut dinamakan Denver II (soetjaningsih, 1995).
a. Aspek perkembangan yang dinilai
Frankenburg dkk. (1981), menyatakan bahwa ada 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
berdasarkan DDST, yaitu:
1) Perilaku sosial (personal sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan ilngkungan
2) Motorik halus (fine motor a adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat, serta
tidak memerlukan banyak tenaga
3) Bahasa (language)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk memberikan
respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara secara spontan
4) Motorik kasar (gross motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena dilakukan otot-otot yang
lebih besar sehinggan memerlukan cukup tenaga
b. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan DDST
1) Alat peraga: benang wol merah , manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau-biru, permainan anak, botol lecil, bola tenis, bel kecil,
kertas, dan pensil
2) Lembar formulir Denver II
3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya
c. Prosedur pemeriksaan DDST
Prosedur pemeriksaan DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
1) tahap pertama, secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun;
2) tahap kedua, dilakukan pada anak yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dianjurkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
d. Tahap pemeriksaan DDST
1) Tentukan usia anak pada saat pemeriksaan
2) Tarik garis pada lembar formulir Denver II sesuai dengan usia yangtelah
ditentukan
3) Lakukan penilaiain pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang
ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal sosial
dengan kriteria penilaian yaitu: a) lulus (passed = p) adalah jika seorang
anak dapat melakukan tugas perkembangan yang terdapat dalam
pemeriksaan Denver II; b) Gagal (Fail = F) adalah jika seorang anak tidak
mampu atau gagal dalam melakukan tugas perkembangan yang terdapat
dalam pemeriksaan Denver II.
4) Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan, abnormal, dan tidak
dapat dites.
a) Abnormal, hasil pemeriksaan disebut abnormal apabila: 1) terdapat 2
atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih; 2) Dalam satu sektor
atau lebih terdapat 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1 sektor atau lebih
dengan 1 keterlambatan
b) Normal, apabila minimal hanya 1 keterkambatan dalam 1 sektor dari 4
sektor yang ada
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, usia anak perlu
diterapkan terkebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk
satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan usia
kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama dengan atau lebih dari
15 hari dibulatkan ke atas ( soetjiningsih, 1995), pada ujung kotak
sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor, jika terdapat kode R maka
tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya. Apabila
terdapat kode nomor maka tugas perkembangan di tes sesuai petunjuk
dibalik formulir DDST.

I. Antropometri
a. Pengertian
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi, antropometri adalah ukuran tubuh.
Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (supariasa, dkk, 2001).
Sedangkat sudut pandang gizi, jelliffe ( 1966) mengungkapkan bahwa
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Penggunakan antropometri, khususnya pengukuran berat badan
pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Berikut
ukuran antropometri:
1) Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air,
dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan
keturunan ( supariasa, 2001). Berat badan merupakan salahsatu ukuran
antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh ( otot dan lemak).
Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumi. Maka, BB merupakan
ukuran antropometri yang sangat stabil (Reksodikusumo, dkk, 1989).
Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan mengikuti
perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal terdapat dua
kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau
lebih lambat dari keadaan normal.
Persiapan sebelum melakukan pengukuran :
a. Jelaskan kepada ibu / pengasuh tujuan dari pengukuran berat badan dan
berikan kesempatan untuk bertanya.
b. Pastikan bahwa anak tidak menggunakan pakain yebal , pampers, popok,
selimut, dll, agar mendapatkan berat badan anak seakurat mungkin.
Cara pengukuran berat badan:
a. Anak bisa berdiri
1) Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintlah anak
tersebut untuk berdiri ditengah-tengah alat timbang.
2) Pastikan posisi anak dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus
kearah depan, kaki tidak menekuk, pewawancara dapat membantu anak
tersebut berdiri dengan baik diatas timbangan dan untuk mengurangi
gerakan anak yang tidak perlu yang dapat mempengaruhi hasil
penimbangan.
3) Setelah anak berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbangan akan
menunjukan hasil penimbangan digital. Mintalah anak tersebut untuk turun
dulu dari timbangan dan pewawancaraan harus segera mencatat hasil
penimbangan tersebut.
b. Bayi/anak belum bisa berdiri
1) Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/pengasuh untuk
menggendong tanpa selendang. Ketika timbangan sudah menunjukan
angka 00.00 mintalah ibu dengan mengendong sang anak untuk berdiri di
tengah-tengah alat timbang.
2) Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus kedepan, kaki tidak menekuk
dan kepala tidak menunduk kebawah. Sebisa mungkin bayi/anak dalam
keadaan tenang ketika ditimbang.
3) Setelah ibu berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan
menunjukan hasil penimbangan digital.mintalah ibu tersebut untuk turun
dulu dari timbangan dan pewawancaraan harus segera mencatat hasil
penimbangan tersebut.
4) Ulangi proses pengukuran, kali ini hanya ibu saja tanpa menggendong
anak
2) Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang
telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur bisa
dikesampingkan. Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal,
tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
tinggi badan, tidak seperti berar badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh difisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.
Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan
pertumbuhan rangka. Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan
sebagai indeks sama hal nya dengan berat badan ( supariasa, 2001)
I. Anak bisa berdiri
Pengukuran tinggi badan anak yang sudah bisa berdiri menggunakan alat
ukur SECA..... Penyiapan alat ukur :
1. Tempelkan alat pengukur pada bagian dinding dengan bagian yang lebih
panjang menempel di lantai dan bagian yang lebih pendek menempel di
tembok. Tarik meteran pengukur ke atas hingga anda bisa melihat angka 0
pada garis merah di kaca pengukur yang menempel di lantai (anda harus
berlutut untuk melihat angka 0 ini sehingga anda harus dibantu seseorang
untuk menahan ujung atas meteran pengukur). Prosedur ini sangat penting
untuk memastikan pengukuran yang akurat.
2. Tempelkan ujung atas alat pengukur dengan menggunakan paku, pastikan
kestabilan alat teresbut
3. Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel dengan stabil
maka meteran alat pengukur dapat anda tarik ke atas dan pengukuran tinggi
siap dilakukan.
Cara pengukuran tinggi badan :
1. Mintalah ibu si anak untuk melepaskan sepatu si anak dan melepaskan
hiasan atau dandanan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
pengukuran TB anak. Mintalah si ibu untuk membawa anak tersebut ke
papan ukur dan berlutut di hadapan si anak. Mintalah si ibu agar berlutut
dengan kedua lutut di sebelah kanan si anak.
2. Berlututlah anda dengan lutut sebelah kanan di sebelah kiri anak tersebut.
Ini akan memberikan kesempatan maksimum kepada anda untuk bergerak.
3. Tempatkan kedua kaki si anak secara merata dan bersamaan di tengah-
tengah dan menempel pada alat ukur/dinding. Tempatkan tangan kanan
anda sedikit di atas mata kaki si anak pada ujung tulang kering, tangan kiri
anda pada lutut si anak dan dorong ke arah papan ukur/dinding. Pastikan
kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di papan ukur/dinding.
4. Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah depan atau kepada ibunya
yang berdiri di depan si anak. Pastikan garis padang si anak sejajar dengan
tanah. Dengan tangan kiri anda peganglah dagu si anak. Dengan perlahan-
lahan ketatkan tangan anda.. Jangan menutupi mulut atau telinga si anak.
Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan kepala, tulang
bahu dan pantat menempel di papan ukur/dinding.
5. Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang
6. Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran alat pengukur hingga pas di
atas kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si
anak sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran dengan desimal satu
di belakang koma dengan melihat angka di dalam kaca pengukuran.
Naikkan meteran dari atas kepala si anak dan lepaskan tangan kiri anda dari
dagu si anak.
II. Bayi/Anak belum bisa berdiri
Pengukuran tinggi badan anak yang belum bisa berdiri menggunakan alat
ukur SECA..... Penyiapan alat ukur :
1. Tempelkan alat pengukur pada permukaan keras yang rata, dianjurkan meja
panjang atau tempat tidur dengan satu bagian menempel di tembok.
Tempelkan bagian alat pengukur yang lebih panjang pada ujung yang
menempel di tembok. Tarik meteran pengukur hingga anda bisa melihat
angka 0 pada garis merah di kaca pengukur yang menempel di tembok.
Prosedur ini sangat penting untuk memastikan pengukuran yang akurat.
2. Tempelkan ujung alat pengukur yang bukan menempel di tembok dengan
menggunakan paku, pastikan stabil dan tidak berubah-ubah.
3. Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel dengan stabil
maka meteran alat pengukur dapat anda tarik ke samping dan pengukuran
tinggi siap dilakukan.
Langkah untuk melakukan pengukuran:
1. Dengan bantuan ibu si anak, baringkan si anak di permukaan keras yang rata
dengan memegang punggung si anak dengan satu tangan dan bagian bawah
badan dengan tangan lainnya. Dengan perlahan-lahan turunkan si anak ke
atas permukaan keras tersebut dengan bagian kaki menempel di tembok.
2. Mintalah ibu si anak untuk berlutut di sebelah alat ukur menghadap alat ukur
agar si anak lebih tenang.
3. Pegang kepala si anak dari kedua arah telinganya. Dengan menggunakan
tangan secara nyaman dan lurus, tempelkan kepala si anak ke bagian atas
papan ukur sehingga si anak dapat memandang lurus kearah depan. Garis
pandang si anak harus tegak lurus dengan tanah. Kepala anda harus lurus
dengan kepala si anak. Pandanglah langsung ke mata si anak.
4. Pastikan si anak berbaring di atas permukaan keras. Tempatkan tangan kiri
anda di ujung tulang kering si anak (sedikit di atas sendi mata kaki) atau
pada lututnya. Tekanlah dengan kuat ke arah permukaan keras.
5. Dengan menggunakan tangan kanan anda, geserkan alat pengukur ke arah
kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si anak
sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran.
3) IMT (Indeks masa tubuh)
Menggunakan berat badan dan tinggi badan
Kategori IMT (kg/m2)
Kurus kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00-18,49
Normal 18,50-24,99
Gemuk kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00-26,99
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,00
4) Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Nilai normal adalah 23,5 cm
LiLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm
Cara pengukuran lingkar lengan :
1. Usahakan pengukuran dilakukan sejajar dengan pandanga mata, duduk jika
2. dimungkinkan. Anak yang masih terlalu kecil bisa dipegang oleh ibunya.
Minta tolong ibunya untuk menyingkap baju yang menutupi lengan kiri si
anak.
3. Ukurlah titik tengah lengan atas sang anak. Dengan cara sebagai berikut :
4. Lingkarkan pita ukur pada lengan sang anak. Pastikan bahwa pita benar-
benar rata melingkari lengan
5. Periksalah tekanan pita pada lengan anak, jangan terlalu kencang atau terlalu
longar.
6. Jika sudah lihat hasil pengukuran dan catat pada kuesioner
5) PENGUKURAN LINGKAR PERUT
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetagui ada tidaknya
obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap
kejadian penyakit kardiovaskuler dan diabetes meletus, yang akhir-akhir
ini juga erat hubungannya dengan kejadian sindroma metabolik. Nilai
normal pengukuran lingkar perut di Indonesia. Baik obesitas sentral
Laki-laki 90>90
Perempuan 80>80
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
J. Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu
secara bertahap, sedangkan Perkembangan (development) adalah
perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi
alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan
pembelajaran (learning). Adapun faktor yang mempengaruhi nya adalah
faktor genetik, faktor lingkungan, faktor status sosial ekonomi, faktor
nutrisi, faktor kesehatan. Adapun tahap-tahap tumbuh kembang ialah
Neonatus (bayi lahir sampai usia 28 hari), Bayi (1 bulan sampai 1 tahun),
Todler (usia 1-3 tahun), Pra Sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-12
tahun), remaja (12-18/20 tahun). Perkembangan psikoseksual, terdiri dari
tahap oral-sensori (lahir sampai usia 11 bulan), Tahap anal-muskular (usia
1-3 tahun / toddler), Tahap falik (3-6 tahun / pra sekolah), Tahap latensi
(6-12 tahun / masa sekolah), Genital (13 tahun keatas / pubertas atau
remaja sampai dewasa). Perkembangan kognitif diantaranya Tahap
sensori-motorik (0 sampai 2 tahun), Praoprasional (2 sampai 7 tahun),
Concrete operational (7 sampai 11 tahun), Formal operation (11 sampai 15
tahun). Perkembangan moral yatu, Tingkat premoral (prekonvensional) :
lahir sampai 9 tahun, Tingkat moralitas konvensional : 9-13 tahun, Tingkat
moralitas pasca konvensional : 13 tahun sampai meninggal. Perkembangan
spiritual meliputi, Masa kanak-kanak (sampai tujuh tahun), Masa anak
sekolah, Masa remaja (12-18 tahun). Denver Development Screening Test
(DDST), merupakan salah satu instrumen untuk skrinning perkembangan
anak dan bukan test diagnostik atau test IQ. Adapun Antropometri berasal
dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Supartini, Y. (2002). konsep dasar keperawatan anak . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai