disusun oleh:
Chanti Melnawati 319002
B. Etiologi
Penyebab yang paling umum dari aritmia ventrikel adalah penyakit
miokard (iskemi dan infark), yang disertai dengan perubahan
keseimbangan elektrolit, gangguan metabolisme, toksisitas obat dan
vasospasme coroner. Karena implus berasal dari ventrikel, maka tidak
melalui system konduksi yang normal melainkan jaringan otot ventrikel.
Hal ini menimbulkan gambaran kompleks QRS yang lebar (< 0,12 detik).
Penyebab dasar suatu aritmia sering sulit dikenali tetapi beberapa faktor
aritmogenik berikut ini dapat menjadi perhatian :
1. Hipoksia : miokardium yang kekurangan oksigen menjadi iritabel
2. Iskemia : infark miokard dan angina menjadi pencetus
3. Stimulasi simpatis : menguatnya otot tonus karena penyebab apapun
(hypertiroid, gagal jantung kongesti, latihan fisik dll) dapat
menimbulkan aritmia.
4. Gangguan elektrolit : ketidakseimbangan kalium, kalsium dan
magnesium
5. Bradikardi : frekuensi jantung yang sangat lambat dapat menjadi
predisposisi aritmia
6. Regangan (stretch) : hipertrofi ventrikel
C. Klasifikasi
1. Aritmia nodus sinus
a) Sinus Bradikardi
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat dengan kecepatan
kurang dari 60 denyut/menit. Hal ini sering terjadi pada olahragawan
dan seringkali menunjukkan jantung yang terlatih baik. Bradikardia
sinus dapat juga disebabkan karena miksedema, hipotermia,vagotoni,
dan tekanan intrakarnial yang meninggi. Umumya bradikardia tidak
perlu di obati kalau tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Tetapi
bila bradikardi > 40/menit dan menyebabkan keluhan pada pasien
maka sebaiknya di obati dengan pemberian sulfasatrofin yang dapat
diiberikan pada intra vena. Sampai bradikardia dapat diatasi.
b) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya tidak
melebihi 170/menit. Keadaan ini biasanya terjadi akibat kelainan
ekstrakardial seperti infeksi, febris, hipovolemia, gangguan
gastrointestinal,anemia, penyakit paru obstruktif kronik,
hipertiroidisme. Dapat terjadi pada gagal jantung.
c) Sinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih
cepat pada watu inspirasi dan menjadi lambat pada waktu ekspirasi.
d) Henti sinus (sinus arrest)
Terjadi akibat kegagalan simpul SA, setelah jedah, simpul SA akan
aktif kembali
2. Aritmia atrium
a) Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat dibedakan
dengan ekstrasistol ventrikular ataupun ekstrasistol atrial. Pada
gambaran EKG ialah adanya irama jantung yang terdiri atas
gelombang T yang berasal dari AV node di ikuti kompleks QRS,
biasanya dengan kecepatan 50-60/menit. Pada trakikardia idionodal
(AV junctional tachycardia atau nodaltachycardia) terdapat dua
macam, yaitu : idiojunctional tachycardia dengan kecepatan
denyutventrikel 100-140/menit, dan axtrasistolik AV junctional
tachycardia dengan denyut ventrikel140-200/ menit.
b) Paroksimal Takikardi Atriuum
Disebut juga takikardia supra vebtrikular. Merupakan sebuah
takikardia yang berasal dari atrium atau AV node. Biasanya
disebabkan karena adanya re-entry baik di atrium, AVnode atau sinus
node. Pasien yang mendapatkan serangan ini merasa jantungnya
berdebar cepat sekali, gelisah, keringat dingin, dan akan merasa
lemah. Kadang timbul sesak nafas dan hipotensi. Pada pemeriksaan
EKG akan terlihat gambaran seperti ekstrasistol atrial yag berturut-
turut > 6. Terdapat sederetan denyut atrial yg timbul cepat berturut-
turut dan teratur.
Gelombang P sering tdk terlihat
Rate : 140-250 x/mnt
c) Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur
Rate : 250-350x/mnt
d) Fibrilasi atrium
Pada fase ini di EKG akan tampak gelombang fibrilasi
(fibrillation wave) yag berupa gelombang yang sangat tidak teratur
dan sangat cepat dengan frekuensi 300 x/menit. Pada pemeriksaan
klinis akan ditemukan irama jantung yang tidak teratur dengan bunyi
jantung yang intensitasnya juga tidak sama.
3. Aritmia ventrikel
a) Kontraksi prematur ventrikel
Terjadi akibat peningkatan otomatis sel ataupun ventrikel PVC
bisa di sebabkan oleh oksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia,
demam, asedosis atau peningktan sirkulkalasi katekolamin. Pada
kontraksi premature ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut
Frekuensi:60-100 x/menit
Gelombang p: tidak akan muncul karena impuls berasal dari
ventrikel
Gelombang QRS: biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih dari
0,10 detik
Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan penyambung
atrium
Irama ireguler bila terjadi denyut premature
b) Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit
arteri koroner, miokard, infark, akut dan chf. Istilah bigemini mengacu
pada kondisi dimana setiap denyut jantung adalah premature.
Karakter:
Frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun, tetapi
biasanya kurang dari 90x/menit.
Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi
lengkap.
Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal
namun PVC yang ulai berselang-seling pada ventrikel akan
mengakibatkan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan
atrium-
Irama: ireguler
c) Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4 atau
lebih. Ekstrasistol eventrikel dapat berkembang menjadi fibrilasi
ventrikel dan menyebabkan cardiac arrest. Penyebab takikardia
ventrikel ialah penyakit jantung koroner, infark miokard akut, gagal
jantung. Diagnosis ditegakkan apabila takikardia dengan kecepatan
antara 150-250/menit, teratur, tapi sering juga sedikit tidak teratur.
Pada gambaran EKG kompleks QRS yang lebar dari 0,12 detik dan
tidak ada hubungan dengan gelombang P.
d) Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur. Hal
ini menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan cukup
sehingga curah jantung menurun atau tidak ada, tekanan darah dan
nadi tidak terukur, penderita tidak sadar dan bila tidak segera ditolong
akan menyebabkan mati. Biasanya disebabkan oleh penyakit jantung
kooner, terutama infark miokard akut. Pengobatan harus dilakukan
secepatnya, yaitu dengan directed current counter shock dengan dosis
400 watt second.
D. Patofisiologi
Di dalam jantung terdapat sel-sel yang mempunyai sifat
automatisasi artinya dapat dengan sendirinya secara teratur melepaskan
rangsang. Impuls yang di hasilkan dari sel-sel ini akan digunakan untuk
menstimulus otot jantung untuk melakukan kontraksi. Sel-sel tersebut
adalah SA node, AV node, Bundle His, dan serabut Purkinjee. Secara
normal, impuls akan di hasilkan oleh SA node, yang kemudian diteruskan
ke AV node, bundle his, dan terakhir ke serabut purkinje. Terjadinya
aritmia dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Faktor yang pertama ialah menurunnya fungsi SA node, sehingga
AV node menghasilkan impuls sendiri, impuls ini akan diteruskan seperti
biasanya sampai ke serabut purkinje. Pada serabut purkinje akan diterima
2 impuls yang berasal dari SA node dan AV node sehingga menyebabkan
mekanisme reentry. Kedua, impuls yang dihasilkan oleh SA node, akan
terhambat pada percabangan SA node (Sinus arrest) sehingga impuls tidak
sampai ke AV node, maka AV node secara otomatis akan menghasilkan
impuls sendiri sehingga timbul juga irama jantung tambahan.
Penghambatan impuls tidak hanya dapat terjadi pada percabangan SA
node, tetapi dapat terjadi pada bundle his juga.
Gangguan
pembentukan atau
Dilatasi
penghantaran impuls
sel otot
Sel jantung Memic jantung
Degenerasi digantikan ARITMIA u focus
jar. parut ektopi Gagal
k jantung
G. Pemeriksaan penunjang
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri: Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi medis
Obat-obat anti aritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi
yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
2) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
3) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang, sering di igd RJP.
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2. Terapi mekanis
a. Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)
1) Pengertian
Adalah tindakan pemasangan alat permanen pada dada yang
bertujuan mendeteksi dan memberikan energi terbatas ke otot
jantung untuk menghentikan aritmia ventrikel berbahaya pada
kelainan aritmia ventrikular takikardi.
I. Komplikasi
1. Henti jantung
Komplikasi henti jantung terjadi saat jantung berhenti berdetak
secara tiba-tiba, kemudian menyebabkan gangguan pernapasan serta
kehilangan kesadaran akibat gangguan irama jantung. Henti jantung
bisa dikategorikan sebagai kondisi darurat. Apabila tidak ditangani
segera, dapat menyebabkan kematian mendadak.
2. Kontraksi atrial prematur
Kondisi ini merupakan denyut ekstra awal yang dimulai pada ruas
atas jantung, disebut pula sebagai atrium. Biasanya, kontraksi ini tidak
berbahaya dan bisa jadi tidak membutuhkan pengobatan.
3. Supraventrikular
Detak jantung yang cepat biasanya dengan irama yang teratur,
mulai dari atas ruang bawah jantung, atau ventrikel. Supraventrikular
tiba-tiba terjadi dan tiba-tiba juga berakhir.
4. Takikardia ventrikel (V-Tach)
Irama jantung yang cepat mulai dari ruang jantung yang lebih
rendah. Karena jantung berdetak terlalu cepat, maka jantung tidak terisi
darah dengan volume mencukupi. Hal ini dapat menjadi gangguan
jantung yang serius apalagi pada orang yang memiliki penyakit jantung.
Kondisi tersebut mungkin berkaitan dengan gejala lainnya.
5. Bradiaritmia
Kondisi ini ditandai dengan irama detak jantung yang lambat,
mungkin karena adanya gangguan pada sistem listrik pada jantung.
6. Kontraksi ventrikel prematur (PVC)
Gangguan ini salah satu komplikasi yang sering terjadi. Umumnya
kontraksi akan melewatkan detak jantung yang kamu kadang-kadang
merasakannya. Hal ini bisa berhubungan dengan stres, terlalu banyak
kafein atau nikotin. Namun terkadang, PVC bisa juga terjadi karena
penyakit jantung atau ketidakseimbangan elektrolit.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
2. Pengkajian sekunder
Riwayat penyakit
a. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, sroke, hipertensi
b. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit
katup, jantung, hipertensi
c. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksisasi
d. Kondisi psikososial
3. Pengkajian fisik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis otot
jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi
sekuncup
2. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan menurunnya curah
jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau
emboli
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan curah jantung yang rendah,
ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti
pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi
yang buruk selama sakit kritis
C. RENCANA KEPERAWATAN