Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ARITMIA+KARDIOVERSI

RUANG 05

DI SUSUN OLEH :

SITI AULIYA ULFAH

1730054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI NERS

TAHUN AJARAN 2017/2018


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dengan Diagnosa Medis “ARITMIA


ANTERIOR+KARDIOVERSI” di Ruang 05 Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar
Malang yang dilakukan oleh :

Nama : Siti Auliya Ulfah

NIM : 17.30.054

Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik departemen


Keperawatan Dasar, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember - 23 Desember
2017, yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :……………………

Tanggal :……………………

Malang,………………………….

Mahasiswa

(Siti Auliya Ulfah)

Mengetahui :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(…………………………..) (…………………………..)

Kepala Ruang

(…………………………..)
ARITMIA ANTERIOR

A. DEFINISI
Aritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan
frekwensi atau irama. Aritmia adalah gangguan system hantar jantung dan
bukan struktur jantung. Aritmia dapat didefenisikan atau diidentifikasi
dengan menganalisa gelombang EKG. Aritmia dinamakan berdasarkan
pada tempat dan asal implus dan mekanisme hantar yang terlibat.
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel
(Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut
dan konduksi (Hanafi, 1996).
Misalnya, aritmia yang berasal dari nodus sinus ( nodus SA ) dan
frekwensinya lambat dinamakan sinus bradikardi, jika aritmia berasal dari
atrium dinamakan takikardi, jika berasal dari nodus AV atau sambungan
dinamakan fluter dan fibrilasi dan jika berasal dari ventrikel dinamakan
denyut premature.

B. ETIOLOGI
Penyebab dasar suatu aritmia sering sulit dikenali tetapi beberapa
faktor aritmogenik berikut ini dapat menjadi perhatian :
1. Hipoksia : miokardium yang kekurangan oksigen menjadi iritabel
2. Iskemia : infark miokard dan angina menjadi pencetus
3. Stimulasi simpatis : menguatnya otot tonus karena penyebab apapun
(hypertiroid, gagal jantung kongesti, latihan fisik dll) dapat
menimbulkan aritmia.
4. Obat–obatan : efek dari pemberian obat–obatan digitalis atau bahkan
obat-obatan anti arimia itu sendiri
5. Gangguan elektrolit : ketidak seimbangan kalium, kalsium dan
magnesium
6. Bradikardi : frekuensi jantung yang sangat lambat dapat menjadi
predisposisi aritmia
7. `Regangan (stretch) : hipertrofi ventrikel
Dua jenis komplikasi infark miokardium yang harus ditanggulangi
adalah :

1. Ketidakstabilan elektris atau aritmia


2. Disfungsi mekanik atau kegagalan pompa jantung

C. MANIFETASI KLINIS
1. Tanda dan gejala yang timbul pada pasien aritmia :
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema;
haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan
obat antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung
kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan otot
2. Gambaran klinis
Pasien dengan aritmia, gejala awal yang sering ditemukan adalah :
a. Palpitasi yaitu orang tersebut merasakan denyut jantungnya sendiri
bertambah cepat atau melambat.
b. Tanda – tanda penurunan curah jantung seperti
1. Pasien mengeluh pusing yang disertai sinkop ( pingsan )
2. Pulsasi lemah, hemodinamik menurun, akral dingin
3. Pasien kejang dan kesadaran menurun
D. KLASIFIKASI ARITMIA
Jenis jenis aritmia atrium adalah :
1. Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat dibedakan
dengan ekstrasistol ventrikular ataupun ekstrasistol atrial. Pada
gambaran EKG ialah adanya irama jantung yag terdiri atas gelombang
T yang berasal dari AV node di ikuti kompleks QRS, biasanya dengan
kecepatan 50-60/menit. Pada trakikardia idionodal (AV junctional
tachycardia atau nodal tachycardia) terdapat dua macam, yaitu :
idiojunctional tachycardia dengan kecepatan denyut ventrikel 100-
140/menit, dan axtrasistolik AV junctional tachycardia dengan denyut
ventrikel 140-200/ menit

2. Paroksimal Takikardi Atriuum


Disebut juga takikardia supra ventrikular. Merupakan sebuah
takikardia yang berasal dari atrium atau AV node. Biasanya
disebabkan karena adanya re-entry baik di atrium, AV node atau sinus
node. Pasien yang mendapatka serangan ini merasa jantungnya
berdebar cepat sekali, gelisah, keringat dingin, dan akan merasa lemah.
Kadang timbul sesak nafas dan hipotensi. Pada pemeriksaan EKG akan
terlihat gambaran seperti ekstrasistol atrial yag berturut-turut > 6.
a. Terdapat sederetan denyut atrial yg timbul cepat berturut- turut dan
teratur.
b. Gelombang P sering tdk terlihat
c. Rate : 140 – 250x/mnt
3. Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur,
Rate : 250 – 350x/mnt
4. Fibrilasi atrium
Pada fase ini di EKG akan tampak gelombang fibrilasi
(fibrillation wave) yag berupa gelombang yang sangat tidak teratur dan
sangat cepat dengan frekuensi 300/ menit. Pada pemeriksaan klinis
akan ditemukan irama jantung yang tidak teratur dengan bunyi jantung
yang intensitasnya juga tidak sama.

E. PATOFISIOLOGIS
Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat
menimbulkangangguan pada depolarisasi dan repolarisasi jantung,
sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan dilepaskannya berbagai
enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat , maka jalur-
jalur hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan
hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia.
Penurunan kontraktilitas myokard akibat kematian sel juga dapat
menstimulus pangaktifan katekolamin yang meningkatkan rangsang
system saraf simpatis, akibatnya akan terjadi peningkatan frekuensi
jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokonstriksi.
F. PENATALAKSAAN MEDIS
a. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
a. Kelas 1 A
1. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi
atau flutter.
2. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi.
3. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
b. Kelas 1 B
1. Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
2. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c. Kelas 1 C
1. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
3. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
4. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
b. Terapi Mekanis
Kardioversi :
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya
merupakan prosedur elektif, pasien dalam keadaan sadar dan diminta
persetujuannya (Smeltzer, 2001:766).
Kardioversi sinkron adalah renjatan elektris berkala pada
jantung untuk mengatasi disritmia tertentu dimana arus listrik yang
diberikan bervoltase rendah dan diatur untuk tidak menimpa
gelombang T (Nurachmah, 2000:111).
1. Tujuan Kardioversi
Prosedur ini bertujuan untuk menghentikan aktivitas elektris
jantung yang abnormal dan memungkinkan nodul Sino Atria (pacu
jantung alami) menghasilkan irama sinus normal (Nurachmah,
2000).
Menurut Depkes RI (2006) tujuan kardioversi adalah
menghilangkan spesifik aritmia atau ventrikel fibrilasi.
2. Indikasi
Indikasi kardioversi menurut Mancini (1994), adalah:
a. Kardioversi elektif dilakukan untuk penanganan takidisritmia
supra-ventrikular yang stabil dimana tidak berhasil dalam terapi
obat-obatan. Contoh: Takikardia atrial paroksimal (PAT),
fibrilasi atrial, atrial flutter, takikardia jangsional.
b. Kardioversi darurat dilakukan untuk penanganan terhadap
takidisritmia ventrikular dan supraventrikular yang tidak stabil
dan harus ditangani secepatnya untuk mencegah gangguan
hemodinamik.
3. Kontra Indikasi
Kontraindikasi kardioversi menurut Mancini (1994), adalah:
a. Toksisitas digitalis
Kardioversi dan defibrilasi mempertinggi efek dari digitalis
dan dapat berakibat dalam disritmia letal. Pasien dengan
digitalis dosis pemeliharaan biasanya harus menghentikan
digitalisnya untuk minimal 24 jam sebelum dilakukan
kardioversi darurat biasanya tidak diindikasikan untuk disritmia
toksik digitalis.
b. Hipokalemia
Serum kalium harus dievaluasi sebelum dilakukan
kardioversion karena hipokalemia mempertinggi
ketidakstabilan listrik dan dapat mencetuskan disritmia
pascakonversi.
4. Kemungkinan Komplikasi
Kemungkinan komplikasi kardioversi menurut Mancini (1994),
adalah:
a. Fibrilasi ventrikular. (Jika pasien mengarah pada fibrasi
ventricular, putar mode sinkronisasi Off dan lakukan
defibrilasi dengan segera dengan daya 200 watt menit).
b. Depresi pernapasan atau henti napas karena kelebihan sedatif.
c. Emboli sistemik atau pulmonary.
d. Kulit terbakar.

5. Persiapan
a. Pasien
1. Pasien diberitahu penjelasan tentang tujuan tindakan yang
akan dilakukan (Depkes RI, 2006).
2. Posisi pasien diatur terlentang datar (Depkes RI, 2006).
3. Digoksin biasanya dihentikan, 48 jam sebelum dilakukan
kardioversi untuk mencegah terjadinya disritmia pasca
kardioversi. Pasien biasanya diberi penenang secara
intravena sebelum kardioversi dilakukan untuk membantu
anestesia, dan jarang sekali diintubasi setelah anestesi
(Smeltzer, 2001).
b. Alat
1. Kardioverter-defibrillator
2. Monitor elektrokargiogram (EKG)
3. Mesin EKG 12 sadapan
4. Media konduktif (jelli EKG atau pasta atau kasa rendaman
normal salin)
5. Troli kardiak arrest
6. Peralatan penghisap
7. Ambu bag
8. Terapi oksigen
9. Jalan napas misalnya ETT
10. Peralatan pacu darurat
c. Kebutuhan Energi Untuk Kardioversi
Energi yang dibutuhkan untuk mengubah takikardi
ventrikel (TV) tidak stabil pada nadi dapat serendah 10 Joule
(J), tetapi seiring menggunakan energi awal 50 J, diikuti 100,
200, 300 atau 600 J yang dibutuhkan untuk pengubahan.
Energi dibutuhkan untuk mengubah takikardi supraventrikular
(TSVP) dan flutter atrium berkisar antara 25 sampai 75 J pada
awalnya. Kemudian meningkatnya energi dapat diperlukan
untuk pengubahan. Energi yang dibutuhkan untuk mengubah
fibrilasi atrium lebih besar, dimulai dari 100 J dengan
peningkatan sampai 360 J jika perlu. Setelah pengubahan
menjadi irama sinus, terapi selanjutnya harus dimulai (Hudak,
1997).
Kebutuhan Energi untuk Kardioversi
Indikasi Energi dalam Joule (J)
TV tidak stabil 50-360
Takikardi supraventrikular 75-100
Flutter atrial 25 pada awal
Fibrilasi atrial 100pada awal

6. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


a. Bila terjadi asistole, lakukan segera tindakan RJP. Tindakan-
tindakan DC Shock dihentikan bilamana tidak ada respon.
Setiap perubahan gambaran EKG harus diprint (Depkes RI,
2005).
b. Petugas tidak boleh menyentuh tempat tidur dan pasien. Jelly
harus cukup untuk mencegah terbakarnya kulit dada (Depkes RI,
2006).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

H. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer
2. Nyeri akut
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
4. Penurunan curah jantung
5. Intoleransi aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Wood, SL Froelicher, ES (2000). Cardiac Nursing,Philadelphia:Lippincott and


Wilkins
Tucker, RN, BSN< PHN, Susan Martin, ( 1988 ), Patient care standards, The CV
Mosby Company, ST . Louis,Washington DC, Toronto.
Cummins, MD, MPH, MSC, Richard, ( 1999 ). Advance Cardiaclife support
American heart association
Doengoes, Marrilyn E, ( 2000 ), Nursing Care Plans : guidelines forPlanning and
documenting patient care, EGC ,Jakarta
Hudak, RN, PHD, Carolyn M, Gallo, RN< MS< Barbara M 1987 )Critical care
nursing : aholistic approach, EGC,Jakarta
Donna D Ignatavicius, MS, RN, ( 1991 ), Medical Surgical Nursing:A nursing
process approach, Philadelpia : WB Saunders Company
Thaler, Malcom S, The only ECG book you’ll ever need ( 1995 ),JB. Lippincott
company : Philadelphia, USA
Rilantono, Lili Ismudiati, dkk ( 2001 ), Buku ajar Kardiologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
LAMPIRAN
A. Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)

B. Flutter atrium

C. Fibrilasi atrium
I. INTERVENSI

TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


Dx
HASIL KEPERAWATAN
1 Dx : MANDIRI
Penurunan curah jantung b.d - Ukur tanda-tanda vital TD,
penurunan kontraktilitas Nadi, RR tiap jamatau sesuai
miokard indikasi.
Setelah dilakukan tindakan Rasional : dapat memonitor
keperawatan selama 3x24 jam, setiap perubahan
diharapkan : hemodinamik secara cepat.
- Tanda-tanda vital : - Palpasi nadi dan kaji
Nadi : 80 – 100x/menit kelainan yang timbul
RR : 16 – 24 x/ menit Rasional : mengetahui
TD :120/80 x/menit kelainan pulsasi dan kelainan
- Gambaran EKGnormal irama yang timbul
- Kalium : 3,5 - 5 mmol/L - Auskultasi bunyi jantung,
dan kaji irama jantung
Rasional : mengetahui
kelainan bunyi jantung
- Beri oksigen sesuai
kebutuhan dan kolaborasi
Rasional : untuk memenuhi
kebutuhan oksigen
KOLABORASI
- Pantau pemeriksaan
laboratorium (elektrolit)
Rasional : untuk memantau
elektrolit
- Kolaborasi untuk pemberian
obat antiaritmia
Rasional : untuk
menghentikan aritmia
- Tindakan bedah sesuai
indikasi
Rasional : untuk memperbaiki
aliran darah koroner
2 Dx : MANDIRI
Gangguan perfusi jaringan b.d - Monitor perubahan EKG
tidak efektifnya daya pompa Rasional : mengetahui
jantung. perubahan irama jantung
Setelah dilakukan tindakan secara continue
keperawatan selama 3x24 jam, - Monitor tanda-tanda vital
diharapkan : Rasional : untuk memonitor
- Gambaran EKGnormal gangguan hemodinamik dan
- Kalium : 3,5 - 5 mmol/L pernapasan secara cepat
- - Kaji bunyi jantung S3 dan
S4
Rasional : untuk mengatahui
timbulnya bunyi jantung yang
abnormal
- Berikan posisi semifowler
Rasional : untuk mengurangi
penekanan diafragma dan
melancarkan jalan napas
- Batasi penunjung
- Rasional : untuk mengurangi
beban jantung
KOLBORASI
- Pemeberian obat antiaritmia
dan pemeberian diet
- Rasional : untuk
menghentikan aritmia dan
mengatur kebutuhan kalori.

3 Dx : MANDIRI
Ansietas b.d takut ancaman - Kaji rasa takut klien
kematian. Rasional : untuk mengathui
Setelah dilakukan tindakan penyebab
keperawatan selama 3x24 jam, kecemasan/ketakutan
diharapkan : - Kaji koping pasien dan
- Gambaran EKGnormal mengidentifikasi dan
- Kalium : 3,5 - 5 mmol/L mengatasi masalah
Rasional : untuk mengatahui
apakah pasien menggunakan
koping positif dalam
mengatasi masalah
- Bantu pasien dalam
mengungapkan kecemasan
Rasional : untuk mengurangi
tingkat kecemasan pasien
- Beri informasi tentang
produce tindakan, pegobatan
dan lain-lain yang
mencemaskan pasien
Rasional : untuk mengetahui
kecemasan pasien dengan
mengathui prosedur
pengobatan dll

Anda mungkin juga menyukai