ARITMIA+KARDIOVERSI
RUANG 05
DI SUSUN OLEH :
1730054
NIM : 17.30.054
Hari :……………………
Tanggal :……………………
Malang,………………………….
Mahasiswa
Mengetahui :
(…………………………..) (…………………………..)
Kepala Ruang
(…………………………..)
ARITMIA ANTERIOR
A. DEFINISI
Aritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan
frekwensi atau irama. Aritmia adalah gangguan system hantar jantung dan
bukan struktur jantung. Aritmia dapat didefenisikan atau diidentifikasi
dengan menganalisa gelombang EKG. Aritmia dinamakan berdasarkan
pada tempat dan asal implus dan mekanisme hantar yang terlibat.
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel
(Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut
dan konduksi (Hanafi, 1996).
Misalnya, aritmia yang berasal dari nodus sinus ( nodus SA ) dan
frekwensinya lambat dinamakan sinus bradikardi, jika aritmia berasal dari
atrium dinamakan takikardi, jika berasal dari nodus AV atau sambungan
dinamakan fluter dan fibrilasi dan jika berasal dari ventrikel dinamakan
denyut premature.
B. ETIOLOGI
Penyebab dasar suatu aritmia sering sulit dikenali tetapi beberapa
faktor aritmogenik berikut ini dapat menjadi perhatian :
1. Hipoksia : miokardium yang kekurangan oksigen menjadi iritabel
2. Iskemia : infark miokard dan angina menjadi pencetus
3. Stimulasi simpatis : menguatnya otot tonus karena penyebab apapun
(hypertiroid, gagal jantung kongesti, latihan fisik dll) dapat
menimbulkan aritmia.
4. Obat–obatan : efek dari pemberian obat–obatan digitalis atau bahkan
obat-obatan anti arimia itu sendiri
5. Gangguan elektrolit : ketidak seimbangan kalium, kalsium dan
magnesium
6. Bradikardi : frekuensi jantung yang sangat lambat dapat menjadi
predisposisi aritmia
7. `Regangan (stretch) : hipertrofi ventrikel
Dua jenis komplikasi infark miokardium yang harus ditanggulangi
adalah :
C. MANIFETASI KLINIS
1. Tanda dan gejala yang timbul pada pasien aritmia :
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema;
haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan
obat antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung
kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan otot
2. Gambaran klinis
Pasien dengan aritmia, gejala awal yang sering ditemukan adalah :
a. Palpitasi yaitu orang tersebut merasakan denyut jantungnya sendiri
bertambah cepat atau melambat.
b. Tanda – tanda penurunan curah jantung seperti
1. Pasien mengeluh pusing yang disertai sinkop ( pingsan )
2. Pulsasi lemah, hemodinamik menurun, akral dingin
3. Pasien kejang dan kesadaran menurun
D. KLASIFIKASI ARITMIA
Jenis jenis aritmia atrium adalah :
1. Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat dibedakan
dengan ekstrasistol ventrikular ataupun ekstrasistol atrial. Pada
gambaran EKG ialah adanya irama jantung yag terdiri atas gelombang
T yang berasal dari AV node di ikuti kompleks QRS, biasanya dengan
kecepatan 50-60/menit. Pada trakikardia idionodal (AV junctional
tachycardia atau nodal tachycardia) terdapat dua macam, yaitu :
idiojunctional tachycardia dengan kecepatan denyut ventrikel 100-
140/menit, dan axtrasistolik AV junctional tachycardia dengan denyut
ventrikel 140-200/ menit
E. PATOFISIOLOGIS
Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat
menimbulkangangguan pada depolarisasi dan repolarisasi jantung,
sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan dilepaskannya berbagai
enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat , maka jalur-
jalur hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan
hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia.
Penurunan kontraktilitas myokard akibat kematian sel juga dapat
menstimulus pangaktifan katekolamin yang meningkatkan rangsang
system saraf simpatis, akibatnya akan terjadi peningkatan frekuensi
jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokonstriksi.
F. PENATALAKSAAN MEDIS
a. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
a. Kelas 1 A
1. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi
atau flutter.
2. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi.
3. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
b. Kelas 1 B
1. Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
2. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c. Kelas 1 C
1. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
3. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
4. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
b. Terapi Mekanis
Kardioversi :
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya
merupakan prosedur elektif, pasien dalam keadaan sadar dan diminta
persetujuannya (Smeltzer, 2001:766).
Kardioversi sinkron adalah renjatan elektris berkala pada
jantung untuk mengatasi disritmia tertentu dimana arus listrik yang
diberikan bervoltase rendah dan diatur untuk tidak menimpa
gelombang T (Nurachmah, 2000:111).
1. Tujuan Kardioversi
Prosedur ini bertujuan untuk menghentikan aktivitas elektris
jantung yang abnormal dan memungkinkan nodul Sino Atria (pacu
jantung alami) menghasilkan irama sinus normal (Nurachmah,
2000).
Menurut Depkes RI (2006) tujuan kardioversi adalah
menghilangkan spesifik aritmia atau ventrikel fibrilasi.
2. Indikasi
Indikasi kardioversi menurut Mancini (1994), adalah:
a. Kardioversi elektif dilakukan untuk penanganan takidisritmia
supra-ventrikular yang stabil dimana tidak berhasil dalam terapi
obat-obatan. Contoh: Takikardia atrial paroksimal (PAT),
fibrilasi atrial, atrial flutter, takikardia jangsional.
b. Kardioversi darurat dilakukan untuk penanganan terhadap
takidisritmia ventrikular dan supraventrikular yang tidak stabil
dan harus ditangani secepatnya untuk mencegah gangguan
hemodinamik.
3. Kontra Indikasi
Kontraindikasi kardioversi menurut Mancini (1994), adalah:
a. Toksisitas digitalis
Kardioversi dan defibrilasi mempertinggi efek dari digitalis
dan dapat berakibat dalam disritmia letal. Pasien dengan
digitalis dosis pemeliharaan biasanya harus menghentikan
digitalisnya untuk minimal 24 jam sebelum dilakukan
kardioversi darurat biasanya tidak diindikasikan untuk disritmia
toksik digitalis.
b. Hipokalemia
Serum kalium harus dievaluasi sebelum dilakukan
kardioversion karena hipokalemia mempertinggi
ketidakstabilan listrik dan dapat mencetuskan disritmia
pascakonversi.
4. Kemungkinan Komplikasi
Kemungkinan komplikasi kardioversi menurut Mancini (1994),
adalah:
a. Fibrilasi ventrikular. (Jika pasien mengarah pada fibrasi
ventricular, putar mode sinkronisasi Off dan lakukan
defibrilasi dengan segera dengan daya 200 watt menit).
b. Depresi pernapasan atau henti napas karena kelebihan sedatif.
c. Emboli sistemik atau pulmonary.
d. Kulit terbakar.
5. Persiapan
a. Pasien
1. Pasien diberitahu penjelasan tentang tujuan tindakan yang
akan dilakukan (Depkes RI, 2006).
2. Posisi pasien diatur terlentang datar (Depkes RI, 2006).
3. Digoksin biasanya dihentikan, 48 jam sebelum dilakukan
kardioversi untuk mencegah terjadinya disritmia pasca
kardioversi. Pasien biasanya diberi penenang secara
intravena sebelum kardioversi dilakukan untuk membantu
anestesia, dan jarang sekali diintubasi setelah anestesi
(Smeltzer, 2001).
b. Alat
1. Kardioverter-defibrillator
2. Monitor elektrokargiogram (EKG)
3. Mesin EKG 12 sadapan
4. Media konduktif (jelli EKG atau pasta atau kasa rendaman
normal salin)
5. Troli kardiak arrest
6. Peralatan penghisap
7. Ambu bag
8. Terapi oksigen
9. Jalan napas misalnya ETT
10. Peralatan pacu darurat
c. Kebutuhan Energi Untuk Kardioversi
Energi yang dibutuhkan untuk mengubah takikardi
ventrikel (TV) tidak stabil pada nadi dapat serendah 10 Joule
(J), tetapi seiring menggunakan energi awal 50 J, diikuti 100,
200, 300 atau 600 J yang dibutuhkan untuk pengubahan.
Energi dibutuhkan untuk mengubah takikardi supraventrikular
(TSVP) dan flutter atrium berkisar antara 25 sampai 75 J pada
awalnya. Kemudian meningkatnya energi dapat diperlukan
untuk pengubahan. Energi yang dibutuhkan untuk mengubah
fibrilasi atrium lebih besar, dimulai dari 100 J dengan
peningkatan sampai 360 J jika perlu. Setelah pengubahan
menjadi irama sinus, terapi selanjutnya harus dimulai (Hudak,
1997).
Kebutuhan Energi untuk Kardioversi
Indikasi Energi dalam Joule (J)
TV tidak stabil 50-360
Takikardi supraventrikular 75-100
Flutter atrial 25 pada awal
Fibrilasi atrial 100pada awal
B. Flutter atrium
C. Fibrilasi atrium
I. INTERVENSI
3 Dx : MANDIRI
Ansietas b.d takut ancaman - Kaji rasa takut klien
kematian. Rasional : untuk mengathui
Setelah dilakukan tindakan penyebab
keperawatan selama 3x24 jam, kecemasan/ketakutan
diharapkan : - Kaji koping pasien dan
- Gambaran EKGnormal mengidentifikasi dan
- Kalium : 3,5 - 5 mmol/L mengatasi masalah
Rasional : untuk mengatahui
apakah pasien menggunakan
koping positif dalam
mengatasi masalah
- Bantu pasien dalam
mengungapkan kecemasan
Rasional : untuk mengurangi
tingkat kecemasan pasien
- Beri informasi tentang
produce tindakan, pegobatan
dan lain-lain yang
mencemaskan pasien
Rasional : untuk mengetahui
kecemasan pasien dengan
mengathui prosedur
pengobatan dll