Anda di halaman 1dari 14

ARITMIA VENTRIKEL

A. Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark
miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama janung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

B. Etiologi
Penyebab dasar suatu aritmia sering sulit dikenali, tetapi tidak beberapa faktor
aritmogenik berikut ini dapat menjadi perhatian :
1. Hipoksia : miokardium yang kekurangan oksigen menjadi iritabel
2. Iskemia : infark miokardium dan angina menjadi pencetus
3. Stimulasi simpati : menguatnya tonus otot karena penyebab apapun
4. Obat-obatan : efek pemberian obat-obatan digitalis atau bahkan obat-obat anti artimia sendiri
5. Gangguan elektrolit : ketidakseimbangan kaliumn kalsium dan magnesium
6. Regangan (stretch) : hipertrofi ventrikel

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :


1. Peradangan jantung, misalnya demam rematik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (arterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya
iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.
6. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
7. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
8. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
9. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).

C. Macam – Macam Aritmia


1. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju
gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak disandapan I,II
dan aVF.
2. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju kurang
dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.
3. Komplek atrium premature
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan kompleks atrium
prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak
teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P berikutnya.
4. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur
sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
5. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan teratur, dan
gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji.

6. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel. Aktifitas
atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit.
7. Komplek jungsional premature
8. Irama jungsional
9. Takikardi ventrikuler

D. Klasifikasi
Jenis-jenis aritmia ventrikel
1. Ventrikel ekstrasistol (VES,PVB,PVC)
2. Ventrikel takikardi (VT)
3. Ventrikel fibrilasi (VF)

E. Patofisiologi
Supraventrikuler Takikardi (SVT) terjadi karena adanya faktor re-entri impuls pada SA
node/atrium. Tekanan karotid dan manuver valsava dapat memperlambat denyut jantung. SVT
dapat diketahui dengan perubahan gelombang P :
 50 % terjadi gelombang P menghilang dan terbenam dalam QRS atau retrograde gelombang.
 10-30% terjadi anterograde atau polimorf gelombamg P, re-entri pada AV node.
 5-10% terdapat re-entri SA node yaitu intra arterial re-entri yang ditandai dengan gelombang P
arterograde.
 Sisanya adalah intra arterial re-entri ditandai dengan bifasik gelombang P.
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung. Sebelum
melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu melihat pasien
secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan
dan frekuensi pernafasan.
Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah : Bentuk tubuh
gemuk/kurus, anemis, sianosis, sesak nafas, keringat dingin, muka sembab, oedem kelopak
mata, asites, bengkak tungkai/pergelangan kaki, clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi
adalah :Kecepatan/menit, kuat/lemah (besar/kecil), teratur atau tidak, isi setiap denyut sama kuat
atau tidak.
1. Inspeksi
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis, mudah terlihat pada pasien yang kurus dan
tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah
Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang
intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri
berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik kekiri.
2. Palpasi
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point of
Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir melalui
katup yang menyempit atau mengalami gangguan.
3. Perkusi
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi. Tujuannya
adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut
penguasaan teknik dan pengalaman,diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa harus
mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.
4. Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi jantung,
murmur dan gesekan (rub). Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung
merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari
dinding dada.
 Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis).
 Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).
 Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian ventrikel
ketika diastole dan mengikuti S2.
 Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang
lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan
ventrikel.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana
disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan
untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis
sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

H. Penatalaksanaan
a. Terapi Medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Antiaritmia Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
a) Kelas 1 A
 Quinidin : adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya
atrial fibrilasi atau flukter.
 Procainamide : untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmia yang menyertai anestesi.
 Dyspiramide : untuk SVT akut dan berulang.
b) Kelas 1 B
 Lignocain : untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
 Mexiletine : untuk aritmia ventrikel dan VT.
c) Kelas 1 C
 Flecainide : untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
2. Antiaritmia Kelas 2 (Beta Adrenergik Blokade)
 Atenol, Metroprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pektoris dan hipertensi.
3. Antiaritmia Kelas 3 (Prolong Repolarisation)
 Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
4. Antiaritmia Kelas 4 (Calsium Channel Blocker)
 Verapamil, indikasi Supraventrikular aritmia.
b. Terapi Mekanis
1. Kardioversi : Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pda keadaan gawat darurat.
3. Defibrilator Kardioverter Implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode
takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi
ventrikel.
4. Terapi Pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot
jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Penyakit
 Faktor resiko keluarga, contoh ; penyakit jantung, stroke, hipertensi.
 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit jantung, hipertensi.
 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat antiaritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya
intoksikasi.
 Kondisi psikososial.
b. Pengkajian Fisik
 Aktivitas : Kelelahan umum..
 Sirkulasi : Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur, defisit
nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan
kelembaban berubah, missal; pucat sianosis, berkeringat, edema, haluaran urine menurun bila
curah jantung menurun berat.
 Integritas Ego : Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak, marah, gelisah,
menangis.
 Makanan/Cairan : Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual
muntah, perubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
 Neurosensori : Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
 Nyeri/Ketidaknyamanan : Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat antiangina, gelisah.
 Pernafasan : Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman
pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal, hemoptisis.

2. DATA FOKUS
Kasus :
Pasien Tn. Dj, 27 tahun, dirawat diruang perawatan CCU (coronary care unit) dengan
gangguan irama jantung. Pada pengkajian gambaran EKG, irama dasar sinus rhtym tetapi
kadang-kadang muncul gambaran ventrikel ekstra sistol dan ventrikel takikardi. Pada riwayat
penyakit, pasien pernah dirawat dengan masalah yang sama dan elektrolyt imbalance. Hasil
pemeriksaan kalium : 1,8 mmol/L, Na : 134 mmol/l, Clorida : 100mmol/l.

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengeluh pusing yang disertai - Denyutan nadi lemah
pingsan (sinkop) - Hemodinamik (peredaran darah) menurun
- Pasien mengatakan kaki dan tangannya - Sianosis
dingin dan berkeringat - TD : 100/60 mmHg
- Pasien cepat lelah dan sesak nafas - EKG : Ventrikel extrasistol
- Kalium : 1,8 mmol/L
- Na : 134 mmol/l
- Clorida : 100 mmol/l

Problem Etiologi
Data Fokus
1. DS : - Pasien mengeluh pusing yang Penurunan Kelistrikan
disertai pingsan (sinkop) curah jantung jantung
- Pasien mengatakan kaki dan
tangannya dingin dan berkeringat

DO : - Denyutan nadi lemah


- Hemodinamik (peredaran darah)
menurun
- Sianosis
- TD : 100/60 mmHg
- EKG : Ventrikel extrasistol
2. Gangguan Kurangnya
DS : - Pasien mengeluh pusing yang keseimbangan keseimbangan
disertai pingsan (sinkop) elektrolit Kalium
- Pasien cepat lelah dan sesak nafas

DO : - Denyutan nadi lemah


- Hemodinamik (peredaran darah)
menurun
- TD : 100/60 mmHg
- EKG : Ventrikel extrasistol
- Kalium : 1,8 mmol/L
- Na : 134mmol/l
- Clorida : 100 mmol/l

3. Intoleransi Kekurangan
aktifitas suplai oksigen
DS : - Pasien mengeluh pusing yang (O2)
disertai pingsan (sinkop)
- Pasien cepat lelah dan sesak nafas

DO : - Denyutan nadi lemah


- Hemodinamik (peredaran darah)
menurun
- TD : 100/60 mmHg
- EKG : Ventrikel extrasistol
- Kalium : 1,8 mmol/L
- Na : 134mmol/l
- Clorida : 100 mmol/l

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi

1. Penurunan curah jantung b.d 25/ 9 / 2012 25/ 9 / 2012


kelistrikan jantung

2. Gangguan keseimbangan elektrolit b.d 25 / 9 / 2012 26 / 9/ 2012


kurangnya keseimbangan kalium

Intoleransi aktivitas b.d kurangnya


3. suplai oksigen (O2) 25/ 9/ 2012 26 / 9 / 2012

5. INTERVENSI

NO Tanggal Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. 25/ 9 / 2012 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Raba nadi (radial,
selama 2x24 jam masalah penurunan femoral, dorsalis pedis)
curah jantung sudah teratasi dengan catat frekuensi,
criteria hasil : keteraturan, amplitudo
1. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung dan simetris.
adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi Rasional : untuk
dalamrentang normal, haluaran urin adekuat, nadi mengetahui nadi
teraba sama, status mental biasa 2. 2. Auskultasi bunyi
2. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya jantung, catat frekuensi,
disritmia irama. Catat adanya
3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan denyut jantung
kerja miokardia ekstra,penurunan nadi.
Rasional : untuk
mengetahui tekanan nadi
dan frekuensi jantung
3. Kaji kulit terhadap
pucat dan sianosis.
Rasional : Pucat
menunjukkan
menurunnya perfusi
perifer sekunder terhadap
tidak adekuatnya curah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan jantung, vasokontriksi dan
selama 2x24 jam masalah gangguan anemia.
keseimbangan cairan sudah teratasi
dengan criteria hasil : -Monitor pengeluaran
- Volume stabil keseimbangan elektrolit urin, catat jumlah,
konsentrasi , dan
warna
Rasional : untuk
mengetahui jumlah
pengeluaran urine
2. 25 / 9 / 2012 setiap hari
-Ukur keseimbangan
cairan masuk dan
keluar dalam 24 jam
Rasional : untuk
mengetahui
keseimbangan cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan yang masuk ke dalam
selama 2x24 jam masalah intoleransi dan cairan yang
aktivitas sudah teratasi dengan criteria keluar
hasil :
- Klien akan berpartisipasi pada aktivitas
yang diinginkan.
- Memenuhi perawatan diri sendiri.
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas
yang dapat diukur, dibuktikan oleh
menurunnya kelemahan dan kelelahan.

- Beri terapi oksigen


Rasional : agar
kebutuhan oksigen
terpenuhi
- Anjurkan pasien
untuk mengindari
aktifitas yang
berlebihan
Rasional : untuk
3. 25 / 9 / 2012 mengurangi
kebutuhan oksigen
yang berlebihan.

6. IMPLEMENTASI

NO Tanggal Diagnosa Implementasi Keperawatan


1. 25 / 9 / 2012 I Jam 08.00
1. meraba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat
frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama.
Catat adanya denyut jantung ekstra,penurunan
nadi.
3. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah
jantung

Jam 08.00
1. Monitor pengeluaran urin, catat jumlah,
konsentrasi , dan warna
2. 25 / 9 / 2012 II
2. Mengukur keseimbangan cairan masuk
dan keluar dalam 24 jam

Jam 08.00
1. Memberikan terapi oksigen

2. Menganjurkan pasien untuk mengindari


aktifitas yang berlebihan
3. 25 / 9 / 2012 III
7. EVALUASI
NO Tanggal S.O.A.P Paraf dan nama
jelas
1. 25 / 9 / 2012 S: pasien sudah tidak mengeluh pusing
O: TD :120/80 mmHg
EKG sinus rhtym
A: Tujuan tercapai masalah resiko gangguan
penurunan curah jantung sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan

2. 25 / 9/ 2012 S : Pasien sudah tidak merasa dingin


O: TD : 120/80 mmHg
A:Masalah gangguan keseimbangan
elektrolit sudah teratasi
P:Intervensi dihentikan

3. 25 / 9 / 2012 S: Klien sudah sehat


O: Natrium normal : 135-145 mEq/L
Kalium normal :3,5- 5,5 mmol/l
Cloridanormal : 22-26mEq/L
A: Masalah sudah teratasi kurangnya suplai
oksigen
P: Intervensi dihentikan
Aspek Legal Etik Keperawatan
Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang
untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan
tersebut dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara
moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :

1. Otonomi (Penentuan Pilihan)


Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini
adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Praktek professional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak pasien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

2. Benefisiensi (Do Good)


Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan
kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Nonmalefisien( Do no harm)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya /
cedera secara fisik dan psikologik.

5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa
pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
6. Fidelity
Prinsip ini membutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan mentapi janji serta menyimpan rahasia pasien.
Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga
privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dicegah.

8. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada
setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar
pasti yang mana tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali.

Ke-delapan prinsip terebut harus senantiasa menjadi pertimbangan dalam pengambilan


keputusan dengan klien yang skabies : apakah otonomi klien dihargai, bila klien Tn.JR
menginginkan perawatan dilakukan oleh keluarganya, maka kita izinkan asalakan sebelumnya
keluarga klien harus diberikan pengarahan tentang perawatan klien. Apakah keputusan ini
mencegah konsekuensi bahaya? Apakah tindakan ini bermanfaat, untuk siapa; apakah keputusan
ini adil dalam pemberian perawatan, perawat tidak boleh membeda-bedakan klien dari status
sosialnya tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian perawatan untuk klien tersebut.
Untuk alasan moral, hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut
kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas
diri,
DAFTAR PUSTAKA
Rokhaeni. Heni.dkk .2001.Keperawatan kardiovaskuler.Jakarta.Bidang Pendidikan dan pelatihan
Talbot.Laura A.dkk.2005.Pengkajian Perawatan Kritis.Jakarta.EGC
Doenges, Marylin E.,dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai