Setelah pemicuan IgE, mediator primer di dalam granula sel mast dilepaskan
komponen utama granul sel mast. histamine yang merupakan mediator primer yang
dilepas akan diikat oleh reseptornya. Ada 4 reseptor histamine (H1,H2,H3,H4) dengan
distribusi yang berbeda dalam jaringan dan bila berikatan dengan histamine akan
bronkokontriksi, dan meningkatnya sekresi mukus. Mediator lain yang segera dilepaskan
serta faktor kemotaksis untuk neutrofil dan eosinofil. Mediator lain ditemukan dalam
matriks granula dan meliputi heparin serta protease netral (misalnya, triptase). Protease
Mediator ini mencakup dua kelompok senyawa mediator lipid dan sitokin. Mediator lipid
dihasilkan melalui aktivitas fosfolipase A2, yang memecah fosfolipid membrane sel mast untuk
menghasilkan asam arakhidonat. Selanjutnya asam arakhidonat merupakan senyawa induk untuk
menyintesis leukotrien dan prostaglandin.
a) Leukotrien berasal dari hasil kerja 5-lipoksigenase pada prekusor asam arakhidonat dan
sangat penting pada patognesis hipersensitivitas tipe 1. Leukotrien C4 dan D4 merupakan agen
vasoaktif dan spasmogenik yang dikenal paling poten, agen ini beberapa ribu kali lebih aktif
daripada histamin dalam meningkatkan permeabilitas vaskular dan dalam menyebabkan
kontraksi otot polos bronkus. Leukotrien B4 sangat kemotaktik untuk neutrofil, eosinofil, dan
monosit.
d) Sitokin yang diproduksi oleh sel mast (TNF, IL-1, IL-4, IL-5 dan IL-6)
dan kemokin berperan penting pada reaksi hipersensitivitas tipe I melalui
kemampuannya merekrut dan mengaktivasi berbagai macam sel
radang. TNF merupakan mediator yang sangat poten dalam adhesi,
emigrasi, dan aktivasi leukosit. IL-4 juga merupakan faktor pertumbuhan
sel mast dan diperlukan untuk mengendalikan sintesis IgE oleh sel B. IL-
5 mengaktifkan eosinofil
Secara ringkas, berbagai senyawa kemotaksis, vasoaktif, dan
bronkospasme memerantai reaksi hipersensitivitas tipe 1.
Beberapa senyawa ini dilepaskan secara cepat dari sel mast
yang tersensitasi dan bertanggung jawab terhadap reaksi
segera yang hebat yang berhubungan dengan kondisi seperti
anafilaksis sistemik. Senyawa lain, seperti sitokin, bertanggung
jawab terhadap reaksi fase lambat, termasuk rekrutmen sel
radang. Sel radang yang direkrut secara sekunder tidak hanya
melepaskan mediator tambahan, tetapi juga menyebabkan
kerusakan epitel setempat.
KESIMPULAN
Hipersensitivitas tipe 1 merupakan suatu respons jaringan yang terjadi
secara cepat (secara khusus hanya dalam bilangan menit) setelah
terjadi interaksi antara alergen dengan antibody IgE yang sebelumnya
berikatan pada permukaan sel mast dan basofil yang tersensitisasi.
Urutan kejadian reaksi hipersensitivitas tipe 1 adalah sebagai berikut:
1. Fase sensitasi
2. Fase aktivasi
3. Fase efektor
Banyak reaksi tipe hipersensitivitas 1 yang terlokalisasi mempunyai
dua tahap yang dapat ditentukan secara jelas:
1. Respon awal, ditandai dengan vasodilatasi, kebocoran vascular, dan
spesme otot polos, yang biasanya muncul dalam rentang waktu 5
hingga 30 menit setelah terpajan oleh alergen dan menghilang
setelah 60 menit.
2. Reaksi fase lambat, yang muncul 2 hingga 8 jam kemudian dan
berlangsung selama beberapa hari. Reaksi fase lambat ini ditandai
dengan infiltrasi eosinofil serta sel radang akut dan kronis lainnya
yang lebih hebat pada jaringan dan juga ditandai dengan
penghancuran jaringan dalam bentuk kerusakan sel epitel mukosa.