Anda di halaman 1dari 32

A.

Pengertian
1. Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium (Smeltzer, 2008).
2. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau
otomatis (Brunner, 2002).
3. Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 2006).
4. Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 2007).
B. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung.
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
C. Tanda Dan Gejala
Gejalah yang timbul meliputi :
1. Pusing,kesadaran menurun
2. Lemah,hampir pingsan,pingsan
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
Tanda yang dapat terjadi meliputi :

1. Hipotensi atau syok


2. Akral dingin dengan penurunan produksi urun
3. Edema paru
D. Pathway
Rusaknya organ jantung
MK: tidak efektifnya Akibat suplai darah tidak adekuat
Jalan nafas
Penyumbatan arteri

Nyeri Dada Aliran darah korener berkurang

Tidak seimbang antara suplay


MK: gangguan rasa Dan kebutuhan O2 ke jantung
Nyaman nyeri
Penyemitan satu cabang korener

MK: penurunan Sebagian miokardium tidak dapat darah dan O2


Curah jantung
1. (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
2. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
E. Patofisiologi
Supraventrikuler Takikardi (SVT) terjadi karena adanya faktor re-entri
impuls pada SA node/atrium. Tekanan karotid dan manuver valsava dapat
memperlambat denyut jantung. SVT dapat diketahui dengan perubahan
gelombang P :
1. 50 % terjadi gelombang P menghilang dan terbenam dalam QRS atau
retrograde gelombang.
2. 10-30% terjadi anterograde atau polimorf gelombamg P, re-entri pada
AV node.
3. 5-10% terdapat re-entri SA node yaitu intra arterial re-entri yang
ditandai dengan gelombang P arterograde.
4. Sisanya adalah intra arterial re-entri ditandai dengan bifasik gelombang
P.
F. Manifestasi Klinis
3. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
4. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
5. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah.
Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
G. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. IGDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
a) Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flutter.
b) Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi.
c) Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

2) Kelas 1 B
a) Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia
miokard, ventrikel takikardia.
b) Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
3) Kelas 1 C
a) Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
1) Atenolol
2) Metoprolol
3) Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
1) Amiodarone
2) Indikasi VT
3) SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
1) Verapamil
2) Indikasi supraventrikular aritmia
e. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS,
biasanya merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung
I. Pengkajian
1. Pengkajian fisik
a. Aktivitas
Kelelahan umum
b. Sirkulasi
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal
pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila
curah jantung menurun berat.
c. Airway
Apakah ada peningkatan sekret? Adakah suara nafas : krekels?
d. Breathing
Adakah distress pernafasan? Adakah hipoksemia berat? Adakah
retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas? Apakah ada bunyi
whezing? Mungkin ada menunjukkan komplikasi pernapasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
trombo embolitik pulmonal (hemoptisis
J. Diagnosa Keperawatan
1. penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung
2. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
3. Tidak efektifnya jalan nafas b.d hambatan upaya nafas ( nyeri saat

bernafas)
K. Intervesi
a. penurunan Curah Jantung b.d peruban irama jantung
1. identifikasi gejalah penurunan curah jantung
2. monitor tekanan darah
3. monitor keluhan nyeri dada
4. posisikan pasien semih fowler atau fowler dengan kaki ke bawa
atau posisi nyaman
5. fasilitasi pasien dengan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
sehat
b. Gangguan Rasa Nyaman b.d Nyeri akut

Intervensi

1. Kakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik,durasi, frekuensi,dan kualitas
2. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan
3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
c. Tidak efektifnya jalan nafas b.d hambatan upaya nafas
Intervensi
1. monitor polah nafas, kedalaman.usaha nafas
2. monitor bunyi nafas tambahan ( mis: gagling,mengi,wheezing,
ronki
3. posisikan semi fowler atau fowler
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN GANGGUAN


SISTEM KARDIOVASKULER : ARITMIA
DI RUANG IGD RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAAN

I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
Data Umum
a. Identitas Klien
Nama : Ny.N
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Kawin
Tanggal/ jam masuk : 20-03-2015 17.00
Tanggal/ jam pengkajian : 20-03-2015 17.10
No. Register : 83134
Diagnosa Medis : SVT
Alamat : Pusdikav

b. Identitas Keluarga
Nama : Tn. M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Muslim
Pendidikan : Akabri
Pekerjaan : TNI
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Pusdikav
TRIAGE
Merah: Gawat Darurat
Survey Primer
A: Airway : Tidak ditemukan masalah yang
mengganggu
B: Breathing : klien tampak sesak
C: Circulating : ditemukan nadi cepat ( 136X/menit)
Neurologi: GCS: E:4 M:6 V:5
Kesadaran Kuantitatif: kompos mentis
Pasien datang: diantar keluarga
Tanggal kejadian: 20-03-2015
Tempat kejadian: 20-03-2015
Jam: 16.30
Anamnesis:
1) Keluhan utama: dada berdebar-debar disertai sesak
2) Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
Klien datang ke IGD diantar keluarga dengan alasan dada
klien terasa berdebar-debar dan sesak, sesak dirasakan
seperti ditindih benda berat, sesak dirasakan di kedua paru,
skala sesak menggunakan skala ATS sesak berada pada
nilai 4 (sesak bila berajalan 100 meter), klien merasa sesak
saat berjalan.
3) Keluhan menyertai : pusing
4) Riwayat kesehatan masa lalu : klien mengatakan tidak ada
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Klien mengatakan orang tuanya dl menderita penyakit
jantung
7) Data biologis
a) Keadaan umum: tampak sakit berat
b) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 90/50mmhg
Nadi : 160X/menit
Suhu : 36,1°C/axilla
Pernapasan : 45X/menit
SPO2 : 92%

c. Survey Sekunder
Pemeriksaan Fisik per sistem
1. Sistem Pernapasan
Inspeksi
 Tampak pernapasan cuping hidung.
 Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris,
terlihat tidak maksimal.
 Tampak terdapat otot-otot tambahan saat bernapas.
 Pola irama pernapasan teratur
 Tidak terdapat dyspnea
Palapasi
 Tidak terdapat nyeri pada sinus paranasalis
 Vocal fremitus tampak simetris pada di kedua paru
 Tidak terdapat krepitasi
Perkusi
 Terdengar bunyi sonor
 Batas paru di ICS 1 – 6 kanan dan kiri
Auskultasi
 Tidak terdengar adanya suara napas tambahan
 Suara napas normal
 Vesikular : terdengar hampir diseluruh lapang
paru
 Bronchial : terdengar di substernal notch
 Bronchiovesikular: terdengar dipercabangan trakhea
Masalah Keperawatan: inadekuat suplay oksigen ke
jaringan
2. Sistem Kardiovaskular
Inspeksi
 Ictus cordis tidak terlihat
 Tampak cyanosis sekitar mulut
Palpasi
 Ictus cordis teraba
 Capillary refil time > 2 detik
 pitting edema di kaki tidak ada
Perkusi
 Terdengar bunyi pekak
Auskultasi
 Bunyi jantung I, terdengar di ICS IV linea sternalis dan
ICS V linea midclavicularis kiri, HR 74 x/menit
 Bunyi jantung II, terdengar di ICS II linea sternalis kanan
dan ICS II liena sternalis kiri.
Masalah keperawatan: resiki tinggi penurunan curah
jantung

3. Sistem Pencernaan
Inspeksi
 Mulut: kondisi bibir kering, lidah terlihat bersih
 Gigi: adanya caries gigi
 Abdomen: bentuk abdomen cembung
Auskultasi
 Bunyi peristaltik usus lemah
Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi
 Terdengar bunyi timpany
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah
keperawatan
4. Sistem Perkemihan
Inspeksi
 Warna urine kuning jernih, dalam 3 jam terdapat urine 200
cc.
Palpasi
 Tidak terdapat nyeri pada regio hipogastrika
Perkusi
 Terdengar redup atau tympany pada regio hipogastrika
 Tidak ada nyeri ketuk pada daerah costo vertebral angle
kanan dan kiri.
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah
keperawatan

5. Sistem Persarafan
Inspeksi
 Bentuk muka simetris, mulut tidak mencong
 Tidak terdapat adanya tremor
 Tidak terdapat hemiparase
 Nilai kesadaran kualitatif klien yaitu compos mentis
 Nilai kesadaran kunatitatif klie, GCS: 15
Perkusi
 Adanya reflek patologis: reflek babinski -/-
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah
keperawatan

6. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi
 Ekstremitas simetris
 Tidak terdapat atrofi
 Kekuaatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan
5, kaki kiri 5.
 Klien tampak lemas
Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan
Masalah keperawatan: intoleransi aktivitas

7. Sistem Panca Indra


Inspeksi
 Penglihatan: conjungtiva merah muda, sclera putih, tidak
terdapat benjolan pada palphebrae, tidak terdapat
hematom reflek cahaya diameter 2/2
 Pendengaran: bentuk dan kondisi pinna utuh, canalis
bersih, reflek cahaya politser ada, tidak ada pengeluaran
cairan otak dari telinga.
Palpasi
 Penglihatan : TIO tidak dilakukan
Masalah keperawatan: tidak ada

8. Sistem Endokrin
Inspeksi
 Bentuk tubuh tidak terdapat gigantisme, kretinisme
 Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
 Tidak terdapat luka ganggrene
Palpasi
 Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah
keperawatan

9. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah
keperawatan

10. Sistem Integumen


Inspeksi
 Rambut: terlihat bersih, warna hitam kecoklatan, distribusi
rambut rata, tidak mudah patah.
 Bentuk kuku cembung,
 Kulit: tampak kering.
Palpasi
 Tekstur bersisik, kering, turgor kulit : kembali lambat saat
di tekan. > 2 detik.
Masalah keperawatan: keterbatasan merawat diri.
1) Data psikologis
a) Gambaran diri: tidak terkaji
b) Harga diri: tidak terkaji
c) Ideal diri: tidak terkaji
d) Identitas diri: tidak terkaji
e) Peran: tidak terkaji
d. Data Penunjang
 EKG : SVT
 Laboratorium
Tanggal 20/03/2015
Hasil satuan Nilai Rujukan

Hb 13.7 g/ dL 14-17.5
Ht 38.0 % 40-52
Eritrosit 4.60 jutaµL 4.50-5.90
MCV 84 fl 80-96
MCH 31 pg/mL 28-33
MCHC H 36 g/dl 33-36
Jumlah Leukosit 11.560 ribu/µL 3.80-10.6
Jumlah Trombosit 271 ribu/µL 150-450

B. Pengelompokan Data
Data Obyektif Data Subyektif

 Hasil EKG menunjukkan hasil  Klien mengeluh dada terasa


gambaran SVT berdebar-debar
 Tampak cyanosis sekitar mulut  Klien mengeluh dada teresa
 CRT : > 2 detik sesak
 Klien tampak sesak
 Klien tampak lemas
 Tampak pernafasan cuping
hidung
 Tampak otot-otot tambahan saat
bernafas
 Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 90/50 mmHg
Suhu : 36,1 0C
Nadi : 160 x/menit
Pernapasan : 45X/menit

C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah

DO : Faktor re-entri impuls pada SA Penurunan


 Hasil EKG node/atrium curah
menunjukkan hasil jantung
gambaran SVT Tekanan karotid & manuver
 Tampak cyanosis valsave
sekitar mulut
 CRT : > 2 detik Mempercepat denyut jantung

Nadi : 160
Nadi cepat
x/menit
Tekanan Darah :
90/50 mmHg

DS :
 Klien mengeluh
dada terasa
berdebar-debar

DO : Nadi cepat Inadekuat


 Pernapasan : suplay
45X/menit O2 turun oksigen ke
 Tampak pernafasan jaringan
cuping hidung Merangsang hipotalamus
 Tampak otot-otot
tambahan saat Nafas cepat
bernafas
 Klien tampak sesak
 Klien tampak lemas

DS :
 Klien mengeluh
dada teresa sesak

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


MASALAH

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan


konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
inadekuat suplay oksigen ke jaringan.
M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D

DIAGNOSA PERENCANAAN
N TANGGA
KEPERAWATA
O L TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
N

1. 20-03-2015 Resiko tinggi Tujuan: dalam waktu 1 x 2 jam 1. Raba nadi (radial, Perbedaan frekuensi,
penurunan curah diharapkan resiko penurunan femoral, dorsalis kesamaan dan
jantung curah jantung berkurang sampai pedis) catat frekuensi, keteraturan nadi
berhubungan dengan hilang keteraturan, menunjukkan efek
dengan gangguan Kriteria: amplitudo dan gangguan curah jantung
konduksi  Mempertahankan/meningkatka simetris pada sirkulasi
elektrikal, n curah jantung adekuat yang sistemik/perifer.
penurunan dibuktikan oleh TD/nadi dalam
kontraktilitas rentang normal, haluaran urin Disritmia khusus lebih
2. Auskultasi bunyi
miokardia. adekuat, nadi teraba sama, jelas terdeteksi dengan
jantung, catat
status mental biasa pendengaran dari pada
frekuensi, irama.
 Menunjukkan penurunan dengan palpasi.
Catat adanya denyut
frekuensi/tak adanya disritmia Pendengaran terhadap
jantung ekstra,
 Berpartisipasi dalam aktivitas penurunan nadi bunyi jantung ekstra atau
yang menurunkan kerja penurunan nadi
miokardia membantu
mengidentifikasidisritmi
a pada pasien tak
terpantau

3. Pantau tanda vital dan Meskipun tidak semua


kaji keadekuatan disritmia mengancam
curah jantung/perfusi hidup, penanganan tepat
jaringan untuk mengakhiri
disritmia diperlukan
pada adanya gangguan
curah jantung dan
perfusi jaringan

4. Tentukan tipe Berguna dalam


disritmia dan catat menentukan kebutuhan
irama : takikardi; /tipe intervensi.
bradikardi; disritmia
atrial; disritmia
ventrikel; blok
jantung.

Penurunan rangsang dan


5. Berikan lingkungan
penghilangan stress
tenang. Kaji alasan
akibat katekolamin yang
untuk membatasi
menyebabkan /
aktivitas selama fase
meningkatkan disritmia
akut.
dan vasokontriksi dan
meningkatkn kerja
miokardia.

Meningkatkan
6. Demonstrasikan/doro
partisipasi klien dalam
ng penggunaan
mengeluarkan beberapa
perilaku pengaturan
rasa control dalam
stres misal relaksasi
situasi penuh stress.
nafas dalam
Meningkatkan jumlah
7. Berikan oksigen sediaan oksigen untuk
tambahan sesuai miokard, yan
indikasi menurunkan iritabilitas
yang disebabkan oleh
hipoksia.

Terjadinya disritmia
8. Siapkan/lakukan yang mengancam hidup
resusitasi jantung memerlukan upaya
paru sesuai indikasi intervensi untuk
mencegah kerusakan
iskemia

Meningkatkan
9. Kolaborasi pemberian kontraktilitas otot
terapi Amiodaron jantung

2. 20-03-2015 Risiko terhadap Tujuan: dalam waktu 1 x 2 jam 1. Selidiki nyeri Emboli arteri.
perubahan perfusi diharapkan resiko perubahan dada,dispnea tiba-tiba Mempengaruhi jantung
jaringan perfusi oksigen ke jaringan yang disertai dengan dapat terjadi sebagai
berhubungan berkurang takipnea, nyeri akibat penyakit katup
dengan inadekuat Kriteria: pleuritik,sianosis dan disritmia kronis
suplay oksigen ke  Resiko tidak terjadi pucat.
jaringan Ketidakaktifan/tirah
2. Observasi ekstremitas baring lama
terhadap edema, mencetuskan stasis vena,
eroitema meningkatkan resiko
pembentukan trombosis
vena.

Menandakan emboli
3. Observasi hematuri ginjal

menandakan emboli
4. Perhatikan nyeri splenik
abdomen kiri atas.
N. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Jam No. DK Implementasi Nama dan TTD

20-03-2015 17.30 I 1. Meraba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo dan simetris
2. Mengauskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat
adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi
3. Memantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah Joni
jantung/perfusi jaringan
4. Menentukan tipe disritmia dan catat irama dengan rekam
jantung : SVT
5. Memberikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk
membatasi aktivitas selama fase akut.
6. Mendemonstrasikan/dorong penggunaan perilaku
pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam
2 7. Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi 6 liter/menit
via binasal kanul
8. Memberikan manuver valsave
9. Memberian terapi Amiodaron 150 mg
10. Mengobservasi adanya nyeri dada,dispnea tiba-tiba yang
disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik,sianosis pucat.
11. Mengobservasi ekstremitas terhadap edema, eroitema
12. Mengobservasi adanya hematuri
13. Mengobservasi adanya nyeri abdomen kiri atas.

O. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal No. DK SOAP Nama dan TTD

20-03-2015 I S : klien mengatakan dada berdebar-debar sudah berkurang


O : nadi klien masih cepat (120-150X/menit)
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan Joni

2 S : klien mengatakan masih merasa sesak


O : klien masih tampak sesak (RR : 25-40X/menit)
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J & Moyet, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.

Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, 2002. Kapita Selekta Kedokteran edisi
ketiga jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Nanda, 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima medika.

Potter & Perry, 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1.
Jakarta: EGC

Price, S.A & Wilson. L.M, 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
vol 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
ANALISA TINDAKAN

1. Nama tindakan keperawatan : terapi amiodaron

2. Tujuan : Digunakan untuk mengobati ventricular tachycardia atau fibrilasi ventrikular.

3. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

4. Data Terkait
Data Objektif :
 Hasil EKG menunjukkan hasil gambaran SVT
 Tampak cyanosis sekitar mulut
 CRT : > 2 detik
 Nadi : 160 x/menit
 Tekanan Darah : 90/50 mmHg
Data Subjektif :
Klien mengeluh dada terasa berdebar-debar

5. Intervensi dan Rasional


 Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan
simetris
Rasional : Perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi menunjukkan efek
gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.
 Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra,
penurunan nadi
Rasional : Disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada dengan
palpasi. Pendengaran terhadap bunyi jantung ekstra atau penurunan nadi membantu
mengidentifikasidisritmia pada pasien tak terpantau
 Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan
Rasional : Meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup, penanganan tepat untuk
mengakhiri disritmia diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan perfusi
jaringan
 Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia
ventrikel; blok jantung.
Rasional : Berguna dalam menentukan kebutuhan /tipe intervensi.
 Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
Rasional : Penurunan rangsang dan penghilangan stress akibat katekolamin yang
menyebabkan / meningkatkan disritmia dan vasokontriksi dan meningkatkn kerja
miokardia.

 Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas


dalam
Rasional : Meningkatkan partisipasi klien dalam mengeluarkan beberapa rasa control
dalam situasi penuh stress.
 Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk miokard, yan menurunkan
iritabilitas yang disebabkan oleh hipoksia.
 Kolaborasi pemberian terapi Amiodaron
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas otot jantung

6. Implementasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian terapi Amoidaron
 Cuci tangan dan kenakan handscoen
 Siapkan alat : ambil Amidaron 1 ampul, spiut 5 cc 1 biji, lalu pecahkan tutup
amiodaron dan hisap obat
 Bersihkan area yang akan di masukkan dengan alcohol swab/pastik
 Masukan obat melalui via bolus
 Bersihkan area bolus dengan alcohol swab/pastik
 Bereskan alat-alat, buang jarum pada tempat jarum
 Lepas handscoen dan cuci tangan

7. Evaluasi
Observasi nadi hasil turun menjadi : 100-125X/menit

8. Dampak bila tindakan tidak dilakukan : henti nafas dan henti jantung

Anda mungkin juga menyukai