Anda di halaman 1dari 8

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Angina Pektoris

1. Pengkajian
a. Biodata pasien
b. Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat serangan jantung sebelumnya
 Riwayat penyakit pernafasan kronis
 Riwayat penyakit hipertensi, DM dan ginjal
 Riwayat perokok
 Diet rutin dengan tinggi lemak
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga penyakit jantung, DM, hipertensi, stroke dan penyakit
pernafasan (asma).
d. Riwayat kesehatan sekarang
 Faktor pencetus yang paling sering menyebabkan angina adalah kegiatan
fisik, emosi yang berlebihan atau setelah makan.
 Nyeri dapat timbul mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktivitas).
 Kualitas nyeri: sakit dada dirasakan di daerah midsternal dada anterior,
substernal prekordial, rasa nyeri tidak jelas tetapi banyak yang
menggambarkan sakitnya seperti ditusuk-tusuk, dibakar ataupun ditimpa
benda berat/tertekan.
 Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan dan jari tangan kiri,
lokasinya tidak tentu seperti epigastrium, siku rahang, abdomen, punggung
dan leher, .
 Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti: mual, muntah keringat
dingin, berdebar-debar, dan sesak nafas.
 Waktu atau lamanya nyeri: pada angina tidak melebihi 30 menit dan
umumnya masih respon dengan pemberian obat-obatan anti angina,
sedangkan pada infark rasa sakit lebih 30 menit tidak hilang dengan
pemberian obat-obatan anti angina, biasanya akan hilang dengan pemberian
analgesic.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum:
- Tekanan darah dapat normal, meningkat ataupun menurun.
- Heart rate/nadi dapat terjadi bradikardi/takikardi, kuat/lemah, teratur ataupun tidak.
- Respirasi meningkat
- Suhu dapat normal ataupun meningkat
2) Kepala
 Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun
 Tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis, merintih.
 Terdapat/tidak nyeri pada rahang.
3) Leher
 Tampak distensi vena jugularis
 Terdapat/tidak nyeri pada leher
4) Thorak
 Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan
gangguan katup jantung atau disfungsi otot papilar, perikarditis.
 Irama jantung dapat normal/teratur atau tidak
 Paru-paru: suara nafas bersih/ teratur tapi bisa juga tidak
 Terdapat batuk dengan atau tanpa produksi sputum
 Terdapat sputum bersih, kental ataupun berwarna merah muda
5) Abdomen
 Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik/ulu hati
 Bising usus normal/menurun
6) Ekstremitas
 Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin
 Terdapat edema perifer atau edema umum
 Kelemahan atau kelelahan
 Pucat atau sianosis, kuku datar, pucat pada membrane mukosa dan bibir
7) Respon psikologis
 Gelisah/cemas, seperti takut mati, khawatir dengan keluarga, kerja dan
keuangan.
 Depresi, menarik diri dan kontak mata kurang
 Denial, menyangkal dengan sakitnya dan marah
8) Pemeriksaan diagnostic
 EKG
 Monitor EKG terdapat aritmia
 Rekam EKG lengkap terdapat T inverted/iskemik, segmen ST elevasi
ataupun depresi dan gelombang Q, patologis ini menunjukkan telah terjadi
nekrosis.

 Thorak foto
 Mungkin normal/menunjukkan pembesaran jantung diduga gagal
jantung kongestif.
 Terdapat stenosis aorta
 Penyakit paru lainnya seperti bronchitis/TBC
 Laboratorium
 Kolesterol/trigliserida serum: meningkat menunjukkan risiko IHD
dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol merupakan pemicu
terbentuknya aterosklerosis yang merupakan sebagai penyebab infark.
LDH meningkat dalam 12-14 jam, memuncak dalam 24-48 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal.
 Enzim jantung dan iso enzim: CK, CK-MB (iso enzim yang ditemukan
pada otot jantung) meningkat antara 4 – 6 jam, memuncak dalam 12 –
24 jam, kembali normal dalm 36 – 48 jam. CK-MB serig dijadikan
sebagai indicator AMI, sebab diproduksi hanya saat terjadi kerusakan
jaringan miokardium.
 Elektrolit: ketidakseimbangan dapat memengaruhi konduksi dan
kontraktilitas, seperti hipokalemia/hiperkalemia.
 Sel darah putih: leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari
kedua setelah infark, sehubungan dengan proses inflamasi.
 Analisa gas darah/oksimetri nadi: dapat menunjukkan hipoksia atau
proses penyakit paru akut/kronis.
 Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi/perfusi organ
akut/kronik.
(Wijaya & Putri, 2013)

3. Diagnosa Keperawatan

1. PENURUNAN CURAH JANTUNG BERHUBUNGAN DGN PERUBAHAN INOTROPIK


(ISKEMIA MIOKARD TRANSIEN/MEMANJANG)

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah jantung.
Kriteria hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia menunjukkan
peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja
jantung.

INTERVENSI RASIONAL

Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas,


hipoksemia, dan menurunnya curah jantung.
Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi atau
tekanan darah. hipotensi) karena respon jantung

Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung, Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan
disorientasi. perubahan sensorium.

Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun,


membuat kulit pucat dan warna abu-abu
(tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya
Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi kekuatan nadi perifer

Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan


Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman menurunkan kerja miokard dan risiko
selama episode akut dekompensasi
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam
atau melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai
indikasi Penghematan energy, menurunkan kerja jantung.

Efek yang diinginkan untuk menurunkan


kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan
stress ventricular. Obat dengan kandungan
Pantau dan catat efek atau kerugian respon obat, inotropik negative dapat menurunkan perfusi
catat TD, frekuaensi jantung dan irama terhadap iskemik miokardium. Kombinasi nitras
(khususnya bila memberikan kombinasi antagonis dan penyekat beta dapat memberi efek terkumpul
kalsium, betabloker, dan nitras) pada curah jantung.

Angina hanya gejalab patologis yang disebabkan


oleh iskemia miokard.penyakit yang
emepengaruhi fungsi jantung emnjadi
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala GJK dekompensasi.

Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat


Kolaborasi :
saluran kalsium berperan penting dalam mencegah
Berikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran
dan menghilangkan iskemia pencetus spasme
kalsium, contoh ditiazem (cardizem); nifedipin
arteri koroner dan menurunkan tahanan vaskuler,
(procardia); verapamil(calan).
sehingga menurunkan TD dan kerja jantung.

Penyakit beta, contoh atenolol (tenormin); nadolol


(corgard); propanolol (inderal); esmolal Obat ini menurunkan kerja jantung dengan
(brebivbloc). menurunkan frekuensi jantung dan TD sistolik.

2. INTOLERANSI AKTIFITAS BERHUBUNGAN DENGAN SERANGAN ISKEMIA OTOT


JANTUNG, BERKURANGNYA CURAH JANTUNG.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur, pasien
menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan


frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas Menyebutkan parameter membantu dalam
frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata mengkaji respons fisiologi terhadap stress
selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada; aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari
keletihan dan kelemahan yang berlebihan; kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
diaphoresis; pusing atau pingsan. aktivitas.

Teknik menghemat energi mengurangi


penggunaan energy, juga membantu
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
energi. oksigen.

Kemajuan aktivitas bertahap mencegah


Berikan dorongan untuk melakukan peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan
aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. kemandirian dalam melakukan aktivitas.

3. ANSIETAS BERHUBUNGAN DENGAN RESPON PATOFISIOLOGIS DAN ANCAMAN


TERHADAP STATUS KESEHATAN.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai tingkat yang
dapat diatasi.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai, pasien
menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah, pasien melaporkan ansietas
menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.

INTERVENSI RASIONAL

Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose


Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress. dan prognosis.

Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut,contoh Perasaan tidak ekspresikan dapat menimbulkan
menolak, depresi, dan marah. kekacauan internal dan efek gambaran diri.

Dorong keluarga dan teman untuk menganggap Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga
pasien sebelumnya. dan kerja tidak berubah.

Mungkin diperlukan untuk membantu pasien


Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat
indikasi strategi koping adekuat.

4. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI KODISI,


KEBUTUHAN PENGOBATAN BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA INFORMASI.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien bertambah.


Kriteria hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan, berpartisipasi
dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup.

INTERVENSI RASIONAL

Pasien dengan angina membutuhkan belajar


mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat
Kaji ulang patofisiologi kondisi. Tekankan dikontrol. Ini adalah focus manajemen terapeutik
perlyunya mencegah serangan angina. supaya menurunkan infark miokard.

Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang


sebagai pencetus episode angina, contoh: stress
emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, Dapat menurunkan insiden /beratnya episode
terpajan pada suhu lingkungan yang ekstrem iskemik.

Kaji pentingnya control berat badan, Pengetahuan faktor resiko penting memberikan
menghentikan merokok, perubahan diet dan pasien kesempatan untuk membuat perubahan
olahraga. kebutuhan.

Membiarkan pasien untuk mengidentifikasi


Tunjukan/dorong pasien untuk memantau nadi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk
sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas menghindari stress jantung dan tetap dibawah
sederhana, hindari regangan. ambang angina.

Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi


serangan angina, contoh menghentikan aktivitas, Menyiapkan pasien pada kejadian untuk
pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa
relaksasi. yang harus dilakukan bila terjadi serangan.

Angina adalah kondisi rumit yang sering


memerlukan penggunaan banyak obat untuk
Kaji ulang obat yang diresepkan untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi
mengontrol/mencegah serangan angina. koroner, dan mengontrol terjadinya serangan.

Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter Obat yang dijual bebas mempunyai potensi
kapan menggunakan obat-obat yang dijual bebas. penyimpangan.

(Doengoes, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

1. NANDA International. 2014. Diagnosis Keperawatan 2012-2014 (Definisi dan


Klasifikasi). Jakarta: EGC
2. Doengoes, Marilyn. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

3. Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 1. Yogyakarta: Nuha Medika
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing
5. Kasron. 2012

6. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit). Jakarta: EGC

7. Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (Volume 2).
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai