Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARITMIA)

Diajukan guna memenuhi tugas akademik dalam Praktek Klinik Keperawatan


Medikal Bedah ( KMB )

Dosen Pembimbing :

Parta Suhanda, S.Kp., M.Biomed

Disusun Oleh :

Diyah Dwi Lestari


P27906120007

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PRODI PROFESI NERS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARITMIA)

A. Konsep dasar Penyakit


1. Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh
konduksi elektrolit abnormal atau otomatis.
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi.
Definisi aritmia meliputi gangguan pada frekuensi, konduksi, atau
asal irama yang bukan dari nodus sinus. Seseorang dikatakan menderita
aritmia bila terdapat :
a. Irama jantung bukan berasal dari nodus sinoatrial atau nodus sinus
b. Frekuensi denyut jantung <60x/menit (bradiaritmia) atau > 150x/menit
(takiaritmia)
c. Irama jantung tidak teratur. Sekalipun berasal dari nodus sinus
d. Adanya hambatan konduksi impuls jantung.

2. Mekanisme Aritmia
Dalam keadaan normal, irama denyut jantung akan mengikuti
impuls yang dihasilkan oleh nodus sinoatrial dan dilanjutkan menuju
berkas atrial sehingga memicu kontraksi atrium kemudian ke nodus AV,
berkas His, dan terakhir ke serabut purkinje sebelum terjadi kontraksi
ventrikel. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh persarafan otonom.
Persarafan simpatis meningkatkan frekuensi denyut jantung, sementara
parasimpatis sebaliknya.
Bradiaritmia terjadi ketika impuls dari nodus SA mengalami
depresi sehingga menjadi lebih lambat dari focus impuls lainnya yang
sebenarnya memiliki potensial aksi lebih rendah. Bradiarittmia juga dapat
disebabkan potensial aksi yang dihasilkan oleh nodus SA mengalami
hambatan (SA blok) atau dalam penjalarannya terhambat (AV blok atau
bundle branch block)
Hingga saat ini, dikenal 3 patofisiologi takiarittmia antara lain
automatisitas, re-entry, atau triggered arrhythmia. Pada automatisitas
stimulasi simpatis lebih tinggi dari normal sehingga meningkatkan
frekuensi denyut jantung baik pada nodus SA atau fokus lainnya.
Sementara mekanisme re-entry dan triggered arrhythmia terjadi ketika
terdapat faktor predisposisi atau gangguan pada kanal ion itu sendiri.

3. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya.
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia
jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya
adalah:
a. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung
abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor
resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.
b. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri
menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di
jantung.
c. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
d. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan
fibrilasi atrium (atrial fibrillation). Sebaliknya, metabolisme melambat
ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang
dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
e. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung
pseudoephedrine dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
f. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner,
obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
g. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi
akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula
darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
h. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat
tidur. Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat
tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
i. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada
jantung. Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi
terhadap terjadinya aritmia jantung.
j. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik
di dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung
berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy
(kematian otot jantung).
k. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia
jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat
memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau
kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
4. Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada
ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur
dan ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrium. Gambaran yang terpenting
pada ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur,
gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.
c. Komplek atrium premature
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus
menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelum denyut
sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur,
terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P
berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu
kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus
AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi
atrium cepat dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan
II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah
reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
g. Komplek jungsional premature
h. Irama jungsional
i. Takikardi ventrikuler

5. Tanda Dan Gejala Aritmia


Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu :
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
f. Palpitasi
g. Pingsan
h. Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k. Detak jantung lambat (bradycardia)

6. Patofisiologi
Patofisiologi aritmia berkaitan dengan abnormalitas pembentukan impuls,
serta sistem konduksi jantung, ataupun keduanya.
a. Abnormalitas Pembentukan Impuls
Abnormalitas inisiasi impul terutama disebabkan :
1) Perubahan automatisitas nodus SA (sinoatrial) atau pacu jantung
laten di sepanjang jalur konduksi atau abnormalitas automatisitas
miosit atrial atau ventrikel. Automatisitas adalah kemampuat
miosit untuk menginisiasi impuls secara spontan tanpa didahului
oleh stimulasi. Ketika nodus SA mengalami penekanan atau
potensial aksi gagal mencapai pacu jantung sekunder, mekanisme
overdrive suppression menurun sehingga sel pacu jantung sekunder
mengambil alih pacu jantung, disebut fokus ektopik.
2) Aktivitas pemicu. Aktivitas pemicu diinisiasi oleh after
depolarization, dimana osilasi depolarisasi pada membran
bervoltase diinduksi oleh ≥1 potensial aksi. Potensial aksi
abnormal dapat dipicu oleh depolarisasi spontan sel non pacu
jantung yang mungkin terjadi pada fase 3 atau awal fase 4. Kondisi
ini disebut afterdepolarization. Akibatnya potensial aksi yang
bertahan lama ini mengakibatkan takikardia. After depolarization
terbagi menjadi early afterdepolarization (terjadi pada fase 3) dan
delayed afterdepolarization (terjadi pada akhir fase 3 atau awal fase
b. Abnormalitas Konduksi Impuls
1) Konduksi blok
Konduksi blok adalah kondisi di mana aliran impuls
mencapai area jantung yang tidak dapat tereksitasi. Iskemia,
fibrosis, inflamasi maupun beberapa obat dapat menimbulkan
konduksi blok ini.
Konduksi blok pada area nodus AV atau sistem His-
Purkinje mencegah penyebaran impuls ke bagian distal. Akibatnya
mekanisme overdrive suppression menghilang. Fungsi pacu
jantung diambil alih oleh area lebih distal sehingga timbul escape
beat.
Bradiaritmia timbul ketika impuls mengalami blokade
diikuti escape rhythm lambat atau asistol. Jika blokade memicu
eksitasi reentrant, maka terjadi takiaritmia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konduksi impuls terkait amplitudo dan laju
kenaikan fase 0, geometri jaringan tersebut dan eksitabilitas
jaringan yang dialiri impuls.
2) Blok unidirectional dan reentry
Pada kondisi blok unidireksi terjadi blokade terhadap
impuls anterograde. Impuls masuk kembali ke area yang
mengalami blokade secara retrograde. Jika impuls listrik
bersirkulasi berulang kali pada daerah tersebut dan periode refraksi
sudah selesai, maka area tersebut dapat tereksitasi. Mekanisme ini
disebut reentry.
Normalnya aliran impuls berasal dari SA node dialirkan
hingga ke seluruh miosit jantung. Pada periode ini sel mengalami
periode refrakter dan tidak dapat tereksitasi hingga menerima
impuls baru dari nodus SA. Akan tetapi ada sekelompok serabut
yang tidak teraktivasi saat depolarisasi pertama sehingga dapat
tereksitasi sebelum impuls habis. Serat tersebut yang berperan
untuk mengeksitasi area lainnya yang sudah tidak mengalami
periode refrakter.
Aktivasi abnormal pada serat tersebut disebabkan
perlambatan kondisi akibat kelainan anatomi maupun fungsional.
Reentry anatomi diakibatkan kelainan anatomi seperti fibrosis.
Reentry fungsional terkait kelistrikan.
Reentry dapat menimbulkan berbagai aritmia yang
signifikan secara klinis di antaranya sinus node reentry, atrial
flutter, atrial fibrilasi, AV nodal reentry, VT, VF.
7. Pathway
8. Klasifikasi Aritmia
Aritmia terbagi menjadi dua :
a. Gangguan Pembentukan Impuls
1) Aritmia Nodus Sinus
a) Sinus Bradikardi
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat denan
kecepatan kurang dari 60 denyut/menit. Hal ini sering terjadi
pada olahragawan dan seringkali menunjukkan jantung yang
terlatih baik. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan karena
miksedema, hipotermia, vagotoni, dan tekanan intrakarnial
yang meninggi. Umumya bradikardia tidak perlu di obati klau
tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Tetapi bila bradikardi
> 40/menit dan menyebabkan keluhan pada pasien maka
sebaikkan di obati dengan pemberian sulfasatrofin yang dapat
diiberikan pada intra vena. Sampai bradikardia dapat diatasi.
b) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya
tidak melebihi 170/menit. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
kelainan ekstrakardial seperti infeksi, febris, hipovolemia,
gangguan gastrointestinal,anemia, penyakit paru obstruktif
kronik, hipertiroidisme. Dapat terjadi pada gagal jantung.
c) Sinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi
lebih cepat pada watu inspirasi dan menjadi lambat pada waktu
ekspirasi.

d) Henti sinus (sinus arrest)


Terjadi akibat kegagalan simpul SA, setelah jedah, simpul
SA akan aktif kembali
2) Aritmia Atrium
a) Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat
dibedakan dengan ekstrasistol ventrikular ataupun ekstrasistol
atrial. Pada gambaran EKG ialah adanya irama jantung yag
terdiri atas gelombang T yang berasal dari AV node di ikuti
kompleks QRS, biasanya dengan kecepatan 50-60/menit. Pada
trakikardia idionodal (AV junctional tachycardia atau nodal
tachycardia) terdapat dua macam, yaitu : idiojunctional
tachycardia dengan kecepatan denyut ventrikel 100-140/menit,
dan axtrasistolik AV junctional tachycardia dengan denyut
ventrikel 140-200/ menit.
b) Paroksimal Takikardi Atriuum
Disebut juga takikardia supra vebtrikular. Merupakan
sebuah takikardia yang berasal dari atrium atau AV node.
Biasanya disebabkan karena adanya re-entry baik di atrium,
AV node atau sinus node. Pasien yang mendapatka serangan ini
merasa jantungnya berdebar cepat sekali, gelisah, keringat
dingin, dan akan merasa lemah. Kadang timbul sesak nafas dan
hipotensi. Pada pemeriksaan EKG akan terlihat gambaran
seperti ekstrasistol atrial yag berturut-turut > 6. Terdapat
sederetan denyut atrial yg timbul cepat berturut- turut dan
teratur, yaitu : Gelombang P sering tdk terliha dan Rate : 140 –
250x/mnt
c) Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur
Rate : 250 – 350x/mnt
d) Fibrilasi atrium
Pada fase ini di EKG akan tampak gelombang fibrilasi
(fibrillation wave) yag berupa gelombang yang sangat tidak
teratur dan sangat cepat dengan frekuensi 300/ menit. Pada
pemeriksaan klinis akan ditemukan irama jantung yang tidak
teratur dengan bunyi jantung yang intensitasnya juga tidak
sama.
3) Aritmia Ventrikel
a) Kontraksi prematur ventrikel
Terjadi akibat peningkatan otomatisa sel ataupun ventrikel
PVC bias di sebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia,
hipokalemia, demam, asedosis atau peningktan sirkulkalasi
katekolamin. Pada kontraksi premature ventrikel mempunyai
karakter sebagai berikut
 Frekuensi:60-100 x/menit
 Gelombang p: tidak akan muncul karena impuls berasal
dari ventrikel
 Gelombang QRS: biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih
dari 0,10 detik
 Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan
penyambung atrium
 Irama ireguler bila terjadi denyut premature
b) Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabkan oleh intoksikasi digitalis,
penyakit arteri koroner, miokard,infark, akut dan chf. Istilah
bigemini mengacu pada kondisi dimana setiap denyut jantung
adalah premature. Karakter:
 frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun,
tetapi biasanya kuranga dari 90x/menit.
 Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
 Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda
kompensasi lengkap.
 Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara
normal namun PVC yang ulai berselang-seling pada
ventrikel akan mengakibatkan hantaran retrograde ke
jaringan penyambung dan atrium
c) Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4
atau lebih. Ekstrasistole ventrikel dapat berkembang menjadi
fibrilasi ventrikel dan menyebabkan cardiac arrest. Penyebab
takikardia ventrikel ialah penyakit jantung koroner, infark
miokard akut, gagal jantung. Diagnosis ditegakkan apabila
takikardia dengan kecepatan antara 150-250/menit, teratur, tapi
sering juga sedikit tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks
QRS yang lebar dari 0,12 detik dan tidak ada hubungan dengan
gelombang P.

d) Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak
teratur. Hal ini menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi
dengan cukup sehingga curah jantung menurun atau tidak ada,
tekanan darah dan nadi tidak terukur, penderita tidak sadar dan
bila tidak segera ditolong akan menyebabkan mati. Biasanya
disebabkan oleh penyakit jantung kooner, terutama infark
miokard akut. Pengobatan harus dilakukan secepatnya, yaitu
dengan directed current countershock dengan dosis 400 watt
second.
b. Gangguan Penghantaran Impuls
1) Blok :
a) Blok SA
Impuls yg dibentuk SA node diblok pada batas simpul SA
dengan jaringan atrium di sekitarnya, shg tdk terjadi aktivitas
baik di atrium maupun ventricle
b) Blok AV,
Blok AV terjadi jika hambatan konduksi terjadi di jalur
antara nodus SA sampai berkaskis
c) Blok intraventrikular/B.B.B
Menunjukkan adanya gangguan konduksi di cabang kanan
atau kiri sistem konduksi, atau divisi anterior atau posterior
cabang kiri. Diagnosis ditegakkan atas dasar pemeriksaan EKG
dengan adanya kopleks QRS yang memanjang lebih dari 0,11
detik dan perubahan bentuk kompleks QRS serta adanya
perubahan axis QRS. Bila cabang kiri terganggu di sebut left
bundle branch blok mempunyai gamaran EKG berupa bentuk
rsR atau R yang lebar I, aVL, V5, V6.
2) Hantaran yang dipercepat :
Syndrome Wolf Parkinson White
Ditandai dengan adanya depolarisasi ventrikel yang
premature termasuk golongan ini. Syndrom Wolff Pakison white
(WPW), gambaran EKG menunjukkan gambaran gelombang P
normal, interval PR memendek (0,11 detik atau kurang), kompleks
QRS melebar karena adanya gelombang delta. Perubahan
gelombang T yang sekunder. Dan syndrom lown ganong levine
(LGL), pada gelombang EKG memperlihatkan adanya gelombang
P normal, interval PR memendek.

9. Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung


a. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di
rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada
Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia
Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding
dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan
Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi
Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

10. Penatalaksanaan Medis


a. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1) Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
a) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flutter. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT
akut dan berulang
b) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
3) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
4) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

b. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesa adanya keluhan yang dirasakan : palpitasi, lemas, pusing,
pingsan, nyeri dada, sesak, batuk, pusing, cemas.
b. Riwayat penyakit
1) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit
katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial
c. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban
berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menruun bila curah jantung menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan,
perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan.
d. Kaji hasil pemeriksaan : lab darah : Hb, elektrolit, enzyme jantung
AGD, Rontgen Thorax : normal atau kardiomegali, terdapat udem
pulmo, Echocardiografi : terdapat kelainan katup, defek kongenital,
tumor miokard, effuse pericard dan atau penurunan fungsi pompa
jantung.

2. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0008) Penuurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh
b. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. (D. 0056) Intoleransi aktivitas berhungan dengan ketidakcukupan
energi (kelemahan)

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Keperawatan
1 Penuurunan curah Curah jantung Perawatan jantung
jantung (D.0008) (L.02008) (I.02075)

Penyebab : Setelah dilakukan Observasi Observasi


 Perubahan irama tindakan a. Identifikasi tanda a. Untuk mengetahui atau
jantung keperawatan selama dan gejala primer mencegah terjadinya
 Perubahan frekuensi … x … diharapkan penurunan curah mortalitas dan morbiditas
jantung keadekuatan jantung jantung (meliputi sehubungan dengan
 Perubahan memompa darah dyspnea, kelelahan, penurunan curah jantung
kontraktilitas untuk memenuhi edema, orthopnea,
 Perubahan preload kebutuhan paroxysmal
 Perubahan afterload metabolisme tubuh nocturnal dyspnea,
meningkat dengan peningkatan CVP).
Gejala tanda mayor : kriteria hasil : b. Identifikasi tanda b. Untuk mengetahui
Subjektif :  Kekuatan nadi dan gejala sekunder sejauhmana tingkat
 Perubahan irama perifer penurunan curah keparahan penurunan curah
jantung : palpitasi meningkat (5) jantung (meliputi jantung dan untuk
 Perubahan preload :  Gambaran EKG peningkatan BB, mengetahui tindakan
lelah aritmia menurun hepatomegaly, keperawatan yang harus
 Perubahan after load (5) distensi vena dilakukan dengan segera
: dyspnea  Lelah menurun jugularis, palpitasi,
 Perubahan (5) ronkhi basah,,
kontraktilitas :  Edema menurun oliguria, batuk,
- Paroxysmal (5) kulit pucat)
nocturnal  Distensi vena c. Monitor tekanan c. Pada gagal jantung awal
dyspnea (DNP) jugularis darah (termasuk atau kronis tekanan darah
- Orthopnea menurun (5) tekanan darah meningkat karena
- Batuk  Dyspnea ortostatik, jika peningkatan tekanan
Objektif : menurun (5) perlu) pembuluh darah sistemik.
 Perubahan irama  Oliguria Pada gagal jantung yang
jantung : menurun (5) lebih lanjut tubuh tidak
- Bradikardia,  Pucat/sianosis mampu untuk
takikardia menurun (5) mengompensasi dan
- Gambaran EKG  Batuk menurun mungkin terjadi hipotensi
aritmia atau (5) yang parah serta ireversibel
gangguan  Suara jantung S3 d. Monitor intake dan d. Ginjal merespon penurunan
konduksi. menurun (5) output cairan curah jantung dengan
 Perubahan preload  Suara jantung S4 mempertahankan air dan
- Edema menurun (5) natrium. Pengeluaran urine
- Distensi vena  Tekanan darah menurun sepanjang hari
jugularis membaik (5) karena perpindahan cairan
- CVP  CRT membaik kedalam jaringan, tetapi
meningkat/menu (5) dapat meningkat pada
run malam hari karena cairan
- hepatomegali kembali ke sirkulasi pada
 Perubahan afterload saat pasien berbaring.
- Tekanan darah e. Monitor BB setiap e. Perubahan berat badan yang
meningkat/menu hari pada waktu tiba-tiba menunjukkan
run yang sama gangguan keseimbangan
- Nadi perifer cairan.
teraba lemah f. Monitor saturasi f. Untuk mengetahui tingkat
- CRT >3detik oksigen oksigenisasi pada jaringan
- Oliguria sebagai dampak adekuat
- Warna kulit tidaknya proses pertukaran
pucat atau oksigen.
sianosis g. Monitor keluhan g. Untuk mengetahui lebih
 Perubahan nyeri dada (missal dini tanda gejala serangan
kontraktilitas intensitas, lokasi, jantung
- Terdengar suara radiasi, durasi,
jantung S3 dan presivitasi yang
atau S4 mengurangi nyeri)
- Ejection fraction h. Monitor EKG 12 h. Untuk mendeteksi ACS /
(EF) menurun sadapan stemi dan menilai QT
interval
Gejala dan tanda i. Monitor aritmia i. Untuk mengetahui
Minor (kelainan irama dan perubahan irama jantung
Subjektif : frekuensi) dan frekuensi denyut
 Perilaku emosional : jantung
cemas, gelisah. j. Monitor nilai j. Membantu dalam
Objektif : laboratorium penegakkan diagnosa dan
 Perubahan preload jantung (missal tindakan keperawatan
- Murmur jantung elektrolit, enzim
- BB bertambah jantung, BNP,
- Pulmonary NTpro-BNP)
artery wedge k. Periksa tekanan k. Untuk mengetahui kekuatan
pressure darah dan frekuensi dan irama jantung sebelum
(PAWP) nadi sebelum dan dan sesudah aktivitas
menurun sesudah aktivitas
 Perubahan afterload l. Periksa tekanan l. Untuk mengetahui respon
- Pulmonary darah dan frekuensi tubuh terhadap obat
vascular nadi sebelum
resistance (PVR) pemberian obat
meningkat/menu (misal beta blocker,
run ACE inhibitor,
- Systemic calcium channel-
vascular blocker, digoksin)
resistance (SVR)
meningkat/menu Terapeutik Terapeutik
run a. Posisikan pasien a. Untuk mengurangi
 Perubahan semi fowler atau kesulitan bernafas dan dan
kontraktilitas fowler dengan kaki mengurangi jumlah darah
- Cardiac index kebawah atau yang kembali ke jantung
(CI) menurun posisi nyaman yang dapat mengurangi
- Left ventricular kongesti paru.
stroke work b. Berikan diet b. Mengatur diet sehingga
index (LVSWI) jantung yang sesuai kerja dan ketegangan otot
menurun (misal batasi jantung minimal, dan status
- Stroke volume asupan kafein, nutrisi terpelihara, sesuai
index ( SVI) natrium, kolesterol, dengan selera dan pola
menurun dan makanan tinggi makan klien.
lemak)
c. Fasilitasi pasien c. Membantu dalam
dan keluarga untuk perubahan pola hidup sehat
modifikasi gaya
hidup sehat
d. Berikan terapi d. Untuk mengurangi
relaksasi untuk kecemasan atau ketegangan
mengurangi stress,
jika perlu
e. Berikan dukungan e. Dalam memberikan
emosional dan dukungan dapat
spiritual mengurangi tingkat
kecemasan
f. Berikan oksigen f. Meningkatkan sediaan
untuk oksigen untuk kebutuhan
mempertahankan miokrdium melawan efek
saturasi oksigen hipoksia/iskemia.
>94%

Edukasi Edukasi
a. Anjurkan a. Untuk mencegah terjadinya
beraktivitas fisik kelelahan
sesuai toleransi
b. Anjurkan b. Latihan fisik rutin secara
beraktivitas fisik bertahap memberikan
secara bertahap adaptasi pada ventrikel kiri
dalam melakukan
kompensasi kebutuhan
suplai darah otot rangka.
c. Anjurkan berhhenti c. Merokok akan
merokok meningkatkan adhesi
trombosit dan merangsang
pembentukan trombus pada
arteri coroner. Hb lebih
mudah berikatan dengan
monoksida dibandingkan
dengan oksigen sehingga
akan menurunkan suplai
oksigen secara umum,
nikotin dan tar mempunyai
respon terhadap sekresi
hormon vasokonstriktor
sehingga akan
meningkatkan beban kerja
jantung.
d. Ajarkan pasien dan d. Untuk memantau kenaikan
keluarga mengukur berat badan dan untuk
BB harian menentukan pemberian
dosis obat
e. Ajarkan pasien dan e. Penurunan curah jantung,
keluarga mengakibatkan gangguan
menngukur intake perfusi ginjal, retensi
dan output cairan natrium/ air, dan penurunan
harian output urine.

Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi a. Membantu proses
pemberian penyembuhan
antiaritmia, jika
perlu
b. Rujuk ke program b. Meningkatkan jumlah
rehabilitasi jantung oksigen yang ada untuk
kebutuhan jantung
sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan
sehubungan dengan
terjadinya iskemia.
2 D.0077 “Nyeri akut” (L.08066) I.08283 “Manajemen
Setelah dilakukan Nyeri”
Penyebab : tindakan asuhan
 Agen pencedera keperawatan selama Observasi a. Mempengaruhi pilihan /
fisiologis (mis …x… jam a. Identifikasi lokasi, pengawasan keefektifan
inflamasi, iskemia, diharapkan tingkat karakteristik, intervensi.
neoplasma) nyeri pasien durasi, frekuensi,
 Agen pencedera menurun, dengan kualitas, intensitas
kimiawi (mis, kriteria hasil : nyeri b. Untuk mengetahui tingkat
terbakar, bahan  Kemampuan b. Identifikasi skala keparahan nyeri
kimia, bahan kimia menuntaskan nyeri c. Untuk mengetahui
iritan) aktivitas 4 c. Identifikasi respon persepsi / reaksi terhadap
 Agen pencedera (cukup nyeri verbal dan nyeri
fisik (mis. Abses, meningkat) non verbal d. Untuk memberikan
amputasi, terbakar,  Keluhan nyeri 4 d. Identifikasi faktor ketenangan kepada pasien
terpotong, (cukup menurun) yang memperberat sehingga nyeri tidak
mengangkat berat,  Meringis 4 dan memperingan bertambah
prosedur operasi, (cukup menurun) nyeri
trauma, dll)  Gelisah 4 (cukup
menurun) Terapeutik
Gejala dan Tanda  Frekuensi nadi 4 e. Berikan teknik e. Memfokuskan kembali
Mayor : (cukup nonfarmakologis perhatian, meningkatkan
Subjektif : membaik) untuk mengurangi kontrol dan meningkatkan
- Mengeluh nyeri  Tekanan darah 4 rasa nyeri harga diri dan kemampuan
Objektif : (cukup (relaksasi nafas koping
- Tampak meringis membaik) dalam)
- Bersikap protektif  Fokus 4 (cukup
(mis. Waspada membaik) I.08243 “Pemberian
posisi menghindari  Nafsu makan 4 Analgesik”
nyeri) (cukup Observasi
- Gelisah membaik)
- Frekuensi nadi Pola tidur 4 (cukup f. Identifikasi riwayat f. Membantu
meningkat membaik) alergi obat mengidentifikasi tindakan
- Sulit tidur yang tepat dalam
pemberian obat
Gejala dan Tanda g. Monitor tanda-
Minor : tanda vital sebelum g. Tanda-tanda vital
Subjektif : dan sesudah merupakan bagian yang
(tidak tersedia) pemberian penting dalam
Objektif : analgesic pemeriksaan dan untuk
- Tekanan darah mengetahui reaksi obat
meningkat Edukasi terhadap tubuh
- Pola nafas berubah h. Jelaskan efek
- Nafsu makan samping dan efek h. Memberikan informasi
berubah terapi obat tentang efek samping obat
- Proses berfikir yang mungkin terjadi pada
terganggu Kolaborasi pasien
- Menarik diri i.Kolaborasi
- Berfokus pada diri pemberian
sendiri analgetik
- Diaforesis i. Analgetik dapat
mengurangi pengikatan
mediator kimiawi nyeri
pada reseptor nyeri
sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri

3 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energy


(D. 0056) (L.05047) (I. 05178)

Penyebab Setelah dilakukan Observasi


 Ketidakseimbangan tindakan a. Identifikasi
antara suplai dan keperawatan dalam gangguan fungsi a. Membantu menentukan
kebutuhan oksigen waktu … x… tubuh yang derajat kerusakan dan
 Tirah baring diharapkan respon mengakibatkan kesulitan terhadap
 Kelemahan fisiologis terhadap kelelahan keadaan yang dialami.
 Imobilitas aktivitas yang b. Monitor kelelahan b. Mengidentifikasi
 Gaya hidup membutuhkan fisik dan emosional kekuatan/kelemahan dan
monoton tenaga meningkat dapat memberikan
dengan kriteria informasi mengenai
Gejala dan tanda hasil : pemulihan
mayor  Keluhan lelah c. Monitor pola dan c. Mengkaji perlunya
Subjektif : menurun (5) jam tidur mengidentifikasi
 Mengeluh lelah  Dyspnea saat intervensi yang tepat.
Objektif : beraktivitas d. Monitor lokasi dan d. Mengidentifikasi
 Frekuensi jantung menurun (5) ketidaknyamanan kekuatan/kelemahan dan
meningkat > 20%  Aritmia saat selama melakukan dapat memberikan
dari kondisi istirahat aktivitas aktivitas informasi mengenai
menurun (5) pemulihan.
Gejala dan tanda  Aritmia setelah
minor beraktivitas Terapeutik Terapeutik
Subjektif : menurun (5) a. Sediakan a. Meningkatkan
 Dyspnea  Sianosis lingkungan nyaman kenyamanan istirahat serta
saat/setelah aktivitas menurun (5) dan rendah dukungan
 Merasa tidak  Warna kulit stimulus (misal fisiologis/psikologis
nyaman setelah membaik (5) cahaya, suara,
beraktivitas  Tekanan darah kunjungan)
 Merasa lemah membaik (5) b. Lakukan latihan b. Mencegah kekakuan
Objektif : Frekuensi napas rentang gerak pasif sendi, kontraktur,
 Tekanan darah membaik (5) dan atau aktif kelelahan otot,
berubah >20% dari meningkatkan kembalinya
kondisi istirahat aktivitas secara dini
 Gambaran EKG c. Berikan aktivitas c. Untuk memberikan
menunjukkan distraksi yang rileksasi dan rasa nyaman
aritmia saat/setelah menenangkan
aktivitas d. Fasilitasi duduk d. Mengoptimalkan energi
 Gambaran EKG disisi tempat tidur, yang belum digunakan.
menunjukan iskemia jika tidak dapat
 Sianosis berpindah atau
berjalan

Edukasi Edukasi
a. Anjurkan tirah a. Meningkatkan
baring kenyamanan istirahat serta
dukungan
fisiologis/psikologis.
b. Anjurkan b. Meminimalkan atrofi otot,
melakukan meningkatkan sirkulasi,
aktivitas secara mencegah terjadinya
bertahap kontraktur.
c. Anjurkan c. Untuk dilakukan
menghubungi pemeriksaan lebih lanjut
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi d. Mengidentifikasi
koping untuk kekuatan/kelemahan dan
mengurangi dapat memberikan
kelelahan informasi mengenai
pemulihan.

Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan a. Mempercepat proses
ahli gizi tentang penyembuhan
cara meningkatkan
asupan makanan.
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk membuat klien dalam
mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencan tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berasil di capai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil
yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2001).
DAFTAR PUSTAKA

https://dosen.stikesdhb..ac.id diakses pada tanggal 6 januari 2021

https://www.academia.edu/31672848/ASKEP_ARITMIA_docx diakses pada


tanggal 5 januari 2021

Amin dan Hardhi.2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Chris tanto, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius

A.G, Dyah. 2014.Askep Aritmia Jantung.


http://www.academia.edu/5453997/ASKEP_ARITMIA_JANTUNG diakses
pada tanggal 5 Juni 2017 pukul 19.00 WIB

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III.


Jakarta Selatan : DPP PPNI.
KASUS

Pada tanggal 12 Desember 2021 Tn. S yang berusia 44 tahun datang ke Rsu Kab
Tangerang dengan keluhan jantung berdebar-debar disertai nyeri, nyeri hilang
timbul seperti tertimpa benda berat, nyeri dibagian dada sebelah kiri menjalar
sampai kebahu kiri, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan saat beraktifitas dan
berkurang saat istirahat. Pasien mengatakan mudah lelah tidak dapat melakukan
aktivitas sepertibiasanya. Saat dilakukan pengkajian wajah pasien tampak sedikit
pucat dan meringis sambil memegangi dada sebelah kiri, pasien dilakukan
pemeriksaan TTV didapatkan hasil Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 128
x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 37.1 °C, saturasi 98%, pasien dilakukan
pemeriksaan EKG dengan hasil gambaran EKG atrial flutter, pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3 L/menit dan terpasang infus vemplon pada tangan kanan.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

I. BIODATA
Identitas pasien
Initial pasien : Tn. S
Usia : 44 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirausaha
Status pernikahan: Menikah
No. RM : 0056862
Tgl pengkajian : 12 Januari 2021
Penanggung jawab
Initial : Tn. A
Usia : 27 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hub dg pasien : Anak
II. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan jantung berdebar-debar disertai nyeri

III. RIWAYAT KESEHATAN


Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 12 Desember 2021 Tn. S yang berusia 44 tahun datang ke Rsu
Kab Tangerang. Tn. S mengatakan jantung berdebar-debar disertai nyeri,
nyeri hilang timbul seperti tertimpa benda berat, nyeri dibagian dada sebelah
kiri menjalar sampai kebahu kiri, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan saat
beraktifitas dan berkurang saat istirahat. Pasien mengatakan mudah lelah
tidak dapat melakukan aktivitas sepertibiasanya. Setelah dilakukan
pengkajian didapatkan hasil Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 128 x/menit,
respirasi 22 x/menit, suhu 37.1 °C, saturasi 98%, pasien dilakukan
pemeriksaan EKG dengan hasil gambaran EKG atrial flutter, pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3 L/menit dan terpasang infus vemplon pada tangan
kanan.
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan dirinya tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang
serius. Pasien mengatakan penyakit yang biasa dirasakan hanya sakit kepala
dan pusing biasa. Pasien mengatakan saat sakit kepala dirinya hanya istirahat
tidur dan mengkonsumsi obat warung.
Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan kedua orangtuanya memiliki riwayat penyakit hipertensi.

IV. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala (Subjektif)
Pekerjaan : Wirausaha Aktivitas/ hobi : Saat sehat pasien selalu
berdagang
Aktivitas waktu luang : Beristirahat
Perasaan bosan/ tidak puas : Pasien bosan di Rs dan ingin segera pulang
kerumah
Keterbatasan karena kondisi : Mudah lelah
Tidur Jam : 22.00 s/d 04.00 WIB, Tidur siang : 1 jam, Kebiasaan tidur : 7-8
jam
Insomnia : Tidak, Yang berhubungan dengan : -
Rasa segar saat bangun : Pasien merasa seperti biasa saja saat bangun dipagi
hari, Pasien masih tampak lemas , Lain-lain : Tidak ada kelainan.

Tanda (Objektif)
Respons terhadap aktivitas yang teramati : Pasien berjalan ke kamar mandi
dengan bantuan, pasien tampak lemas
Kardiovaskular : Ictus cordis terlihat, terdapat nyeri, nyeri hilang timbul
seperti tertimpa benda berat, nyeri dibagian dada sebelah kiri menjalar sampai
kebahu kiri, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan saat beraktifitas dan
berkurang saat istirahat, saat diperkusi bunyi jantung redup, Tidak terdengar
suara jantung tambahan, murmur (-), gallop (-), irama nadi tidak teratur.
Pernapasan : Respirasi 22 x/menit, saat di auskultasi tidak terdengar suara
napas tambahan, saat diperkusi kedua lapang paru sonor
Status mental (mis.,menarik diri/ letargi) : Pasien tampak tenang dan terlihat
lemas
Pengkajian neuromuskular : Pasien terpasang vemplon pada ektermitas atas
dextra
Massa/ tonus otot : Sedikit melemah, Postur : Normal, Tremor : Tidak ada,
Rentang gerak : Bebas, Kekuatan : Cukup kuat, Deformitas : Tidak ada

V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)

Riwayat tentang : Hipertensi : Tidak ada, Masalah jantung : Ya, aritmia

Demam rematik : Tidak ada, Edema mata kaki/ kaki : Tidak ada

Flebitis : Tidak ada, Penyembuhan lambat : Penyembuhan lambat karena


proses penyakit pada aritmia, Klaudikasi : Tidak ada,

Ekstremitas : Kesemutan : Tidak ada

Kebas : Tidak ada, Batuk/ hemoptisis : Tidak ada

Perubahan frekuensi/ jumlah urine : Tidak ada

Tanda (Objektif)

TD : Tangan kanan dengan posisi duduk 130/80 mmHg, Tekanan nadi : 128
x/menit

Gap auskultatori : Tidak ada suara tambahan yang terdengar, Nadi (palpasi) :

Radialis : Teraba kuat, irama tidak teratur 128 x/menit, Jantung (palpasi) :
Tidak teraba adanya massa

Getaran : Tidak terlihat dan teraba adanya getaran, Dorongan : Teraba adanya
dorongan atau denyut jantung yang terlalu kuat

Bunyi jantung : Dup – Lup, Frekuensi : 128 x/menit, Irama : Tidak teratur,
Kualitas : Kurang baik

Friksi gesek : Tidak terdengar, Murmur : Tidak ada

Bunyi napas : Vesikuler, Desiran vaskular : Tidak ada, Distensi vena


jugularis : Tidak ada, Ekstremitas : Baik, Suhu : 37.1 °C, Warna : Sedikit
pucat, Pengisian kapiler : < 3 detik, Tanda Homan’s : Tidak ada, Varises :
Tidak ada, Abnormalitas kuku : Tidak ada

Penyebaran/ kualitas rambut : Merata, Warna : Hitam sedikit beruban

Membran mukosa : Berwarna merah muda dan lembab, Bibir : Bersih dan
tampak pucat

Punggung kuku : Normal, Konjungiva : Anemis, Sklera : Unikterik


Diaforesis : Berkeringan normal

VI. INTEGRITAS EGO


Gejala (Subjektif)
Faktor stres : Pasien mengatakan baru pertama kali dirawat di Rs
Cara menangani stres : Pasien mengatakan menangani setres dengan bersabar
dan berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesehatan kembali
Masalah-masalah finansial : Pasien mengatakan jika sakit tidak ada yang
membantu istri untuk berdagang
Status hubungan : Pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga
serta tetangga
Faktor-faktor budaya : Tidak ada ritual khusus untuk mengobati penyakit
klien
Agama : Islam, Kegiatan keagamaan : Pasien mengatakan selalu ikut serta
dalam kegiatan yang diadakan di majelis
Gaya hidup : Sederhana dan mudah berbaur, Perubahan terakhir : Selama
sakit pasien hanya berbaring di tempat tidur dan sesekali duduk di kursi dan
berjalan dilorong Rs
Perasaan-perasaan : Ketidak berdayaan : Pasien mengatakan saat ini tidak
dapat menjalankan peran dalam kepala keluarga
Keputusasaan : Pasien mengatakan menyesal mengabaikan kesehatan dirinya
Tanda (Obyektif)

Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai)

Tenang √ Cemas . Marah

Menarik diri Takut

Mudah tersinggung Tidak sabar

Euforik

Respons-respons fisiologis yang terobservasi : Pasien mengatakan ingin cepat


sembuh dan beraktifitas seperti sediakala

VII. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)

Pola BAB : Teratur sehari sekali, Penggunaan laksatif : Tidak ada


Karakter fases : Lunak berwarna kuning kecoklatan dan berbau khas feses

BAB terakhir : Pagi hari, Riwayat perdarahan : Tidak ada, Hemoroid : Tidak
ada

Konstipasi : Tidak, Diare : Tidak

Pola BAK : 5-6 kali/hari, Inkontimensia/ kapan : Tidak

Dorongan : Biasa, Frekuensi : 5-6 kali/hari, Retensi : Tidak ada

Karakter urine : Urine bewarna kuning jernih, dan berbau khas urine

Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : Tidak ada

Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : Tidak ada

Penggunaan diuretik : Tidak ada

Tanda (Objektif)

Abdomen : Nyeri tekan : Tidak ada , Lunak/ keras : Tidak ada

Massa : Tidak ada, Ukuran/ lingkar abdomen : 84 cm, Bising usus : 12


x/menit, Hemoroid : Tidak ada, Perubahan kandungan kemih : Tidak ada

BAK terlalu sering : Tidak ada

VIII. MAKANAN/CAIRAN
Gejala (Subjektif)

Diit biasa (tipe) : Makan biasa nasi, lauk pauk, sayuran dan air putih, Jumlah
makanan per hari 3 kali/hari

Makan terakhir/ masukan : Nasi putih, ikan, sayur dan air putih, Pola diit :
Teratur

Kehilangan selera makan : Tidak ada, Mual/ muntah : Tidak

Nyeri ulu hati/ salah cerna : Tidak ada, Yang berhubungan dengan : Tidak
ada

Disembuhkan oleh : - Alergi/ intoleransi makanan : Tidak ada

Masalah-masalah mengunyah/ menelan : Tidak ada

Gigi : 30 buah, terdapat lubang pada gigi geraham kanan atas


Berat badan biasa : 57 kg, Perubahan berat badan : Tidak ada

Penggunaan diuretik : Tidak ada

Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang : 57 Kg, Tinggi badan : 167 cm, Bentuk tubuh : Normal

Turgor kulit : Elastisitas kulit baik, Kelembaban/ kering membran mukosa :


Lembab

Edema : Umum : Tidak ada, Dependen : Tidak ada, Periorbital : Tidak ada

Asites : Tidak ada, Distensi vena jugularis : Tidak ada, Pembesaran tiroid :
Tidak ada, hernia/ massa : Tidak ada, Halitosis : Tidak ada

Kondisi gigi/ gusi : Gigi tampak sedikit kotor, gusi merah muda, tidak ada
stomatitis

Penampilan lidah : Lidah berwarna merah muda, Membran mukosa : Lembab


merah muda, Bising usus : 12 kali/menit, Bunyi napas : Vesikuler

Urin S/ A atau Kemstiks : Urine bewarna kuning jernih

IX. HIGIENE
Gejala (Subjektif)

Aktivitas sehari-hari : Berbaring dan duduk, Tergantung/ Mandiri : Selama


sakit aktivitas dibantu keluarga

Mobilitas : Dibantu keluarga, Makan : Makan sendiri

Hegiene : Mandi 2 kali/hari dibantu keluarga dalam menyiapkan air hangat,


Berpakaian : Ganti pakain 2 kali/hari setiap selesai mandi, menggunakan
pakaian mandiri

Toileting : Pasien selalu ke toilet jika ingin Bak atau Bab secara mandiri

Waktu mandi yang diinginkan : Mandi 2 kali/hari pada pagi jam 05.00 Wib
dan sore jam 16.00 Wib

Pemakaian alat bantu/ prostetik : Tidak ada

Bantu diberikan oleh : Keluarga


Tanda (Objektif)

Penampilan umum : Kurang rapi dan pakain tampak bersih

Cara berpakaian : Pasien mengunnakan kaos lengan pendek dan celana


training Kebiasaan pribadi : Pasien selalu berpenampilan rapi dan bersih

Bau badan : Tidak ada, Kondisi kulit kepala : Bersih, tidak ada lesi,

Adanya kutu : Tidak ditemukan.

X. NEUROSENSORI
Gejala (subjektif)

Rasa ingin pingsan/ pusing : Tidak ada

Sakit kepala : Tidak ada, Lokasi nyeri : Tidak ada, Frekuensi : Tidak ada

Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) : Tidak ada

Stroke (gejala sisa) : Tidak ada

Kejang : Tidak ada, Tipe : Tidak ada, Frekuensi : Tidak ada

Status postikal : Tidak ada kelainan, Cara mengontrol : -

Mata : Kehilangan penglihatan : Tidak ada, Pemeriksaan terakhir : -

Glaukoma : Tidak ada, Katarak : Tidak ada

Telinga : Kehilangan pendengaran : Tidak ada kelainan, Pemeriksaan


terakhir: - Epistaksis : Tidak ada

Tanda (Objektif)

Status mental : Tidak ada kelainan pasien masih berperilaku normal seperti
biasa

Terorientasi/ disorientasi : Waktu: Tidak, Tempat : Tidak, Orang : Tidak

Kesadaran: Composmentis, Mengantuk : Tidak, Letargi : Tidak, Stupor :


Tidak, Koma : Tidak, Kooperatif : Ya, Menyerang : Tidak, Delusi : Tidak

Halusinasi : Tidak, Afek (gambarkan) : Tidak ada kelainan

Memori : Saat ini : Masih baik, Yang lalu : Baik, masih mengingat
masalalunya
Kaca mata : Tidak, Kontak lensa : Tidak ada, Alat bantu dengar : Tidak ada

Ukuran/ rekasi pupil : Ka/ Ki : Baik

Facial drop : Tidak ada, Menelan : Normal

Genggaman tangan/ lepas : Ka/ Ki : Baik, Postur : Seimbang

Refleks tendom dalam : Normal, Paralisis : Tidak ada

XI. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)

Lokasi : Dada sebelah kiri menjalar ke bahu kiri, intensitas (1-10 dimana 10
sangat nyeri) : 5, Frekuensi : Nyeri dirasakan saat beraktivitas

Kualitas : Nyeri seperti tertimpa benda berat, Durasi : Tidak menentu,


Penjalaran : menjalar ke bahu kiri, Faktor-faktor pencetus : Pasien
mengatakan nyeri dirasakan jika pasien aktivitas terlalu berat

Cara menghilangkan, faktor-faktor yang berhubungan : Pasien mengatakan


menghilangkan nyeri selama ini hanya beristirahat

Tanda (Objektif)

Mengkerutkan muka : Meringis, Menjaga area yang sakit : Memegang dada


kiri, Respons emosional : Baik, Penyempitan fokus : Tidak ada

XII. PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)

Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum : Tidak ada

Riwayat bronkitis : Tidak Asma : Tidak

Tuberkulosis : Tidak Emifisema : Tidak

Pneumonia kambuhan : Tidak, Pemanjanan terhadap udara berbahaya : Tidak


ada

Perokok : Ya Pak/ hari : 1 bungkus/hari Lama dalam tahun : 13 tahun

Penggunaan alat bantu pernapasan : Tidak ada

Tanda (Objektif)

Pernapasan : Frekuensi : 22 x/menit, Kedalaman : Normal, Simetris : Ya

Penggunaan otot-otot asesori : Tidak ada, Napas cuping hidung : Tidak ada
Fremitus : Kanan dan kiri normal, Bunyi napas : Vesikuler

Egofoni : Tidak ada, Sianosis : Tampak sedikit pucat pada wajah

Jari tubuh : Tidak, Karakteristik sputum : Tidak ada

Fungsi mental/ gelisah : Baik

XIII. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)

Alergi/ sensitivitas : Tidak ada Reaksi : -

Perubahan sistem imun sebelumnya : Mudah lelah Penyebab : Jantung


berdebar-debar disertai nyeri

Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/ tipe) : Tidak ada

Perilaku resiko tinggi : Tidak ada Periksaan : -

Tranfusi darah/ jumlah : Tidak ada Kapan : -

Gambaran reaksi : Tidak ada

Riwayat cedera kecelakaan : Tidak ada

Fraktur/ dislokasi : Tidak ada

Artritis/ sendi tak stabil : Tidak ada

Masalah punggung : Tidak ada.

Perubahan pada tahi lalat : Tidak ada, Pembesaran nodus : Tidak ada

Kerusakan penglihatan, pendengaran : Tidak ada

Protese : Tidak ada, Alat ambulatori : Tidak ada

Tanda (Objektif)

Suhu tubuh : 37.1 °C Diaforesis : Tidak ada

Integritas kulit : Cukup baik

Jaringan parut : Tidak ada Kemerahan : Tidak ada


Laserasi : Tidak ada Ulserasi : Tidak ada
Ekimosis : Tidak ada Lepuh : Tidak ada
Luka bakar : (derajat/ persen) : Tidak ada, Drainase : Tidak ada
Tandai lokasi pada diagram di bawah ini :

Kekuatan Umum : Tampak sedikit lemah Tonus otot : Cukup kuat


Cara berjalan : Baik ROM : Aktif Parestesia/ paralisis : Tidak ada
Hasil kultur, Pemeriksaan sistem imun : -

XIV. SEKSUALITAS
Aktif melakukan hubungan seksual : Rutin seminggu 1x
Penggunaan Kondom : Tidak
Masalah-masalah/ kesulitan seksual : Tidak ada
Perubahan terakhir dalam frekuensi/ minat : -
a. Wanita
Gejala (Subjektif)
Usia menarke : Lamanya siklus : Durasi :
Periode mentruasi terakhir : Menopouse :
Rabas vaginal : Berdarah antara periode :
Melakukan pemeriksaan payudara sendiri/ mammogram :
PAP smear terakhir :
b. Pria
Gejala (Subjektif)
Rabas penis : Tidak pernah Gangguan prostat : Tidak ada
Sukumsisi : Ya Vasektomi : Tidak
Melakukan pemeriksaan sendiri : Tidak Payudara/ Testis : Normal
Prostoskopi/ pemeriksaan prostat terakhir : -
Tanda (Objektif)
Pemeriksaan : Tidak, Payudara/ penis/ testis : Penis dan testis normal
Kutil genital/ lest : Tidak ada

XV. INTERKASI SOSIAL


Gejala (subjektif)
Status perkawinan : Menikah Lama : 29 tahun
Hidup dengan : Istri dan anak
Masalah-masalah/ stres : Penyakit yang diderita
Keluarga besar : Mendukung
Orang pendukung lain : Kerabat dan tetangga
Peran dalam struktur keluarga : Kepala rumah tangga
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/ kondisi : Tidak ada
Perubahan bicara : penggunaan alat bantu komunikasi : Tidak ada
Adanya laringektomi : Tidak ada
Tanda (Objektif)
Bicara : jelas : Jelas Tak jelas : Tidak
Tidak dapat dimengerti : Tidak Afasia : Tidak
Pola bicara tak biasa/ kerusakan : Tidak ada
Pengunaan alat bantu bicara : Tidak ada
Komunikasi verbal/ nonverbal dengan keluarga/ orang terdekat lain : Baik
dan jelas, Pola interaksi keluarga (perilaku) : Kooperatif

XVI. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala (Subjektif)

Bahasa dominan (khusus) : Indonesia / sunda Melek huruf : Tidak ada


Tingkat pendidikan : SMA

Ketidakmampuan belajar (khusus) : Tidak ada

Keterbatasan kognitif : Tidak ada

Keyakinan kesehatan/ yang dilakukan : Tidak ada


Orientasi spesifik terhadap perawatan kesehatan (spt, dampak dari agama/
kultural yang di anut) : Tidak ada

Faktor resiko keluarga (tandai hubungan) :

Diabetes : Tidak ada Tuberkulosis : Tidak ada

Penyakit jantung : Ya Stroke : Tidak ada

TD tinggi : Tidak ada Epilepsi : Tidak ada

Penyakit ginjal : Tidak ada Kanker : Tidak ada

Penyakit jiwa : Tidak adaLain-lain : -

Obat yang diresepkan (lingkari dosis terakhir) :

Obat Dosis Waktu Diminum/pemberian Tujuan


secara teratur
Digoxin 1x0.75 mg 06.00 Ya Untuk mengobati gagal
jantung dan aritmia.
Fungsi obat ini untuk
membantu jantung bekerja
lebih baik sekaligus
mengontrol detak jantung
tetap normal
Aspirin 2x250 mg 09.00 Ya, tiap 12 jam Obat pengencer darah atau
obat yang digunakan untuk
mencegah penggumpalan
darah dan dapat mencegah
serangan jantung
Ranitidine 2 x 150 mg 06.00 Ya, tiap 12 jam Sebagai antagonis reseptor
H2 (histamine)
mengurangi  produksi
asam HCL

Obat tanpa resep : Obat-obat bebas : Tidak ada

Obat-obat jalanan : Tidak Tembakau : Ya


Perokok tembakau : Ya
Penggunaan alkohol (jumlah/ rekuensi) : Tidak

Diagnosa saat masuk perdokter : Aritmia


Alasan di rawat per pasien : Pasien membutuhkan perhatian dan pengobatan
secara khusus

Riwayat keluhan terakhir : Pasien mengatakan jantung berdebar-debar


disertai nyeri

Harapan pasien terhadap perawatan/ pembedahan sebelumnya : Segera pulih


dan berkumpul dengan keluarga

Bukti kegagalan untuk perbaikan : Tidak ada

Pemeriksaan fisik lengkap terakhir : Pemeriksaan tanda-tanda vital : Tekanan


darah 130/80 mmHg, Nadi 128 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 37.1 °C,
saturasi 98%, pasien dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil gambaran
EKG atrial flutter, pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 L/menit dan
terpasang infus vemplon pada tangan kanan.

a. Pertimbangan Rencana Pulang


DRG yang menunjukkan lama dirawat rata-rata : 5 hari jika ada
perbaikan

Tanggal informasi di dapatkan :

1. Tanggal pulang yang diantisipasi : 16 Januari 2021


2. Sumber-sumber yang tersedia : orang : Anak kandung
Keuangan : Istri dan anak kandung

3. Perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam situasi kehidupan


setelah pulang : Menjaga pasien untuk hidup sehat dan berhenti
merokok
4. Area yang mungkin membutuhkan perubahan/ bantuan : Pergaulan
lingkungan sekitar
Penyiapan makanan : Keluarga Berbelanja : Istri

Transportasi : Dijemput keluarga Ambulasi : Tidak terkaji

Obat/ trapi IV : Tidak ada Pengobatan : Belum ada resep


pulang

Perawatan luka : Tidak ada Peralatan : -

Bantuan perawatan diri (khusus) : Tidak ada

Gambaran fisik rumah (khusus) : Rumah semi permanen, sirkulasi udara


dan ventilasi baik
Bantuan merapihkan/ pemeliharaan rumah : Anak kandung

Fasilitas kehidupan selain rumah (khusus) : Berdagang di warung

b. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Pemeriksaan
12 Januari 2021

Jenis Nilai Satuan Hasil Keteramgan


pemeriksaan Normal Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7 – 15.5 gr/dl 12.2 Normal
Leukosit 3.60-11.00 x10^3/ul 9.20 Normal
Hematokrit 35 – 47 % 33 Abnormal
Trombosit 140 – 440 x10^3/ul 502 Abnormal
KIMA
KARBOHIDRAT
Glukosa Darah <180 mg/dl 137 Normal
Sewaktu
FUNGSI HATI
SGOT 0 – 35 U/L 22 Normal
SGPT 0 – 35 U/L 23 Normal
FUNGSI GINJAL
Ureum 0 – 50 mg/dl 9 Normal
Creatinin 0.0 – 1.1 mg/dl 0.6 Normal

Pemeriksaan EKG

Kesan : Gambaran EKG atrial Flutter

XVII. ANALISA DATA


Data Fokus Etiologi Masalah
Ds : Stress, stimulant, Penurunan curah jantung
- Pasien hipoksia, hypovolemia,
mengatakan hipoksemia, gagal
jantung berdebar- jantung kongestif
debar ↓
- Pasien Gangguan irama sinus
mengatakan dada ↓
seperti tertimpa B2 system kardiovaskular
benda berat ↓
Do : Penurunan curah jantung
- Pasien tampak
sedikit pucat
- TTV
TD 130/80
mmHg,
Nadi 128 x/menit,
RR 22 x/menit,
suhu 37.1 °C,
saturasi 98%
- Gambaran EKG
Atrial Flutter
- Terpasang
oksigen nasal
kanul 3 L/menit
Ds : Gangguan irama sinus Nyeri akut
- Pasien ↓
mengatakan nyeri Sinus takikardi
dada sebelah kiri ↓
menjalar sampai Frekuensi jantung
kebahu kiri meningkat
- Pasien ↓
mengatakan nyeri Waktu pengisian
hilang timbul ventrikel menurun
- Pasien ↓
mengatakan nyeri Suplai darah ke jantung
dirasakan saat menurun
beraktivitas berat ↓
Do : Metabolism sel secara
- Pasien tampak anaerob
meringis ↓
- Skala nyeri 5 Menghasilkan asam
- Nadi 128 x/menit laktat
- Gambaran EKG ↓
Atrial Flutter Pelepasan mediator
inflamasi

Nyeri
Ds : Gangguan irama sinus Intoleransi aktivitas
- Pasien ↓
mengatakan Sinus takikardi
mudah lelah ↓
- Pasien Frekuensi jantung
mengatakan sudah meningkat
tidak bisa ↓
beraktivitas berat Kebutuhan oksigen otot
Do : jantung meningkat
- Pasien tampak ↓
lemas Kelelahan
- Pasien tampak ↓
sedikit pucat Intoleransi aktivitas
- TTV
TD 130/80
mmHg,
Nadi 128 x/menit,
RR 22 x/menit,
suhu 37.1 °C,
saturasi 98%
- Pasien terpasang
oksigen nasal
kanul 3 L/menit
- Pasien terpasang
vemplon tangan
kanan

XVIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. (D.0008) Penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
b. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. (D. 0056) Intoleransi aktivitas berhungan dengan ketidakcukupan energi
(kelemahan)
FORMAT

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien: Tn. S Nama Mahasiswa : Diyah Dwi Lestari

Ruang : Paviliun Cempaka NPM : P27906120007

No. M.R. : 0056862

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Keperawatan
1 Penuurunan curah Curah jantung Perawatan jantung
jantung (D.0008) (L.02008) (I.02075)

Setelah dilakukan Observasi Observasi


tindakan a. Identifikasi tanda a. Untuk mengetahui atau
keperawatan selama dan gejala primer mencegah terjadinya
3 x 24 jam penurunan curah mortalitas dan morbiditas
diharapkan jantung (meliputi sehubungan dengan
keadekuatan jantung dyspnea, kelelahan, penurunan curah jantung
memompa darah edema, orthopnea,
untuk memenuhi paroxysmal
kebutuhan nocturnal dyspnea,
metabolisme tubuh peningkatan CVP).
meningkat dengan b. Identifikasi tanda b. Untuk mengetahui
kriteria hasil : dan gejala sekunder sejauhmana tingkat
 Kekuatan nadi penurunan curah keparahan penurunan curah
perifer jantung (meliputi jantung dan untuk
meningkat (5) peningkatan BB, mengetahui tindakan
 Gambaran EKG hepatomegaly, keperawatan yang harus
aritmia menurun distensi vena dilakukan dengan segera
(5) jugularis, palpitasi,
 Lelah menurun ronkhi basah,,
(5) oliguria, batuk,
 Edema menurun kulit pucat)
(5) c. Monitor tekanan c. Pada gagal jantung awal
 Distensi vena darah (termasuk atau kronis tekanan darah
jugularis tekanan darah meningkat karena
menurun (5) ortostatik, jika peningkatan tekanan
 Dyspnea perlu) pembuluh darah sistemik.
menurun (5) Pada gagal jantung yang
 Oliguria lebih lanjut tubuh tidak
menurun (5) mampu untuk
 Pucat/sianosis mengompensasi dan
menurun (5) mungkin terjadi hipotensi
 Batuk menurun yang parah serta ireversibel
(5) d. Monitor intake dan d. Ginjal merespon penurunan
 Suara jantung S3 output cairan curah jantung dengan
menurun (5) mempertahankan air dan
 Suara jantung S4 natrium. Pengeluaran urine
menurun (5) menurun sepanjang hari
 Tekanan darah karena perpindahan cairan
membaik (5) kedalam jaringan, tetapi
 CRT membaik dapat meningkat pada
(5) malam hari karena cairan
kembali ke sirkulasi pada
saat pasien berbaring.
e. Monitor BB setiap e. Perubahan berat badan yang
hari pada waktu tiba-tiba menunjukkan
yang sama gangguan keseimbangan
cairan.
f. Monitor saturasi f. Untuk mengetahui tingkat
oksigen oksigenisasi pada jaringan
sebagai dampak adekuat
tidaknya proses pertukaran
oksigen.
g. Monitor keluhan g. Untuk mengetahui lebih
nyeri dada (missal dini tanda gejala serangan
intensitas, lokasi, jantung
radiasi, durasi,
presivitasi yang
mengurangi nyeri)
h. Monitor EKG 12 h. Untuk mendeteksi ACS /
sadapan stemi dan menilai QT
interval
i. Monitor aritmia i. Untuk mengetahui
(kelainan irama dan perubahan irama jantung
frekuensi) dan frekuensi denyut
jantung
j. Monitor nilai j. Membantu dalam
laboratorium penegakkan diagnosa dan
jantung (missal tindakan keperawatan
elektrolit, enzim
jantung, BNP,
NTpro-BNP)
k. Periksa tekanan k. Untuk mengetahui kekuatan
darah dan frekuensi dan irama jantung sebelum
nadi sebelum dan dan sesudah aktivitas
sesudah aktivitas
l. Periksa tekanan l. Untuk mengetahui respon
darah dan frekuensi tubuh terhadap obat
nadi sebelum
pemberian obat
(misal beta blocker,
ACE inhibitor,
calcium channel-
blocker, digoksin)

Terapeutik Terapeutik
a. Posisikan pasien a. Untuk mengurangi
semi fowler atau kesulitan bernafas dan dan
fowler dengan kaki mengurangi jumlah darah
kebawah atau yang kembali ke jantung
posisi nyaman yang dapat mengurangi
kongesti paru.
b. Berikan diet b. Mengatur diet sehingga
jantung yang sesuai kerja dan ketegangan otot
(misal batasi jantung minimal, dan status
asupan kafein, nutrisi terpelihara, sesuai
natrium, kolesterol, dengan selera dan pola
dan makanan tinggi makan klien.
lemak)
c. Fasilitasi pasien c. Membantu dalam
dan keluarga untuk perubahan pola hidup sehat
modifikasi gaya
hidup sehat
d. Berikan terapi d. Untuk mengurangi
relaksasi untuk kecemasan atau ketegangan
mengurangi stress,
jika perlu
e. Berikan dukungan e. Dalam memberikan
emosional dan dukungan dapat
spiritual mengurangi tingkat
kecemasan
f. Berikan oksigen f. Meningkatkan sediaan
untuk oksigen untuk kebutuhan
mempertahankan miokrdium melawan efek
saturasi oksigen hipoksia/iskemia.
>94%

Edukasi Edukasi
a. Anjurkan a. Untuk mencegah terjadinya
beraktivitas fisik kelelahan
sesuai toleransi
b. Anjurkan b. Latihan fisik rutin secara
beraktivitas fisik bertahap memberikan
secara bertahap adaptasi pada ventrikel kiri
dalam melakukan
kompensasi kebutuhan
suplai darah otot rangka.
c. Anjurkan berhhenti c. Merokok akan
merokok meningkatkan adhesi
trombosit dan merangsang
pembentukan trombus pada
arteri coroner. Hb lebih
mudah berikatan dengan
monoksida dibandingkan
dengan oksigen sehingga
akan menurunkan suplai
oksigen secara umum,
nikotin dan tar mempunyai
respon terhadap sekresi
hormon vasokonstriktor
sehingga akan
meningkatkan beban kerja
jantung.
d. Ajarkan pasien dan d. Untuk memantau kenaikan
keluarga mengukur berat badan dan untuk
BB harian menentukan pemberian
dosis obat
e. Ajarkan pasien dan e. Penurunan curah jantung,
keluarga mengakibatkan gangguan
menngukur intake perfusi ginjal, retensi
dan output cairan natrium/ air, dan penurunan
harian output urine.

Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi a. Membantu proses
pemberian penyembuhan
antiaritmia, jika
perlu
b. Rujuk ke program b. Meningkatkan jumlah
rehabilitasi jantung oksigen yang ada untuk
kebutuhan jantung
sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan
sehubungan dengan
terjadinya iskemia.
2 Nyeri akut (D.0077) (L.08066) I.08283 “Manajemen
Setelah dilakukan Nyeri”
tindakan asuhan
keperawatan selama Observasi
3 x 24 jam a. Identifikasi lokasi, a. Mempengaruhi pilihan /
diharapkan tingkat karakteristik, pengawasan keefektifan
nyeri pasien durasi, frekuensi, intervensi.
menurun, dengan kualitas, intensitas
kriteria hasil : nyeri
 Kemampuan b. Identifikasi skala b. Untuk mengetahui tingkat
menuntaskan nyeri keparahan nyeri
aktivitas 4 c. Identifikasi respon c. Untuk mengetahui
(cukup nyeri verbal dan persepsi / reaksi terhadap
meningkat) non verbal nyeri
 Keluhan nyeri 4 d. Identifikasi faktor d. Untuk memberikan
(cukup menurun) yang memperberat ketenangan kepada pasien
 Meringis 4 dan memperingan sehingga nyeri tidak
(cukup menurun) nyeri bertambah
 Gelisah 4 (cukup
menurun) Terapeutik
 Frekuensi nadi 4 e. Berikan teknik e. Memfokuskan kembali
(cukup nonfarmakologis perhatian, meningkatkan
membaik) untuk mengurangi kontrol dan meningkatkan
 Tekanan darah 4 rasa nyeri harga diri dan kemampuan
(cukup (relaksasi nafas koping
membaik) dalam)
 Fokus 4 (cukup
membaik) I.08243 “Pemberian
 Nafsu makan 4 Analgesik”
(cukup Observasi
membaik)
 Pola tidur 4 f. Identifikasi riwayat f. Membantu
(cukup alergi obat mengidentifikasi tindakan
membaik) yang tepat dalam
pemberian obat
g. Monitor tanda-
tanda vital sebelum g. Tanda-tanda vital
dan sesudah merupakan bagian yang
pemberian penting dalam
analgesic pemeriksaan dan untuk
mengetahui reaksi obat
Edukasi terhadap tubuh
h. Jelaskan efek
samping dan efek h. Memberikan informasi
terapi obat tentang efek samping obat
yang mungkin terjadi pada
Kolaborasi pasien
i.Kolaborasi
pemberian
analgetik
i. Analgetik dapat
mengurangi pengikatan
mediator kimiawi nyeri
pada reseptor nyeri
sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri

3 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energy


(D. 0056) (L.05047) (I. 05178)

Setelah dilakukan Observasi


tindakan a. Identifikasi a. Membantu menentukan
keperawatan dalam gangguan fungsi derajat kerusakan dan
waktu 3 x 24 jam tubuh yang kesulitan terhadap
diharapkan respon mengakibatkan keadaan yang dialami.
fisiologis terhadap kelelahan
aktivitas yang b. Monitor kelelahan b. Mengidentifikasi
membutuhkan fisik dan emosional kekuatan/kelemahan dan
tenaga meningkat dapat memberikan
dengan kriteria informasi mengenai
hasil : pemulihan
 Keluhan lelah c. Monitor pola dan c. Mengkaji perlunya
menurun (5) jam tidur mengidentifikasi
 Dyspnea saat intervensi yang tepat.
beraktivitas d. Monitor lokasi dan d. Mengidentifikasi
menurun (5) ketidaknyamanan kekuatan/kelemahan dan
 Aritmia saat selama melakukan dapat memberikan
aktivitas aktivitas informasi mengenai
menurun (5) pemulihan.
 Aritmia setelah
beraktivitas Terapeutik Terapeutik
menurun (5) e. Sediakan e. Meningkatkan
 Sianosis lingkungan nyaman kenyamanan istirahat serta
menurun (5) dan rendah dukungan
 Warna kulit stimulus (misal fisiologis/psikologis
membaik (5) cahaya, suara,
 Tekanan darah kunjungan)
membaik (5) f. Lakukan latihan f. Mencegah kekakuan
Frekuensi napas rentang gerak pasif sendi, kontraktur,
membaik (5) dan atau aktif kelelahan otot,
meningkatkan kembalinya
aktivitas secara dini
g. Berikan aktivitas g. Untuk memberikan
distraksi yang rileksasi dan rasa nyaman
menenangkan
h. Fasilitasi duduk h. Mengoptimalkan energi
disisi tempat tidur, yang belum digunakan.
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan

Edukasi Edukasi
i. Anjurkan tirah i. Meningkatkan
baring kenyamanan istirahat serta
j. Anjurkan dukungan
melakukan aktivitas fisiologis/psikologis.
secara bertahap j. Meminimalkan atrofi otot,
k. Anjurkan meningkatkan sirkulasi,
menghubungi mencegah terjadinya
perawat jika tanda kontraktur.
dan gejala k. Untuk dilakukan
kelelahan tidak pemeriksaan lebih lanjut
berkurang l. Mengidentifikasi
l. Ajarkan strategi kekuatan/kelemahan dan
koping untuk dapat memberikan
mengurangi informasi mengenai
kelelahan pemulihan.

Kolaborasi Kolaborasi
m. Kolaborasi dengan m. Mempercepat proses
ahli gizi tentang penyembuhan
cara meningkatkan
asupan makanan.

Anda mungkin juga menyukai