Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARITMIA)
2. Mekanisme Aritmia
Dalam keadaan normal, irama denyut jantung akan mengikuti
impuls yang dihasilkan oleh nodus sinoatrial dan dilanjutkan menuju
berkas atrial sehingga memicu kontraksi atrium kemudian ke nodus AV,
berkas His, dan terakhir ke serabut purkinje sebelum terjadi kontraksi
ventrikel. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh persarafan otonom.
Persarafan simpatis meningkatkan frekuensi denyut jantung, sementara
parasimpatis sebaliknya.
Bradiaritmia terjadi ketika impuls dari nodus SA mengalami
depresi sehingga menjadi lebih lambat dari focus impuls lainnya yang
sebenarnya memiliki potensial aksi lebih rendah. Bradiarittmia juga dapat
disebabkan potensial aksi yang dihasilkan oleh nodus SA mengalami
hambatan (SA blok) atau dalam penjalarannya terhambat (AV blok atau
bundle branch block)
Hingga saat ini, dikenal 3 patofisiologi takiarittmia antara lain
automatisitas, re-entry, atau triggered arrhythmia. Pada automatisitas
stimulasi simpatis lebih tinggi dari normal sehingga meningkatkan
frekuensi denyut jantung baik pada nodus SA atau fokus lainnya.
Sementara mekanisme re-entry dan triggered arrhythmia terjadi ketika
terdapat faktor predisposisi atau gangguan pada kanal ion itu sendiri.
3. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya.
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia
jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya
adalah:
a. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung
abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor
resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.
b. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri
menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di
jantung.
c. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
d. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan
fibrilasi atrium (atrial fibrillation). Sebaliknya, metabolisme melambat
ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang
dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
e. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung
pseudoephedrine dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
f. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner,
obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
g. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi
akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula
darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
h. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat
tidur. Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat
tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
i. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada
jantung. Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi
terhadap terjadinya aritmia jantung.
j. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik
di dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung
berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy
(kematian otot jantung).
k. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia
jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat
memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau
kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
4. Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada
ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur
dan ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrium. Gambaran yang terpenting
pada ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur,
gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.
c. Komplek atrium premature
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus
menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelum denyut
sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur,
terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P
berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu
kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus
AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi
atrium cepat dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan
II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah
reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
g. Komplek jungsional premature
h. Irama jungsional
i. Takikardi ventrikuler
6. Patofisiologi
Patofisiologi aritmia berkaitan dengan abnormalitas pembentukan impuls,
serta sistem konduksi jantung, ataupun keduanya.
a. Abnormalitas Pembentukan Impuls
Abnormalitas inisiasi impul terutama disebabkan :
1) Perubahan automatisitas nodus SA (sinoatrial) atau pacu jantung
laten di sepanjang jalur konduksi atau abnormalitas automatisitas
miosit atrial atau ventrikel. Automatisitas adalah kemampuat
miosit untuk menginisiasi impuls secara spontan tanpa didahului
oleh stimulasi. Ketika nodus SA mengalami penekanan atau
potensial aksi gagal mencapai pacu jantung sekunder, mekanisme
overdrive suppression menurun sehingga sel pacu jantung sekunder
mengambil alih pacu jantung, disebut fokus ektopik.
2) Aktivitas pemicu. Aktivitas pemicu diinisiasi oleh after
depolarization, dimana osilasi depolarisasi pada membran
bervoltase diinduksi oleh ≥1 potensial aksi. Potensial aksi
abnormal dapat dipicu oleh depolarisasi spontan sel non pacu
jantung yang mungkin terjadi pada fase 3 atau awal fase 4. Kondisi
ini disebut afterdepolarization. Akibatnya potensial aksi yang
bertahan lama ini mengakibatkan takikardia. After depolarization
terbagi menjadi early afterdepolarization (terjadi pada fase 3) dan
delayed afterdepolarization (terjadi pada akhir fase 3 atau awal fase
b. Abnormalitas Konduksi Impuls
1) Konduksi blok
Konduksi blok adalah kondisi di mana aliran impuls
mencapai area jantung yang tidak dapat tereksitasi. Iskemia,
fibrosis, inflamasi maupun beberapa obat dapat menimbulkan
konduksi blok ini.
Konduksi blok pada area nodus AV atau sistem His-
Purkinje mencegah penyebaran impuls ke bagian distal. Akibatnya
mekanisme overdrive suppression menghilang. Fungsi pacu
jantung diambil alih oleh area lebih distal sehingga timbul escape
beat.
Bradiaritmia timbul ketika impuls mengalami blokade
diikuti escape rhythm lambat atau asistol. Jika blokade memicu
eksitasi reentrant, maka terjadi takiaritmia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konduksi impuls terkait amplitudo dan laju
kenaikan fase 0, geometri jaringan tersebut dan eksitabilitas
jaringan yang dialiri impuls.
2) Blok unidirectional dan reentry
Pada kondisi blok unidireksi terjadi blokade terhadap
impuls anterograde. Impuls masuk kembali ke area yang
mengalami blokade secara retrograde. Jika impuls listrik
bersirkulasi berulang kali pada daerah tersebut dan periode refraksi
sudah selesai, maka area tersebut dapat tereksitasi. Mekanisme ini
disebut reentry.
Normalnya aliran impuls berasal dari SA node dialirkan
hingga ke seluruh miosit jantung. Pada periode ini sel mengalami
periode refrakter dan tidak dapat tereksitasi hingga menerima
impuls baru dari nodus SA. Akan tetapi ada sekelompok serabut
yang tidak teraktivasi saat depolarisasi pertama sehingga dapat
tereksitasi sebelum impuls habis. Serat tersebut yang berperan
untuk mengeksitasi area lainnya yang sudah tidak mengalami
periode refrakter.
Aktivasi abnormal pada serat tersebut disebabkan
perlambatan kondisi akibat kelainan anatomi maupun fungsional.
Reentry anatomi diakibatkan kelainan anatomi seperti fibrosis.
Reentry fungsional terkait kelistrikan.
Reentry dapat menimbulkan berbagai aritmia yang
signifikan secara klinis di antaranya sinus node reentry, atrial
flutter, atrial fibrilasi, AV nodal reentry, VT, VF.
7. Pathway
8. Klasifikasi Aritmia
Aritmia terbagi menjadi dua :
a. Gangguan Pembentukan Impuls
1) Aritmia Nodus Sinus
a) Sinus Bradikardi
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat denan
kecepatan kurang dari 60 denyut/menit. Hal ini sering terjadi
pada olahragawan dan seringkali menunjukkan jantung yang
terlatih baik. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan karena
miksedema, hipotermia, vagotoni, dan tekanan intrakarnial
yang meninggi. Umumya bradikardia tidak perlu di obati klau
tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Tetapi bila bradikardi
> 40/menit dan menyebabkan keluhan pada pasien maka
sebaikkan di obati dengan pemberian sulfasatrofin yang dapat
diiberikan pada intra vena. Sampai bradikardia dapat diatasi.
b) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya
tidak melebihi 170/menit. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
kelainan ekstrakardial seperti infeksi, febris, hipovolemia,
gangguan gastrointestinal,anemia, penyakit paru obstruktif
kronik, hipertiroidisme. Dapat terjadi pada gagal jantung.
c) Sinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi
lebih cepat pada watu inspirasi dan menjadi lambat pada waktu
ekspirasi.
d) Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak
teratur. Hal ini menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi
dengan cukup sehingga curah jantung menurun atau tidak ada,
tekanan darah dan nadi tidak terukur, penderita tidak sadar dan
bila tidak segera ditolong akan menyebabkan mati. Biasanya
disebabkan oleh penyakit jantung kooner, terutama infark
miokard akut. Pengobatan harus dilakukan secepatnya, yaitu
dengan directed current countershock dengan dosis 400 watt
second.
b. Gangguan Penghantaran Impuls
1) Blok :
a) Blok SA
Impuls yg dibentuk SA node diblok pada batas simpul SA
dengan jaringan atrium di sekitarnya, shg tdk terjadi aktivitas
baik di atrium maupun ventricle
b) Blok AV,
Blok AV terjadi jika hambatan konduksi terjadi di jalur
antara nodus SA sampai berkaskis
c) Blok intraventrikular/B.B.B
Menunjukkan adanya gangguan konduksi di cabang kanan
atau kiri sistem konduksi, atau divisi anterior atau posterior
cabang kiri. Diagnosis ditegakkan atas dasar pemeriksaan EKG
dengan adanya kopleks QRS yang memanjang lebih dari 0,11
detik dan perubahan bentuk kompleks QRS serta adanya
perubahan axis QRS. Bila cabang kiri terganggu di sebut left
bundle branch blok mempunyai gamaran EKG berupa bentuk
rsR atau R yang lebar I, aVL, V5, V6.
2) Hantaran yang dipercepat :
Syndrome Wolf Parkinson White
Ditandai dengan adanya depolarisasi ventrikel yang
premature termasuk golongan ini. Syndrom Wolff Pakison white
(WPW), gambaran EKG menunjukkan gambaran gelombang P
normal, interval PR memendek (0,11 detik atau kurang), kompleks
QRS melebar karena adanya gelombang delta. Perubahan
gelombang T yang sekunder. Dan syndrom lown ganong levine
(LGL), pada gelombang EKG memperlihatkan adanya gelombang
P normal, interval PR memendek.
b. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0008) Penuurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh
b. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. (D. 0056) Intoleransi aktivitas berhungan dengan ketidakcukupan
energi (kelemahan)
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi Edukasi
a. Anjurkan a. Untuk mencegah terjadinya
beraktivitas fisik kelelahan
sesuai toleransi
b. Anjurkan b. Latihan fisik rutin secara
beraktivitas fisik bertahap memberikan
secara bertahap adaptasi pada ventrikel kiri
dalam melakukan
kompensasi kebutuhan
suplai darah otot rangka.
c. Anjurkan berhhenti c. Merokok akan
merokok meningkatkan adhesi
trombosit dan merangsang
pembentukan trombus pada
arteri coroner. Hb lebih
mudah berikatan dengan
monoksida dibandingkan
dengan oksigen sehingga
akan menurunkan suplai
oksigen secara umum,
nikotin dan tar mempunyai
respon terhadap sekresi
hormon vasokonstriktor
sehingga akan
meningkatkan beban kerja
jantung.
d. Ajarkan pasien dan d. Untuk memantau kenaikan
keluarga mengukur berat badan dan untuk
BB harian menentukan pemberian
dosis obat
e. Ajarkan pasien dan e. Penurunan curah jantung,
keluarga mengakibatkan gangguan
menngukur intake perfusi ginjal, retensi
dan output cairan natrium/ air, dan penurunan
harian output urine.
Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi a. Membantu proses
pemberian penyembuhan
antiaritmia, jika
perlu
b. Rujuk ke program b. Meningkatkan jumlah
rehabilitasi jantung oksigen yang ada untuk
kebutuhan jantung
sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan
sehubungan dengan
terjadinya iskemia.
2 D.0077 “Nyeri akut” (L.08066) I.08283 “Manajemen
Setelah dilakukan Nyeri”
Penyebab : tindakan asuhan
Agen pencedera keperawatan selama Observasi a. Mempengaruhi pilihan /
fisiologis (mis …x… jam a. Identifikasi lokasi, pengawasan keefektifan
inflamasi, iskemia, diharapkan tingkat karakteristik, intervensi.
neoplasma) nyeri pasien durasi, frekuensi,
Agen pencedera menurun, dengan kualitas, intensitas
kimiawi (mis, kriteria hasil : nyeri b. Untuk mengetahui tingkat
terbakar, bahan Kemampuan b. Identifikasi skala keparahan nyeri
kimia, bahan kimia menuntaskan nyeri c. Untuk mengetahui
iritan) aktivitas 4 c. Identifikasi respon persepsi / reaksi terhadap
Agen pencedera (cukup nyeri verbal dan nyeri
fisik (mis. Abses, meningkat) non verbal d. Untuk memberikan
amputasi, terbakar, Keluhan nyeri 4 d. Identifikasi faktor ketenangan kepada pasien
terpotong, (cukup menurun) yang memperberat sehingga nyeri tidak
mengangkat berat, Meringis 4 dan memperingan bertambah
prosedur operasi, (cukup menurun) nyeri
trauma, dll) Gelisah 4 (cukup
menurun) Terapeutik
Gejala dan Tanda Frekuensi nadi 4 e. Berikan teknik e. Memfokuskan kembali
Mayor : (cukup nonfarmakologis perhatian, meningkatkan
Subjektif : membaik) untuk mengurangi kontrol dan meningkatkan
- Mengeluh nyeri Tekanan darah 4 rasa nyeri harga diri dan kemampuan
Objektif : (cukup (relaksasi nafas koping
- Tampak meringis membaik) dalam)
- Bersikap protektif Fokus 4 (cukup
(mis. Waspada membaik) I.08243 “Pemberian
posisi menghindari Nafsu makan 4 Analgesik”
nyeri) (cukup Observasi
- Gelisah membaik)
- Frekuensi nadi Pola tidur 4 (cukup f. Identifikasi riwayat f. Membantu
meningkat membaik) alergi obat mengidentifikasi tindakan
- Sulit tidur yang tepat dalam
pemberian obat
Gejala dan Tanda g. Monitor tanda-
Minor : tanda vital sebelum g. Tanda-tanda vital
Subjektif : dan sesudah merupakan bagian yang
(tidak tersedia) pemberian penting dalam
Objektif : analgesic pemeriksaan dan untuk
- Tekanan darah mengetahui reaksi obat
meningkat Edukasi terhadap tubuh
- Pola nafas berubah h. Jelaskan efek
- Nafsu makan samping dan efek h. Memberikan informasi
berubah terapi obat tentang efek samping obat
- Proses berfikir yang mungkin terjadi pada
terganggu Kolaborasi pasien
- Menarik diri i.Kolaborasi
- Berfokus pada diri pemberian
sendiri analgetik
- Diaforesis i. Analgetik dapat
mengurangi pengikatan
mediator kimiawi nyeri
pada reseptor nyeri
sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri
Edukasi Edukasi
a. Anjurkan tirah a. Meningkatkan
baring kenyamanan istirahat serta
dukungan
fisiologis/psikologis.
b. Anjurkan b. Meminimalkan atrofi otot,
melakukan meningkatkan sirkulasi,
aktivitas secara mencegah terjadinya
bertahap kontraktur.
c. Anjurkan c. Untuk dilakukan
menghubungi pemeriksaan lebih lanjut
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi d. Mengidentifikasi
koping untuk kekuatan/kelemahan dan
mengurangi dapat memberikan
kelelahan informasi mengenai
pemulihan.
Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan a. Mempercepat proses
ahli gizi tentang penyembuhan
cara meningkatkan
asupan makanan.
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk membuat klien dalam
mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencan tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berasil di capai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil
yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
Pada tanggal 12 Desember 2021 Tn. S yang berusia 44 tahun datang ke Rsu Kab
Tangerang dengan keluhan jantung berdebar-debar disertai nyeri, nyeri hilang
timbul seperti tertimpa benda berat, nyeri dibagian dada sebelah kiri menjalar
sampai kebahu kiri, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan saat beraktifitas dan
berkurang saat istirahat. Pasien mengatakan mudah lelah tidak dapat melakukan
aktivitas sepertibiasanya. Saat dilakukan pengkajian wajah pasien tampak sedikit
pucat dan meringis sambil memegangi dada sebelah kiri, pasien dilakukan
pemeriksaan TTV didapatkan hasil Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 128
x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 37.1 °C, saturasi 98%, pasien dilakukan
pemeriksaan EKG dengan hasil gambaran EKG atrial flutter, pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3 L/menit dan terpasang infus vemplon pada tangan kanan.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. BIODATA
Identitas pasien
Initial pasien : Tn. S
Usia : 44 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirausaha
Status pernikahan: Menikah
No. RM : 0056862
Tgl pengkajian : 12 Januari 2021
Penanggung jawab
Initial : Tn. A
Usia : 27 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hub dg pasien : Anak
II. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan jantung berdebar-debar disertai nyeri
IV. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala (Subjektif)
Pekerjaan : Wirausaha Aktivitas/ hobi : Saat sehat pasien selalu
berdagang
Aktivitas waktu luang : Beristirahat
Perasaan bosan/ tidak puas : Pasien bosan di Rs dan ingin segera pulang
kerumah
Keterbatasan karena kondisi : Mudah lelah
Tidur Jam : 22.00 s/d 04.00 WIB, Tidur siang : 1 jam, Kebiasaan tidur : 7-8
jam
Insomnia : Tidak, Yang berhubungan dengan : -
Rasa segar saat bangun : Pasien merasa seperti biasa saja saat bangun dipagi
hari, Pasien masih tampak lemas , Lain-lain : Tidak ada kelainan.
Tanda (Objektif)
Respons terhadap aktivitas yang teramati : Pasien berjalan ke kamar mandi
dengan bantuan, pasien tampak lemas
Kardiovaskular : Ictus cordis terlihat, terdapat nyeri, nyeri hilang timbul
seperti tertimpa benda berat, nyeri dibagian dada sebelah kiri menjalar sampai
kebahu kiri, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan saat beraktifitas dan
berkurang saat istirahat, saat diperkusi bunyi jantung redup, Tidak terdengar
suara jantung tambahan, murmur (-), gallop (-), irama nadi tidak teratur.
Pernapasan : Respirasi 22 x/menit, saat di auskultasi tidak terdengar suara
napas tambahan, saat diperkusi kedua lapang paru sonor
Status mental (mis.,menarik diri/ letargi) : Pasien tampak tenang dan terlihat
lemas
Pengkajian neuromuskular : Pasien terpasang vemplon pada ektermitas atas
dextra
Massa/ tonus otot : Sedikit melemah, Postur : Normal, Tremor : Tidak ada,
Rentang gerak : Bebas, Kekuatan : Cukup kuat, Deformitas : Tidak ada
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Demam rematik : Tidak ada, Edema mata kaki/ kaki : Tidak ada
Tanda (Objektif)
TD : Tangan kanan dengan posisi duduk 130/80 mmHg, Tekanan nadi : 128
x/menit
Gap auskultatori : Tidak ada suara tambahan yang terdengar, Nadi (palpasi) :
Radialis : Teraba kuat, irama tidak teratur 128 x/menit, Jantung (palpasi) :
Tidak teraba adanya massa
Getaran : Tidak terlihat dan teraba adanya getaran, Dorongan : Teraba adanya
dorongan atau denyut jantung yang terlalu kuat
Bunyi jantung : Dup – Lup, Frekuensi : 128 x/menit, Irama : Tidak teratur,
Kualitas : Kurang baik
Membran mukosa : Berwarna merah muda dan lembab, Bibir : Bersih dan
tampak pucat
Euforik
VII. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
BAB terakhir : Pagi hari, Riwayat perdarahan : Tidak ada, Hemoroid : Tidak
ada
Karakter urine : Urine bewarna kuning jernih, dan berbau khas urine
Tanda (Objektif)
VIII. MAKANAN/CAIRAN
Gejala (Subjektif)
Diit biasa (tipe) : Makan biasa nasi, lauk pauk, sayuran dan air putih, Jumlah
makanan per hari 3 kali/hari
Makan terakhir/ masukan : Nasi putih, ikan, sayur dan air putih, Pola diit :
Teratur
Nyeri ulu hati/ salah cerna : Tidak ada, Yang berhubungan dengan : Tidak
ada
Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang : 57 Kg, Tinggi badan : 167 cm, Bentuk tubuh : Normal
Edema : Umum : Tidak ada, Dependen : Tidak ada, Periorbital : Tidak ada
Asites : Tidak ada, Distensi vena jugularis : Tidak ada, Pembesaran tiroid :
Tidak ada, hernia/ massa : Tidak ada, Halitosis : Tidak ada
Kondisi gigi/ gusi : Gigi tampak sedikit kotor, gusi merah muda, tidak ada
stomatitis
IX. HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Toileting : Pasien selalu ke toilet jika ingin Bak atau Bab secara mandiri
Waktu mandi yang diinginkan : Mandi 2 kali/hari pada pagi jam 05.00 Wib
dan sore jam 16.00 Wib
Bau badan : Tidak ada, Kondisi kulit kepala : Bersih, tidak ada lesi,
X. NEUROSENSORI
Gejala (subjektif)
Sakit kepala : Tidak ada, Lokasi nyeri : Tidak ada, Frekuensi : Tidak ada
Tanda (Objektif)
Status mental : Tidak ada kelainan pasien masih berperilaku normal seperti
biasa
Memori : Saat ini : Masih baik, Yang lalu : Baik, masih mengingat
masalalunya
Kaca mata : Tidak, Kontak lensa : Tidak ada, Alat bantu dengar : Tidak ada
XI. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
Lokasi : Dada sebelah kiri menjalar ke bahu kiri, intensitas (1-10 dimana 10
sangat nyeri) : 5, Frekuensi : Nyeri dirasakan saat beraktivitas
Tanda (Objektif)
XII. PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Tanda (Objektif)
Penggunaan otot-otot asesori : Tidak ada, Napas cuping hidung : Tidak ada
Fremitus : Kanan dan kiri normal, Bunyi napas : Vesikuler
XIII. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Perubahan pada tahi lalat : Tidak ada, Pembesaran nodus : Tidak ada
Tanda (Objektif)
XIV. SEKSUALITAS
Aktif melakukan hubungan seksual : Rutin seminggu 1x
Penggunaan Kondom : Tidak
Masalah-masalah/ kesulitan seksual : Tidak ada
Perubahan terakhir dalam frekuensi/ minat : -
a. Wanita
Gejala (Subjektif)
Usia menarke : Lamanya siklus : Durasi :
Periode mentruasi terakhir : Menopouse :
Rabas vaginal : Berdarah antara periode :
Melakukan pemeriksaan payudara sendiri/ mammogram :
PAP smear terakhir :
b. Pria
Gejala (Subjektif)
Rabas penis : Tidak pernah Gangguan prostat : Tidak ada
Sukumsisi : Ya Vasektomi : Tidak
Melakukan pemeriksaan sendiri : Tidak Payudara/ Testis : Normal
Prostoskopi/ pemeriksaan prostat terakhir : -
Tanda (Objektif)
Pemeriksaan : Tidak, Payudara/ penis/ testis : Penis dan testis normal
Kutil genital/ lest : Tidak ada
XVI. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala (Subjektif)
b. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Pemeriksaan
12 Januari 2021
Pemeriksaan EKG
Terapeutik Terapeutik
a. Posisikan pasien a. Untuk mengurangi
semi fowler atau kesulitan bernafas dan dan
fowler dengan kaki mengurangi jumlah darah
kebawah atau yang kembali ke jantung
posisi nyaman yang dapat mengurangi
kongesti paru.
b. Berikan diet b. Mengatur diet sehingga
jantung yang sesuai kerja dan ketegangan otot
(misal batasi jantung minimal, dan status
asupan kafein, nutrisi terpelihara, sesuai
natrium, kolesterol, dengan selera dan pola
dan makanan tinggi makan klien.
lemak)
c. Fasilitasi pasien c. Membantu dalam
dan keluarga untuk perubahan pola hidup sehat
modifikasi gaya
hidup sehat
d. Berikan terapi d. Untuk mengurangi
relaksasi untuk kecemasan atau ketegangan
mengurangi stress,
jika perlu
e. Berikan dukungan e. Dalam memberikan
emosional dan dukungan dapat
spiritual mengurangi tingkat
kecemasan
f. Berikan oksigen f. Meningkatkan sediaan
untuk oksigen untuk kebutuhan
mempertahankan miokrdium melawan efek
saturasi oksigen hipoksia/iskemia.
>94%
Edukasi Edukasi
a. Anjurkan a. Untuk mencegah terjadinya
beraktivitas fisik kelelahan
sesuai toleransi
b. Anjurkan b. Latihan fisik rutin secara
beraktivitas fisik bertahap memberikan
secara bertahap adaptasi pada ventrikel kiri
dalam melakukan
kompensasi kebutuhan
suplai darah otot rangka.
c. Anjurkan berhhenti c. Merokok akan
merokok meningkatkan adhesi
trombosit dan merangsang
pembentukan trombus pada
arteri coroner. Hb lebih
mudah berikatan dengan
monoksida dibandingkan
dengan oksigen sehingga
akan menurunkan suplai
oksigen secara umum,
nikotin dan tar mempunyai
respon terhadap sekresi
hormon vasokonstriktor
sehingga akan
meningkatkan beban kerja
jantung.
d. Ajarkan pasien dan d. Untuk memantau kenaikan
keluarga mengukur berat badan dan untuk
BB harian menentukan pemberian
dosis obat
e. Ajarkan pasien dan e. Penurunan curah jantung,
keluarga mengakibatkan gangguan
menngukur intake perfusi ginjal, retensi
dan output cairan natrium/ air, dan penurunan
harian output urine.
Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi a. Membantu proses
pemberian penyembuhan
antiaritmia, jika
perlu
b. Rujuk ke program b. Meningkatkan jumlah
rehabilitasi jantung oksigen yang ada untuk
kebutuhan jantung
sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan
sehubungan dengan
terjadinya iskemia.
2 Nyeri akut (D.0077) (L.08066) I.08283 “Manajemen
Setelah dilakukan Nyeri”
tindakan asuhan
keperawatan selama Observasi
3 x 24 jam a. Identifikasi lokasi, a. Mempengaruhi pilihan /
diharapkan tingkat karakteristik, pengawasan keefektifan
nyeri pasien durasi, frekuensi, intervensi.
menurun, dengan kualitas, intensitas
kriteria hasil : nyeri
Kemampuan b. Identifikasi skala b. Untuk mengetahui tingkat
menuntaskan nyeri keparahan nyeri
aktivitas 4 c. Identifikasi respon c. Untuk mengetahui
(cukup nyeri verbal dan persepsi / reaksi terhadap
meningkat) non verbal nyeri
Keluhan nyeri 4 d. Identifikasi faktor d. Untuk memberikan
(cukup menurun) yang memperberat ketenangan kepada pasien
Meringis 4 dan memperingan sehingga nyeri tidak
(cukup menurun) nyeri bertambah
Gelisah 4 (cukup
menurun) Terapeutik
Frekuensi nadi 4 e. Berikan teknik e. Memfokuskan kembali
(cukup nonfarmakologis perhatian, meningkatkan
membaik) untuk mengurangi kontrol dan meningkatkan
Tekanan darah 4 rasa nyeri harga diri dan kemampuan
(cukup (relaksasi nafas koping
membaik) dalam)
Fokus 4 (cukup
membaik) I.08243 “Pemberian
Nafsu makan 4 Analgesik”
(cukup Observasi
membaik)
Pola tidur 4 f. Identifikasi riwayat f. Membantu
(cukup alergi obat mengidentifikasi tindakan
membaik) yang tepat dalam
pemberian obat
g. Monitor tanda-
tanda vital sebelum g. Tanda-tanda vital
dan sesudah merupakan bagian yang
pemberian penting dalam
analgesic pemeriksaan dan untuk
mengetahui reaksi obat
Edukasi terhadap tubuh
h. Jelaskan efek
samping dan efek h. Memberikan informasi
terapi obat tentang efek samping obat
yang mungkin terjadi pada
Kolaborasi pasien
i.Kolaborasi
pemberian
analgetik
i. Analgetik dapat
mengurangi pengikatan
mediator kimiawi nyeri
pada reseptor nyeri
sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri
Edukasi Edukasi
i. Anjurkan tirah i. Meningkatkan
baring kenyamanan istirahat serta
j. Anjurkan dukungan
melakukan aktivitas fisiologis/psikologis.
secara bertahap j. Meminimalkan atrofi otot,
k. Anjurkan meningkatkan sirkulasi,
menghubungi mencegah terjadinya
perawat jika tanda kontraktur.
dan gejala k. Untuk dilakukan
kelelahan tidak pemeriksaan lebih lanjut
berkurang l. Mengidentifikasi
l. Ajarkan strategi kekuatan/kelemahan dan
koping untuk dapat memberikan
mengurangi informasi mengenai
kelelahan pemulihan.
Kolaborasi Kolaborasi
m. Kolaborasi dengan m. Mempercepat proses
ahli gizi tentang penyembuhan
cara meningkatkan
asupan makanan.