Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHN DASAR OKSIGENASI - EFUSI PLEURA DI PAVILIUN
FLAMBOYAN RSU KABUPATEN TANGERANG

Diajukan guna memenuhi laporan praktik klinik: Keperawatan Dasar Profesi

Dosen Pembimbing RS : Yayah kameliah S.Kep.,Ners

Dosen Pembimbing : Widya Sepalanita.,S.Kep.,Ners.,M.Kep.Sp Kep.MB

Disusun oleh :
1. Ayu Suwarna Putri
2. Halimatus Sa’diah
3. Lisa Oktaviani
4. M.Rufiat
5. Nadiya Nurazizah
6. Sifa Nur Fitriani
7. Umi Kulsum

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2020

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami selaku penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Laporan Praktik Klink Keperawatan dasar Profesi “Asuhan Keperawatan Pada
Ny.I dengan Efusi Pleura di Pav.Flamboyan RSU Kab. Tangerang” Yang mana
dalam pelaksanaan pengerjaan serta penyusunan makalah ini didapati dari hasil
diskusi, buku, serta pencarian di internet terkait artikel-artikel yang berhubungan
dengan Keperawatan praktik Klinik Dasar Profesi.Tak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak terkait:
1. Ibu Widya Sepalanita S.Kep.,Ners.,M.Kep.Sp.Kep.,Mb Selaku Dosen
Pembimbing Keperawatan dasar Profesi yang telah memberikan
bimbingan
2. Ibu Yayah Kameliah S.Kep.,Ners, Selaku CI Pav. Flamboyan Pembimbing
Keperawatan dasar Profesi yang telah memberikan bimbingan
3. Penulis buku dan penulis artikel lepas. Dimana tulisannya menjadi sumber
referensi serta bahan penyusunan makalah ini.
Penulis berusaha sebaik mungkin menyusun makalah ini. Namun dalam berbagai
sisi tentu banyak kekuragan yang harus dibenahi. Sekiranya satu dua kalimat
dalam bentuk kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi ke depannya.
Terimakasih.
Tangerang, 14 Novemver 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI


Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar
A. Definisi..................................................................................................5
B. Etiologi..................................................................................................9
C. Patofisiologi dan Pathway.....................................................................14
D. Manifestasi Klinik................................................................................21
E. Komplikasi............................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................
G. Penataksanaan.......................................................................................
H. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori.......................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


A. Pengkajian.............................................................................................34
B. Diagnosis Keperawatan........................................................................35
C. Perencanaan Keperawatan....................................................................
D. Implementasi.........................................................................................
E. Evaluasi.................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


A. Kesimpulan ..........................................................................................34
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pleura adalah membran serosa yang melingkupi parenkim paru,


mediastinum, diafragma serta tulang iga yang terdiri akan pleura parietal dan
pleura viseral (Djojodibroto, 2014). Pleura parietal dan visceral bergabung
pada hilus paru-paru, memisahkan toraks menjadi dua ruang yang tidak
bersebelahan (Kopman & Light, 2019).
Rongga pleura terisi sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua
pleura tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa
hambatan selama proses respirasi (Ermayanti & Mizarti, 2019). Lapisan tipis
cairan mukoid yang terletak di antara pleura visceral dan pleura parietal
memudahkan pergerakan paru-paru untuk mengembang serta berkontraksi
selama bernapas normal, dimana cairan ini membawa protein jaringan yang
memberi sifat mukoid pada cairan pleura, sehingga memungkinkan
pergerakan paru berlangsung dengan sangat mudah.
Efusi pleura adalah keadaan patofisiologis dari pleura. cairan berlebih
di dalam rongga pleura, yang terjadi akibat tingkat pembentukan cairan pleura
melebihi kemampuan eliminasi cairan pleura (Pratomo & Yunus, 2014).
Efusi pleura terjadi ketika akumulasi cairan pleura berlebihan dalam rongga
pleura sebagai akibat transudasi dan eksudasi (Salmah & Culla, 2018). Cairan
yang terbentuk kemudian menggantikan jaringan paru-paru, dapat mendorong
paru-paru ke pertengahan dada (DiGiulio, et al. 2014).
Kelebihan cairan tersebut dapat disebabkan oleh hambatan drainase
limfatik dari rongga pleura, tekanan perifer dan 2 tekanan kapiler paru yang
sangat tinggi menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura hal ini disebabkan oleh gagal jantung, tekanan osmotic koloid
plgangguan pernafasan yang sangat menurun sehingga memungkinkan
transudasi cairan, dan infeksi paru atau setiap penyebab peradangan lainnya
pada permukaan rongga pleura (Guyton & Hall, 2016). Berdasarkan
penelitian Khairani, dkk (2012)
Efusi pleura dapat terjadi sebagai komplikasi dari berbagai penyakit,
dengan didapatkan 87% efusi pleura disebabkan oleh penyakit pada rongga
toraks (lokal) dan sisanya sebanyak 13% disebabkan oleh penyakit sistemik.
Insiden efusi pleura diperkirakan terjadi 1,5 juta kasus di Amerika Serikat
(Sahn, 2019). Insiden efusi pleura memiliki angka kematian yang signifikan
(British Thoracic Society, 2019).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dasar masalh keperawatan
gangguan oksigenasi pada pasien dengan efusi pleura dipaviliun
flamboyan di RSU Kabupaten Tangerang
2. Tujuan khusus
a. Untuk menetahui asuhan keperawatan dasar oksigenasi pada pasien
efusi pleura
b. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatn dasar berdasarkan
Bio-Psiko-Sosial pada pasien dengan gangguan oksigenasi –efusi
pleura
c. Untuk mengetahui EBP gangguan oksigenasi penerapn teknik
pursed lip breathing
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Efusi Pleura


Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain (Amin Huda, 2015)
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul
dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau
seluruhnya (Muralitharan, 2015)

B. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan
kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau
keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut : (Morton
dalam Nurarif & Kusuma, 2016).
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4. Peningkatan tekanan negatif intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Penyebab efusi pleura :
1. Infeksi
a. Tuberclosis
b. Pneumonitis
c. Abses paru
d. Perforasi Esofagus
e. Abses subfrenik

2. Noninfeksi
a. Karsinoma paru
b. Karsinoma pleura : primer, sekunder
c. Karsinoma mediastinum

C. Patofisiologi dan Patway


Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis
dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 –
20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan
yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura
tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi
oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena
adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid
pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan
hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang
memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya
banyak mikrovili disekitar sel – sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga
pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi.
Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o
dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm H2o. Keseimbangan tersebut dapat
terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi
primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah
bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran
akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam
rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa
paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening
yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang –
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan adalah sel – sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena
adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat
menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak
teratur, frekuensi pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada
yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal
diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang diakibatkan
infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan
menurun.
Patway

D. Manifestasi Klinik
1. Batuk
2. Dispnea bervariasi
3. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami
efusi.
6. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
7. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
8. Fremitus fokal dan raba berkurang.

E. Penatalaksanaan
1. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
2. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
3. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala
subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter
perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru
dapat dilakukan 1 jam kemudian.
4. Antibiotika jika terdapat empiema
5. Operatif

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya
cairan.
2. CT-Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan
yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang
dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
5. Biopsi

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka


dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul.

G. Komplikasi
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura
viseralis.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan.
Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar
dan mengakibatkan kolaps paru.
4. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang
menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga
pleura.

H. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Efusi Pleura


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur,
jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya
pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan
adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa
berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita
penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites
dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura
seperti Ca paru, gangguan pernafasan, TB paru dan lain
sebagainya.
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat
kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-
obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan
makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan
effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena
keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak
bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan
peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami
kelelahan pada saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya karena merasa nyeri di dada.
5) Pola tidur dan istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang
karena suasananya yang berbeda dengan lingkungan di rumah.
6) Pola hubungan dan peran
Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik
peran dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya:
karena sakit pasien tidak lagi bisa mengurus anak dan
suaminya.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri
dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya
dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan
kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di
rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses
penyakitnya. Mungkin pasien akan banyak bertanya pada
perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses
penyakit.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Pola Nafas Tidak efektif
b. Intoleransi Aktivitas
c. Nyeri akut
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan
kebutuhan oksigenasi dalam buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (2018).
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Utama
Pola napas (L. 01004) Manajemen Jalan Napas (L. 01011)
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
selama 3X 24 jam diharapkan pola 1. Monitor pola napas(frekuensi, kedalaman, usaha napas)
napas klien teratur ditandai dengan 2. Monitor bunyi napas tambahan (misal gurgling, mengi, wheezing,
kriteria hasil sebagai berikut: ronkhi kering
a. Dispnea Menurun (5) 3. Monitor sputum (jumlah,warna, aroma)
b. Penggunaan otot bantu nafas
menurun (5) Terapeutik:
c. Frekuensi napas membaik (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
d. Kedalaman nafas membaik (5) thrust jika curiga trauma servikal)
2. Atur posisi semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi seelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen jika perlu Edukasi
9. Anjurkan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
10. Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

Intoleransi (L.05047) MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)


aktivitas (D. Setelah dilakukan intervensi selama 3
0056) x 24 jam, maka toleransi aktivitas Observasi
meningkat, dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi nadi menurun
b. Keluhan lelah menurun 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
c. Dispnea saat aktivitas menurun kelelahan
d. Dispnea setelah aktivitas menurun 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
e. Perasaan lemah menurun
f. Aritmia saat aktivitas menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
g. Aritmia setelah aktivitas menurun
h 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
h. Sianosis menurun aktivitas
i. Tekanan darah membaik
j. EKG iskemia membaik Terapeutik

1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,


suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Nyeri Akut (L.05047) Manajemen Nyeri (L.08238)
( D.0077) Setelah dilakukan intervensi selama 3
x 24 jam, maka nyeri berkurang, Tindakan observasi
dengan kriteria hasil :
1. Dispnea saat aktivitas menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi.kualitas, intensitas
(5) nyeri
2. Dispnea setelah aktivitas menurun 2. Identifikasi skala nyeri
(5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Frekuensi nadi meningkat (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberatdan memperingan nyeri
4. Saturasi oksigen meningkat (5)
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
5. Frekuensi nafas membaik ( 5)
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan energi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik

1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

1. Kolaorasi pemberian analgetik, jika perlu

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak.Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Evaluasi keperawatan pada
asuhan keperawatan Efusi Pleura yaitu :
1. Pola Nafas membaik
2. Nyeri akut teratasi
3. Aktivitas sehari-hari kembali baik
EBP (Efidence Based Practice) Pursed Lip Breathing

Metode/alat Subyek
No Studi/penulis Tujuan Hasil Simpulan Protap (Saran)
ukur Penelitian
1. Pengaruh Untuk Penelitian ini Populasi dalam Hasil analisis Sebelum Diharapkan
teknik pursed mengetahui menggunakan penelitian ini statistik diperoleh data dilakukan teknik Tenaga
lips breathing ada pengaruh quasy yaitu semua nilai rata-rata pursed lips kesehatan
dan posisi semi atau tidaknya experiment pasien sesak napas breathing pada dapat
fowler dalam teknik pursed dengan desain sesak napas dan responden sebelum pasien yang mengaplikasikan
mengurangi lips breathing two group pre jumlah sampel dilakukan teknik mengalami sesak teknik
sesak nafas dan posisi test and post test terdapat 44 pursed lips napas rata-rata pursed lips
pada pasien semi fowler . responden breathing adalah frekuensi breathing yang
dengan dalam 24,82. Setelah pernapasan pasien lebih optimal
gangguan mengurangi diberikan teknik yaitu 24 kali dan posisi semi
pernafasan sesak napas pursed lips dalam satu menit fowler terhadap
pada pasien breathing rata-rata dan skala borg pasien dengan
dengan sesak napas 3 (sesak sedang) keluhan sesak
gangguan responden mengalami dan setelah napas dan dapat
respirasi penurunan, dilakukan teknik menjelaskan
di RSUD dr. yaitu 22,64. Sebelum pursed lips manfaat atau
Chasbullah dilakukan breathing sesak tujuan dari
Abdul Madjid teknik posis semi napas pasien setiap tindakan
Kota Bekasi fowler adalah 24,82. mengalami mandiri
tahun 2019. Setelah diberikan penurunan sehingga dalam
teknik posisi semi dengan memberikan
fowler rata-rata sesak rata-rata 22 kali asuhan
napas dalam 1 menit keperawatan
responden mengalami dan skala borg 2 lebih maksimal,
penurunan, (sesak ringan). lebih efisien,
yaitu 22,77. Hal ini lebih hemat,
menunjukkan dan
teknik bisa
pursed lips memberikan
breathing ada edukasi untuk
pengaruh dalam menerapkan
penurunan tindakan ini
sesak napas. Hasil secara
uji Paired Sample mandiri di saat
T Test diperoleh terjadi sesak
P value = 0,000 napas untuk
(< mengatasi sesak
0,05) artinya ada napas.
pengaruh teknik
posisi semi
fowler terhadap
penurunan
respiratory rate
pada
pasien sesak
napas dengan
gangguan
respirasi di
RSUD dr.
Chasbullah
Abdul Madjid
Bekasi Kota
Tahun
2019.
2. Analisis Untuk Pengambilan Tn. T umur 68 tahun, Hasil analisa Melakukan
praktik klinik menganalisis sampel dengan keluhan utama yang dari ketiga intervensi
keperawatan intervensi menggunakan dirasakan klien adalah pasien latihan
pada pasien latihan metode total klien mengatakan menunjukkan pernafasan
gangguan pernapasan sampling dan sesak nafas. Sesak latihan pursed lips
pernafasan pursed lips didapatkan nafas dirasakan sejak pernapasan breathing di
dengan breathingpada sampel sejumlah ± 3 jam sebelum pursed ruang Instalasi
latihan pasien 3 orang masuk RS dan dibawa lips breathing Gawat Darurat
pernapasan gangguan ke menurunkan Rumah Sakit
pursed lips pernafasan di Instalasi Gawat sesak napas pada Umum Daerah
breathing di Ruang Darurat pada pukul pasien gangguan Abdul Wahab
ruang instalasi Instalasi 19.00 WITA, pada pernafasan. Sjahranie
gawat darurat Gawat Darurat pemeriksaan fisik Penerapan Samarinda
rsud abdul Rumah Sakit didapatkan terdengar intervensi inovasi sebagai upaya
wahab Umum Daerah suara wheezing pada perlu menurunkan
sjahranie Abdul Wahab paru dan RR: 30 dilakukan di sesak dan
samarinda Sjahranie x/menit. Ny. N umur ruang Instalasi mengontrol
tahun 2015 Samarinda. 28 Gawat Darurat pernapasan pada
tahun, keluhan utama agar pasien penderita
yang dirasakan klien dapat mengontrol gangguan
adalah klien pernapasan saat pernafasan.
mengatakan sesak serangan b.
nafas. gangguan Mengoptimalka
Sesak nafas pernafasan n intervensi
dirasakan sejak ± 1 terjadi. latihan
jam sebelum masuk pernapasan
RS dan dibawa ke pursed lips
Instalasi breathing di
Gawat Darurat pada ruang
pukul 22.00 WITA, Instalasi Gawat
pada pemeriksaan Darurat Rumah
fisik didapatkan Sakit Umum
terdengar suara Daerah Abdul
wheezing pada paru Wahab
dan RR: 28 x/menit. Sjahranie
Tn. M umur 60 Samarinda.
tahun,
keluhan utama yang
dirasakan klien
adalah klien
mengatakan sesak
nafas. Sesak
nafas dirasakan sejak
± 1 jam sebelum
masuk RS dan dibawa
ke Instalasi Gawat
Darurat pada pukul
04.00 WITA, pada
pemeriksaan fisik
didapatkan terdengar
suara wheezing pada
paru dan RR: 28
x/menit.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. I DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR
OKSIGENASI - PENYAKIT EFUSI PLEURA
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD KABUPATEN TANGERANG

Tgl/Jam MRS : 03 November 2020


Tanggal/Jam Pengkajian : 04 November 2020 / 14.00
Metode Pengkajian : Wawancara
Diagnosa Medis : Efusi Fleura
No. Registrasi : 00217866
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. I
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Teguh abdi nurul yain Cipondoh
Tangerang
Umur : 33 Tahun / 25-02-1987
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SLTP/SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. W
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat : Jl. Teguh abdi nurul yain Cipondoh
Tangerang
Hubungan dengan Klien : Suami

I. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk

B. Riwayat Pengkajian Sekarang


Pasien masuk melalui IGD pada tanggal 03-11-2020, Jam 22.15 dengan
keluhan lemas, sesak nafas, dada sebelah kanan terasa nyeri, batuk-batuk
kurang lebih 4 hari yang lalu. Pada saat pengkajian didapatkan data bahwa
pasien sesak, batuk-batuk dan nyeri dada sebelah kanan, sesak dan batuk yang
dirasakan memberat apabila beraktifitas seperti berjalan kekamar mandi atau
berubah posisi dari duduk ke tidur terlentang, pasien juga belum bisa
beraktifitas karena badannya masih lemas.
Pengkajian PRST :
P : nyeri dirasakan saat beraktifitas atau berubah posisi
Q : nyeri seperti tertimpa benda berat
R : Dada sebelah kanan
S : nyeri sedang dengan skala 4 (0-10)
T : Hilang timbul lebih sering pada saat batuk

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dirsud kab.tangerang
pada bulan mei dengan penyakit yang tidak sama dengan penyakit yang
sekarang, pasien mengatakan tidak ada riwayat sesak, tidak ada riwayat
penyakit berat seperti diabetes melitus dan hipertensi.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan orang tua yaitu ibu menderita penyakit hipertensi, dan tidak
ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengannya ataupun
penyakit keturunan lainnya
Genogram :

Keterangan

= Laki-Laki = Pasien
= tinggalserumah

= Perempuan = Meninggal

II. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON


1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien baru pertama kali mengalami sakit seperti ini, dan pertama kali
juga pasien dirawat dirumah sakit, tetapi jika ada anggota keluarga yang sajit,
keluarga akan segera memberikan pertolongan pertama dan membawa ke
fasilitas pelayanan kesehatan, namun semenjak adanyapandemi covid-19
pasien dan keluarga takut untuk memeriksakan keadaanya kerumah sakit.
2. Pola Aktifitas dan Latihan ( Kegiatan Sehari-hari)
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien sebagai ibu rumah tangga
mengurus suami dan anak-anaknya, sering mengikuti kegiatan yang ada
dimasyarakat, dan Pasien mengatakan sebelum sakit aktivitasnya seperti
makan, minum, mandi, berganti pakian dan juga BAB dan BAK di lakukan
sendiri tanpa bantuan.
Selama Sakit
Pasien mengatakan selama sakit kurang lebih 4 hari yang lalu pasien
hanya bebaring ditempat tidur dan merasa lemas sehingga kegiatan sehari-hari
yang biasa dilakukan menjadi tidak dilakukan dengan pasien dan setelah sakit
pasien tidak mampu berjalan kekamar mandi karena sesak

3. Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit :
Klien mengatakan tidur siang 2-3 jam/hari, dan pada malam hari 6-8 jam/hari.
Selama Sakit :
Klien mengatakan tidur siang 2 jam/hari, dan pada malam hari klien tidak
bisa tidur nyenyak.
1) Kualitas dan kuantitas tidur
Pasien mengatakan selama sakit dan dirawat dirumah sakit tidurnya jadi
tidak puas dan nyenyak dan tidur hanya beberapa menit saja langsung
terbangun lagi
2) Gangguan tidur
Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak karena merasakan sesak

4. Pola nutrisi metabolik


a. Pengkajian Nutrisi (ABCD)
A. TB 159 cm, BB 62 kg, IMT 24,5 kg/m2
B. (Biomechanical ) : Hb =16,3 g/dl
C. (Clinical Sign) : tidak terdapt tanda klinis kekurangan nutrisi
D. Bubur lauk cincang 900 kkal + peptimun 2x 250 cc
b. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
1) Frekuensi : Pasien makan 3x/hari, dengan jenis karbohidrat, protein
serat dengan jumlah yang sedang. Klien juga meminum air putih
sebanyak 6-8 gelas/hari.
2) Jenis : karbohidrat, protein serat seperti lauk nasi dan sayur
3) Porsi : Porsi makan pasien 1 piring penuh
4) Keluhan : Tidak ada keluhan sebelum sakit
Sakit Selama
1) Frekuensi : Pasien makan 3x/hari dan minum 2 gelas/ hari
2) Jeni : Bubur lauk cincang
3) Porsi : Pasien mengatakan hanya menghabiskan 4 sendok makan
4) Keluhan : Pasien mengatakan selama sakit makan menjadi tidak
nafsu karena sesak

5. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAB : Pasien BAB 1x/hari dan berbau
khas.
2) Konsistensi : Lunak dan padat
3) Warna : Kuning kecoklatan
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB :Tidak ada keluhan dan kesulitan
5) Penggunaan Obat Pencahar :Tidak menggunakan obat pencahar

Selama Sakit

1) Frekuensi BAB :Pasien mengatakan belum BAB sejak masuk


Rumah Sakit
2) Konsistensi : Tidak Ada
3) Warna : Tidak Ada
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB : Tidak ada keluhan
5) Penggunaan Obat Pencahar : Tidak menggunakan obat pencahar
b. BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAK : 5-6x/hari
2) Jumlah Urine : ± 1200 cc
3) Warna : Kuning jernih
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : Tidak ada

Selama Sakit

1) Frekuensi BAK : Pasien mengatakan BAK 2x/hari


2) Jumlah Urine : ±400 cc
3) Warna : Kuning Keruh
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : Tidak ada keluhan saat BAK tetapi pasien
kesulitan saat BAK karena tidak bisa kekamar mandi

ANALISIS KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN

Intake Output Analisis

a. Minuman 440 cc a. Urine 400 cc Intake : 1000 cc


b. Makanan .cc b. Feses - cc
c. Infus 500cc/24 jam c. IWL 620 cc Output : 1.020 cc
d. Obat 60cc
Total : 1000 cc Total : 1.020 cc Balance : -20 cc

6. Pola kognitif dan perceptual


a. Nyeri
P : nyeri dirasakan saat beraktifitas atau berubah posisi
Q : nyeri seperti tertimpa benda berat
R : Dada sebelah kanan
S : nyeri sedang dengan skala 4 (0-10)
T : Hilang timbul lebih sering pada saat batuk
b. Fungsi panca indra
Tidak terdapat kelainan pada fungsi panca indra, hanya saja pengecap
pasien tidak seoptimal sebelum sakit dan selama sakit fungsi pengecap
pasien terasa tidak enak untuk makan
c. Kemampuan membaca
Pasien mampu membaca dengan lancar

7. Pola konsep diri


a. Harga diri
Pasien mengatakan sedih karena dirinya merepotkan suaminya, dan sedih
karena anak-anaknya tidak bisa bertemu dengannya, dan pasien
mengatakan bersyukur memiliki suami yang baik menunggu dan
menemani selama perawatan.
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin sekali cepat sembuh sehingga dapat melakukan
aktivitas dan fungsinya seperti biasanya dirumah
c. Identitas diri
Pasien mengatakan dirinya sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi
kedua anak dan suaminya
d. Gambaran diri
Pasien mengatakan selama dirawat tidak bisa menjalankan perannya
sebagai ibu rumah tangga
e. Peran
Peran pasien sebelum sakit sebagai ibu rumah tangga
8. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS ( keuangan, dll)
Pasien mengatakan dirinya berobat menggunakan jaminan BPJS, pasien
dirawat diRSU kab.Tangerang karena rujukan dan agar lebih dekat dari
rumah. Keuangan saat ini ditanggung oleh suaminya.
b. Kehilangan/ perubahan yang terjadi sebelumnya
Pasien merasanterdapat perubahan yang terjadi pada tubuhnya, selama
sakit pasien menjadi lemas sehingga kegiata sehari-hari dibantu suami
yang selalu setia menemani di RS
c. Pandangan terhadap masa depan
Pasien percaya bahwa dirinya pasti akan sembuh, dan beraktivitas seperti
biasa
d. Koping makanisme yang digunakan saat terjadi masalah
Pasien selalu dimotivasi oleh suami agar selalu semangat dalam selama
perawatan, sehingga cepat membaik dan bisa segera pulang.

9. Pola seksual reproduksi


a. Masalah menstruasi : Pasien tidak memiliki masalah pada menstruasi
b. Pepsmear terakhir : Pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan pap
smear
c. Perawatan payudara setiap bulan : Pasien tidak pernah melakukan
perawatan payudara
d. Alat kontrasepsi yang digunakan : Pasien tidak menggunakan alat
kontrasepsi
e. Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual : Tidak Terdapat
f. Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
Selama sakit dan dirawat dirumah sakit pasien mengatakan tidak ada
gangguan pada fungsi seksual

10. Pola peran hubungan


a. Pola pasien dalam keluarga dan masyarakat
Pasien mengatakan selalu menjaga hubungan baik dengan keluarga dan
orang lain baik itu ditempat tinggalnya maupun diruang perawatan dengan
pasien lain, keluarga pasien dan petugas kesehatan dirumah sakit.
b. Apakah klien punya teman dekat : Pasien mempunyai teman dekat
c. Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan : Pasien
mengatakan yang paling utama membantu dalam kesulitan yaitu keluarga
d. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana keterlibatan
klien : Pasien mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat dan aktif
mengikutinya

11. Pola nilai dan kepercayaan


a. Agama : Pasien beragama islam
b. Ibadah : Pasien mengatakan sebelum sakit melakukan sholat 5
waktu dengan rutin dan suka mengikuti pengajian, dan pada saat sakit
pasien hanya bisa berbaring dan tidak melakukan sholat 5 waktu

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : lemah
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah :110/70 mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 82x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : normal sedang
3) Pernafasan
- Frekuensi : 28x/menit
- Irama : teratur
- Spo2 : 98%
4) Suhu : 36,5 0c
2. Pernafasan Head To Toe
a. Kepala
a. Bentuk dan ukuran kepala : Bentuk kepala simetris
b. Pertumbuhan rambut : distribusi rambut merata, kuantitas pendek,
tidak beruban dan tampak kering
c. Kulit kepala : tampak kotor, tidak ada luka, tidak ada
benjolan atau masa, tidak ada nyeri tekan
b. Muka
1) Mata
a) Kebersihan : Mata tampak bersih
b) Fungsi penglihatan : baik tidak ada kelainan
c) Palpebral : tampak pucat dan tidak ada nyeri tekan pada area
mata
d) Konjungtiva : tidak anemis
e) Sclera : tidak ikterik
f) Pupil : reflek pupil positif
g) Diameter ki/ka : simetris
h) Reflek Terhadap Cahaya : terdapat reflek terhadap cahaya
i) Pengunaan alat bantu penglihatan : tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
2) Hidung
a) Fungsi penghidu : Tidak ada kelainan
b) Sekret : Tidak ada sekret
c) Nyeri sinus : Tidak ada Nyeri pada sinus
d) Polip : Tidak ada polip
e) Napas Cuping Hidung : pernapasan cuping hidung
3) Mulut
a) Kemampuan bicara : pasien mempu berbicara hanya saja biacara pelan-
pelan karena pasien sesak
b) Keadaan bibir : bibir kering tidak ada sariawan
c) Selaput mukosa : mukosa bibir pucat dan kering
d) Warna lidah : pink dan terdapat bercak putih pada lidah
e) Keadaan gigi : terdapat gigi yang berlubang
f) Bau nafas : tidak terkaji
g) Dahak : terdapat sputum

4) Gigi
a) Jumalah : 32 Buah
b) Kebersihan : Tampak kotor
c) Masalah : Tidak terdapat kelainan
5) Telinga
a) Fungsi pendengaran : Baik tidak ada kelainan
b) Bentuk : Simetris
c) Kebersihan : Tampak bersih
d) Serumen : Tidak ada serumen
e) Nyeri Telinga : Tidak ada nyeri tekan

c. Leher
1) Bentuk : simetris
2) Pembesaran tyroid : Tidak terdapat pembesaran tiroid
3) Kelenjar getah bening : Tidak terdapat kelenjar getah bening
4) Nyeri waktu menelan : Pasien mengatakan tidak nyeri saat menelan
5) JVP : Tidak ada peningkatan JVP
d. Dada (Thorax)
1) Paru-paru
 Inspeksi : Permukaan paru kanan tertinggal, tidak ada lesi, frekuensi
nafas 28x/menit
 Palpasi : Tidak ada benjolan dan masa, nyeri tekan pada dada
kanan
 Perkusi : Suara sonor pada lobus paru kiri, dan redup pada lobus
paru kanan
 Auskultasi : tidak ada whezzing dan ronchi
2) Jantung
 Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran jantung
 Palpasi : nyeri tekan pada dada sebelah kanan
 Perkusi : Pekak pada ICS 2-5
 Auskultasi : Tidak terdapat murmur
e. Abdomen
 Inspeksi : Tampak asites, tidak ada bekas luka
 Aukultusi : Bising usus 8x/menit
 Perkusi : Tympani
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa atau benjolan,
turgor kulit kembali <2 detik
f. Genetalia : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada genetalia
g. Anus dan rectum : Tidak ada kelainan
h. Ekstremitas
1) Atas
 Kekuatan otot kanan dan kiri : 5/5
 ROM kanan dan kiri : Pasien selalu melakukan ROM pada kanan
dan kiri agar tidak merasa kaku
 Perubahan bentuk tulang : Tidak terdapat perubahan bentuk
 Pergerakan sendi bahu : Tidak terdapat kelainan dan pergerakan
aktif
 Perabaan Akral : Akral teraba hangat
 Pitting edema : Tidak terdapat udem
 Terpasang infus : Terpasang infus RL/ 12 jam pada
exstermitas kiri
2) Bawah
 Kekuatan otot kanan dan kiri : 5/5
 ROM kanan dan kiri : Pasien selalu melakukan ROM pada kanan
dan kiri agar tidak merasa kaku
 Perubahan bentuk tulang : Tidak terdapat perubahan bentuk
 Varises : Tidak terdapat varises
 Perabaan Akral : Akral teraba hangat
 Pitting edema : Tidak terdapat udem
i. Intergumen : tidak terdapat lesi dan terkstur kulit normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan 03-11-2020

Jenis Nilai Normal Satuan Hasil Keteramgan


pemeriksaan Hasil

HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,7 - 15,5 g/dl 16,3 Tidak normal
Lekosit 3,60 - 11.00 x10,3/ul 18,35 Tidak normal
Hematokrit 35 - 47 % 46
Trombosit 140 - 440 x10,3/ul 446 Tidak normal
HITUNG JENIS
Basofil 0-1 % 0
Eosinofil 2-4 % 0 Tidak normal
Batang 3-5 % 0 Tidak normal
Segmen 50 – 70 % 81 Tidak normal
Limfosit 25 – 40 % 12 Tidak normal
Monosit 2–8 % 7
KIMIA
KARBOHIDRAT
Gula Darah < 180 Mg/dl 140
Sewaktu
FUNGSI HATI
0 – 35 U/L 16
SGOT
0 – 35 U/L 17
SGPT
FUNGSI
GINJAL 0 – 50 Mg/dl 14

Ureum 0,0 – 1,1 Mg/dl 1,0

Creatinin
ELEKTROLIT 135 – 147 mEq/L 151 Tidak normal
3,5 – 5,0 mEq/L 3,7
Natrium (Na) 96 - 105 mEq/L 112 Tidak normal
Kalium (K)
Chloride (C) Negatif Negatif
SWAB
ANTIGEN
Antigen SARS-
CoV-2

Tanggal Pemeriksaan 05-11-2020

Jenis Nilai Satuan Hasil Keteramgan


pemeriksaan Normal Hasil

Pemeriksaan
cairan pleura
Makroskopis
Warna
Kuning
Kekeruhan
Agak keruh
Bekuan
+
Mikroskopis
Jumlah sel
1000-5000 1008
Diif count
/mm2
Sel mesotelial
3-70 %
Monosit
30-75 %
Limfosit
2-30 %
PMN
<10 % 42
MN
% 58

Transudat Eksudat

Protein 3,9 Mg/dl <3,0 >3,0


Glukosa 102 Mg/dl
Rivalta + Negatif Positif
PH 7,0
VOLUME 6,0 cc
LDH 1541 <200 >200
ERITROSIT +

2. Pemeriksaan diagnostik
Tanggal pemeriksaan 03-11-2020

V. TERAPI MEDIS

Hari Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi


/Tanggal Kandungan

Rabu Cairan IV : Untuk mempertahankan


04-11- Ringer Laktat 500cc/24 jam Antifibrinotik kebutuhan cairan dan
2020 menghentikan perdarahan.

Obat Peroral :
Rifampicin 1x600mg Antibiotik Mengobati beberapa
Pyrazinamide 3x 500 mg Obat keras & penyakit akibat infeks
pyrazinamide bakteri
Etambutol 3x500mg 500mg Untuk terapi tuberkulosis
B6 1x Antituberkulosis
Untuk terapi tuberkulosis

Obat Antibiotik
Perenteral : Sefalosporin Mengobati dan mencegah
Ceftriaxone Kandungan infeksi bakteri
ceftriaxone 1
gram

VI. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem

1. DS : Efusi pleura Pola nafas


 Pasien mengatakan sesak batuk- tidak efektif
batuk dan nyeri pada dada sebelah
kanan Akumulasi cairan
 Pasien mengatakan sesak yang berlebihan dalam
dirasakan memberat apabila rongga pleura
beraktifitas seperti berjalan kekamar
mandi atau berubah posisi dari
duduk ke tidurterlentang Penurunan ekspansi
paru
DO :

 Keadaan umum : lemah Sesak


 Pasien tampak sesak
 RR : 28x/menit
 Inspeksi permukaan paru kanan Pola nafas tidak
tertinggal efektif
 Tampak terpasang nasal kanul O2
3l/Menit
 Spo2: 98%
 Perkusi : redup pada lobus paru
kanan
 Hasil RO. Thorax : infected efusi
pleura kanan

2. DS Efusi pleura Nyeri Akut


(Penimbunan Cairan
 Pasien mengatakan nyeri dada didalam rongga
 Pengkajian PRST : paru)
P : nyeri dirasakan saat beraktifitas
atau berubah posisi
Q : nyeri seperti tertimpa benda Proses peradangan
berat pada selaput pleura
R : Dada sebelah kanan
S : nyeri sedang dengan skala 4
(0-10)
T : Hilang timbul lebih sering pada Nyeri
saat batuk
DO:

 Keadaan umum : lemah


 Pasien tampak meringis
 Palpasi nyeri tekan pada dada kanan
 TTV
TD:110/70 mmHg
N : 82x/menit
RR : 28x/menit
S : 36,5 0C

3. DS: Efusi pleura Intoleransi


aktifitas
 Pasien mengatakan badannya lemas,
sesak dan nyeri dada Akumulasi cairan
 Pasien mengatakan sesak yang berlebihan dalam
dirasakan memberat apabila rongga pleura
beraktifitas seperti berjalan ke
kamar mandi atau berubah posisi
dari duduk ke tidur terlentang Penurunan ekspansi
 Pasien mengatakan cepat lelah paru
apabila beraktifitas
 Pasien mengatakan aktifitasnya Penurunan suplai O2
terbatas dan selalu dibantu oleh
suami kelemahan fisik
DO: intoleransi aktifitas
 Keadaan umum : lemah
 Pasien tampak sesak
 Terpasang O2 nasal kanul 3l/menit

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas
2. Intoleransi aktifitas b.d Kelemahan Fisik
3. Nyeri akut (nyeri dada) b.d agen pencedera fisiologis

VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Utama
Hasil
Pola napas tidak (L. 01004) Manajemen Jalan Napas (L. 01011)
efektif Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan 1. Monitor pola napas(frekuensi,
selama 3X 24 jam kedalaman, usaha napas)
diharapkan pola napas 2. Monitor bunyi napas tambahan (misal
klien teratur ditandai 3. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
dengan kriteria hasil kering
sebagai berikut: 4. Monitor sputum (jumlah, warna,
a. Dispnea Menurun (5) aroma)
b. Penggunaan otot
bantu nafas menurun Terapeutik:
(5) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Frekuensi napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
membaik (5) thrust jika curiga trauma servikal)
d. Kedalaman nafas 2. Atur posisi semi-fowler atau fowler
membaik (5) 3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi seelum
penghisapan endotrakeal
7. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
8. Anjurkan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
9. Ajarkan teknik batuk efektif
Nyeri Akut (L.05047) Manajemen Nyeri (L.08238)
( D.0077) Setelah dilakukan
intervensi selama 3 x 24 Tindakan observasi
jam, maka nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
berkurang, dengan kriteria durasi,frekuensi.kualitas, intensitas
hasil : nyeri
6. Dispnea saat aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
7. Dispnea setelah 4. Identifikasi faktor yang
aktivitas menurun (5) memperberatdan memperingan nyeri
8. Frekuensi nadi 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
meningkat (5) tentang nyeri
9. Saturasi oksigen 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
meningkat (5) respon nyeri
10. Frekuensi nafas 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
membaik ( 5) kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan energi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaorasi pemberian analgetik, jika
perlu
Intoleransi aktivitas (L.05047) MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)
(D. 0056) Setelah dilakukan
intervensi selama 3 x 24 Observasi
jam, maka toleransi
aktivitas meningkat, 1. Identifkasi gangguan fungsi
dengan kriteria hasil: tubuh yang mengakibatkan kelelahan
a. Frekuensi nadi 2. Monitor kelelahan fisik dan
menurun emosional
b. Keluhan lelah
menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
c. Dispnea saat aktivitas
4. Monitor lokasi dan
menurun
ketidaknyamanan selama melakukan
d. Dispnea setelah
aktivitas
aktivitas menurun
e. Perasaan lemah
Terapeutik
menurun
f. Aritmia saat aktivitas
1. Sediakan lingkungan nyaman
menurun
dan rendah stimulus (mis. cahaya,
g. Aritmia setelah suara, kunjungan)
aktivitas menurun h 2. Lakukan rentang gerak pasif
h. Sianosis menurun dan/atau aktif
i. Tekanan darah
membaik 3. Berikan aktivitas distraksi
j. EKG iskemia yang menyenangkan
membaik
4. Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


meningkatkan asupan makanan

IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Hari/ Diagnosa Implementasi Respon Hail Paraf


tanggal Keperawatan

1. Rabu Pola napas 1. Memonitor polan S : Pasien mengatakan masih


04 tidak efektif napas merasa sesak
Noveber b.d 2. Mempertahankan
2020 Hambatan kepatenan jalan O : Keadaan umum : lemah
upaya nafas napas
 Pasien tampak sesak
3. Mengatur posisi
 RR : 28x/menit
semi-fowler atau
 Inspeksi permukaan paru
fowler kanan tertinggal
 Tampak terpasang nasal
4. Memberikan kanul O2 3l/Menit
oksigen nasal kanul  Spo2: 98%
3l/menit  Perkusi : redup pada
5. Memonitor saturasi lobus paru kanan
oksigen
 Posisi pasien semi fowler
A: Masalah pola nafas tidak
efektif belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

2. Rabu Nyeri akut 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan nyeri


04 (nyeri dada) lokasi, dada
Noveber b.d agen karakteristik,
2020 pencedera durasi,frekuensi.ku  Pengkajian PRST :
fisiologis alitas, intensitas P : nyeri dirasakan saat
nyeri beraktifitas atau berubah
2. Mengidentifikasi posisi
skala nyeri Q : nyeri seperti tertimpa
3. Mengidentifikasi benda berat
respon nyeri non R : Dada sebelah kanan
verbal S : nyeri sedang dengan
4. Mengkolaborasi skala 4 (0-10)
pemberian terapi T : Hilang timbul lebih
nonfarmakologis sering pada saat batuk
untuk mengurangi
O : Keadaan umum : lemah
rasa nyeri
 Ceftriaxon3  Pasien tampak meringis
1x2gr  Palpasi nyeri tekan pada
 IUFD RL dada kanan
500cc/24 jam  TTV
5. Kontrol lingkungan TD:110/70 mmHg
yang memperberat N : 82x/menit
nyeri RR : 28x/menit
6. Mengobservasi S : 36,5 0C
tanda-tanda vital  Lingkungan sekitar pasien
aman dan nyaman
A: Masalah nyeri akut (Nyeri
dada belum teratasi)
P: lanjutkan intervensi
3. Rabu Intoleransi 1. Mengobservasi S : Pasien mengatakan sesak
04 aktifitas b.d adanya pembatasan yang dirasakan memberat
Noveber Kelemahan pasien dalam apabila beraktifitas seperti
2020 fisik melakukan aktifitas berjalan ke kamar mandi atau
2. Mengkaji adanya berubah posisi dari duduk ke
faktor yang tidur terlentang
menyebab
keletihan  Pasien mengatakan cepat
3. Membantu pasien lelah apabila beraktifitas
untuk
O: Keadaan umum : lemah
mengidentifikasi
aktifitas yang  Posisi pasien semi fowler
mampu dilakukan  Setiap 15 menit posisi
4. Membantu pasien berubah miring
mobilisasi pasien kanan-kiri
ditempat tidur
seperti miring A: Masalah intoleransi
kanan-kiri dan aktifitas belum teratasi
mengatur posisi
semi fowler P: lanjutkan intervensi

4. Kamis Pola napas 1. Mengobservasi S : Pasien mengatakan masih


05 tidak efektif keluhan pasien merasa sesak berkurang
Noveber b.d 2. Memonitor polan
2020 Hambatan napas O : Keadaan umum : lemah
upaya nafas 3. Mempertahankan
 RR : 26x/menit
kepatenan jalan
 O2 nasal kanul 3l/Menit
napas terpantau paten
4. Mengatur posisi  Spo2: 99%
semi-fowler atau  Posisi pasien semi fowler
fowler
A: Masalah pola nafas tidak
5. Mengobservasi
efektif teratasi sebagian
oksigen dan
saturasi oksigen P : lanjutkan intervensi

6. Kamis Nyeri akut 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan nyeri


05 (nyeri dada) lokasi, dada sedikit berkurang
Noveber b.d agen karakteristik,
2020 pencedera durasi,frekuensi.ku  Pengkajian PRST :
fisiologis alitas, intensitas P : nyeri dirasakan
nyeri sedikit berkurang saat
2. Mengidentifikasi beraktifitas atau berubah
skala nyeri posisi
3. Mengidentifikasi Q : nyeri seperti dicubit
respon nyeri non R : Dada sebelah kanan
S : nyeri sedang dengan
verbal skala 2 (0-10)
4. Mengkolaborasi T : Hilang timbul
pemberian terapi
nonfarmakologis O : Keadaan umum : sedang
untuk mengurangi
 TTV
rasa nyeri
TD:120/70 mmHg
 Rifampisin
N : 85x/menit
1x600
RR : 26x/menit
 Pyrazinamid S : 36,3 0C
3x500
 Lingkungan sekitar pasien
 Ethambutol aman dan nyaman
3x500
 B6 A: Masalah nyeri akut (Nyeri
 Omeprazole dada ) teratasi sebagian
injek 2x40mg
 IUFS RL P: lanjutkan intervensi
500cc/24 jam
5. Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
6. Mengobservasi
tanda-tanda vital
7. Kolaborasi
bersama dokter
melakukan
tindakan efusi
pleura pada pukul
11.30

8. Kamis Intoleransi 1. Mengobservasi S : Pasien mengatakan sesak


05 aktifitas b.d adanya pembatasan yang dirasakan sudah sedikit
Noveber Kelemahan pasien dalam berkurang tetapi masih belum
2020 fisik melakukan aktifitas kuat untuk beraktifitas
2. Mengkaji adanya seperti berjalan ke kamar
faktor yang mandi atau berubah posisi
menyebab dari duduk ke tidur terlentang
keletihan
3. Membantu pasien  Pasien mengatakan masih
untuk cepat lelah apabila
mengidentifikasi beraktifitas
aktifitas yang
O: Keadaan umum : lemah
mampu dilakukan
4. Menganjurkan  Posisi pasien semi fowler
kepada keluarga  Setiap 15 menit posisi
untuk melakukan pasien berubah miring
mobilisasi miring
kanan-kiri pada kanan-kiri
pasien
A: Masalah intoleransi
aktifitas teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

9. Jumat Pola napas 1. Mengobservasi S : Pasien mengatakan


06 tidak efektif keluhan pasien merasa sesak berkurang
Noveber b.d 2. Memonitor polan
2020 Hambatan napas O : Keadaan umum : lemah
upaya nafas
3. Mempertahankan  RR : 28x/menit
kepatenan jalan  O2 nasal kanul 3l/Menit
napas terpantau paten
4. Mengatur posisi  Spo2: 99%
semi-fowler atau  Posisi pasien semi fowler
fowler
5. Mengobservasi A: Masalah pola nafas tidak
oksigen dan efektif teratasi
saturasi oksigen P : intervensi dihentikan

6. Jum’at Nyeri akut 1. Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan nyeri


06 (nyeri dada) lokasi, dada berkurang
Noveber b.d agen karakteristik,
2020 pencedera durasi,frekuensi.ku  Pengkajian PRST :
fisiologis alitas, intensitas P : nyeri dirasakan
nyeri berkurang dan sudah bisa
2. Mengidentifikasi beraktifitas sederhana
skala nyeri atau berubah posisi
3. Mengidentifikasi Q :-
respon nyeri non R : Dada sebelah kanan
verbal S : nyeri sedang dengan
4. Mengkolaborasi skala 1 (0-10)
pemberian terapi T : Hilang timbul
nonfarmakologis
O : Keadaan umum : sedang
untuk mengurangi
rasa nyeri  TTV
 Rifampisin TD:110/70 mmHg
1x600 N : 88x/menit
 INH 1x300 RR : 26x/menit
 Pyrazinamid S : 36,7 0C
3x500  Cairan infus paten
 Ethambutol  Lingkungan sekitar pasien
3x500 aman dan nyaman
 B6
 IUFS RL A: Masalah nyeri akut (Nyeri
500cc/24 jam dada ) teratasi
5. Kontrol lingkungan
yang memperberat P: intervensi dihentikan
nyeri

6. Mengobservasi
tanda-tanda vital
7. Kolaborasi
bersama dokter
melakukan
tindakan efusi
pleura pada pukul
11.30

8. Jum’at Intoleransi 1. Mengobservasi S : Pasien mengatakan sesak


06 aktifitas b.d adanya pembatasan yang dirasakan berkurang
Noveber Kelemahan pasien dalam tetapi masih belum kuat
2020 fisik melakukan aktifitas untuk beraktifitas seperti
2. Membantu pasien berjalan ke kamar mandi
untuk tetapi sudah bisa berubah
mengidentifikasi posisi dari duduk ke tidur
aktifitas yang terlentang
mampu dilakukan
3. Menganjurkan  Pasien mengatakan masih
kepada keluarga cepat lelah apabila
untuk melakukan beraktifitas
mobilisasi miring
O: Keadaan umum : sedang
kanan-kiri pada
pasien  Posisi pasien semi fowler
A: Masalah intoleransi
aktifitas teratasi
P: intervensi dihentikan

X. EVALUASI KEPERAWATAN

No. Hari/ Diagnosa Evaluasi Paraf


tanggal Keperawatan

1. Jumat Pola napas S : Pasien mengatakan merasa sesak berkurang


06 tidak efektif
Noveber b.d O : Keadaan umum : lemah
Hambatan  RR : 28x/menit
upaya nafas  O2 nasal kanul 3l/Menit terpantau paten
 Spo2: 99%
2020  Posisi pasien semi fowler
A: Masalah pola nafas tidak efektif teratasi
P : intervensi dihentikan

2. S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang

 Pengkajian PRST :
P : nyeri dirasakan berkurang dan sudah bisa
beraktifitas sederhana atau berubah posisi
Q :-
R : Dada sebelah kanan
S : nyeri sedang dengan skala 1 (0-10)
Nyeri akut T : Hilang timbul
Jum’at (nyeri dada)
06 b.d agen O : Keadaan umum : sedang
Noveber pencedera
fisiologis  TTV
2020 TD:110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 26x/menit
S : 36,7 0C
 Cairan infus paten
 Lingkungan sekitar pasien aman dan nyaman
A: Masalah nyeri akut (Nyeri dada ) teratasi
P: intervensi dihentikan

3. Jum’at Intoleransi S:
06 aktifitas b.d
Noveber Kelemahan Pasien mengatakan sesak yang dirasakan berkurang
2020 fisik tetapi masih belum kuat untuk beraktifitas seperti
berjalan ke kamar mandi tetapi sudah bisa berubah
posisi dari duduk ke tidur terlentang

 Pasien mengatakan masih cepat lelah apabila


beraktifitas
O: Keadaan umum : sedang

 Posisi pasien semi fowler


A: Masalah intoleransi aktifitas teratasi
P: intervensi dihentikan

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Jurnal

Pada jurnal pertama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Maulana, Iwan

(2019) yang berjudul Pengaruh Teknik Pursed Lips Breathing dan Posisi Semi

Fowler dalam Mengurangi Sesak Nafas pada Pasien dengan Gangguan

Pernafasan. Tujuan ini dilakukan Untuk mengetahui ada pengaruh atau

tidaknya teknik pursed lips breathing dan posisi semi fowler dalam

mengurangi sesak napas pada pasien dengan gangguan respirasi di RSUD dr.

Chasbullah Abdul Madjid. Populasi dalam penelitian ini ini yaitu semua pasien

sesak napas dan jumlah sampel didapatkan 44 responden.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pursed lips

breathing efektif untuk menurunkan keluhan sesak nafas. Hasil uji Paired Sample

T Test diperoleh P value = 0,000 (< 0,05) artinya ada pengaruh teknik

pursed lips breathing terhadap penurunan respiratory rate pada pasien sesak

napas dengan gangguan respirasi di RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid.

Dimana Sebelum dilakukan teknik pursed lips breathing pada pasien yang
mengalami sesak napas rata-rata frekuensi pernapasan pasien yaitu 24 kalidalam

satu menit dan skala borg 3 (sesak sedang) dan setelah dilakukan teknik

pursed lips breathing sesak napas pasien mengalami penurunan dengan rata-

rata 22 kali dalam 1 menit dan skala borg 2 (sesak ringan).

Sedangkan pada jurnal kedua yang berjudul Analisis Praktik Klinik

Keperawatan pada Pasien Gangguan pernafasan dengan Latihan Pernapasan

Pursed Lips Breathing di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda. Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk menganalisis

intervensi latihan pernapasan pursed lips breathing pada pasien gangguan

pernafasan di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan metode total sampling dan didapatkan sampel sejumlah 3 orang

yaitu Tn. T, Ny. Y dan Tn. M.

Ketiga sampel tersebut diberikan intervensi pursed lips breathing dengan

cara dengan caramenghirup napas melalui hidung sambil menghitung sampai 3

seperti saat menghirup wangibunga mawar. Hembuskan dengan lambat dan rata

melalui bibir yang dirapatkan sambil mengencangkan otot-otot abdomen.

(Merapatkan bibir meningkatkan tekanan intratrakeal, menghembuskan melalui

mulut memberikan tahanan lebih sedikit pada udara yang dihembuskan). Hitung

hingga 7 sambil memperpanjang ekspirasi melalui bibir yang dirapatkan seperti

saat meniup lilin. Sambil duduk di kursi: lipat tangan diatas abdomen, hirup napas

melalui hidung sambil menghitung hingga 3, membungkuk ke depan dan

hembuskan dengan lambat melalui bibir yang dirapatkan sambil menghitung


hingga 7. Hasil analisa dari ketiga pasien menunjukkan latihan pernapasan

pursed lips breathing menurunkan sesak napas pada pasien gangguan

pernafasan. Penerapan intervensi inovasi perlu dilakukan di ruang Instalasi

Gawat Darurat agar pasien dapat mengontrol pernapasan saat serangan

gangguan pernafasan terjadi.

B. Konsep Dasar Pursed Lips Breathing

Terapi non farmakologis yang umumnya digunakan untuk pengelolaan

gangguan pernafasan adalah dengan melakukan terapi pernapasan. Terapi

pernapasan bertujuan untuk melatih cara bernapas yang benar, melenturkan dan

memperkuat otot pernapasan, melatih ekspektorasi yang efektif, meningkatkan

sirkulasi, mempercepat dan mempertahankan pengontrolan gangguan pernafasan

yang ditandai dengan penurunan gejala dan meningkatkan kualitas hidup bagi

penderitanya.

Pada penderita gangguan pernafasan terapi pernapasan selain ditujukan

untuk memperbaiki fungsi alat pernapasan, juga bertujuan melatih penderita untuk

dapat mengatur pernapasan pada saat terasa akan datang serangan, ataupun

sewaktu serangan gangguan pernafasan (Nugroho, 2006).

Pursed Lip Breathing adalah latihan pernapasan dengan menghirup udara

melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan atau

dimonyongkan dengan waktu ekshalasi lebih di perpanjang. Terapi rehabilitasi

paru-paru dengan Pursed Lips Breathing ini adalah cara yang sangat mudah

dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek negatif

seperti pemakaian obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2013).


Tujuan dari Pursed Lips Breathing ini adalah untuk membantu klien

memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola napas lambat dan dalam,

membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, mencegah kolaps dan melatih

otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan

jalan napas selama ekspirasi dan mengurangi jumlah udara yang terjebak

(Smeltzer & Bare, 2013).

Latihan PLB juga menyebabkan perubahan dalam penggunaan otot-otot

pernapasan yaitu dengan mengurangi penggunaan otot-otot diafragma dan

memaksimalkan penggunaan otot perut dan dada selama proses pernapasan

sehingga pernapasan menjadi lebih efisien. Penderita gangguan pernafasan

menjadi lebih tenang, tidak kelelahan saat bernapas ketika kondisi krisis atau

ketika beraktivitas (Fregonezi, 2004). Teknik pernapasan ini dapat mencegah

kolaps unit paru dan membantu pasien untuk mengendalikan frekuensi serta

kedalaman pernapasan serta merilekskan penderita sehingga memungkinkan

pasien mencapai kontrol terhadap dispnea dan pernapasan yang panik (Bruner &

suddarth, 2002).

PLB merupakan terapi pernapasan yang dapat mengurangi obstruksi

pernapasan pada pasien gangguan pernafasan. Menurut Visser (2011) bahwa PLB

dapat meningkatkan tekanan intrabronkial selama proses ekspirasi dan

mengakibatkan peningkatan diameter bronkial sehingga aliran inspirasi dan

ekspirasi menjadi lebih efisien. Tekanan positif intrabronkial mencegah kolaps

pada bronki saat ekspirasi sehingga gejala gangguan pernafasan seperti sesak

napas, batuk, mengi dan rasa tertekan di dada dapat diminimalisir.


Langkah-langkah atau cara melakukan Pursed Lips Breathing ini adalah

dengan cara menghirup napas melalui hidung sambil menghitung sampai 3 seperti

saat menghirup wangi bunga mawar. Hembuskan dengan lambat dan rata melalui

bibir yang dirapatkan sambil mengencangkan otot-otot abdomen. (Merapatkan

bibir meningkatkan tekanan intratrakeal, menghembuskan melalui mulut

memberikan tahanan lebih sedikit pada udara yang dihembuskan). Hitung hingga

7 sambil memperpanjang ekspirasi melalui bibir yang dirapatkan seperti saat

meniup lilin. Sambil duduk di kursi: lipat tangan diatas abdomen, hirup napas

melalui hidung sambil menghitung hingga 3, membungkuk ke depan dan

hembuskan dengan lambat melalui bibir yang dirapatkan sambil menghitung

hingga 7 (Smeltzer & Bare, 2013).

Gambar 2.1 Latihan Pursed Lip

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dan kesenjangan teori, bahwa teknik pernafasan

pursed lips breathing, mampu diaplikasikan pada pasien pasien dengan gangguan

kebutuhan dasar oksigenasi, selain mudah dilakukan terapi latihan ini efektif

untuk mengurangi sesak yang bisa dilihat dan dievaluasi dengan jumlah respirasi

pasien.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang


terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit
primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain (Amin Huda, 2015)
Setelah dilakukan anamnesa berdasarkan kebutuhan dasar Bio-Psiko-
Sosial-Spiritual, didapatkan diagnosis keperawatan :
1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas
2. Nyeri akut (nyeri dada) b.d agen pencedera fisiologis
3. Intoleransi aktifitas b.d Kelemahan Fisik
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam,
berdasarkan kebutuhan dasar Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, kemudian
dilakukan evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi, perawat harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respon terhadap
intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Evaluasi keperawatan pada asuhan
keperawatan Efusi Pleura yaitu :
1. Pola Nafas membaik
2. Nyeri akut teratasi
3. Aktivitas sehari-hari kembali baik
B. Saran

Hasil dari Laporan Praktik Klinik Dinas keperawatan Dasar Profesi


(KDP) ini diharapkan menambah keluasan ilmu pengetahuan terutama
dalam bidang keperawatanan dapat diaplikasikan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar secara Bio-Psiko-Sosial serta penerapan di lahan kerja
terutama untuk mengani kasus-kasus pasien yang mengalami gangguan
Efusi Pleura. Serta masih banyak kekurangan dari makalah ini untuk dapat
menjadi evaluasi bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA

Nanda Internasional. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Kusumo, A. H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 1 2015. Jogjakatra:


MediAction Publishing.

Omega Diana Simanjuntak 2020 Karya Tulis Ilmiah “Asuhan Keperawatan


Komperhensif Pada Tn. W.B Yang Menderita Efusi Pleura Di Ruangan
Komodo Rsud Prof.Dr. W.Z. Johannes Kupang”

Riska Nova Nurdianasari 2019 “Asuhan Keperawatan Pada Klien Efusi Pleura
Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas Di Ruang
Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan”

Nurarif AH,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis


dan Nanda Nic Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1.Cetakan III, Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1.Cetakan II, Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai