Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF PADA PASIEN


LABIOPALATOSCHIZIS
KELOMPOK 7

Dosen Pembimbing : Dra. Hj, Erna Mesra, M.Kes


1 Labiopalatoschizis merupakan kelainan pada
daerah mulut berupa labiosisis (sumbing pada
bibir), dan palatosisis (sumbing pada palatum)
yang diakibatkan oleh kegagalan penyatuan
PENGERTIAN jaringan lunak atau struktur tulang selama
masa perkembangan embrio
Klasifikasi
Celah di gusi
(gnatoskisis)

Celah di bibir
Celah terjadi pada lebih
(labioskisis)
dari organ. Misal, terjadi
di bibir dan langit- langit
(labiopalatoskisis) atau
Celah di langit mulut terjadi pada bibir,
(palatoskisis) palatum hingga
mengenai gusi bagian
atas (labio
gnatopalatoskisis).
BEBERAPA JENIS BIBIR SUMBING

01 02 03
Unilateral Unilateral Bilateral
Incomplete Complete Complete
Sumbing bibir disebabkan oleh kegagalan fusi prosesus

2
maksilaris dan frontonasalis selama minggu ke enam
usia gestasi. Pada kasus bilateral, premaksila
mengalami anteversi. Masalah ini selalu berkaitan
dengan deformitas nasal. Sumbing palatum dapat berdiri
sendiri atau bersama dengan sumbing bibir. Ini
disebabkan oleh kegagalan fusi prosesus palatinum dan
septum nasi.
Kelainan kongenital seperti tracheoesophalangeal
fistula, omphalocele, trisomi 13, dan displasia skeletal
ETIOLOGI dihubungkan dengan kejadian cleft lip dan cleft palate
sekitar 20-30% dari kasus. Penyebabnya bersifat
multifaktorial, meliputi gabungan antara faktor
lingkungan dan genetik. Diantaranya abnormalitas
kromosom, faktor lingkungan atau teratogen, obat-
obatan, nutrisi saat kehamilan, dan ibu hamil yang
merokok.
Manifestasi Klinis

• Labioskisis • Palatoskisis

• Distorsi pada hidung (kelai • Tampak ada celah pada te


Tanda yang paling jelas adala nan bentuk pada hidung, s kak (uvula), palato lunak, d
h tampak celah pada bibir ata eperti asimetris cuping hid an keras dan atau foramen
s. ung atau nostril, adanya ce incisive
lah hidung pada palatum). • Adanya rongga pada hidun
Manifestasi klinis lainnya yan
g terlihat pada cleft lip dan cl • Tampak sebagian atau ked g
eft palatum sebagai berikut : uanya • Distorsi hidung
• Adanya celah pada bibir. • Teraba celah atau terbukan
ya langit-langit saat diperik
sa dengan jari
• Kesukaran dalam menghis
ap atau makan.

Presentation Title Here 6


PATOFISIOLOGI
KOMPLIKASI
Otitis media berulang dan ketulian sering
terjadi. Jarang dijumpai kasus karies gigi yang
berlebihan. Koreksi ortodontik diperlukan
apabila terdapat kesalahan dalam penempatan
arkus maksilaris dan letak gigi geligi. Cacat
wicara bisa ada tau menetap meskipun
penutupan palatum secara anatomik telah
dilakukan dengan baik. Cacat wicara yang
demikian ditandai dengan pengeluaran udara
melalui hidung dan ditandai dengan kualita
hipernasal bila membuat suara tertentu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

01 02 03
MRI
FOTO PEMERIKSAA (MAGNETIC RESONANCE
ROTGEN N FISIK IMAGING)
PENATALAKSANAAN
Dalam menangani masalah Labiopalatoskisis ini, pembedahan dilakukan untuk
penutupan bibir dan palatum. Penutupan bibir sumbing secara bedah biasanya
dilakukan setelah anak berumur 2 bulan, ketika anak telah menunjukkan kenaikan
berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi oral, saluran napas, atau
sistemik. Perbaikan pertama dapat direvisi saat berumur 4-5 tahun. Operasi hidung
untuk mengatasi distorsi hidung sering dilakukan pada saat perbaikan bibir (Nelson,
2011). Namun rinoplasti atau operasi hidung bisa juga dilakukan saat berumur 3-6
bulan.
Sedangkan untuk sumbing palatum, pembedahan dilakukan pada usia 18 bulan
sampai 2,5 tahun ketika anak belum aktif berbicara. Satu bulan setelah palatoplasti
(operasi palatum) dilakukan terapi wicara oleh terapis. Bila gusi juga terbelah
(gnatoskisis) kelainannya menjadi labiognatopalatoskisis, perbaikan untuk gusi
dilakukan pada saat usia 8-9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi
(Aminullah A, 2012).
PEMBEDAHAN LABIOPLASTY

Operasi labioplasty di • Tujuan utama labioplasty


Labioplasty adalah Su lakukan pada usia kur adalah menciptakan bibir
atu tindakan pembedah ang lebih 3 bulan dan dan hidung yang seimbang
dan simetris dengan jarin
an dari labium atau b mengikuti ketentuan ru gan parut minimal dan men
le of tens yaitu :
ibir untuk memperbaik ciptakan bibir yang berfu
• Berat badan bayi seku ngsi baik dengan menguran
i bentuk dan fungsi. rang-kurangnya 10 pon gi pengaruh operasi terha
Ruang Lingkup Sumbing (4,5 kg). dap pertumbuhan dan perke
• Umur bayi minimal 10 mbangan lengkung maksila.
bibir unilateral. • Labioplasty yang sering d
minggu.
igunakan adalah menggunak
• Hb lebih dari 10 gr % an teknik Cronin
.
• Leukosit <Title10.000
Presentation Here mm3 11
PEMBEDAHAN PALATOPLASTY

Tujuan palatoplasty Waktu yang paling tepat unt


Palatoplasty adalah d uk dilakukannya palatoplast
alah prosedur pembeda adalah memisahkan ro y masih tetap menjadi kontr
ngga mulut dan rongg oversi. Sebagian ahli bedah
han yang digunakan un mendukung waktu palatoplast
tuk memperbaiki atau a hidung, membentuk y sebelum usia 12 bulan kar
merekonstruksi langit katup velofaringeal ena lebih menguntungkan per
kembangan bicara pasien seb
- langit pada seseora yang kedap air dan k ab proses belajar bicara di
ng dengan celah langi edap udara dan mempe mulai pada usia 12 bulan.
roleh tumbuh kembang Teknik palatoplasty yang pa
t-langit. ling sering dipakai adalah
maksilofasial yang m teknik von langenbeck dan
endekati normal. V-Y push back (Veau- Wardil
l-Kilner).
Presentation Title Here 12
Penatalaksanaan Menyusui bayi dengan celah bibir dan/atau langit-langit
memang bukan merupakan hal yang mudah, tetapi tetap
Menyusui bayi dengan bisa diupayakan.
labiopalatoskizis • Bayi dengan labioschizis unilateral kemungkinan dapat
menetek langsung. Bayi menetek dalam posisi straddle
dan ibu jari tangan ibu menutup celah bibir bayi pada
saat menetek .
• Bayi dengan palatum molle berukuran kecil terkadang
juga dapat menetek langsung, namun perlu dilakukan
evaluasi mengenai efektivitas hisapan bayi dan status
gizinya.
• Bayi dengan labioschizis bilateral mempunyai tingkat
kesulitan yang lebih berat untuk menetek langsung. Bayi
dengan kondisi ini biasanya membutuhkan alat bantu
untuk menyusu berupa botol khusus yang dirancang
untuk bayi dengan celah bibir dan/atau langit- langit,
seperti Haberman Feeder.
Konsep Dasar
Keperawatan
Perioperatif
Labiopalatoplasty
PRE OPERASI
PENGKAJIAN

Pada pengkajian fisiologis kelainan pada bibir dapat terobserva


si pada saat kelahiran. Kelainan sumbing palatum terkaji selama
fase neonatus pada saat pengkajian dengan palpasi palatum mengg
unakan jari.
Pengkajian respon keluarga juga merupakan bagian yang penting karena kel
ainan, terutama pada wajah, dapat mengecewakan orang tua. Penatalaksanaa
n yang salah terhadap kelainan ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan di
ri pada anak. Selain itu kaji tumbuh kembang anak dan interaksi sosial d
engan
Selainlingkungannya. (Ball &didapatkan
itu pada pengkajian Bindler, 2003)
:terjadi kesukaran dalam me
nghisap, menelan, makan, terjadi penurunan bernafas, mudah tersed
ak, distres pernafasan dan aspirasi, dan dispneu. Pada pemeriksaa
n fisik didapatkan adanya distorsi hidung, adanya celah pada bibi
r apabila terjadi bibir sumbing (labiosisis), adanya rongga pada
hidung, celah atau terbukanya langit-langit, adanya celah pada uv
ula apabila terjadi sumbing palatum (palatosisis)
Presentation Title Here 15
PRE OPERASI
DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNCUL

• (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kemamp


uan bayi menelan makanan
• (D.0111) Defisit pengetahuan tentang prosedur ti
ndakan berhubungan dengan kurangnya terpapar infor
masi
• (D.0006) Resiko Risiko aspirasi berhubungan dengan
kelainan anatomi

Presentation Title Here 16


INTRA OPERATIF

Peran Perawat pada Fase Intra Operatif


Time Out Pemeliharaan keselam Pemantauan Fisiologi
• Konfirmasi identita atan s
s pasien • Memperhitungkan efek
• Memperkenalkan ope • Atur posisi pasien dari hilangnya atau
rator, asisten op masuknya cairan secar
erator, dokter an • Memasang alat groun
astesi, perawat ins a berlebihan pada pasi
trumen, perawat sir ding ke pasien en.
kuler, dll.
• Memastikan daerah o • Memerikan dukungan • Membedakan data kard
perasi iopulmonal yang norm
fisik al dengan yang abnor
• Menyebutkan prosedu
r operasi • Memastikan bahwa ju mal
• Jenis anastesi mlah instrumen tepa • Melaporkan perubahan p
• Estimasi lama opera erubahan pada nadi, pe
si t rnapasan, suhu tubuh,
Presentation Title Here 17
dan tekanan darah pasi
Peran Perawat pada Fase Intra Operatif

Penatalaksanaan kepe Diagnosis yang Lazim


rawatan Muncul pada Fase Int
• Memberikan keselama ra Operatif
tan pada pasien
• ( D.0012) Resiko pe
• Pertahankan lingkun rdarahan berhubunga
gan aseptik dan ter n dengan tindakan p
kontrol embedahan
• Secara efektif meng
elola sumber manusi
a.
Presentation Title Here 18
POST OPERATIF

DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNCUL


• (D.0149) Bersihan jalan nafas tidak ef
ektif berhubungan dengan efek agen far
makologis (anastesi)
• (D.0129) Gangguan integritas kulit ber
hubungan dengan faktor mekanik, insisi
pembedahan
• (D.0142) Resiko infeksi berhubungan de
ngan insisi pembedahan.

Presentation Title Here 19


ASUHAN KEPERAWATAN
PERIOPERATIF PADA An. A DENGAN
LABIOPALATOSCHISIS
1. Identitas Klien
Nama : An. A
No. Rekam Medis : 00231102
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Kp. Pandawa, Jakarta timur
Diagnosa Penyakit : Labiopalatoskizis
Tanggal Masuk : Senin, 14 Oktober 2019
Tanggal Pengkajian : Senin, 14 Oktober 2019

PENGKAJIAN 2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. D
Umur : 28 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Hub. Dengan Klien : Ibu Kandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Kp. Pandawa, Jakarta timur
No.Tlp : 081381275432
3. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama
Bibir sumbing sejak lahir.
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang dikeluhkan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir. Delapan bulan yang lalu (SMRS)
pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang berumur 28 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada
bibir pasien tidak mengganggu asupan ASI yang diberikan. Makan minum lancar. Keluhan tidak ada
demam, tidak ada batuk, tidak sesak napas, pasien susah makan.
• Riwayat ANC
Ibu pasien mengatakan pasien adalah anak pertamanya dan sebelumnya tidak pernah keguguran. Selama
masa kehamilan ibu pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok,
narkotika, konsumsi obat dalam jangka waktu lama, minum jamu-jamuan serta tidak melakukan rotgen.
Selama masa kehamilan pasien tidak mengalami tekanan darah, tidak memiliki riwayat penyakit kelamin,
tidak memakai KB hormonal. Selama kehamilan ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan ANC di
puskesmas. Selama kontrol pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan pada janin maupun
panggul ibu yang sempit dan biasa mendapatkan vitamin (Tablet Fe) dari puskesmas. Namun ibu mengaku
tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin tersebut dengan alasan tidak berani minum obat. Kebiasaan
ini tetap dilakukan ibu pasien sampai pasien lahir. Pola makan ibu pasien selama kehamilan yaitu makan 3-
4 kali/hari dengan nasi berserta lauk dan pauk serta mengkonsumsi buah-buahan.
• Riwayat Persalinan
Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu bidan di RSU Jakarta. Pasien lahir per vaginam
dengan dirangsang dengan obat (induksi oxytosin). Pasien lahir dengan berat 3 kilogram, cukup bulan
dengan kelainan bawaan bibir sumbir, dan tidak ada kelainan lain.
• Riwayat Tumbuh Kembang
Ibu pasien mengatakan anaknya tengkurap umur 6 bulan, pasien belum bisa mengucapkan kata.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat asma maupun penyakit kuning.
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita bibir sumbing pada masing-
masing anggota keluarga.
• Riwayat Pengobatan
Pada saat pasien dilahirkan orang tua pasien dianjurkan oleh dokter untuk mengoperasi bibir sumbing
pasien setelah pasien berumur lebih dari 3 bulan. Namun, karena masalah biaya orangtua pasien baru dapat
melaksanakannya sekarang. Pertama kalinya pasien diperiksakan ke puskesmas tanjung pada tanggal 30
September 2019 kemudian di rujuk ke RSU Jakarta. Setelah selesai pengurusan BPJS Kesehatan pasien
dibawa orangtuanya ke RSU Jakarta untuk memeriksakan pasien di poliklinik bedah pertama pada tanggal
6 Oktober 2019. Kemudian dokter poliklinik bedah menganjurkan bahwa pasien harus di operasi. Pasien
baru bisa masuk bangsal seruni tanggal 14 Oktober 2019.
• Riwayat Persalinan
Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu bidan di RSU Jakarta. Pasien lahir per vaginam
dengan dirangsang dengan obat (induksi oxytosin). Pasien lahir dengan berat 3 kilogram, cukup bulan
dengan kelainan bawaan bibir sumbir, dan tidak ada kelainan lain.
• Riwayat Tumbuh Kembang
Ibu pasien mengatakan anaknya tengkurap umur 6 bulan, pasien belum bisa mengucapkan kata.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat asma maupun penyakit kuning.
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita bibir sumbing pada masing-
masing anggota keluarga.
• Riwayat Pengobatan
Pada saat pasien dilahirkan orang tua pasien dianjurkan oleh dokter untuk mengoperasi bibir sumbing
pasien setelah pasien berumur lebih dari 3 bulan. Namun, karena masalah biaya orangtua pasien baru dapat
melaksanakannya sekarang. Pertama kalinya pasien diperiksakan ke puskesmas tanjung pada tanggal 30
September 2019 kemudian di rujuk ke RSU Jakarta. Setelah selesai pengurusan BPJS Kesehatan pasien
dibawa orangtuanya ke RSU Jakarta untuk memeriksakan pasien di poliklinik bedah pertama pada tanggal
6 Oktober 2019. Kemudian dokter poliklinik bedah menganjurkan bahwa pasien harus di operasi. Pasien
baru bisa masuk bangsal seruni tanggal 14 Oktober 2019.
• Pola Aktivitas Sehari-hari
No Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi 3x/hari 3x/hari
Eliminasi :    
2. BAB 1x/hari 1x/hari
BAK 5-6x/hari 4-5x/hari
3. Personal Hygiene 2x/hari 2x/hari
4. Istirahat Tidur 10 jam/hari 10 jam/hari
5. Latihan/Olahraga - -
6. Gaya Hidup - -
• Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 7 Kg
Tinggi Badan : 63 cm
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : - mmHg
Nadi : 132 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu : 37,4 oC
SPO2 : 99%
• Kepala
Tidak lesi pada kulit kepala, tidak ada benjolan, persebaran rambut merata, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, mata simetris, telinga simetris, tidak ada infeksi telinga, hidung sedikit kearah
kanan, bibir tidak sianosis, labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nases nasi sinistra,
celah palatumm durum (-), tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
• Paru-paru dan Rongga Paru
Dinding dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, iktus kordis tidak nampak, perkusi paru sonor dan
jantung pekak, bunyi jantung reguler, bunyi paru vesikuler.
• Abdomen
Abdomen tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, perkusi bunyi timpani, tidak ada distensi abdomen,
bising usus 15 x/menit.
• Ekstermitas
Ekstermitas atas
Normal tidak ada kelainan, jari-jari tangan lengkap dengan jari 10, kekuatan otot skala 5.
Ekstermitas Bawah
Normal tidak ada kelainan, jari-jari tangan lengkap dengan jari 10, kekuatan otot skala 5.
• Genetalia
Terdapat anus, penis normal, uretra normal.
• Data Psikologis
Tidak terkaji
• Data Penunjang
Hasil Rotgen
Hasil Laboratorium
Tanggal : 13 Oktober 2019
TEST RESULT REFERENCE UNITS
HEMATOLOGI 
Hemoglobin 16,7 12,0 – 24,0 g/dl
Leukosit 11,1 9,00 – 12,00 X10^3/ul
Hematokrit 30 33 – 38 %
Trombosit 330 200 - 400 X10^3/ul
KIMIA KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Sewaktu 97 < 180 Mg/dl
Elektrolit
Natrium 4,8 3,6 – 5,8 mEq
Kalium 138 134 – 150 mEq

• Program dan Rencana Pengobatan


Assesment : Labioplasty
Pengobatan post op : IVFD RL 500/8 jam, Ampicilin, Gentamicin
Serah Terima Pasien
Pasien datang dari ruang Seruni ke ruang OK
pukul 09.30 diantar oleh perawat dan
mahasiswa menggunakan brankar. Perawat
ASUHAN KEPERAWATAN ruangan memberikan rekam medis kepada
PRA OPERATIF perawat OK. Terdapat inform consent dan izin
anastesi, klien telah puasa dari jam 02:00
WIB. Hasil Rotgen dan Laboratorium lengkap.
Pada saat dikaji keadaan umum klien sakit
sedang, kesadaran compos mentis. Pada
premedikasi klien sudah terpasang IVFD RL
500 ml, check alergi sudah dilakukan, hasil
pasien tidak alergi, klien telah diberikan
antibiotik Profilaksi.
• ANALISA DATA
No Data Interpretasi Data Masalah
1. DS : Defisit Defisit Pengetahuan
- Ibu pasien mengatakan khawatir akan kondisi anaknya karena di Pengetahuan
keluarganya tidak pernah ada yang dibedah sebelumnya
DO :
- Keluarga tampak bingung
- Keluarga tidak mengetahui prosedur pembedahan labioplasty

2. DS : Kelainan anatomi Resiko Aspirasi


- Ibu pasien mengatakan pasien mengalami bibir sumbing sejak lahir
DO :
- Pasien tampak labiopsizis
- Terdapat labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah
nases nasi sinistra
- Tekanan Darah : - mmHg
- Nadi : 132 x/menit
- RR : 28 x/menit
- Suhu : 37,4 oC
- SPO2 : 99%

• DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNCUL


(D.0111)Defisit pengetahuan tentang prosedurtindakan berhubungan dengan kurangnya terpapar
informasi
(D.0006) Risiko aspirasi berhubungan dengan kelainan anatomi
• INTERVENSI PRE OPERASI
INTERVENSI PRE OPERASI
NO SDKI SLKI SIKI

1. (D.0111) (L.12111) Edukasi Preoperatif


Defisit pengetahuan tentang Tujuan : (I.12440)
prosedur tindakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Obersevasi
berhubungan dengan selama 1 X 30 menit diharapkan kecukupan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kurangnya terpapar informasi informasi kognitif yang berkaitan dengan menerima informasi
topik prosedur tindakan dengan 2. Identifikasi pengalaman pembedahan
Kriteria Hasil : dan tingkat pengetahuan tentang
a. Perilaku sesuai anjuran (4 cukup pembedahan
meningkat) 3. Identifikasi harapan akan pembedahan
b. Kemampuan menjelaskan 4. Identifikasi kecemasan pasien dan
pengetahuan tentang prosedur keluarga
tindakan (4 cukup meningkat)  
c. Pertanyaan tentang masalah yang  Terapeutik
dihadapi (4 cukup menurun) 1. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
2. Sediakan waktu untuk mengajukan
pertanyaan dan mediskusikan masalah
 
 Edukasi
1. Informasikan jadwal, lokasi operasi dan
lama operasi akan berlangsung
2. Jelaskan obat peroprasi, efek dan alasan
penggunaanya
3. Anjurkan puasa
• INTERVENSI PRE OPERASI
INTERVENSI PRE OPERASI
NO SDKI SLKI SIKI
2. (D.0006) (L.01006) Pencegahan Aspirasi
Risiko aspirasi berhubungan Tujuan : (I.01018)
dengan kelainan anatomi Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Observasi
selama 1 X 30 menit diharapkan kondisi 1. Monitor pola napas (frekuensi,
masuknya partikel cair atau padat ke dalam kedalaman, usaha napas)
paru-paru menurun, dengan : Kriteria 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Hasil : Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
a. Dispnea 5 (menurun) kering)
b. Akumulasi Sekret 4 (cukup  Terapeutik
menurun) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
Kolaborasi
1. Berikan oksigen
• IMPLEMENTASI PRE OPERASI
No Jam Diagnosis Implementasi Paraf
1. 09.30 D.0111 • Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Kelompok 7
  Hasil : Keluarga tampak menerima informasi seputar pembedahan
09.35 • Mengidentifikasi pengalaman pembedahan dan tingkat pengetahuan tentang
  pembedahan
Hasil : Keluarga tampak bingung karena dalam anggota keluarga tidak ada yang
  pernah mengalami pembedahan
09.48 • Mengidentifikasi harapan akan pembedahan
Hasil : Keluarga tampak berharap pada pembedahan ini untuk anaknya
09.50 • Mengidentifikasi kecemasan pasien dan keluarga
Hasil : Keluarga tampak cemas
09.52 • Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Hasil : Keluarga sudah mengerti
09.53 • Menyediakan waktu untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan masalah
Hasil : Keluarga sudah mengerti dan paham
09.55 • Menginformasikan jadwal, lokasi operasi dan lama operasi akan berlangsung
Hasil : Keluarga sudah paham
09.57 • Menjelaskan obat preoperasi, efek dan alasan penggunaanya
Hasil : Keluarga sudah paham
10.00 • Menganjurkan puasa minimal 6 jam sebelum operasi
Hasil : Pasien sudah puasa dari jam 2 malam
• IMPLEMENTASI PRE OPERASI
No Jam Diagnosis Implementasi Paraf
2. 09.45 D.0006 • Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) Kelompok 7
  Hasil :
   RR : 29 x/menit
09.50 • Memonitor bunyi napas tambahan
Hasil :
Tidak bunyi napas tambahan, suara napas vesikuler
09.55 • Mempertahankan kepatenan jalan napas
  Hasil :
  Jalan napas paten
09.58 • Berkolaborasi : pemberian oksigen
Hasil :
Nasal kanul 2 lpm
• EVALUASI PRE OPERASI

No Jam Diagnosis Evaluasi Paraf


S:
- Keluarga mengatakan sudah mengerti
dan paham terkait pembedahan
labioplasty
O:
1. 10.00 - Keluarga tampak mengerti terkait Kelompok 7
D.0111 pembedahan labioplasty
- Keluarga tampak banyak pertanyaan
dan sudah mengerti
A: masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan

S:-O:
- Tidak ada sekret
- Suara napas
vesikuler
2. 10.00 D.0006 - RR : 30 x/menit Kelompok 7
- SpO2 : 99%
A: masalah teratasi
P : Intervensi di
hentikan
1. Persiapan
a. Kelengkapan tim oprasi :
Operator : dr. Wira
ASUHAN KEPERAWATAN Anestesi : dr. Momon
Jenis anestesi : General anestesi
INTRA OPERATIF
Perawat sirkuler: Br. Lutfi
Scrub nurse : Zr. Ida
b. Riwayat asma : Tidak ada
c. Posisi operasi : Supine
d. Rencana dilakukan tindakan :
Labioplasty
• PERSIAPAN ALAT

No Basic set Jumlah Alat tambahan Jumlah


1. Handel scaple 2 Kassa steril 20
2. Nald voder 1 Bisturi 2
3. Bengkok 1 (No.15&11)  
4. Duk klem 8 Cutgut 2
5. Duk bolong 1
6. Duk steril 4
7. Kom kecil 1
8. Pinset chirugis 1 Betadin 1
9. Gunting benang 1
10 Deppers tang 4
11. Needle 2
Penatalaksanaan Operasi

Pukul 09.30 klien dibawa ke ruang ok 4, kemudian pasien


dipindahkan ke meja operasi dalam posisi supine, pukul
10.00 klien diberikan obat anestesi, anestesi yang diberikan
adalah general anestesi. Pasien juga sudah memakai alat
untuk mengkukur tanda – tanda vital setelah itu perawat dan
operator sudah steril menggunakan gowning perawat
mengecek kembali alat yang digunakan pada pembedahan
ini. Sebelumnya pasien sudah ditandai titik mana yang akan
dioperasi. Pada pukul 10.10 dr.wira desinfeksi pada sekitar
mulut pasien lalu melakukan drapping dibantu oleh perawat
instrumen. Pada pukul 10.15 dilakukan insisi sesuai pada
desain, lalu setelah dilakukan insisi sesuai dengan desain,
lalu mukosa di celah kemudian luka dijahit operasi selesai
pada jam 12.35 perawat memastikan kembali kelengkapan
instrumen jarum dan kassa yang telah digunakan cutgut
yang digunakan 2 kassa yang digunakan 20.
• INTERVENSI INTRA OPERASI
No Data Etiologi Masalah

1. DS : Tindakan Resiko Perdarahan


- pembedahan
DO :
- Klien sedang dilakukan pembedahan
labioplasty
- Kehilangan darah ± 15 cc
- TTV :
TD : - mmHg
RR : 30 x/menit
Nadi : 128 x/menit
Suhu : 36, 7 oC

• DIAGNOSIS KEPERAWATAN INTRA OPERASI


(D.0012) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
• INTERVENSI INTRA OPERASI
INTERVENSI INTRA OPERASI
NO SDKI SLKI SIKI
1. ( D.0012) (L.02017) Pencegahan perdarahan ( I.02067)
Resiko perdarahan Tujuan:  Observasi :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala
tindakan pembedahan selama 1 x 2 jam diharapkan resiko perdarahan
kehilangan darah baik internal (terjadi di 2. Monitor tanda – tanda vital
dalam tubuh) maupun eksternal (terjadi  
hingga keluar tubuh) menurun.  Kolaborasi :
Kriteria Hasil: 1. Kolaborasi pemberian produk darah,
a. Tekanan darah 5 (membaik) jika perlu
b. Suhu tubuh 5 (membaik)
c. Denyut nadi 5 (membaik)
• IMPLEMENTASI INTRA OPERASI

No Jam Diagnosis Implementasi Paraf


1. Memonitor tanda dan gejala perdarahan
Hasil :
10.30 CRT < 2 detik, konjungtiva tidak anemis, akral
   hangat
  2. Memonitor tanda – tanda vital
Hasil :
11.00 TD : - mmHg RR : 29 x/menit
  Nadi : 130 x/menit Suhu : 36, 6 oC
     
1. 11.30 D.0012 TD : - mmHg RR : 32 x/menit Kelompok 7
  Nadi : 135 x/menit Suhu : 36, 4 oC
   
 12.45 TD : - mmHg RR : 30 x/menit
  Nadi : 138 x/menit Suhu : 36, 0 oC
   
  3. Berkolaborasi pemberian produk darah, jika
12.00 perlu Hasil :
Perdarahan ± 15 cc, tidak diberikan transfusi
darah
• EVALUASI INTRA OPERASI

No Jam Diagnosis Evaluasi Paraf

S:-
O:
- TD : - mmHg
- RR : 29 x/menit
- Nadi : 134
1. 12.30 D.0012 x/menit Kelompok 7

- Suhu : 36,1 oC
- Akral hangat
- Perdarahan ± 15 cc
A: masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
• Airway
Terdapat sumbatan jalan nafas, banyak
akumulasi sekret pada daerah mulut.
• Breathing
Pergerakan dada simetris RR : 29 x/menit,
Saturasi : 98 %
• Circulation
ASUHAN KEPERAWATAN
TD : - mmHg, Nadi : 135 x/menit, CRT < 2 detik
POST OPERATIF • Observasi Recovery Room
Klien datang ke recovery room pukul 12.50
TTV :
TD : - mmHg
Nadi : 13 x/menit
N : 135 x/menit
RR : 29 x/menit
Sat : 98 %
• ANALISA DATA POST OPERASI
No Data Etiologi Masalah
DS :
- Tidak terkaji DO :
- Airway : Terdapat sumbatan jalan
1. nafas, terdapat banyak akumulasi Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efek agen farmakologis (anastesi)
sekret pada daerah mulut. Efektif
- Breathing :
RR 29 x/menit,
Sat 98%

DS :
- Tidak terkaji DO :
2. - Terdapat luka insisi dibagian mulut Insisi pembedahan Gangguan integritas kulit
- CRT < 2 detik
- Tampak Kemerahan
DS :
- Tidak terkaji DO :
- Tampak kemerahan
3. - TTV : Insisi pembedahan Resiko infeksi
TD : - mmHg
N : 135 x/menit RR : 29 x/menit
Sat : 98 %
• INTERVENSI POST OPERASI
INTERVENSI POST OPERASI
NO SDKI SLKI SIKI
1. Manajemen Jalan Napas (I.01011)
(D.0149) (L.01001)  Observasi :
Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan: 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
berhubungan dengan efek agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama usaha nafas)
farmakologis (anastesi) 1 x 45 menitdiharapkan kemampuan 2. Monitor bunyi nafas tambahan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
untuk mempertahankan jaln  Terapeutik :
nafas tetap paten meningkat. 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
Kriteria Hasil: 2. Lakukan fisioterapi dada
a. Produksi sputum 4 (cukup menurun) 3. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
b. Wheezing 5 (menurun) detik, jika perlu
c. Dispnea 5 (menurun)
2. (D.0129) (L.14125) Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Gangguan integritas kulit Tujuan: Perawatan Luka (I.14564)
berhubungan dengan faktor mekanik, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Observasi :
insisi pembedahan 1 x 45 menit diharapkan keutuhan kulit atau 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
jaringan meningkat. 2. Monitor tanda-tanda infeksi
Kriteria Hasil : 3. Monitor karakteristik (misalnya, bau, warna,
a. Perfusi jaringan 5 (meningkat) ukuran)
b. Kemerahan 5 (menurun)  Terapeutik :
c. Jaringan parut 5 (menurun) 1. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
2. Pasang balutan sesuai jenis luka
d. Suhu kulit 5 (membaik) • Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
INTERVENSI POST OPERASI
No SDKI SLKI SIKI
1 (D.0142) (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Resiko infeksi berhubungan dengan Tujuan:  Observasi :
insisi pembedahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitoring tanda dan gejala infeksi
selama 1x45 menit diharapkan derajat lokal dan sistemik
infeksi berdasarkan observasi atau sumber 2. Monitor karakteristik luka operasi
informasi menurun. Dengan Kriteria hasil:  Terapeutik :
a. Demam 5 (menurun) 1. Batasi jumlah pengunjung
b. Kemerahan 5 (menurun) 2. Berikan perawatan kulit pada daerah
c. Bengkak 5 (menurun) luka
3. Cuci tangan sesudah dan sebelum
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Bersihkan luka dengan cairan NaCl
5. Berikan salep sesuai indikasi, jika
perlu
 Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
 Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu.
• IMPLEMENTASI POST OPERASI
No Jam Diagnosis Implementasi Paraf
1. 13.00 D.0149 1. Memonitor tanda dan gejala Monitor pola nafas Kelompok 7
13.05 (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Hasil :RR : 29 x/menit SpO2 : 98%
2. Memonitorbunyi nafas tambahan
Hasil :
Tidak ada bunyi nafas tambahan
13.08 3. Memonitorsputum (jumlah, warna, aroma) Hasil
:
Tidak ada sputum
4. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
Hasil :
13.10 Jalan napas pasien paten
5. Berikan minum hangat Hasil :
13.15 Belum diberikan air hangat
6. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik, jika perlu
13.15 7. Hasil :
Pasien dilakukan suctioning untuk mengurangi
sekret
• IMPLEMENTASI POST OPERASI
No Jam Diagnosis Implementasi Paraf
2. 13.00 D.0129 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit Hasil : Kelompok 7
  Luka karena insisi
  2. Memonitor tanda-tanda infeksi
13.05 Hasil :
  Tampak kemerahan, TD : - mmHg
  N : 135 x/menit RR : 29 x/menit Sat : 98 %
  3. Memonitor karakteristik (misalnya, bau, warna, ukuran)
  Hasil :
  Tidak berbau, tampak kemerahan
  4. Memberikan salep yang sesuai ke kulit/lesi Hasil :
  Sebelum dibalut luka diberikan gentamicin
  5. Memasang balutan sesuai jenis luka
13.09 Hasil :
Luka sudah dibalut
  6. Berkolaborasi pemberian antibiotik
  Hasil :
  Rencana pemberian ampicilin
 
 
13.16
13.17

13.25
• IMPLEMENTASI POST OPERASI
No Jam Diagnosis Implementasi Paraf
3. 13.00 D.0142 1. Memonitoring tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Kelompok 7
  Hasil :
  Tampak kemerahan TD : - mmHg
  N : 135 x/menit RR : 29 x/menit Sat : 98 %
13.05 2. Memonitor karakteristik luka operasi
  Hasil :
  Luka pasien dibalut dengan kassa
13.10 3. Membatasi jumlah pengunjung
  Hasil :
  Kunjungan untuk klien dibatasi karena observasi ICU
  4. Memberikan perawatan kulit pada daerah luka Hasil :
13.12 Luka sudah dibalut
  5. Mencuci tangan sesudah dan sebelum kontak dengan pasien dan
  lingkungan pasien
13.15 Hasil :
  Perawat sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien
  6. Memberikan salep sesuai indikasi, jika perlu
Hasil :
 13.16 Telah diberikan gentamicin sebelum di balut dengan kasa
13.18 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
  Hasil :
   Keluarga sudah paham
13.20 Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
  Hasil :
  Kelurga sudah paham tentang perawatan luka
13.25 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu. Hasil :
Rencana pemberian ampicilin
• EVALUASI POST OPERASI

No Jam Diagnosis Evaluasi Paraf


S : tidak terkaji O : Kelompok 7
1. 13.30 D.0149 - Tidak ada sputum
- Tidak ada suara napas tambahan
- TTV :
- RR : 30 x/menit Sat : 99 %
- Akral hangat
A: masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan di ruang ICU

S : tidak terkaji O : Kelompok 7


2. 13.35 D.0129 - Terdapat luka insisi disekitar mulut
- Tampak kemerahan
- CRT < 2 detik
- TTV :
RR : 30 x/menit Nadi : 139 x/menit Suhu : 36,0 oC Akral hangat
A: masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan di ruang ICU

S : Tidak terkaji O : Kelompok 7


3. 13.40 D.0142 - Tampak kemerahan
- CRT < 2 detik
- Akral hangat
- Tidak ada oedema
- TTV :
RR : 30 x/menit Nadi : 139 x/menit Suhu : 36,0 oC
A: masalah teratasi sebagian P : Intervensi di lanjutkan di ruang ICU
PPT 模板下载: www.homeppt.com/moban/ 行业 PPT 模板: www.homeppt.com/hangye/
节日 PPT 模板: www.homeppt.com/jieri/ PPT 素材下载: www.homeppt.com/sucai/
PPT 背景图片: www.homeppt.com/beijing/ PPT 图表下载: www.homeppt.com/tubiao/
优秀 PPT 下载: www.homeppt.com/xiazai/ PPT 教程: www.homeppt.com/powerpoint/
Word 教程: www.homeppt.com/word/ Excel 教程: www.homeppt.com/excel/
资料下载: www.homeppt.com/ziliao/ PPT 课件下载: www.homeppt.com/kejian/
范文下载: www.homeppt.com/fanwen/ 试卷下载: www.homeppt.com/shiti/
教案下载: www.homeppt.com/jiaoan/ PPT 论坛: www.homeppt.cn

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai