DOSEN:
OLEH KELOMPOK 3:
TINGKAT II/B
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang
kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian
tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan
mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak
jaringan lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah
terjadinya syok karena rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga
mencegah terjadinya indfeksi tulang.
4. Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang
patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami
dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-
ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami
dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk
sementara waktu dilakukan pembidaian.
B. RUMUSAN MALAH
1. Apa pengertian dari balut bidai ?
2. Apa tujuan dari balut bidai ?
3. Apa prinsip pemasangan balut bidai ?
4. Apa saja indikasi dan kontra indikasi pemasangan balut bidai?
5. Apa saja macam- macam pemasangan balut bidai?
6. Apa saja prosedur kerja pemasangan balut bidai?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari balut bidai
2. Mengetahui tujuan dari balut bidai
3. Mengetahui prinsip pemasangan balut bidai
4. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi pemasangan balut bidai
5. Mengetahui macam- macam pemasangan balut bidai
6. Mengetahui apa saja prosedur kerja yang dilakukan saat pemasangan
balut bidai
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
2. DASI (cravat)
a. Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga
berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya
antara 5-10 cm.
b. Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau
bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut,
betis, dan kaki yang terkilir.
c. Cara membalut:
- Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua
ujungnya dapat diikatkan
- Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara
sebelum diikat arahnya saling menarik
- Kedua ujung diikatkan secukupnya.
5. Kassa steril
a. Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah
disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak
boleh dibuka sebelum digunakan.
b. Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi
atau diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka
dibalut atau diplester.
F. INDIKASI PEMBIDAIAN
1. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
2. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
3. Dislokasi persendian
4. Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu
bagian tubuh ditemukan Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau
mendengar bunyi krek.
5. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau
mengalamiangulasi abnormal
6. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
7. Posisi ekstremitas yang abnormal
8. Memar
9. Bengkak
10. Perubahan bentuk
11. Nyeri gerak aktif dan pasif
12. Nyeri sumbu
13. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan
ekstremitasyang mengalami cedera (Krepitasi) Perdarahan bisa ada
atau tidak
14. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
15. otot di sekitar lokasi cedera
H. FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah Putusnya hubungan tulang yang diakibatkan karena ruda
paksa/ benturan.
2. PROSEDUR KERJA
a. Jelaskan prosedur kepada klien dan tanyakan keluhan klien
b. Cuci tangan dan gunakan handscoen steril
c. Jaga privasi klien
d. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut
e. Atur posisi klien tanpa menutupi bagian yang akan dilakukan tindakan
f. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
g. Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut
dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi
disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi
luka terbuka:
Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah
ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci
dengan zat antiseptik.
Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air
steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat
di dalamnya.
Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih
dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa.
Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan
lembut.
Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan
dapat dilakukan dengan cara:
Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti
atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka.
Penekanan paling lama 15 menit.
Pengikatan dengan tourniquet.
- Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan
cara biasa.
- Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk
pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha
(untuk pendarahan di kaki)
- Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki,
sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah
lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain,
perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket
sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal
dan kulit menjadi pucat kekuningan.
- Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik,
sementara luka ditekan dengan kasa steril.
Elevasi bagian yang terluka
h. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang
perlu difiksasi
Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok
penderita.
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis,
yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
Tidak mudah kendor atau lepas.
i. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan
di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit,
pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh
yang ada tonjolan tulang.
j. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll)
dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh
menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada
permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang
dibidai.
k. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya
agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
l. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah
dibidai.
Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
m. Rapikan alat-alat yang tidak pergunakan.
n. Buka sarung tangan jika dipakai dan cuci tangan
o. Evaluasi dan dokumentasi tindakan.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pembidian bertujuan untuk pertolongan pertama pada cedera Faktur yang
dilakukan dengan mengunakan teknik-teknik yang benar dan harus sesuia
dengan faktur yang terjadi dengan penangan yang benar maka pasien yang
mengalami faktur akan terbantu,namun apabila faktur yang terjadi tergolong
parah maka harus melakukan pembidian dengan orang-orang yang
berkecimpung dibidang nya.
B. SARAN
Seorang yang melakukan pembidaian haruslah memahami bagian anatomi
tubuh yang mana saja yang bisa dilakukan sebuah pertolongan pembidaian
jangan sampai salah melakukan proses pembidian dibagian faktur yang terjadi
dan juga harus bisa menguasai pelaksanaan sebuah pembidaian yang benar
jangan sampai melakukan pembidaian pasien semakin kesakitan.
CHECKLIST MEMBANTU PEMASANGAN BIDAI
3. Persiapan Lingkungan :
Sampiran
Tahap pre interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap orientasi
1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
1. jelaskan prosedur pada pasien
2. kumpulkan peralatan disamping ranjang
3. berikan privasi dan posisikan bagian tubuh pada fungsi
fungsionalnya
4. periksa denyut nadi distal dan catat
5. beri jarak yang adekuat antara permuakaan kulit dan alas
6. alasi penonjolan tulang atau area berongga bila ada
7. imobilisasi sendi di atas dan dibawah area yang cedera
8. kencangkan bidai dengan balutan dan ikat menjauhi arah area
yang mengalami cedera
9. periksa kondisi neurovaskuler
10. instruksikan pasien dan keluarganya untuk melaporkan segala
rasa tidak nyaman atau perubahan pada warna kulit
11. Lepas dan pasang kembali bidai jika nyeri terus ada dan timbul
bengkak
12. ajarkan pasien bagaimana mengatur bidai di rumah
13. catat tanggal dan waktu pembidaian, jenis bidai yang dipasang
dan tujuan pembidaian, perubahan kulit pasca pemasangan
bidai, rasa tidak nyaman yang dirasakan pasien dan tindakan
yang dilakukan untuk meredakan rasa tidak nyaman tersebut.
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan