Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK

DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV

1. Wiweka Inkar Nefrit Zega (032014076)


2. Yeni Adytia Laoly (032014077)
3. Yesi Melinda Lowolo (032014078)
4. Yessie Sitorus (032014013)

Dosen Pembimbing : Amnita Ginting, S.Kep,Ns

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Pemurah yang menjadi tumpuan hidup dan harapan penulis dalam menyelesaikan

makaslah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Kehamilan Ektopik.

Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini banyak menemui hambatan,

namun berkat bimbingan serta kerjasama antar anggota kelompok akhirnya

makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat

diperlukan demi kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir

kata, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkatNya kepada kita semua.

Medan, 16 Mei 2017


Visi Dan Misi STIKes Santa Elisabeth Medan

VISI
Menghasilkan tenaga kesehatan yang unggul dalam pelayanan kegawatdaruratan
berdasarkan daya kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran
Allah di Indonesia tahun 2022.
MISI
1. Melaksanakan metode pembelajaran yang up to date.
2. Melaksanakan penelitian di bidang kegawatdaruratan berdasarkan
evidence based practice.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan
kompetensi mahasiswa dan kebutuhan masyarakat.
4. Meningkatkan kerjasama dengan institusi pemerintah dan swasta dalam
bidang kegawatdaruratan.
5. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung
penanganan terutama bidang kegawatdaruratan.
6. Meningkatkan soft skill di bidang pelayanan berdasarkan daya kasih
Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran Allah.

MOTTO
KETIKA AKU SAKIT KAMU MELAWAT AKU
(MAT 25:36)
Visi dan Misi Program Studi Ners

VISI
Menghasilkan perawat profesional yang unggul dalam pelayanan
kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik berdasarkan semangat daya kasih
Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran Allah di Indonesia tahun
2022.
MISI
1. Melaksanakan metode pembelajaran berfokus pada kegawatdaruratan
jantung dan trauma fisik yang up to date.
2. Melaksanakan penelitian berdasarkan evidence based practice berfokus
pada kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat berfokus pada kegawatdaruratan
dalam komunitas meliputi bencana alam dan kejadian luar biasa.
4. Meningkatkan soft skill dibidang pelayanan keperawatan berdasarkan
semangat daya kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda
kehadiran Allah.
5. Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta yang terkait
dengan kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim (uterus).

Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii,dengan

5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di dalam serviks.

Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan

perdarahan dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu.

(Edukia,2013).

Kehamilan Ektopik menjadi komplikasi yang serius dari kehamilan,

terhitung sebesar 11% kematian maternal terjadi di Amerika Serikat. Dari data ibu

hamil yang mengalami perdarahan hamil muda diketahui Jumlah ibu hamil yang

mengalami kehamilan ektopik yaitu 24 orang (12,5%)(Kesehatan,

2012).Berdasarkan Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Biro Pusat Statistik

Kesehatan diketahui bahwa pada tahun 2010 terdapat 25kasus dari setiap 1.000

kehamilan menderita kehamilan ektopik. (BPS Kesehatan, 2010).Menurut data

dari Rumah Sakit Umum Kabupaten Ciamis kejadian KET pada tahun 2015

sebanyak 10 orang dan pada bulan Januari Februari 2016 sebanyak 2

orang.(RSUD kabupaten Ciamis Tahun 2015-2016).

Menurut Pricilia S.Lomboan dan Linda Mamengko 2013di RSUP PROF.

DR. R. D. Kandou Manado, dapat disimpulkan bahwa 49 kasus KET pasien

terbanyak berumur 21-35 tahun. Lokasi pada tuba sebanyak (97,95%), usia
kehamilan <8 minggu (55,10%). (Pricilia S.Lomboan dan Linda Mamengko,

2013).Dari penelitian yang dilakukan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manadooleh

Sri Cynthia D. Logor dan Freddy W. Wagey2011, disimpulkan bahwa ditemukan

kasus kehamilan ektopik sebanyak 41 kasus. Dengan kelompok riwayat tanpa

menggunakan kontrasepsi paling banyak ditemukan. Mengingat kehamilan

ektopik merupakan kasus darurat dan dapat mengancam nyawa, maka pada wanita

hamil usia rentan kehamilan ektopik disarankan untuk melakukan deteksi dini.

Memberikan penjelasan pada setiap ibu hamil tentang gejala-gejala yang timbul

akibat kehamilan tidak normal. Pelayanan yang lebih menyeluruh untuk

menurunkan angka kejadian kehamilan ektopik. Perlu adanya sentralisasi data,

agar pengambilan data dapat terfokus, sehingga proses pengambilan data lebih

akurat.(Sri Cynthia D. Logor dan Freddy W. Wagey, 2011).

Salah satu upaya mencegah kehamilan ektopik yaitu dengan menjaga

kehamilan dengan melakukan hal-hal yang terbaik, karena mencegah kehamilan

ektopik sangatlah diperlukan terutama wanita yang pernah mengalami kehamilan

ektopik sebelumnya.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami konsep medis pada kehamilan ektopik

2. Untuk mengetahui dan memahami konsep keperawatan dan asuhan

keperawatan pada kehamilan ektopik


BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi kehamilan ektopik

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari

bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan

berada di luar tempat yang semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi

abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut

maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga

uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi

kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang

terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus

yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga

uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi

kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat

kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat

terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat

juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim (Obstetri Patologi. 1984.

FK UNPAD).

Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar

endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)

Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah

kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat

yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.

B. Etiologi

1) Etiologi

Penyebab paling utama gangguan transportasi hasil konsepsi pada tuba

adalah sebagai berikut :

a. Infeksi alat genitalia interna khususnya tuba fallopi

- Infeksi STD akibat makin bebasnya hubungan seksual

pranikah

- Infeksi asenden akibat pemakaian IUD

- Bakteri khusus yang menyebabkan gangguan tuba fallopi yang

menimbulkan penyempitan lumben tuba

b.Terdapat desakan dari luar tuba

- Kista ovarium atau mioma subserosa sehingga pada

bagian tertentu, lumen tuba fallopi menyempit, akibatnya

hasil konsepsi tidak dapat lewat sehingga tumbuh dan

berkembang setempat
- Endometriosis : menimbulkan perlekatan dengan

sekitarnya sehingga terjadi penyempitan lumen tuba

fallopi

c. Operasi pada tuba fallopi

- Operasi rekonstruksi tuba fallopi, tetapi lumennya tidak

selebar semula sehinnga hasil konsepsi tersangkut dan

tumbuh-kembangnya di dalamnya

- Rekanalisasi spontan dari sterilisasi tuba, dengan

pembukaan lumen yang tidak sempurna dan terjadi

penyempitan. Akibatnya hasil konsepsi tersangkut dan

terjadi kehamilan ektopik

d. Kelainan congenital alat reproduksi interna

- Tuba fallopi memanjang sehingga dalam perjalanan

blastula terpaksa melakukan implantasi dan

menimbulkan kehamilan ektopik

- Terdapat divertikulum dalam tuba fallopisehingga hasil

konsepsi dapat melakukan hasil konsepsi dapat

melakukan implantasi dan menimbulkan kehamilan

ektopik

e. Terjadi migrasi

C. Klasifikasi

Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya

mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:


1. Tuba Fallopii

a. Pars-interstisialis

b. Isthmus

c. Ampula

d. Infundibulum

e. Fimbrae

2. Uterus

a. Kanalis servikalis

b. Divertikulum

c. Kornu

d. Tanduk rudimenter

3. Ovarium

4. Intraligamenter

5. Abdominal

a. Primer

b. Sekunder

6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.

D. Patofisiologi

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi

tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga

abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada

sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama,
zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative

sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.

Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot

yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang

menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah

menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak

integritas pembuluh darah di tempat tersebut.

Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di

pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat

implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.

Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami

hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-

tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan.

Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel

epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular

dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi

Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal

untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.

Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :

Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi

Abortus kedalam lumen tuba

Ruptur dinding tuba.


E. Manifestasi klinis

Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada

tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,

dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif,

yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus

selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.

Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan

vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,

nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi

diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat

dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran

uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik

harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau

folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan,

kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.

Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di

perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak

sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi

sukar diraba karena lembek.

Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba

dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam

keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.


Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun

sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi

sebelum haid berikutnya.

F. Tanda dan gejala

1. Tanda :

Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting

atau perdarahan vaginal.

Menstruasi abnormal.

Abdomen dan pelvis yang lunak.

Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa

kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel

desidua pada endometrium uterus.

Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.

Kolaps dan kelelahan

pucat

Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)

Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.

Gangguan kencing

2. Gejala:

Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus

kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ,

terlokalisasi atau tersebar.

Perdarahan:

Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan

dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya

sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan

pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya

membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus

Amenorhea:

Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang

memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan

menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil

G. Pemeriksaan Penunjang

1. USG

2. Kadar HCG menurun

3. Laparaskopi

4. HB

5. Leukosit

6. Kuldossintesis
H. Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam

tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu

sebagai berikut.

1. Kondisi ibu pada saat itu.

2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.

3. Lokasi kehamilan ektropik.

4. Kondisi anatomis organ pelvis.

5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.

6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi

pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah

kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan

salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum

pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari

tindakan pembedahan.

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan

pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran

kehamilan dapat dilakukan melalui:

1. Obat-obatan

Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang

digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).


2. Operasi

Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi

adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih

besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan

operasi laparaskopi.

Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah

pembedahan :

1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-

ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan

pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian

luka insisi dijahit kembali.

2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan

insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

3. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi

Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar

-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung

gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau

diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.

Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:

1. Ukuran kantung kehamilan

2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)

3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :


1. Masa tuba

2. Usia kehamilan

3. Janin mati

4. Kadar -hCG

Kontraindikasi pemberian Methrotexate :

1. Laktasi

2. Status Imunodefisiensi

3. Alkoholisme

4. Penyakit ginjal dan hepar

5. Diskrasia darah

6. Penyakit paru aktif

7. Ulkus peptikum

Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum

hCG setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan second look operation.

I. Komplikasi

Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan

diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan

penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur

tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan

perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.


Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,

infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh

darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

J. Pencegahan

Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang

merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan

ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan

mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman

akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya

dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat

menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko

terjadinya kehamilan ektopik.


BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK

A. Pengkajian

1. Anamnesis dan gejala klinis

Riwayat terlambat haid

Gejala dan tanda kehamilan muda

Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan

Terdapat aminore

Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,

terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah

Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang

terkumpul dalam peritoneum.

2. Pemeriksaan fisik

Inspeksi

a. Mulut : bibir pucat

b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris

c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.

d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam

e. Ekstremitas : dingin
Palpasi

a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada

UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.

b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.

Auskultasi

Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)

Perkusi

Ekstremitas : reflek patella + / +

3. Pemeriksaan fisik umum:

Pasien tampak anemis dan sakit

Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.

Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.

Daerah ujung (ekstremitas) dingin

Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya

tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan

dan nyeri lepas dinding abdomen.

Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok

Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri

saat perabaan.

4. Pemeriksaan khusus:

Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks

Kavum douglas menonjol dan nyeri


Mungkin terasa tumor di samping uterus

Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.

Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada

uteris kanan dan kiri

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,

sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat

melakukan:

a. Laboratorium

Hematokrit

Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.

Sel darah putih

Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite

15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.

Tes kehamilan

Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG

positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2

kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan

adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya

menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon

yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan

ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus

Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.

Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat

menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat

melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba,

indung telur, maupun di tempat lain.

USG :

o Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri

o Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri

o Adanya massa komplek di rongga panggul

Laparoskopi

peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti

oleh USG

Laparotomi

Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan

gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).

Kuldosintesis

Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk

menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.

Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan

intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.


B. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi

implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.

3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan

intraperitonial.

4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman

atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.

C. Intervensi keperawatan

1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi

implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.

Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan

yang di buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler

cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.

No Rencana Inervensi Rasional

1 Lakukan pendekatan kepada Pasien dan keluarga lebih kooperatif

pasien dan keluarga.

2 Memberikan penjelasan mengenai pasien mengerti tentang keadaan dirinya


kondisi pasien saat ini dan lebih kooperatif terhadap tindakan.

3 Observasi TTV dan observasi parameter deteksi dini adanya

tanda akut abdoment. komplikasiyang terjadi.

4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan

dalam tubuh

5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan

dengan perdarahan.

6 Lakukan kolaborasi dengan tim melaksanakan fungsi independent.

medis untuk penanganan lebih

lanjut.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.

Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya:

Tanda-tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian

kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti

biasa.

No Tindakan intervensi rasional

1 Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang

kapiler, warna kulit/membrane derajat/adekuat perfusi jaringan dan

mukosa, dasar kuku. membantu menentukan kebutuhan

intervensi.
2 Catat keluhan rasa dingin, Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi

pertahankan suhu lingkungan dan perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan

tubuh hangat sesuai indikasi. rasa hangat harus seimbang dengan

kebutuhan untuk menghindari panas

berlebihan.

3 Kolaborasi dengan tim medis Mengidentifikasi defisiensi dan

yang lain, awasi pemeriksaan lab: kebuutuhan pengobatan atau terhadap

misalnya: HB/HT terapi.

3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan

intraperitonial.

Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda

vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka

yang kesakitan.

No Rencana Intervensi Rasional

Mandiri:

1 Tentukan sifat, lokasi dan Membantu dalam mendiagnosis dan

durasi nyeri. Kaji kontraksi menentukan tindakan yang akan dilakukan.

uterus hemoragi ataunyeri Ketidak nyamanan dihubungkan dengan

tekan abdomen. aborsi spontan dan molahidatiosa karena

kontraksi uterus yang mungkin diperberat

oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan


ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena

hemoragi tersembunyi saat tuba falopi

rupture ke dalam abdomen.

2 Kaji steres psikologi Ansietas terhadap situasi darurat dapat

ibu/pasangan dan respons memperberat ketidak nyamanan karena

emosional terhadap kejadian. syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..

3 Berikan lingkungan yang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat

tenang dan aktivitas untuk asietas dan karenanya mereduksi

menurunkan rasa nyeri. ketidaknyamanan.

Instruksikan klien untuk

menggunakan metode

relaksasi, misalnya: napas

dalam, visualisasi distraksi,

dan jelaskan prosedur.

Kolaborasi:

4 Berikannarkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan, menurunkan

berikut obat-obat praoperatif komplikasi pembedahan

bila prosedur pembedahan

diindikasikan.

5 Siapkan untuk prosedur bedah Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar

bila terdapat indikasi akan menghilangkan nyeri.


4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman

atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.

Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam

istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.

No Rencana Intervensi Rasional

1 Menjelaskan tindakan dan Memberikan informasi, menjelaskan

rasional yang ditentukan untuk kesalahan konsep pikiran ibu mengenai

kondisi hemoragia. prosedur yang akan dilakukan, dan

menurunkan sters yang berhubungan

dengan prosedur yang diberikan.

2 Berikan kesempatan bagi ibu Memberikan klisifikasi dari konsep yang

untuk mengaji\ukan pertanyaan salah, identifikasi masala-masalah dan

dan mengungkapkan kesalah kesempatan untuk memulai

konsep mengembangkan ketrampilan penyesuaian

(koping)

3 Diskusikan kemungkinan Memberikan informasi tentang

implikasi jangka ependek pada kemungkinan komplikasi dan meningkatkan

ibu/janin dari kedaan harapan realita dan kerja sama dengan

pendarahan. aturan tindakan.

4 Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektropik dapat

panjang terhadap situasi yang memahami kesulitan mempertahankan

memerlukan evaluasi dan setelah pengangkatan tuba/ovarium yang


tindakan tambahan. sakit.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah

direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.Tindakan mandiri

adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, dan

bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.Tindakan kolaborasi adalah

tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti

dokter atau petugas kesehatan lain.

E. Evaluasi keperawatan

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan

tujuan yang hendak dicapai.


DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam:

Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo, 2005

Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media

Aesculapius FKUI

http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31

Desember 2005

Prof.Manuaba,Sp.OG,Dkk,2007,Kuliah Obstetri,Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai