TULI KONDUKSI
Dosen Mata Kuliah : Ermalynda Sukmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Nama Kelompok :
1. Herlin Vendy L. (9103015016)
2. Ana Aniceta Do Ceo (9103015023)
3. Mutiara Citra R. (9103015037)
4. Wahidah A. (9103015053)
5. Manik Kristianto B. (9103015066)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Etiologi
Kehilangan pendengaran bukan merupakan suatu gangguan nyata tetapi
merupakan manifestasi klinis dari beberapa penyebab. Kehilangan
pendengaran konduktif teradi karena gangguan transmisi suara melalui telinga
luar dan telinga tengah.
Hal ini dapat terjadi karena sesuatu yang menghambat telinga luar seperti,
serumen, infeksi, atau benda asing, penebalan retraksi, jaringan parut, atau
perforasi membrane timpani atau perubahan patofisiologis pada telinga tengah
yang mempengaruhi atau mengganggu satu atau lebih tulang pendengaran
(Keperawatan Medikal Bedah buku 3, 2014).
Faktor Resiko
1. Obstruksi Telinga
Obstruksi telinga paling sering disebabkan oleh serumen. Walaupun
lian telinga memiliki kemampuan untuk membersihkan diri, serumen
dapat terkumpul karena karena kehiangan pendengaran (tuli) dapat terjadi
karena tiga sebab. Tuli konduktif terjadi pada daerah telinga luar ada
waktu suara dikonduksikan.
Gangguan atau pembersihan yang kurang tepat. Pada lansia gangguan
pendengaran ini lebih rentan karena rambut yang berada pada liang telinga
menjadi kasar sehingga menjadi tempat berkumpulnya serumen.
Beberapa orang memiliki kecenderungan memproduksi serumen lebih
banyak pada liang telinga. Penggunaan lidi kapas kedalam liang telinga
dapat menyebabkan pengerasan serumen atau dapat menyebabkan trauma
pada liang telinga atau melibangi membrane timpani.
Obstruksi teling juga dapat disebabkan karena beragam benda asing
yang masuk ke liang telinga dan mengganggu konduksi suara. Benda asing
yang sering terjadi pada orang dewasa yaitu, kapas lidi yang tertinggal dan
serangga. sedangkan pada anak-anak yaitu, mainan kecil, biji jagung, dan
serangga.
2. Infeksi
Infeksi pada telinga dalam yang dikenal sebagai labirinitis dapat
disebabkan virus atau bakteri. Labirinitis viral dapat berhubungan dengan
infeksi saluran pernafasan, peritonitis, campak, atau rubella. Labirinitis
bacterial jarang terjadi dan dapat berhubungan dengan otitis media atau
meningitis.
Infeksi berulang atau inflamasi alergi daoat menyebabkan akumulasi
cairan dibelakang gendang telinga yang menyebabkan peredaman
gelombang suara yang akan dihantarkan ke telinga dalam.
Drainase, perforasi atau jaringan parut pada membrane timpani dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran konduktif.
3. Otosklerosis
Otosklerosis merupakan gangguan genetic yang ditandai dengan
resorbsi dan redeposisi tulang secara abnormal yang menyebabkan fiksasi
lempeng stapes dan pada fenestra ovais.
Lempeng stapes yang menyebabkan hambatan pada penghantaran
getaran suara pada telinga tengah menyebabkan tuli konduktif. Gangguan
ini terjadi 2x lebih banyak pada wanita daripada lakki-laki. Gangguan ini
bersifat autosomal dominan dan dapat diturunkan pada anak dan hanya
satu orang saja dapat mengalami gangguan ini.
4. Timpanosklerosis
Timpanisklerosis merupakan hasil dari infeksi dan trauma berulang
pada membrane timpani. Kelainan ini terdiri atas tumpukan kolagen dan
kalsium di telinga tengah dan dapat mengeraskan tulang pendengaran
sehingga menyebabkan tuli konduksi.
Tumpukan timpanosklerotik juga dapat ditemukan pada telinga tengah
atau muncul sebagai plak di membrane timpani.
5. Trauma membrane timpani
Membrane timpani dapat rusak karena trauma. Peningkatan tekanan
karena tepukan tangan, jatuh ke air, cedera pada waktu olahraga,
membersihkan telinga dengan benda tajam, dan kecelakaan industry las
dapat merusak struktur tipis ini.
Trauma membrane timpani dari cedera tajam atau tumpul dapat
menyebabkan fraktur tulang pendengaran dan robakan pada membrane
timpani. Jika membrane timpani mengalami perforasi, maka infeksi mudah
terjadi. (Keperawatan Medikal Bedah buku 3, 2014)
2.3 Patofisiologi
Gangguan pendengaran seperti tuli memiliki banyak faktor penyebab
diantaranya seperti trauma, virus dan bakteri, herediter, obat-obatan, dan usia.
Trauma yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan gendang telinga sehingga
akan menyebabkan ruptur pada gendang telinga sehingga terjadinya
penurunan pendengaran karena suara atau bunyi yang didengar tidak dapat
diteruskan ke pusat pendengaran di otak.
2.6 Penatalaksanaan
a) Alat bantu dengar
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Nama : Tn. B
Umur : Pada semua usia
Jenis kelamin : Perempuan dan laki-laki
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh telinga berdengung, telinga terasa penuh karena adanya
cairan ditelinga, nyeri
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh telinga berdengung, telinga terasa penuh karena adanya
cairan di telinga, pasien mengatakan pendengarannya menurun dan nyeri
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami tuli
e. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak pernah mengalami tuli
f. Pengkajian Psikososial :
Pola pikir dan persepsi
Kesulitan yang dialami pasien adalah kesulitan melakukan
komunikasi dengan orang lain.
Persepsi diri dan suasana hati
Pasien memikirkan tentang penyakitnya sehingga pasien gelisah
dan khawatir.
Hubungan komunikasi
Bicara dengan pasien harus keras dan menggunakan isyarat dengan
tangan dan jarak harus dekat dengan pasien
g. Pemeriksaan fisik
TTV : RR : 20x/menit
Nadi : 100x/menit
Suhu : 370C
TD : 130/80 mmHg
a. B1 (breathing)
Tidak ada kelainan
b. B2 (blood)
Tidak ada kelainan
c. B3 (brain)
Nyeri
P : sakit pada saat istirahat, bertambah saat beraktifitas
S : VAS 6
T : setiap saat
d. B4 (bladder)
Tidak ada kelainan
e. B5 (Bowel)
Anoreksia
f. B6 (bone)
Mudah lelah
DO : Nyeri akut
DS :
2. Mendengar suara seperti Gangguan
- Pasien mengatakan telinga
berdengang (tinitus) persepsi sensori
berdengung terus.
- Pasien mengatakan tidak Tekanan udara menurun
dapat mendengar.
Retraksi membran timpani
Penurunan fungsi
pendengaran
DS:
4. Penurunan fungsi Gangguan citra
- Pasien mengatakan tidak pendengaran diri
dapat mendengarkan dengan
Persepsi pasien terhadap
baik.
dirinya
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Atur posisi klien 1. Mengurangi
agens cedera biologis akibat infeksi keperawatan selama 3 x 24 jam , senyaman mungkin tegangan
yang di tandai dengan Pasien nyeri klien dapat teratasi dengan dan prtahankan tirah otot,mngurangi
mengatakan nyeri pada telinga, P : kriteria hasil : baring ketika pasien kbutuhan
sakit pada saat istirahat, bertambah mengalami gangguan metabolic dan
- Klien mengungkapkan
saat beraktifitas Q : sakit seperti rasa nyaman pada melindungi
nyeri berkurang pada
ditusuk-tusuk R : nyeri di bagian telinga. hati.
telinga,
telinga T : setiap saat, Pasien tampak - Klien tidak tampak
2. Latih klien
meringis kesakitan serta memegangi meringis kesakitan serta
melakukan teknik
telinga yang sakit, S : VAS 6, RR : memegangi telinga yang
relaksasi dgn nafas
20x/menit, Nadi : 100x/menit, Suhu : sakit
dalam 2. Teknik
0
37 C, TD : 130/80 mmHg - VAS : 3/ <3
- TTV : relaksasi dgn
RR : 16 – 20 x/ menit nafas dalam
Nadi : 60 – 100 x/menit 3. Alihkan perhatian
dapat
TD : 100/70 – 120/80 klien terhadap nyeri
mengurang
mmHg dgn ngobrol, baca
relaksasi nyeri
Koran
3. Dengan
4. Kolaborasi dgn
mengalihkan
dokter utk pemberian perhatian klien
analgetik tidak berfokus
pada nyeri
5. Observasi sifat dan
skala nyeri 4. Analgesik
dapat
6. Observasi TTV mengurangi
nyeri
5. Untuk
mengtahui
keadaan nyeri
yg di rasakan
6. Mengetahui
perubahan
status
kesehatan klien
2. 1. Jelaskan pada
Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan 1. Dengan
keluarga klien dan
pendengaran berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam , menjelaskan pada
klien tentang
kerusakan organ sensori neural gangguan persepsi sensori dapat keluarga klien dan
penyakit dan
ditandai dengan Pasien mengatakan teratasi dengan kriteria hasil : klien tentang
tindakan keperawatan
telinga berdengung terus, Pasien penyakit dan
- Klien kooperatif
yang akan
mengatakan tidak dapat mendengar, - klien tindakan
dilakukan.untuk
Pasien tampak kebingungan, Pasien mengungkapkan fungsi keperawatan yang
mencari spesialis
sering bertanya tentang apa yang pendengaran tidak akan dilakukan
masalah THT.
dikatakan oleh lawan bicaranya menurun, klien dapat
- klien tampak kooperatif.
2. Anjurkan
mendengar saat perawat
keluarga untuk
mengkaji sehingga
menyelidiki ahli THT
perawat idak harus
membesarkan suara serta 2. Untuk
mengulang-ulang mengatasi masalah
pertanyaan, 3. Diskusikan yang berhubungan
- klien tidak hanya
dengan keluarga dan dengan THT
diam saja ketika anggota
klien mengenai alat dengan terapi
keluarga berbicara.
bantu pendengaran yang sesuai.
dan perawatan yang 3. Untuk
layak untuk alat memastikan
tersebut keuntungan alat
tersebut
4. Ajarkan pada
keluarga tentang
peentingnya
menyimpan baterai
alat bantu
pendengaran dengan
4. Mencegah
aman dan anjurkan
tertelan atau
untuk tidak
aspirasi baterai
melepaskan baterai
tersebut.
5. Diskusikan
dengan klien dan
kelurga klien
mengenai metode
mengklamuflasekan
alat bantu
5. Agar alata
pendengaran.
bantu pendengaran
6. Anjurkan tidak mudah
pada anak untuk terlihat.
fokus pada semua
suara di lingkungan
dan bicarakan tentang
suara tersebut.
6. Meningkat
kan keterampilan
mendengar.
Kerusakan gendang
telinga
Infeksi telinga
tengah (Cavum
timpani, tuba)
Rupture pada
membrane timpani
Akumulasi cairan
mucus dan serosa
Ruptur gendang
telinga rusak
TULI KONDUKTIF
Mendengar suara Kesulitan untuk
Terjadi desakan
seperti berdengung mengunyah dan
pada membran
(tinitus) menelan makanan
timpani
Menekan gendang
Tekanan udara Anoreksi
telinga
menurun
Turunnya BB
Retraksi membran
Merangsang timpani
pelepasan mediator
(bradikinin)
MK : Resiko
Nutrisi Kurang
Penurunan Dari Kebutuhan
Korteks selebri hantaran udara
Penurunan fungsi tubuh
Reseptor nyeri dan suara
pendengaran
MK : Nyeri Akut
Persepsi pasien Pengekspresian
terhadap dirinya kekhawatiran
MK : Ansietas
Malu, menyendiri
MK : Gangguan
Citra Diri