Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

TULI KONDUKSI
Dosen Mata Kuliah : Ermalynda Sukmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Nama Kelompok :
1. Herlin Vendy L. (9103015016)
2. Ana Aniceta Do Ceo (9103015023)
3. Mutiara Citra R. (9103015037)
4. Wahidah A. (9103015053)
5. Manik Kristianto B. (9103015066)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penurunan pendengaran adalah proses berangsur-angsur yang tidak di
sadari selama bertahun-tahun. Bila gangguan pendengaran terjadi, penderita
secara umum mengeluh tidak dapat mengikuti percakapan dan tidak jelas.
Gangguan pendengaran berkisar dari kesulitan ringan dalam memahami
pembicaraan atau suara-suara tertentu sampai kesulitan. Menurut
Occupational Safety and Health Administration (OSCHA), gangguan
pendengaran merupakan cacat terbesar yang dialami penduduk Amerika, 5-10
juta orang amerika dapat beresiko mendapat gangguan pendengaran atau
disebut Noice Induce Hearing Loss (NIHL), karena mereka terpapar bunyi
dengan kekuatan lebih dari 85 dBA pada tempat kerja dengan waktu yang
lama dan terus-menerus.
Sekitar 1 dari 5 orang Amerika Serikat diperkirakan berumur >55 tahun
diantaranya diperkirakan mengalami gangguan pendengaran. Delapan puluh
persen gangguan pendengaran disebabkan karena gangguan saraf pendengaran
yang tidak dapat disembuhkan. Gangguan pendengaran mengurangi kualitas
hidup pada 1/3 dewasa berusia 65-75 tahun. (Keperawatan Medikal Bedah
Buku 3 & E-Journal UNSRAT, 2014).
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya
pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia
mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga
menyerang telinganya. Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan
yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga
mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang
rawan, oleh karena itu harus hati-hati bila digunakan.
Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya
normal, namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami
ketulian. Hal ini bisa berdampak pada anak. Anak terlahir dengan disedot,
vakum, Caesar juga bisa merusak saraf pendengaran. Jika anak mengalami tuli
saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di bantu dengan alat bantu
dengar semata.
Terapi yang bisa membuat kembali mendengar itu tidak ada kecuali untuk
para tuli konduktif yang disebabkan karena infeksi. Infeksi ini dapat
disembuhkan tetapi ketuliannya belum tentu sembuh.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi Tuli Konduktif?
1.2.2 Apa etiologi Tuli Konduktif?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologi Tuli Konduktif?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis Tuli Konduktif?
1.2.5 Apa saja pemeriksaan penunjang Tuli Konduktif?
1.2.6 Bagaimana peatalaksanaan dari Tuli Konduktif?
1.2.7 Bagaimana web of caution (WOC)
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan pada Tuli Konduktif?

1.3 Tujuan Umum


Mempelajari kasus Tuli KondukTif dan Asuhan Keperawatan yang
diterapkan pada pasien dengan Tuli Konduktif.

1.4 Tujuan Khusus


1.4.1 Menjelaskan definisi Tuli Konduktif.
1.4.2 Menjelaskan etiologi Tuli Konduktif.
1.4.3 Menjelaskan patofisiologi Tuli Konduktif.
1.4.4 Menyebutkan manifestasi klinis Tuli Konduktif.
1.4.5 Menyebutkan pemeriksaan diaknostik penunjang Tuli
Konduktif.
1.4.6 Menyebutkan penatalaksanaan Tuli Konduktif.
1.4.7 Menjelaskan Web Of Cautions (WOC) Tuli Konduktif.
1.4.8 Menjelaskan Pengkajian kasus Tuli Konduktif.
1.4.9 Menjelaskan Analisa Data kasus Tuli Konduktif.
1.4.10 Menyebutkan Diagnoa Keperawatan kasus Tuli Konduktif.
1.4.11 Menyebutkan Intervensi Keperawatan kasus Tuli
Konduktif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tuli konduktif merupakan gangguan pendengaran dimana hantaran suara
terganggu yang diebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar ataupun
telinga tengah. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan
dan menengah dan bersifat sementara. Gangguan pendengaran konduktif ini
dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implant telinga tengah (Soepardi,
dkk.,2007).
Tuli kondusif adalah kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah,
sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga.
Kelainan telinga keluar yang menyebabkan tuli kondusif adalah otalgia,
atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis ekstrena sirkumskripta,
otitis eksterna maligna, dan osteoma liang telinga. Kelainan telingah tengah
yang menyebabkan tuli kodusif adalah sumbatan tuba eustachius, otitis media,
otosklerosis, timpanoi sklerosia, hemotimpanum, dan dis lokasi tulang
pendengaran (Indro soetirto,2003)

2.2 Etiologi
Kehilangan pendengaran bukan merupakan suatu gangguan nyata tetapi
merupakan manifestasi klinis dari beberapa penyebab. Kehilangan
pendengaran konduktif teradi karena gangguan transmisi suara melalui telinga
luar dan telinga tengah.
Hal ini dapat terjadi karena sesuatu yang menghambat telinga luar seperti,
serumen, infeksi, atau benda asing, penebalan retraksi, jaringan parut, atau
perforasi membrane timpani atau perubahan patofisiologis pada telinga tengah
yang mempengaruhi atau mengganggu satu atau lebih tulang pendengaran
(Keperawatan Medikal Bedah buku 3, 2014).
 Faktor Resiko
1. Obstruksi Telinga
Obstruksi telinga paling sering disebabkan oleh serumen. Walaupun
lian telinga memiliki kemampuan untuk membersihkan diri, serumen
dapat terkumpul karena karena kehiangan pendengaran (tuli) dapat terjadi
karena tiga sebab. Tuli konduktif terjadi pada daerah telinga luar ada
waktu suara dikonduksikan.
Gangguan atau pembersihan yang kurang tepat. Pada lansia gangguan
pendengaran ini lebih rentan karena rambut yang berada pada liang telinga
menjadi kasar sehingga menjadi tempat berkumpulnya serumen.
Beberapa orang memiliki kecenderungan memproduksi serumen lebih
banyak pada liang telinga. Penggunaan lidi kapas kedalam liang telinga
dapat menyebabkan pengerasan serumen atau dapat menyebabkan trauma
pada liang telinga atau melibangi membrane timpani.
Obstruksi teling juga dapat disebabkan karena beragam benda asing
yang masuk ke liang telinga dan mengganggu konduksi suara. Benda asing
yang sering terjadi pada orang dewasa yaitu, kapas lidi yang tertinggal dan
serangga. sedangkan pada anak-anak yaitu, mainan kecil, biji jagung, dan
serangga.
2. Infeksi
Infeksi pada telinga dalam yang dikenal sebagai labirinitis dapat
disebabkan virus atau bakteri. Labirinitis viral dapat berhubungan dengan
infeksi saluran pernafasan, peritonitis, campak, atau rubella. Labirinitis
bacterial jarang terjadi dan dapat berhubungan dengan otitis media atau
meningitis.
Infeksi berulang atau inflamasi alergi daoat menyebabkan akumulasi
cairan dibelakang gendang telinga yang menyebabkan peredaman
gelombang suara yang akan dihantarkan ke telinga dalam.
Drainase, perforasi atau jaringan parut pada membrane timpani dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran konduktif.
3. Otosklerosis
Otosklerosis merupakan gangguan genetic yang ditandai dengan
resorbsi dan redeposisi tulang secara abnormal yang menyebabkan fiksasi
lempeng stapes dan pada fenestra ovais.
Lempeng stapes yang menyebabkan hambatan pada penghantaran
getaran suara pada telinga tengah menyebabkan tuli konduktif. Gangguan
ini terjadi 2x lebih banyak pada wanita daripada lakki-laki. Gangguan ini
bersifat autosomal dominan dan dapat diturunkan pada anak dan hanya
satu orang saja dapat mengalami gangguan ini.
4. Timpanosklerosis
Timpanisklerosis merupakan hasil dari infeksi dan trauma berulang
pada membrane timpani. Kelainan ini terdiri atas tumpukan kolagen dan
kalsium di telinga tengah dan dapat mengeraskan tulang pendengaran
sehingga menyebabkan tuli konduksi.
Tumpukan timpanosklerotik juga dapat ditemukan pada telinga tengah
atau muncul sebagai plak di membrane timpani.
5. Trauma membrane timpani
Membrane timpani dapat rusak karena trauma. Peningkatan tekanan
karena tepukan tangan, jatuh ke air, cedera pada waktu olahraga,
membersihkan telinga dengan benda tajam, dan kecelakaan industry las
dapat merusak struktur tipis ini.
Trauma membrane timpani dari cedera tajam atau tumpul dapat
menyebabkan fraktur tulang pendengaran dan robakan pada membrane
timpani. Jika membrane timpani mengalami perforasi, maka infeksi mudah
terjadi. (Keperawatan Medikal Bedah buku 3, 2014)

2.3 Patofisiologi
Gangguan pendengaran seperti tuli memiliki banyak faktor penyebab
diantaranya seperti trauma, virus dan bakteri, herediter, obat-obatan, dan usia.
Trauma yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan gendang telinga sehingga
akan menyebabkan ruptur pada gendang telinga sehingga terjadinya
penurunan pendengaran karena suara atau bunyi yang didengar tidak dapat
diteruskan ke pusat pendengaran di otak.

Virus dan bakteri yang dapat mengakibatkan tuli seperti, Influenza,


Rubella, Mumps, dan Herpes kompleks. Virus dan bakteri ini akan masuk dan
berkembang sehingga terjadinya infeksi pada telinga bagian tengah (cavum
timpani, tuba eustachius). Terjadinya infeksi ini akan mengakibatkan produksi
cairan serosa yang meningkat sehingga terjadinya akumulasi cairan mukus dan
serosa. Keadaan ini lama-kelamaan akan menyebabkan ruptur pada mebran
timpani karena adanya desakan dari akumulasi cairan mukus dan serosa.
Penggunaan obat-obatan yang dimaksudkan seperti penggunaan obat
antibiotik seperti gentamicin, amikacin, neomycin. Penggunaan obat-obatan
ini dapat mengakibatkan hiperbilirubunemia dan akan mempengaruhi fungsi
mitokondria. Tergangggunya fungsi mitokondria akan menghambat kerja
enzim-enzim dalam mitokondria dan merusak nuclei auditori sentral dan jalur
vestibular.

Kehilangan pendengaran konduktif terjadi akibat gangguan transmisi suara


di dalam serta melalui telinga luar dan telinga tengah. Telinga dalam tidak
terpengaruh pada kehilangan pendengaran konduktif murni, sehingga
transmisi suara dari telinga dalam ke otak normal. Pergerakan gelombang pada
getaran suara melalui liang telinga, membrane timpani, tiulang pendengaran
terganggu suatu penyebab kehilangan pendengaran konduktif.
Suara dipersepsikan lemah atau berasal dari tempat yang jauh tetapi jernih.
Kebanyakan kehilangan pendengaran konduktif dapat dikoreksi dengan
penatalaksanaan bedah maupun medis.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Nyeri (Otalgia), dapat terjadi akibat problem terkait hidung, sinus,
rongga mulut, faring atau sendi temporomandibular joint.
2. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi secara mendadak maupun
bertahap dan dapat menyertai proses penuaan normal.
3. Tinnitus (bunyi berdengung di telinga).
4. Cairan dari telinga (otorea).
5. Infeksi.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Uji Non-Infasif
 Pemeriksaan Struktur Aural.
 CT-Scan tanpa kontras.
 MRI (Magnetic Resonance Imaging).
2. Uji Infasif
 Tes Audiometri.
 Arteriografi.
 Elektronistagmografi.
 Platform Posturografi.
 Tes Rinne dan Weber.
3. Uji Laboratorium
 Pemeriksaan Darah.
 Kultur.
 Pemeriksaan Cairan Serebrospinal.
 Spesimen Jaringan.

2.6 Penatalaksanaan
a) Alat bantu dengar

Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang di operasikan


dengan baterai, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga
komunikasi bisa berjalan dengan lancar.

Alat bantu dengar terdiri dari :


- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara
- Sebuah amplifier untuk meningkatkan volume suara
- Sebuah speaker untuk menghantarkan suara yang volumenya telah
dinaikan.
b) Pencangkokan koklea
Pencangkokan koklea (inplan koklea) dilakukan pada tuli berat yang tidak
dapat melihat meskipun telah menggunakan alat bantu dengar. Alat ini
dicangkokan di bawa kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian :
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
- Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan
mengubah suara yang tertangkap oleh mikrofon.
- Sebuah transmiter dan stimulator atau penerima berfungsi
menerima sinyal dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi
gelombang listrik.
- Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator
dan mengirimnya ke otak.

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
 Nama : Tn. B
 Umur : Pada semua usia
 Jenis kelamin : Perempuan dan laki-laki
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh telinga berdengung, telinga terasa penuh karena adanya
cairan ditelinga, nyeri
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh telinga berdengung, telinga terasa penuh karena adanya
cairan di telinga, pasien mengatakan pendengarannya menurun dan nyeri
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami tuli
e. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak pernah mengalami tuli
f. Pengkajian Psikososial :
 Pola pikir dan persepsi
Kesulitan yang dialami pasien adalah kesulitan melakukan
komunikasi dengan orang lain.
 Persepsi diri dan suasana hati
Pasien memikirkan tentang penyakitnya sehingga pasien gelisah
dan khawatir.
 Hubungan komunikasi
Bicara dengan pasien harus keras dan menggunakan isyarat dengan
tangan dan jarak harus dekat dengan pasien

g. Pemeriksaan fisik
TTV : RR : 20x/menit
Nadi : 100x/menit
Suhu : 370C
TD : 130/80 mmHg
a. B1 (breathing)
Tidak ada kelainan
b. B2 (blood)
Tidak ada kelainan
c. B3 (brain)

Nyeri
P : sakit pada saat istirahat, bertambah saat beraktifitas

Q : sakit seperti ditusuk-tusuk

R : nyeri di bagian telinga

S : VAS 6

T : setiap saat

Tidak mendengar dengan baik, mudah tersinggung, depresi,


menarik diri, telinga terasa tersumbat, vertigo

d. B4 (bladder)
Tidak ada kelainan
e. B5 (Bowel)
Anoreksia
f. B6 (bone)
Mudah lelah

3.2. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Terjadi desakan pada Nyeri akut


membran timpani
- Pasien mengatakan nyeri
pada telinga, Menekan gendang telinga

P : sakit pada saat istirahat, Merangsang pelepasan


bertambah saat beraktifitas mediator (bradykinin)

Q : sakit seperti ditusuk-tusuk Korteks serebri

R : nyeri di bagian telinga Reseptor nyeri

T : setiap saat Interpretasi nyeri

DO : Nyeri akut

- Pasien tampak meringis


kesakitan serta memegangi
telinga yang sakit, S : VAS
6, RR : 20x/menit, Nadi :
100x/menit, Suhu : 370C, TD
: 130/80 mmHg

DS :
2. Mendengar suara seperti Gangguan
- Pasien mengatakan telinga
berdengang (tinitus) persepsi sensori
berdengung terus.
- Pasien mengatakan tidak Tekanan udara menurun
dapat mendengar.
Retraksi membran timpani

Penurunan hantaran udara dan


DO :
suara
- Pasien tampak kebingungan.
- Pasien sering bertanya Penurunan fungsi
tentang apa yang dikatakan pendengaran
oleh lawan bicaranya.
Gangguan persepsi sensori
pendengaran
DS :
3. Mendengar suara seperti Gangguan
- Pasien mengatakan susah berdengang (tinitus) komunikasi
untuk berbicara dan jika verbal
Tekanan udara menurun
berbicara sulit untuk
dimengerti. Retraksi membran timpani

DO: Penurunan hantaran udara dan

- Pasien berbicara tidak jelas. suara

Penurunan fungsi
pendengaran

Gangguan komunikasi verbal

DS:
4. Penurunan fungsi Gangguan citra
- Pasien mengatakan tidak pendengaran diri
dapat mendengarkan dengan
Persepsi pasien terhadap
baik.
dirinya

DO: Malu, menyendiri


- Pasien tampak diam.
Gangguan citra diri
- Pasien enggan
berkomunikasi dengan orang
lain
- Pasien malu.

3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis akibat infeksi yang di
tandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada telinga, P : sakit pada saat istirahat,
bertambah saat beraktifitas Q : sakit seperti ditusuk-tusuk R : nyeri di bagian
telinga T : setiap saat, Pasien tampak meringis kesakitan serta memegangi telinga
yang sakit, S : VAS 6, RR : 20x/menit, Nadi : 100x/menit, Suhu : 370C, TD :
130/80 mmHg

2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan kerusakan organ


sensori neural ditandai dengan Pasien mengatakan telinga berdengung terus,
Pasien mengatakan tidak dapat mendengar, Pasien tampak kebingungan, Pasien
sering bertanya tentang apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya

3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan pendengaran


ditandai dengan Pasien mengatakan susah untuk berbicara dan jika berbicara sulit
untuk dimengerti, Pasien berbicara tidak jelas

4. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan


Pasien mengatakan tidak dapat mendengarkan dengan baik, Pasien tampak diam,
Pasien enggan berkomunikasi dengan orang lain, pasien malu
3.4. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Atur posisi klien 1. Mengurangi
agens cedera biologis akibat infeksi keperawatan selama 3 x 24 jam , senyaman mungkin tegangan
yang di tandai dengan Pasien nyeri klien dapat teratasi dengan dan prtahankan tirah otot,mngurangi
mengatakan nyeri pada telinga, P : kriteria hasil : baring ketika pasien kbutuhan
sakit pada saat istirahat, bertambah mengalami gangguan metabolic dan
- Klien mengungkapkan
saat beraktifitas Q : sakit seperti rasa nyaman pada melindungi
nyeri berkurang pada
ditusuk-tusuk R : nyeri di bagian telinga. hati.
telinga,
telinga T : setiap saat, Pasien tampak - Klien tidak tampak
2. Latih klien
meringis kesakitan serta memegangi meringis kesakitan serta
melakukan teknik
telinga yang sakit, S : VAS 6, RR : memegangi telinga yang
relaksasi dgn nafas
20x/menit, Nadi : 100x/menit, Suhu : sakit
dalam 2. Teknik
0
37 C, TD : 130/80 mmHg - VAS : 3/ <3
- TTV : relaksasi dgn
RR : 16 – 20 x/ menit nafas dalam
Nadi : 60 – 100 x/menit 3. Alihkan perhatian
dapat
TD : 100/70 – 120/80 klien terhadap nyeri
mengurang
mmHg dgn ngobrol, baca
relaksasi nyeri
Koran
3. Dengan
4. Kolaborasi dgn
mengalihkan
dokter utk pemberian perhatian klien
analgetik tidak berfokus
pada nyeri
5. Observasi sifat dan
skala nyeri 4. Analgesik
dapat
6. Observasi TTV mengurangi
nyeri

5. Untuk
mengtahui
keadaan nyeri
yg di rasakan
6. Mengetahui
perubahan
status
kesehatan klien
2. 1. Jelaskan pada
Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan 1. Dengan
keluarga klien dan
pendengaran berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam , menjelaskan pada
klien tentang
kerusakan organ sensori neural gangguan persepsi sensori dapat keluarga klien dan
penyakit dan
ditandai dengan Pasien mengatakan teratasi dengan kriteria hasil : klien tentang
tindakan keperawatan
telinga berdengung terus, Pasien penyakit dan
- Klien kooperatif
yang akan
mengatakan tidak dapat mendengar, - klien tindakan
dilakukan.untuk
Pasien tampak kebingungan, Pasien mengungkapkan fungsi keperawatan yang
mencari spesialis
sering bertanya tentang apa yang pendengaran tidak akan dilakukan
masalah THT.
dikatakan oleh lawan bicaranya menurun, klien dapat
- klien tampak kooperatif.
2. Anjurkan
mendengar saat perawat
keluarga untuk
mengkaji sehingga
menyelidiki ahli THT
perawat idak harus
membesarkan suara serta 2. Untuk
mengulang-ulang mengatasi masalah
pertanyaan, 3. Diskusikan yang berhubungan
- klien tidak hanya
dengan keluarga dan dengan THT
diam saja ketika anggota
klien mengenai alat dengan terapi
keluarga berbicara.
bantu pendengaran yang sesuai.
dan perawatan yang 3. Untuk
layak untuk alat memastikan
tersebut keuntungan alat
tersebut
4. Ajarkan pada
keluarga tentang
peentingnya
menyimpan baterai
alat bantu
pendengaran dengan
4. Mencegah
aman dan anjurkan
tertelan atau
untuk tidak
aspirasi baterai
melepaskan baterai
tersebut.

5. Diskusikan
dengan klien dan
kelurga klien
mengenai metode
mengklamuflasekan
alat bantu
5. Agar alata
pendengaran.
bantu pendengaran
6. Anjurkan tidak mudah
pada anak untuk terlihat.
fokus pada semua
suara di lingkungan
dan bicarakan tentang
suara tersebut.

6. Meningkat
kan keterampilan
mendengar.

Web of caution (WOC)

- Adanya benda asing


(Biji-bijian, serangga)
- Virus dan bakteri
(influenza, rubella, mumps,
herpes simpleks)
- Otoklerosis
- Obstruksi oleh
serumen
Invasi virus dan
bakteri

Kerusakan gendang
telinga

Infeksi telinga
tengah (Cavum
timpani, tuba)

Rupture pada
membrane timpani

Akumulasi cairan
mucus dan serosa
Ruptur gendang
telinga rusak

TULI KONDUKTIF
Mendengar suara Kesulitan untuk
Terjadi desakan
seperti berdengung mengunyah dan
pada membran
(tinitus) menelan makanan
timpani

Menekan gendang
Tekanan udara Anoreksi
telinga
menurun

Turunnya BB
Retraksi membran
Merangsang timpani
pelepasan mediator
(bradikinin)
MK : Resiko
Nutrisi Kurang
Penurunan Dari Kebutuhan
Korteks selebri hantaran udara
Penurunan fungsi tubuh
Reseptor nyeri dan suara
pendengaran

Interpretasi nyeri MK : Gangguan MK : Gangguan


Persepsi Sensori Komunikasi Verbal
Pendengaran

MK : Nyeri Akut
Persepsi pasien Pengekspresian
terhadap dirinya kekhawatiran

MK : Ansietas
Malu, menyendiri

MK : Gangguan
Citra Diri

Anda mungkin juga menyukai