Oleh Kelompok 6
FAKULTAS KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
Di indonesia Teror bom akhir-akhir ini kembali marak di Indonesia. Teror bom
ini berupa bom buku dan termasuk jenis teror baru di Indonesia. Di dunia, teror bom
buku bukanlah hal baru dan biasa disebut letterbomb (bom surat). Teror bom buku
di Indonesia merupakan modifikasi bom surat (letterbomb). bencana ledakan BOM
yang diakibatkan oleh terorisme yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa.
Korban ledakan bom tidak memandang usia, status ekonomi dan gender. Bom
sendiri diartikan sebagai alat yang menghasilkan ledakan, yang menghasilkan
energi secara besar dalam rentang waktu singkat. Ledakan yang dihasilkan bom
dapat mengakibatkan kehancuran dan kerusakan terhadap benda mati dan benda
hidup disekitarnya. Terdapat beberapa jenis BOM antara lain seperti bom mobil,
granat tangan, bom nuklir, bom waktu, bom pipa, bom gravitasi.
Dalam menangani korban jiwa dalam tragedi ledakan bom, tenaga medis sangat
diperlukan bagi korban-korban tersebut. Ada beberapa penanganan pertama untuk
pasien ledakan bom dengan melakukan evakuasi dan melakukan triase agar dapat
melakukan penanganan lebih lanjut. Dalam setiap bencana yang terjadi tidak akan
terlepas dari peran BNPB dalam Perumusan dan penetapan kebijakan
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan
tepat serta efektif dan efisien; dan Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan
penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
PEMBAHASAN
Bom adalah alat yang menghasilkan ledakan yang mengeluarkan energi secara besar
dalam rentang waktu singkat. Bill of Material (BOM) adalah definisi produk akhir yang terdiri
dari daftar item, bahan, atau material yang dibutuhkan untuk merakit, mencampur atau
memproduksi produk akhir.
Ada beberapa macam bom, seperti bom mobil, granat tangan, bom nuklir, bom
waktu, bom pipa, bom gravitasi, dan lain-lain.
a) BOM Mobil
Bom mobil merupakan bahan peledak yang disimpan dan diledakkan di dalam mobil
atau truk. Bom ini adalah senjata favorit para teroris dan gerilyawan karena mobil dapat
membawa bahan peledak dengan kapasitas besar tanpa memicu kecurigaan.
Pelaku bom mobil biasanya lebih dari satu orang. Salah satu cara yang dilakukan untuk
meledakkan mobil adalah dengan menghantam mobil ke gedung sambil meledakkannya.
Cara seperti ini dapat menimbulkan korban tewas, bahkan pelaku bom itu juga tewas. Oleh
karena itu, bom ini sering disebut juga bom bunuh diri.
Bom truk juga pernah terjadi di Oklahoma City. Timothy Mc Veigh melakukan aksi
pengeboman Gedung Federal Alfred P. Murrah menggunakan truk Ryder yang berisi
peledak amonia (pupuk).
Agar terhindar dari bom mobil, lokasi parkir mobil harus berada jauh dari gedung.
Selain itu, gedung yang mempunyai struktur kuat juga dapat menahan suatu ledakan. Istilah
bom mobil oleh militer Amerika Serikat disebut Vehicle Borne Improvised Explosive
Device (VBIED).
b) BOM Waktu
Bom ini adalah jenis peledak yang dilengkapi dengan pengatur waktu sehingga dapat
diatur waktu meledaknya. Komponen bom waktu adalah bahan peledak, alat pengatur
waktu, dan alat pemicu.
Bahan peledak merupakan bagian utama, terbesar, dan terberat dari seluruh jenis bom.
Bahan peledak juga mempunyai kemampuan menghancurkan.
Pengatur waktu memiliki jenis yang beragam, misalnya jam weker, jam tangan, dan
komputer jinjing.
Alat pemicu (detonator) adalah sumber panas yang memicu proses pembakaran dan
biasanya berupa bahan peledak yang mudah terbakar (lebih mudah daripada bahan peledak
utama).
c) Granat Tangan
Istilah lain dari granat ini adalah granat genggam atau granat nanas. Granat tangan
adalah jenis bom yang digenggam dan dilemparkan dengan menggunakan tangan. Granat
berasal dari bahasa Perancis Kuno, pomegranate (buah delima). Buah ini mirip dengan
granat dan kandungan serpihan granat juga mirip dengan biji buah delima.
Karakteristik granat tangan:
1. Jarak penggunaan granat dekat, yaitu 10-30 meter.
2. Dampak ledakan tidak terlalu besar.
3. Adanya penundaan ledakan agar dapat dilempar dengan aman.
4. Granat memiliki kulit yang keras sehingga dapat dipantulkan pada tanah dan tembok.
Bagian utama granat:
1. badan (berisi serpihan);
2. pengisi (bahan kimia atau bahan peledak);
3. sumbu.
Jenis-jenis granat:
· Granat serpihan
· Granat asap
· Granat anti-kerusuhan
· Granat pembakar
d) BOM Nuklir
Senjata nuklir atau bom nuklir merupakan senjata yang memperoleh tenaga dari reaksi
nuklir dan memiliki daya pemusnah yang sangat dahsyat. Sebuah kota akan hancur oleh
sebuah bom nuklir.
Bom ini tercatat hanya dua kali digunakan, yaitu saat Perang Dunia II oleh Amerika
Serikat. Waktu itu, Amerika menjatuhkan bom nuklir di kota Hiroshima dan Nagasaki,
Jepang. Daya ledaknya sebesar 20 kilo (ribuan) ton TNT, sedangkan bom nuklir sekarang
daya ledaknya lebih dari 70 mega (jutaan) ton TNT. Bom nuklir dapat dilancarkan dengan
berbagai cara, seperti dengan pesawat pengebom, peluru kendali (rudal), peluru kendali
balistik, dan peluru kendali balistik jarak benua.
2.3 Cara penanganan ledakan bom
1) Tingkat pusat
Pasal 11
Badan Nasional Penanggulangan Bencanaa sebagaimana dimaksud dalam pasal
10 ayat (1) terdiri dari unsur :
a. Pengarah penanggulangan bencana;dan
b. Pelaksana penanggulangan bencana.
Pasal 12
Badan Nasional Penaggulangan Bencana mempunyai tugas :
a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tenggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara.
b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggukangan bencana berdasarkan Peraturaan Perundang-undangan;
c. Menyampaikan infromasi kegiatan kepada masyarakat
d. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden
setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada saat dalam kondisi
darurat bencana;
e. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan
nasional dan international.
f. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undang;
dan
h. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
Pasal 13
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai fungsi meliputi;
a. Perumusan dan penetapan kebijakanpenanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan
efisiensi;dan
b. Pengordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana dan menyuluruh.
Pasal 14
(1) Unsur pengarah penanggulangan bencana sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 11 huruf a mempunyai fungsi
a. Merumuskan konsep kebijakan penggulangan bencana nasional;
b. Memantau;dan
c. Mengevaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
(2) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Pejabat pemerintah terkait; dan
b. Anggota masyarakat profesional
(3) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dipilih melalui uji kepatutan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.
Pasal 15
(1) Pembentukan unsur pelaksana penanggulangan bencana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 11 huruf b merupakan kewenangan Pemerintah.
(2) Unsur pelaksana sebagaimana dimakud pada ayat (1) mempunyai fungsi
koordinasi, dan pelaksana dalam penyelenggara penanggulangan bencana.
(3) Keanggotaan unsur pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (11) terdiri
atas tenaga profesional dan ahli.
Pasal 16
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf b,
umsur pelaksana penanggulangan bencana mempunyai tugas secara terintegrasi
yang meliputi :
a. Prabencana
b. Saat tanggap darurat;dan
c. Pascabencana
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, fungsi, tugas, struktur
organisasii, dan tata kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana diatur dengan
Peraturan Presiden.
Pasal 19
(1) Badan Penanggulangan Bencana Daerrah terdiri atas unsur:
a. Pengarah penanggulangan bencana;dan
b. Pelaksaan penanggulangan bencana.
(2) Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui koordinasi dengan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana.
Pasal 20
Badan Penangguangan Bencana Daerah mempunyai fungsi:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsii dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan
efisien;serta
b. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyuluruh.
Pasal 21
Badan Penanggulangan Bencana mempunyai tugas:
a. Menetapkan pelaksanaan dan pengarahan sesuai dengan kebijakan
pemerintah daeran dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan
bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil
dan setara
b. Menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan udang-undang.
c. Menyusun,menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana
d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana
e. Melaksanakan penyelengaran penanggulangan bencana pada
wilayahnya.
f. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala
daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam
kondisi darurat bencana;
g. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang
h. Mempertanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan
i. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan undang-undang.
Pasal 22
(1) Unsur pengarah penanggulangan bencana daerah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19 ayat (1) huruf a mempunyai fungsi :
a. Menyusun konsep pelaksana kebijakan penanggulangan bencana
daerah
b. Memantau;dan
c. Mengevaluasi dalam pemyelenggaraan penanggulangan bencana
daerah.
(2) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas :
a. Pejabat pemerintah daerah terkait;dan
b. Anggota masyarakat profesional dan ahli;
(3) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dipilih melalui uji kepatuhan yang dilakukan oleh DPRD.
Pasal 23
(1) Pembentukan unsur pelaksana penanggulangan bencana daerah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf b merupakan
kewenangan pemerintah daerah.
(2) Unsur pelaksana penanggulangan bencana daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempunyai fungsi :
a. Koordinasi
b. Kemando;dan
c. Pelaksana dalam penyelenggara penanggulangan bencana pada
wilayahnya.
(3) Keanggotaan unsur pelasana penanggulangan bencana daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tenaga profesional ahli.
Pasal 24
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2),
unsur pelaksana penanggulangan bencana daerah mempunyai tugas secara
terintegrasi yang meliputi :
a. Prabencana
b. Saat tanggap darurat;dan
c. Pascabencana
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan fungsi, tugas, struktur
organisasi, dan tata kerja Badan Penanggulangan bencana Daerah diatur dengen
Peraturan Daerah.
2.7 Informasi Bencana
2. Sumber Informasi
a. Masyarakat
b. Sarana pelayanan kesehatan
c. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
d. Lintas sektor
a. Telepon
b. Faksimili
c. Telepon seluler
d. Internet
e. Radio komunikasi
f. Telepon satelit
2. Sumber Informasi
Informasi dikumpulkan oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat yang bersumber dari:
a. Masyarakat
b. Sarana pelayanan kesehatan
c. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
d. Lintas sektor
a. Telepon
b. Faksimili
c. Telepon seluler
d. Internet dan Radio komunikasi
a. Tanggal/bulan/tahun kejadian.
b. Jenis bencana.
c. Lokasi bencana.
d. Waktu kejadian bencana.
e. Jumlah korban keadaan terakhir terdiri dari meninggal, hilang, luka berat,
luka ringan, pengungsi (dibagi dalam bayi, balita, bumil, buteki, lansia) dan
jumlah korban yang dirujuk.
f. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
g. Bantuan segera yang diperlukan.
h. Rencana tindak lanjut.
i. Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor serta diketahui oleh
Kepala Dinas Kesehatan.
2. Sumber informasi
a. Telepon
b. Faksimili
c. Telepon seluler
d. Internet
e. Radio komunikasi
f. Telepon satelit
a. Tingkat Puskesmas
Menyampaikan informasi pra bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Menyampaikan informasi rujukan ke Rumah Sakit
Kabupaten/Kota bila diperlukan.
Menyampaikan informasi perkembangan bencana ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
b. Tingkat Kabupaten/Kota
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyam-paikan informasi
awal bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penilaian
kebutuhan pelayanan di lokasi bencana Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menyam-paikan laporan hasil penilaian
kebutuhan pelayanan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan memberi
respon ke Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyam-paikan informasi
perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Rumah Sakit Kabupaten/Kota menyampaikan informasi rujukan
dan perkembangannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Rumah Sakit Provinsi bila diperlukan.
c. Tingkat Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan informasi awal
kejadian dan perkembangannya ke Departemen Kesehatan
melalui Pusat Penang-gulangan Krisis. Dinas Kesehatan Provinsi
melakukan kajian terhadap laporan hasil penilaian kebutuhan
pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan laporan hasil kajian ke
Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dan
memberi respons ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Rumah Sakit Provinsi.
Rumah Sakit Provinsi menyampaikan informasi rujukan dan
perkembangannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Rumah Sakit
Rujukan Nasional bila diperlukan.
d. Tingkat Pusat
Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan
menyampaikan informasi awal kejadian, hasil kajian penilaian
kebutuhan pelayanan dan perkembangannya ke Sekretaris
Jenderal Departemen Kesehatan, Pejabat Eselon I dan Eselon II
terkait serta tembusan ke Menteri Kesehatan.
Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan melakukan
kajian terhadap laporan hasil penilaian kebutuhan pelayanan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional menyampaikan informasi
rujukan dan perkem-bangannya ke Pusat Penanggulangan Krisis
Departemen Kesehatan bila diperlukan.
Pusat Penanggulangan Krisis beserta unit terkait di lingkungan
Departemen Kesehatan merespons kebutuhan pelayanan
kesehatan yang diperlukan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bom adalah alat yang menghasilkan ledakan yang mengeluarkan energi secara
besar dalam rentang waktu singkat. Bill of Material (BOM) adalah definisi produk akhir
yang terdiri dari daftar item, bahan, atau material yang dibutuhkan untuk merakit,
mencampur atau memproduksi produk akhir. Ada beberapa penanganan pertama
untuk pasien ledakan bom dengan melakukan evakuasi dan melakukan triase agar dapat
melakukan penanganan lebih lanjut. Dalam setiap bencana yang terjadi tidak akan
terlepas dari peran BNPB dalam Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan
efisien; dan Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
1. BNPB. 2012. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. BNPB