OTITIS MEDIA
MAKALAH
oleh
Kelompok 10
oleh
Yuke Dwi Puspita S. 142310101024
Handita Diani Ratri 142310101073
M. Alfian Adyatma 142310101132
Dinar Izzati Silvia Putri I. 142310101142
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
merupakan tugas dari mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IVB, dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Otitis Media Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:
1. Ns. Ratna Sari Hardiani, M.Kep selaku dosen pembimbing;
2. Rekan-rekan satu kelompok yang sudah bekerjasama dan berusaha
semaksimal mungkin sehingga makalah ini dapat terealisasi dengan baik;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Definisi...............................................................................................................3
2.2 Epidemiologi......................................................................................................4
2.3 Etiologi...............................................................................................................5
2.4 Klasifikasi .........................................................................................................8
2.5 Patofisiologi.......................................................................................................9
2.6 Manifestasi Klinik .............................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................10
2.8 Penatalaksanaan...............................................................................................11
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................12
3.1 Pengkajian........................................................................................................12
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................19
3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................21
3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................................29
3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................................32
BAB 4 PATHWAY...............................................................................................33
BAB 5 APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KASUS...............34
5.1 Pengkajian .......................................................................................................34
5.2 Diagnosa.................................................................................................. 36
5.3 Intervensi.................................................................................................. 36
5.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan................................................ 38
BAB 6. PENUTUP....................................................................................... 42
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
6.2 Saran........................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 43
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
Masa anak-anak adalah masa yang paling penting dalam kehidupan seorang
manusia. Pada masa tersebut seorang anak akan mulai belajar untuk memahami
dunianya. Proses belajar yang terjadi pada masa anak-anak bertujuan untuk
mempersiapkan anak menghadapi masa depannya.
Proses belajar yang terjadi pada masa anak-anak dapat berjalan dengan baik
apabila seluruh sistem yang berada dalam dirinya dalam keadaan yang normal.
Adanya gangguan pada salah satu sistem akan memberikan dapak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Gangguan pada sistem sensori dapat
menyebabkan seorang anak kesulitan untuk meangkap informasi yang diberikan.
Otitis media adalah infeksi pada telinga tengah yang disebabkan oleh
masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah yang normalnya steril ketika
terdapat disfungsi tuba eustanachius. Organisme penyebab otitis media adalah
Streptoccocus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
Cara masuk bakteri adalah melalui tuba eustanachius dan sekersi yang
terkontaminasi dalam nasofaring.
Otitis media adalah suatu penyakit yang dapat terjadi pada anak-anak dan
dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada anak. Gangguan pendengaran
yang terjadi pada anak akan menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan
dan perkembangan anak tersebut. Anak yang mengalami otitis media akan
kesulitan untuk menerima informasi verbal yang diberikan kepada dirinya.
Anak denagan otitis media juga dapat mengalami gangguan citra tubuh yang
disebabkan oleh adanaya perubahan fisiologis tubuh. Gangguan pendengaran dan
keluarnya cairan dari telinga dapat menyebabkan anak merasa bahwa dirinya
berbeda dan tidak normal. Apabila gangguan persepsi diri yang dialami oleh anak
tidak diatasi maka kemungkinan anak juga akan mengalami gangguan interaksi
sosial karena ia merasa malu terhadap dirinya sendiri.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari otitis media?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi dari otitis media?
1.2.3 Apa saja etiologi dari otitis media?
1.2.4 Bagaimana klasifikasi dari otitis media?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari otitis media?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi dari otitis media?
1.2.7 Apa saja komplikasi pada otitis media?
1.2.8 Apa saja penatalaksanaan dari otitis media?
1.2.9 Bagaimana pemilihan obat terhadap pasien otitis media?
1.2.10 Bagaimana pathway dari otitis media?
1.2.11 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan otitis media?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari otitis media
1.3.2 Untuk mengetahui epidemiologi otitis media
1.3.3 Untuk mengetahui etiologi otitis media
1.3.4 Untuk mengetahui klasifikasi dari otitis media
1.3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari otitis media
1.3.6 Untuk mengetahui patofisiologi dari otitis media
1.3.7 Untuk mengetahui komplikasi dari otitis media
1.3.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari otitis media
1.3.9 Untuk mengetahui pemilihan obat terhadap pasien dengan otitis media
1.3.10 Untuk mengetahui pathway dari otitis media
1.3.11 Untuk mengetahui asuhan keperawatanpada klien dengan otitis media
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.Otitis media
berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis.
2
Gambar 2.1 Anatomi Telinga
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan
tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau
sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam,
gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran
timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah.
Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan
3
membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada
membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore.
2.2 Epidemiologi
Kejadian otitis media terdapat pada semua bangsa yang ada diseluruh dunia
baik itu negara berkembang maupun negara maju dengan angka kejadian yang
bervariasi. Di negara-negara berkembang angka kejadian jauh lebih tinggi, hal
tersebut disebabkan karena beberapa hal misalnya: higiene yang kurang, faktor
sosio-ekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk serta masih ada pengertian
masyarakat yang salah terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat
sampai tuntas. Di Amerika Serikat, otitis media terdiagnosis lebih dari 5 juta kali
setiap tahunnya, dan merupakan alasan paling banyak dituliskannya resep
antibiotik untuk anak-anak. Di Australia, tiap tahunnya sebesar 3-5% anak
meninggal akibat komplikasi otitis media dan 15 anak menderita kehilangan
4
pendengaran permanen akibat otitis media. Di Indonesia sendiri angka kejadian
otitis media sebesar 3,9-6,9%
2.3 Etiologi
Penyebab tersering pada kasus OMA adalah oleh bakteri piogenik. Menurut
penelitian, sebesar 65-75% kasus OMA dapat ditentukan melalui jenis bakteri
piogeniknya melalui bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah.
Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan
mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering
adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae
(25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai
patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A beta-
hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif. Staphylococcus
aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus
yang menjalani rawat inap di rumah sakit.
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau
bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai
pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau
adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira sebesar 10-15% dijumpai parainfluenza
Otitis media
supuratifburuk
virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak akut terhadap
Otitis media
fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi
supuratif
Otitis mediamekanisme
bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu
kronik
farmakokinetiknya.
2.4 Klasifikasi
Otitis media
serosa akut
Otitis Media Otitis media
non- supuratif
Otitis media
serosa kronik
Otitis Media
Spesisfik
5
Otitis Media
Adhesiva
Bagan 2.1 Klasifikasi Otitis Media
Otitis media supuratif akut adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
inflamasi pada telinga tengah yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri
tersebut kemudian membentuk nanah pada telinga tengah. Otitis media supuratif
akut ditandai dengan ditunjukkannya tanda dan gejala inflamasi akut selama tiga
minggu pertama.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah inflamasi kronik pada telinga
tengah dan rongga mastiod. Gambaran klinis OMSK adalalah meliputi otorea
melalui perforasi membran timpani diikuti dengan gangguan pendengaran secara
konduktif. Otorea yang dialami pasien berlangsung lebih dari dua bulan, terus
menerus atau hilang timbul. Sekret yang keluar mungkin encer atay kental,
bening, atau berupa nanah. Diperlukan waktu lebih dari dua minggu sampai
6
dengan dua bulan untuk mengetahui apakah otorea yang timbul adalah tanda dari
OMSK.
Otitis media non supuratif sering disebut juga sebagai otitis media serosa,
otitis media dengan efusi, dan otitis media sekretorik. Otitis media non supuratif
adalah inflamasi pada telinga tengah dengan adanya trensutat berwarna kuning
jernih. Sekret pada otitis media non supuratif memiliki karakteristik lengket
seperti lem dan encer. Pada penyakit otitis media non supuratid, membran timpani
tampak utuh tanpa tanda-tanda inflamsi dan dan membran timpani utuh tanpa
tanda-tanda infeksi.
Otitis media non supuratif akut adalah keadaan dimana terdapat sekret
ditelinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba
eustachius. Perbedaan otitis media non supuratif akut dengan kronis terdapat pada
cara terbentuknya sekret. Pada otitis media non supuratif akut, sekret terjadi
secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga,
sedangkan pada otitis media non supuratif kronis, sekret terbentuk secara bertahap
tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Otitis media non supuratif akut terbagi kedalam berbagai stadium klinis
sebagai berikut:
7
d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di
telinga tambah hebat.
4. Stadium perforasi
a. Membran timpani ruptur.
b. Keluar nanah dari telinga tengah.
c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
5. Stadium resolusi
a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan
normal kembali.
b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.
c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan
daya tahan tubuh baik.
Selain otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, terdapat jenis
otitis media lain yaitu otitis media spesifik. Otitis media tuberkulosa dan otitis
media sifilitik termasuk kedalam jenis otitis media spesifik. Otitis media
tuberkulosa adalah peradangan pada telinga yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis. Jenis otitis media yang lain adalah otitis media
adhesiva yang merupakan sebuah keadaan dimana terjadinya jaringan fibrosis di
telinga tengah sebagai akibat prose inflamasi yang sudah terjadi dalam durasi
waktu yang lama. Otitis media adhesiva dapat terjadi karena komplikasi dari otitis
media supuratif dan otitis media non supuratif yang menyebabkan rusaknya
mukosa telinga tengah.
2.5 Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang
tenggorokan / pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius.
Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran
tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel darah putih akan melawan sel-sel bakteri dengan mengorbankan diri
mereka sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan
8
jaringan sekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika
lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak
tersebut, akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
9
2. Timpanogram, berfungsi untuk mengukur keseuaian dan kekakuan
membrane timpani.
3. Kultur dan uji sensitifitas, dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
4. Otoskopi pneumatik. Pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat
gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil. Untuk menilai
respon endang telinga terhadap perubahan tekanan udara.
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian Antibiotik
Tujuan: melumpuhkan bakteri atau menghilangkan bakteri
Efek samping: jika tidak teratut akan menyebabkan resistensi bakteri
Indikasi: lebih banyak diberikan pada penderita peradangan yang
disebabkan oleh bakteri.
Kontra indikasi: berbahaya diberikan pada penderita bronchitis, asma,
dan aritmia
2. Pemberian Obat Analgesik
Tujuan: untuk menghilangkan nyeri
Efek samping: umumnya asam mefenamat dapat diberikan dengan
baik pada dosis yang dianjurkan, pada beberaa kasus pernah
dilaporkan pernah terjadi rasa mual dan muntah, diare ,pada
penggunaan jangka panjang yang terus menerus dengan dosis 2000 mg
Indikasi: untuk menghilangkan segala macam rasa nyeri.
10
Kontra indikasi: pada penderita tukak lambung, asma, gagal ginjal, dan
hipertensi.
3. Dekongestan
Obat dekongestan yang dapat digunakan antara lain pseudoefedrin,
efedrin, oxymetazolin, fenilpropanolamin, dan xylometazolin. Patogen
yang masuk kedalam telinga dapat menyebabkan pembuluh darah melebar.
Melebarnya pembuluh darah diiringi dengan produksi cairan dan lendir.
Akumulasi lendir pada telinga menyebabkan timbulnya gangguan
pendnegaran. Dekongestan membantu mengurangi pembengkakan dan
mempersempit kembali pembuluh-pembuluh darah yang melebar.
4. Antihistamin
Jenis antihistamin yang dapat digunakan misalnya Loratadin, terfenidin,
klofeniramin, dan dipenhidramin.
5. Kortikosteroid
Jenis kortikosteroid budesonid, metil prednisolon, dexametason, dan
prednison.
11
Lingkungan yang tenang akan membawa dampak positif kepada pasien
yang memerlukan waktu untuk beristirahat serta mengurangi kebisingan
pada telinga pasien.
4 Instruksikan kepada keluarga tentang komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif dibutuhkan agar pasien berkomunikasi selama
masa penyembuhan atau dalam proses sedang sakit, penyampaian
informasi secara verbal kepada pasien dilakukan dengan volume yang
tepat serta dengan gerak bibir yang jelas sehingga informasi dapat
tersampaikan kepada pasien.
5 Memberikan informasi yang terkait dengan penyakit otitis media
Informasi terkait otitis media diperlukan oleh keluarga maupun pasien
untuk lebih memahami penyakit otitis media sehingga pasien dapat
mendapatkan penagannan tepat serta keluarga dapat lebih memahami
penyakit otitis media.
12
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau
bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan, status, dan tempat tinggal.
2. Keluhan Utama
Pasien mengalami nyeri pada telinga tengah, gangguan pendengaran yang
bersifat sementara, mual, muntah, diare, demam sampai 390C , gelisah,
susah tidur, kejang, keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu
berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah, keluhan nyeri
telinga (otalgia), pusing, vertigo, gatal pada telinga, perasaan penuh pada
telinga, dan anoreksia.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengalami batuk dan pilek berulang selama beberapa
waktu. Kemudian 2 hari terakhir ini keluar cairan bening dari
telinga kiri dengan konsistensi kenyal, tidak bau, dan disertai nyeri
telinga. Pasien tidak mengalami demam dan pusing
b. Riwayat penyakit dahulu
Penderita otitis media memiliki riwayat kesehatan meliputi adanya
masalah dengan telinga, infeksi, otalgia, otorea, kehilangan
pendengaran. Obat yang pernah di konsumsi oleh klien dan adanya
alergi obat.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya terdapat anggota keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit telinga
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
13
Inspeksi adanya: lesi, edema, otirea, karakteristik cairan pada
telinga (bau, warna, tekstur), dengan menggunakan otoskop
inspeksi keadaan tuba eustanachius apakah terjadi pembengkakan
atau tidak, inspeksi warna, reflek cahaya, perforasi dan tipe serta
gerakan pada membran timpani. Membran timpani normal
berwarna putih seperti mutiara dengan reflek cahaya kerucut.
b. Auskultasi
Terdengar bunyi letupan sewaktu pasien menguap atau menelan,
suara pasien bergema, terdengar tinitus.
c. Perkusi
-
d. Palpasi
Palpasi tekstur telinga apakah ada nyeri dan pembengkakan atau
tidak.
5. Pemeriksaan penunjuang
a. Lakukan tes pendengaran (Rinne, Weber, Scwabach test) untuk
mengetahui derajat pendengaran pasien.
b. Dengan menggunakan otoskop lakukan auskultasi pada bagian
telinga luar.
c. Kesesuaian dan kekakuan membran timpani dapat diukur dengan
menggunakan timpanogram.
d. Timpanosentris dapat dilakukan untuk kultur dan uji sensitifitas.
6. Pola pengkajian gordon
a. Persepsi kesehatan/penanganan
Persepsi klien tentang status kesehatan umum. Ketaatan pada
praktik kesehatan preventif. Apabila pasien sakit, pasien segera
berobat ke rumah sakit/puskesmas.
b. Nutrisi-metabolik
Pola masukan makanan dan cairan, keseimbangan cairan dan
elektrolit, kemampuan umum untuk penyembuhan. Intake makanan
pasien sebelum sakit bisa menghabiskan satu porsi makan, tetapi
selama sakit intake makanan pasien berkurang begitu juga dengan
intake cairan. Pola nutrisi pada pasien otitis media mengalami
gangguan karena kelemahan yang disebabkan oleh adanya proses
metabolisme sekunder yang terjadi karena adanya patogen.
c. Eliminasi
14
Pola fungsi pembuangan (usus, kandung kemih, kulit) dan persepsi
klien.
d. Aktivitas/latihan
Pola latihan, aktivitas, bersenang-senang, rekreasi, dan kegiatan
sehari-hari, faktor-faktor yang mempengaruhi pola-pola individu
yang diharapkan atau diinginkan. Pola aktivitas pada pasien otitis
media akan mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri yang
timbul.
e. Kognitif-perseptual
Keadekuatan alat sensori, seperti penglihatan, pendengaran,
pengecapan, sentuhan, penghidu, persepsi nyeri, kemampuan
fungsional kognitif. Kelainan pada pola kognitif dan perseptual
bisa mempengaruhi konsep diri pasien dan akhirnya dapat
mempengaruhi jumlah stressor yang dialami pasien dan
kemungkinan dapat terjadi serangan asma berulang yang semakin
tinggi. Pola kognitif-perseptual pada pasien otitis media mengalami
gangguan karena terjadinya perubahan fisiologis.
f. Istirahat-tidur
Pola tidur dan periode istirahat-relaksasi selama 24 jam sehari, dan
juga kualitas dan kuantitas. Nyeri yang dialami pasien otitis media
dapat menyebabkan terganggunya pola istirahat dan tidur.
g. Persepsi diri/konsep diri
Sikap individu mengenai dirinya, persepsi terhadap kemampuan,
citra tubuh, perasaan senang dan pola emosi. Keluarnya sekret dari
telinga menyebabkan pasien memiliki citra tubuh yang buruk.
h. Peran-hubungan
Persepsi pasien tentang peran yang utama dan tanggungjawab
dalam situasi kehidupan sekarang.
i. Seksualitas/reproduksi
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan klien dengan
seksualitas. Tahap dan pola reproduksi.
j. Koping/toleransi
Pola koping yang umum, toleransi stres, sistem pendukung, dan
kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan menangani
situasi.
k. Nilai-keyakinan
15
Nilai-nilai, tujuan, atau keyakinan yang mengarahkan pilihan atau
keputusan.
7. Analisa masalah
16
mendengar apapun
DO:
1. Hasil tes pendengaran
positif
DS: Gangguan citra tubuh perubahan pada
1. Pasien telinga terasa penampilan tubuh (sekret
penuh berbau)
DO:
2. Bau cairan yang keluar
DS: Resiko ketegangan penyakit kronis
1. Keluarga mengatakan peran pemberi asuhan
khawatir dengan
keadaan pasein
DO:
1. Keluarga tampak gelisah
DS: Resiko cidera perubahan fungsi fisiologis
1. Pasien mengatakan
sering pusing
DO:
1. Ketika diminta untuk
berdiri pasien
kehilangan
keseimbangzn
DS: Isolasi sosial perubahan penampilan fisik
1. Pasien mengatakan
malu dengan teman-
temannya
DO:
1. Pasien tampak murung,
tidak ceria
DS: Anxietas perubahan fisiologis tubuh
1. Pasien mengatakan
sering mimpi buruk
DO:
1. Pasien tampak cemas
17
1. Keluarga mengatakan tentang pengobatan dan
khawatir dengan tidak lanjut terapi
keadaan pasien
2. Keluarga mengatakan
tidak memahami kondisi
pasien
DO:
1. Keluarga tampak gelisah
18
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan 4x24 jam, nyeri akut 1. Berikan analgesic seperti 1. Analgesic mnegubah atau
berhubungan dapat diatasi, dengan kriteria hasil: acetaminophen. Penggunaan mengurangi respon
dengan proses analgesic obat tetes telinga terhadap nyeri
1. Melaporkan nyeri berkurang 2. Tidur dengan bantal ditinggikan 2. Ketinggian menurunkan
inflamasi dan 2. Peningkatan rasa kenyamanan
akan berpengaruh pada telinga tekanan dari cairan
tekanan pada
3. Kompres hangat 3. Panas meningkatkan
1
membran timpani 4. Kunyah permen karet atau
suplai darah dan
meniup balon untuk mengurangi
mengurangi
tekanan di telinga
ketidaknyamanan
4. Upaya untuk membuka
tuba eustachius
2 Infeksi akut Setelah dilakukan perawatan 5x24 jam, infeksi 1. Dorong ibu menyusui anaknya 1. ASI memberikan
2. Instruksikan orang tua untuk
berhubungan dapat diatasi dengan kriteria hasil: kekebalan alami terhadap
memberikan antibiotic sesuai
dengan adanya agen infeksius
1. TTV normal. Nadi 90-150x/menit, TD 80- arahan yang telah diberikan
patogen 2. Pemberian antibiotic
100/58-71 mmHg, suhu 36,6C, 37,2 C, RR 3. Hubungi orang tua 2-3 haru
yang diresepkan
24-40x/menit setelah pemeriksaan awal
19
2. Gejala yang timbul telah menghilang 4. Periksa telinga 3-4 hari setelah meminimalkan
3. Membrane timpani tidak menunjukkan selesai pemberian pengobatan kesempatan untuk
tanda-tanda infeksi antibiotic dan jika gejala pertumbuhan pathogen
memburuk padaanak dengan 3. Jika gejala tidak
pengobatan simtomatik membaik dalam 36 jam
pengobatan harus
dievaluasi
4. Check-up menentukan
apakah pengobatan
efektif
3 Gangguan Setelah dilakukan perawatan 5x24 jam, terjadi 1. Kaji kontak mata pasien daat 1. Menilai apakah pasien
persepsi sensori penurunan/hilangnya gangguan persepsi sensori berbicara mampu meneria
2. Nilai ketajaman pendengaran
berhubungan dengan kriteria hasil: informasi
pasien 2. Menilai tingkat
dengan
1. Peningkatan kemampuan 3. Menggunakan bahasa non-
ketajaman sensori pasien
perubahan
mendengar verbal
sebagai dasaar untuk
ketajaman sensori 4. Menyarankan pasien /
intervensi selanjutnya
keluarga untuk mematuhi program
3. Memfasilitasi pasien
pengobatan
untuk tetap
20
mendapatkan informasi
4. Langkah untuk
membuat kembalinya
fungsi pendengaran
pasien secara adekuat
Resiko gangguan Setelah dilakukan perawatan 5x24 jam, pasien 1. Nilai 1.
pertumbuhan dan tidak mengalami gangguan pertumbuhan dengan kemampuan mendengar secara Pemantauan untuk
perkembangan kriteria hasil: kontinu mendeteksi adanya
2. Nilai
berhubungan gangguan pendengaran
1. Peningkatan status perkembangan motorik dan
dengan hilangnya lebih awal
4 kesehatan dan peningkatan kemampuan bahasa pada setiap kujungan 2.
kemampuan
mendengar Deteksi adanya gangguan
mendengar 2. Pasien memiliki motorik
tumbuh kembang dapat
normal dan menunjukkan perkembangan
menjadi dasar untuk
bahasa sesuai dengan kelompok usianya
menentukan intervensi
selanjutnya
5 Gangguan citra Setelah dilakukan perawatan 4x24 jam, gangguan 1. Kaji secara verbal dan nonverbal 1. Mengartikan ekspresi
tubuh citra tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil: klien terhadap tubuhnya verbal dan nonverbal
2. Jelaskan tentang pengobatan,
berhubungan klien
1. Tidak beranggapan negatif terhadap diri perawatan, kemajuan dan 2. Mengerti pengobatan,
dengan
sendiri prognosis penyakit perawatan, kemajuan
21
perubahan pada 2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal 3. Dorong klien mengungkapkan dan prognosis penyakit
3. Mempertahankan interaksi social 3. Klien dapat
penampilan tubuh perasaannya
4. Fasilitasi kontak dengan individu mengungkapkan apa
(sekret berbau)
lain dalam kelompok kecil yang dirasakan
4. Individu dapat
berinteraksi dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
6 Resiko Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, orang tua 1. Tentukan kemampuan orang tua 1. Banyak orang
ketegangan peran dapat melaksanakan perawatan kepada pasien untuk mengelola kondisi pasien. tua dapat melakukan
pemberi asuhan dengan stres minimal, dengan kriteria hasil: Menyediakan informasi dan perawatan di rumah.
berhubungan memberikan umpan balik Pengetahuan tentang
1. Orang tua mengungkapkan keyakinan 2. Dorong orang tua untuk membantu
dengan penyakit kondisi pasien membantu
untuk melakukan perawatan kepada pasien perawatan
kronis 2. Orang tua menyatakan bahwa stres orang tua untuk membuat
3. Dengarkan dengan hati-hati
berkurang keputusan dan untuk
ekspresi orang tua terhadap
melakukan perawatan
frustasi, kelelahan dan coba untuk
fecara efektif
memahami perasaan orang tua
2. Partisipasi
aktif dapat meningkatkan
kepercayaan diri orang
22
tua untuk melaukan
perawatan
3. Reaksi empati
dapat mendorong orang
tua untuk berkomunikasi
kepada tenaga kesehatan
Resiko cidera Setelah dilakukan perawatan 5x24 jam, tidak 1. Kaji ulang adanya faktor-faktor 1. Untuk mengetahui
berhubungan muncul resiko cidera dengan kriteria hasil: resiko jatuh pada pasien faktor-faktor resiko jatuh
2. Lakukan modifikasi lingkungan
dengan pada pasien
1. untuk mengurangi resiko cidera 2. Modifikasi
perubahan fungsi
Tidak jatuh 3. Ajarkan keluarga tentang upaya
lingkungan dapat
fisiologis 2. pencegahan cidera
menurunkan resiko jatuh
Keluarga dapat mengidentifikasi bahaya 4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pada pasien
lingkungan yang dapat meningkatkan penatalaksanaan radang pada
7 3. Meningkatkan
kemungkinan cidera telinga
kemandirian pasien
3.
untuk mencegah cidera
Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya
4. Kolaborasi dengan
tertentu
dokter untuk
4.
memberikan terapi yang
Keluarga melaporkan penggunaan caya yang tepat
sesuai dengan penyakit
untuk melindungi pasien dari cidera
yan diderita pasien
23
Isolasi sosial Setelah dilakukan perawatan 4x24 jam, pasien 1. Fasilitasi dukungan kepada pasien 1. Pasien mendapatkan
berhubungan tidak mengalami isolasi sosial dengan kriteria oleh keluarga,teman dan dukungan dari keluarga,
dengan hasil: komunitas teman dan komunitas di
2. Dukung hubungan dengan orang
perubahan sekitarnya
1. Lingkungan keluarga mendukung lain yang mempunyai minat dan 2. Dukungan untuk
penampilan fisik
2. Partisipasi keluarga di waktu luang: tujuan yang sama berhubungan dengan
menggunakan aktivitas yang menarik, 3. Dukung pasien untuk mengubah
orang lain yang
menyenangkan, dan menenangkan lingkungannya seperti pergi jalan-
8 mempunyai minat yang
3. Meningkatkan hubungan efektif dalam jalan dan bioskop
sama
4. Membantu pasien
interaksi social dengan orang lain,kelompok 3. Pasien dapat
mengembangkan atau
atau oragnisasi menikmati
meningkatkan keterampilan sosial
lingkungannya
interpersonal 4. Mengembangkan atau
meningkatkan
keterampilan sosial
interpersonal
9 Anxietas Setelah dilakukan perawatan 4x24 jam, ansietas 1. Lakukan pendekatan yang 1. Pasien merasa tidak
berhubungan dapat teratasi dengan kriteria hasil: menyenangkan cemas karena keadaan
2. Dengarkan dengan penuh
dengan yang baru dialami
1.
perhatian 2. Memahami kondisi
perubahan
3. Identifikasi tingkat kecemasan
pasien
24
fisiologis tubuh TTV dalam rentang normal. Nadi 90-150x/menit, 4. Dorong keluarga untuk 3. Mengetahui tingkat
TD 80-100/58-71 mmHg, suhu 36,6C, 37,2 menciptakan suasanya yang kecemasan
4. Mengurangi tingkat
C, RR 24-40x/menit nyaman
2. 5. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
5. Mengurangi kecemasan
Pasien mampu mengidentifikasi dan kecemasan
pasien
mengungkapakan gejala cemas
3.
Mengidentifikasi, mengungkapakan dan
menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
4.
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
10 Kurang Setelah dilakukan perawatan 4x24 jam, keluarga 1. Berikan penilaian tentang tingkat 1. Agar dapat mengetahui
pengetahuan memiliki pengetahuan tentang pengobatan dan pengetahuan keluarga pasien tingkat pengetahuan
berhubungan tindak lanjut terapi dengan kriteria hasil: tentang penyakit otitis media pasien tentang penyakit
2. Gambarkan tanda gejala,
dengan otitis media
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman prognosis dan program 2. Pasien memahami tanda
kurangnya
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan pengobatanyang bisa muncul pada gejala, prognosis dan
informasi tentang
program pengobatan penyakit dengan cara yang tepat program pengobatan
pengobatan dan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan 3. Sediakan informasi pada pasien
yang bisa muncul pada
25
tidak lanjut terapi prosedur yang dijelaskan secara besar tentang kondisi dengan cara yang penyakit otitis media
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan 3. Pasien mendapatkan
tepat
kembali apa yang di jelaskan perawat/tim 4. Hindari jaminan kosong informasi yang tepat
kesehatan lainnya mengenai otitis media
4. Agar pasien tidak merasa
kecewa apabila
kemungkinan terburuk
terjadi
26
3.4. Implementasi Keperawatan
27
10.15-10.20 2. Menjelaskan tentang
pengobatan, perawatan,
kemajuan dan prognosis
penyakit
10.20-10.25 3. Mendorong klien
mengungkapkan perasaannya
10.15-10.20 4. Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil
6 14.00-14.20 1. Menentukan
kemampuan orang tua untuk
mengelola kondisi pasien.
Menyediakan informasi dan
14.00-14.20
memberikan umpan balik
Selasa/ 5 14.20-14.30 2. Mendorong orang
-04-2016
tua untuk membantu perawatan
3. Mendengarkan
dengan hati-hati ekspresi orang
tua terhadap frustasi, kelelahan
dan coba untuk memahami
perasaan orang tua
7 07.00-07.15 1. Mengkaji ulang adanya faktor-
faktor resiko jatuh pada pasien
07.15-07.30
2. Melakukan modifikasi
lingkungan untuk mengurangi
Rabu/ 6- 07.30-07.45
resiko cidera
04-2016 3. Mengajarkan keluarga tentang
09.00-09.20
upaya pencegahan cidera
4. Berkolaborasi dengan dokter
untuk penatalaksanaan radang
pada telinga
Rabu/ 6- 8 14.00-14.25 1. Memfasilitasi dukungan
04-2016 kepada pasien oleh
keluarga,teman dan
komunitas
14.00-14.25
2. Mendukung hubungan
28
dengan orang lain yang
mempunyai minat dan tujuan
yang sama
15.00-16.00 3. Mendukung pasien untuk
mengubah lingkungannya
seperti pergi jalan-jalan dan
15.00-16.00 pergi bioskop
4. Membantu pasien
mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan
sosial interpersonal
9 15.00-16.00 1. Melakukan pendekatan
yang menyenangkan
15.00-16.00 2. Mendengarkan dengan
penuh perhatian
15.30-15.40 3. Mengidentifikasi tingkat
Rabu/ 6-
kecemasan
04-2016 18.00-18.20
4. Mendorong keluarga untuk
menciptakan suasanya yang
18.20-18.25 nyaman
5. Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan
10 10.00-10.05 1. Memberikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakit otitis
10.05-10.10 2. Menggambarkan tanda
gejala,, prognosis dan
Kamis/ 7- program pengobatanyang
04-2016 bisa muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat
10.05-10.10 3. Menyediakan informasi pada
pasien tentang kondisi
dengan cara yang tepat
4. Menghindari jaminan kosong
10.05-10.10
2.5. Evaluasi
29
a. Tidak memperlihatkan tanda mengernyitkan wajah, mengeluh, atau
menangis
b. Meminum analgetik bila perlu
2. Tidak ada tanda atau gejala infeksi
a. TTV normal termasuk suhu
b. Tidak mengeluarkan cairan dari telinga
3. Tidak mengalami atau telah menyesuaikan terhadap perubahan sensori
4. Tidak mengalami gangguan pertumbuhan
5. Memiliki citra tubuh positif
6. Orang tua dapat melakukan perawatan secara mandiri kepada anak
dengan otitis media
7. Tidak mengalami cedera
8. Pasien dapat bersosialisasi
9. Pasien tidak merasa cemas
10. Memahami alasan dan metode perawatan dan tindakan
30
BAB 4. PATHWAY
Nyeri akut
Akumulasi cairan
Ansietas mukosa serosa
Resiko cidera
Hilangnya
kemampuan
mendengar Resiko Gangguan
Pertumbuhan dan
Perkembangan
31
BAB 5. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KASUS
Kasus
An. Y berusia 10 tahun masuk Rumah Sakit untuk perawatan THT dengan
keluhan keluar cairan putih dari telinga kanan yang disertai dengan demam dan
nyeri telinga. Orang tua pasien mengatakan anaknya memiliki riwayat pernah
tenggelam di sungai, sering batuk dan pilek yang berulang dan dua hari terakhir
tiba-tiba keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal dan tidak
bau, berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan nyero pada pergerakan
aurikula, terdapat edema dan serumen kental pada MAE serta terdapat perforasi
pada membrane timpani telinga kanan, tes rinne(-), tes weber: lateralisasi
kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi
rendah, TTV: 120/89mmHg, N: 110x/menit, P: 20x/menit, S:390C. Keluarga
pasien mengatakan harus berbicara dengan nada tinggi pada klien, karena klien
kadang tidak nyambung bila di ajak berbicara dengan suara yang rendah
5.1. Pengkajian
5.1.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami nyeri pada telinga, keluar cairan putih dari telinga
kanan dan cairan putih kenyal dari telinga kiri dan tidak berbau, demam,
komunikasi pasien tidak efektif.
5.1.2 Riwayat Kesehatan Terdahulu
a. Penyakit yang pernah dialami
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien pernah mengalami batuk
pilek.
b. Alergi (obat, makanan, dll)
Pasien tidak memiliki alergi.
c. Imunisasi
Tidak terjkaji
d. Kebiasaan
Tidak terkaji
e. Obat-obat yang digunakan
Pasien tidak menggunakan obat-obatan
5.1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemas
b. GCS : 12 (E2 / V4 / M6)
32
c. TTV :
N = 110 kali/menit
CRT =<2s
TD = 120/80 mmHg
P = 20 kali/menit
S = 39oC
d. Pemeriksaan fisik head to to
1. Kepala
I = Bentuk simetris, tidak terlihat adanya hematome di bagian
kepala
P = Ada respon nyeri dari pasien
2. Mata
I = palpebra tidak edema, sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak
anemis, pupil isokor, posisi mata simetris dan penglihatan
tidak kabur
P = tidak ada respon nyeri dari pasien
6. Telinga
I = keluar cairan putih dari telinga kanan dan kiri (kenyal dan tidak
bau)
P = ada respon nyeri dari pasien
7. Hidung
I = posisi hidung normal, simetris, mengeluarkan darah
P = ada respon nyeri dari pasien
8. Mulut
I = posisi mulut normal, simetris, mengeluarkan darah
P = ada respon nyeri dari pasien
9. Leher
I =leher tampak normal
P =tidak teraba kelenjar tiroid, kelenjar limfe tidak membesar,tidak
terdapat nyeri tekan
10. Dada
I = tidak terdapat jejas, pasien tidak mengalami sesak nafas
P = tidak ada respon nyeri dari pasien
A = bunyi paru timpani
P = sonor (paru), peka (jantung)
11. Abdomen
I = Tidak ada pembengkakan, tidak ada jejas
P = tidak terdapat nyeri tekanan abdomen dan sekitarnya, tidak
terjadi
hepatomegali, hepar dan lien tidak teraba
A = bising usus 9 x/menit
P = Timpani
12. Urogenital
33
I =tidak terdapat jejas, tidak terpasang alat bantu perkemihan
P = tidak ada respon nyeri
13. Ekstermitas
I = ekstremitas normal
P = tidak ada respon nyeri dari pasien
14. Kuku dan Kulit
I =tidak terdapat sianosis dan kuku pendek bersih
P = turgor kulit baik
- pasien merasakan
nyeri pada telinga
- keluar cairan putih Nyeri telinga
dari telinga kanan
dan kiri (konsistensi
kenyal dan tidak proses inflamasi
berbau) dan tekanan pada
DO: membran
- Nyeri akibat timpani;
pergerakan Airikula
- Terdapat edema
- Terdapat serumen Telinga
kental pada MAE dan kemasukan air
perforasi pada yang mengandung
membrane timpani patogen
telinga kanan
- TD: 120/80 mmHg
- RR: 20x/Menit
Tenggelam di
- Nadi: 110x/menit
sungai
- Suhu: 390C
34
berbau) dan kiri
DO:
- Terdapat serumen
kental pada MAE dan Telinga
perforasi pada kemasukan air
membrane timpani yang mengandung
telinga kanan
patogen
- TD: 120/80 mmHg
- RR: 20x/Menit
- Nadi: 110x/menit
- Suhu: 390C Tenggelam di
sungai
- pasien merasakan
nyeri pada telinga
- keluar cairan putih metabolisme
dari telinga kanan sekunder
dan kiri (konsistensi
kenyal dan tidak
berbau) Telinga
- Keluarga mengatakan kemasukan air
pasien demam yang mengandung
patogen
- pasien merasakan
nyeri pada telinga
- keluar cairan putih
dari telinga kanan
dan kiri (konsistensi Tenggelam di
kenyal dan tidak sungai
berbau)
DO:
DS : Resiko gangguan
pertumbuhan Resiko
- Keluarga harus gangguan
perkembangan
berbicara dengan pertumbuhan
( pendengaran ) perkembangan
nada tinggi saat
(pendengaran)
berkomunikasi
tidak nyambung
35
- Keluarga bila di ajak
berbicara dengan
mengatakan Pasien
suara yang
kadang tidak rendah
nyambung bila di
ajak berbicara berbicara dengan
dengan suara yang nada tinggi saat
berkomunikasi
rendah
Tenggelam di
sungai
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan tekanan pada membran
timpani;
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada penampilan
tubuh (keluar sekret dari telinga)
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
hilangnya kemampuan mendengar
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperaw Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
atan
36
Nyeri akut Setelah 1. Berik 1. Analgesic
berhubung dilakukan an analgesic mnegubah
an dengan perawatan seperti atau
proses 4x24 jam, acetaminophen. mengurangi
inflamasi nyeri akut Penggunaan respon
dan dapat diatasi, analgesic obat terhadap nyeri
2. Ketinggian
tekanan dengan kriteria tetes telinga
2. Tidur dengan menurunkan
pada hasil:
bantal tekanan dari
membran
3. Melaporka ditinggikan akan cairan
1 timpani
n nyeri 3. Panas
berpengaruh
berkurang meningkatkan
pada telinga
4. Peningkat 3. Kompres hangat suplai darah dan
an rasa 4. Kunyah permen
mengurangi
kenyaman karet atau
ketidaknyamana
an meniup balon
n
untuk 4. Upaya untuk
mengurangi membuka tuba
tekanan di eustachius
telinga
2. Gangguan Setelah 1. Kaji secara verbal 1. Mengartikan
citra dilakukan dan nonverbal klien ekspresi verbal dan
tubuh perawatan terhadap tubuhnya nonverbal klien
2. Jelaskan tentang 2. Mengerti
berhubung 4x24 jam,
pengobatan, pengobatan,
an dengan gangguan citra
perawatan, perawatan,
perubahan tubuh dapat
kemajuan dan kemajuan dan
pada teratasi dengan
prognosis penyakit prognosis penyakit
penampila kriteria hasil:
3. Dorong klien 3. Klien dapat
n tubuh
1. T mengungkapkan mengungkapkan apa
(sekret
idak perasaannya yang dirasakan
berbau) 4. Fasilitasi kontak 4.Individu dapat
beranggapa dengan individu
berinteraksi dengan
n negatif lain dalam
37
terhadap kelompok kecil individu lain dalam
diri sendiri kelompok kecil
2. M
ampu
mengidentif
ikasi
kekuatan
personal
3. M
empertahan
kan
interaksi
social
3. Hipertermi Setelah 1. Monitor suhu 1. mengetahui suhu
berhubung dilakukan setiap 2 jam pasien secara
an dengan perawatan berkala
2. monitor TTV
proses 2x24 jam,
( nadi, tekanan 2.mengetahui
inflamasi pasien tidak
darah, RR) kondisi tanda-tanda
mengalami
vital pasien secara
hipertermi 3. kompres pasien
38
normal 4. agar panas dapat
2. Tidak ada
cepat keluar dari
perubahan
dalam tubuh
warna
kulit dan 5. menurunkan suhu
4. Resiko Setelah 1. 1.
gangguan dilakukan Nilai kemampuan Pemantauan untuk
pertumbu perawatan mendengar secara mendeteksi
han dan 5x24 jam, kontinu adanya
2.
perkemba pasien tidak gangguan
Nilai perkembangan
ngan mengalami pendengaran
motorik dan
berhubung gangguan lebih awal
bahasa pada 2.
an dengan pertumbuhan
setiap kujungan Deteksi adanya
hilangnya dengan kriteria
gangguan
kemampu hasil:
tumbuh
an
3. kembang dapat
mendenga
Peningkatan menjadi dasar
r
status untuk
kesehatan menentukan
dan intervensi
peningkat selanjutnya
an
kemampu
an
mendenga
r
4.
Pasien
memiliki
motorik
39
normal
dan
menunjuk
kan
perkemba
ngan
40
-04-2016
07.05-07.10
2. memonitor TTV ( nadi, tekanan
darah, RR)
07.10-07.15
3. kompres pasien pada lipat axial
dan lipatan paha
BAB 6. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
41
Otitis media adalah peradangan yang terjadi pada sebagian atau
seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid. Otitis media merupakan infeksi pada telinga yang disebabkan
masuknya pathogen ke dalam telinga. Hal ini dapat menyebabkan fungsi
telinga terganggu. Pasien akan mengalami gejala berupa tidak enak badan,
mual, muntal, nyeri pada telinga dan keluarnya cairan putih dari telinga.
Cairan yang keluar tersebut dapat berbau karena adanya pathogen dalam
telinga. Masalah kesehatan ini bnyak terjadi di negara-negara berkembang
angka kejadian jauh lebih tinggi, hal tersebut disebabkan karena beberapa hal
misalnya: higiene yang kurang, faktor sosio-ekonomi, gizi yang rendah,
kepadatan penduduk. Pengobatan yang dapat dilakuakn yaitu memberkan
analgesic, antiobti, decongestas, antihistamin dan kortikosteroid.
6.2. Saran
Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan pengkajian yang didapatkan pada pasien, karena pada pasien otitis
media secara garis besar tanda-gejala yang sama. Namun setiap pasien
memiliki ke khasan masing-masing yang berbeda dengan pasien lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
42
2013. Diambil dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/download/3860/337
5, diakses pada 24 April 2016 pukul 10.00 WIB
Anonim dalam Nursing Care Plan: The Child with Otitis Media. Diambil dari
http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/354/362846/Child%20-
%20Otitis%20Media.pdf , pada 6 Maret 2016 pukul 22.10 WIB
Ganfyd dalam Acute Suppurative Otitis Media. Diambil dari
http://www.ganfyd.org/index.php?title=Acute_suppurative_otitis_media,
diakses pada 24 April 24 April 2016 pukul 11.05 WIB
Hardhi Kusuma dan Amin Huda. 2014. Handbook for Health Student. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
International Child Health Review Colaboration dalam Otitis Media Supuratif
Kronik. Diambil dari http://www.ichrc.org/692-otitis-media-supuratif-
kronik-omsk, diakses pada 24 April 2016 pukul 10.40 WIB
John D. Donaldson et al dalam Acute Otitis Media. Diambil dari
http://emedicine.medscape.com/article/859316-overview, diakses pada 24
April 2016 pukul 11.00 WIB
Merlin Jovany dalam Rencana Asuhan Keperawatan. Diambil dari
https://www.academia.edu/9760137/RENCANA_ASUHAN_KEPERAWAT
AN , pada 19 April 2016 pukul 13.25 WIB
Nurarif, Amin H.dkk.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc.Jogjakarta:Mediaction
Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson.2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, Edisi 6 Volume 2 Terjrmahan Bahasa Indonesia. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Priza Razunip dalam Otitis Media Non Supuratif New. Diambil dari
https://www.scribd.com/doc/174734549/Otitis-Media-Non-Supuratif-New,
diakses pada 24 April 2016 pukul 11.15 WIB
Smeltzer,Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medical-bedah
Brunner&Suddarth.Jakarta:EGC
UK doctors PatientPlus dalam Chronic Suppurative Otitis Media. Diambil dari
http://patient.info/doctor/chronic-suppurative-otitis-media, diakses pada 24
April 2016 pukuk 10.45 WIB
43