Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS

Dosen Pengampu :
Dr. Ns. Uke Pemila, M.Kep., Sp.MB

Disusun Oleh K2 : Kelompok 3

Komala Dewi 215140050


Annisa Sharla.R 215140055
Prajna Talia Sutopo 215140054
Agung Arlangga 215140099
Ari Kusdinar 215140097
Arya Rhama Saputra 215140091
M.Dzaki Zimbbran.R 215140057
Reski Kurniawan 215140047
Nur Aini 205140059

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat
hidayah dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang otitis media.

Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.

Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, dan petunjuk
bersifat moril, spiritual maupun materi yang sangat berharga.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah


mendukung penulisan dan penyususan makalah ini hingga selesai. Kami juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kami
sebagai manusia yang masih dalam proses belajar, maka dari itu kami berharap
sekiranya pembaca sekalian dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kemajuan kita bersama.

Bandar Lampung, 16 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB 1 ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan................................................................................................................. 6
BAB II ........................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 7
2.1 Konsep Teori....................................................................................................... 7
A. Pengertian...................................................................................................... 7
B. Tanda dan Gejala ........................................................................................... 8
C. Etiologi .......................................................................................................... 8
D. Periksaan Penunjang ...................................................................................... 9
E. Patofisiologi ................................................................................................. 10
F. Pencegahan .................................................................................................. 12
G. Pengobatan .................................................................................................. 12
H. Komplikasi .................................................................................................. 13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................ 13
A. Pengkajian ................................................................................................... 13
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 16
C. Intervensi ..................................................................................................... 17
D. Evaluasi ....................................................................................................... 19
BAB III ........................................................................................................................ 20
TINJAUAN KASUS ................................................................................................... 20
A. Pengkajian.......................................................................................................... 20
B. Riwayat Kesehatan ............................................................................................. 20
C. Pemeriksaan Fisik............................................................................................... 21

ANALISA DATA......................................................................................................... 22
D. INTERVENSI KEPERAWATAN ...................................................................... 24
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ................................................................ 26
BAB IV ........................................................................................................................ 29
PENUTUP ................................................................................................................... 29
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 29
3.2 Saran ................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 30
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak factor yang dan
menyebabkan otitis media salah satunya karena sumbatan pada tuba eustachius, ISPA,
dan bakteri.

Sejak tahun 1951, World Health Organization (WHO) melalui Resolusi World
Health Assembly (Majelis Kesehatan Dunia), telah menyadari bahwa gangguan
pendengaran merupakan hambatan serius bagi tumbuh kembang anak. WHO
selanjutnya mendesak negara-negara anggota untuk mengembangkan rencana nasional
masing-masing. Sound Of Hearing merupakan inisiatif global WHO untuk mencegah
dan mengurangi gangguan pendengaran. Sound Of Hearing 2030 bertujuan mencegah
gangguan pendengaran sebesar 50% pada 2015 dan 90% pada 2030.

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa penduduk Indonesia usia 5


tahun ke atas 2,6% mengalami gangguan pendengaran, 0,09% mengalami ketulian,
18,8% ada sumbatan serumen, dan 2,4% ada secret di liang telinga. Data tersebut
menunjukan bahwa gangguan pendengaran masih menjadi permasalahan kesehatan
masyarakat.

Prioritas program pencegahan ketulian di Indonesia difokuskan pada penyakit yang


dapat dicegah, yaitu tuli kongenital, sumbatan serumen, Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) atau congek, gangguan pendengaran akibat bising (GPAB), dan Presbikusis
(gangguan pendengaran seiring bertambahnya usia).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang pengertian dari otitis media?

1.2.2 Bagaimana tanda dan gejala dan etiologi otitis media?


1.2.3 Apa saja pemeriksaan penunjang otitis media?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi otitis media?

5
1.2.5 Bagaimana pencegahan dan pengobatan otitis media?

1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan pada otitis media?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari otitis media.

1.3.2 Untuk mengetahui agaimana tanda dan gejala dan etiologi otitis media.
1.3.3 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang otitis media.
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi otitis media.
1.3.5 Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan otitis media.
1.3.6 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada otitis media.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

A. Pengertian

Otitis Media adalah inflamasi pada telinga tengah yang berkaitan dengan
akumulasicairan. Berjenis akut, kronik, supuratif, atau sekretori.
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tubaeustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media terbagi atas :

1. Otitis media supuratif

a. Otitis media supuratif akut/otitis media akut (OMA)

b. Otitis media supuratif kronik (OMSK/OMP)

2. Otitis media non supuratif (Serosa)

a. Otitis media serosa akut (Barotrauma)

b. Otitis media serosa kronis (Glue Ear)

Otitis Media Akut adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner and Sudatth.
1997:2050). Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999). Otitis media akut adalah
penyakit yang disebabkan oleh serangan mendadak dari infeksi bakteri dalam telinga
bagian tengah. (Charlene J. Reevas. 2001:16)

Otitis Media Kronis adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan
irreversible dan biasanya disebabkan karena episode berulang OMA (Brunner and
Sudatth. 1997:2052).

7
Otitis Media Kronis adalah perforasi membrane timpani secara permanent,
dengan atau tanpa pengeluaran pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam
mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah. (Priscilla Lemone. 2001:1496)

Otitis Media Perforasi adalah infeksi kronis ditelinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang
timbul, secret mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah. (Dr Efiaty dan Prof
Nurbaity Sp.THT).

B. Tanda dan Gejala


1. Otitis Media Akut
a. Otalgia (nyeri telinga), akan hilang secara spontan jika terjadi perforasi
spontanmembrane timpani
b. Keluarnya cairan dari telinga
c. Demam
d. Kehilangan pendengaran
e. Tinitus
2. Otitis Media Kronis
a. Kehilangan pendengaran
b. Otorea intermitten atau persisten yang bau busuk
c. Tidak ada nyeri
d. Pada pemeriksaan audiogram menujukkan tuli konduktif dalam berbagai derajat.
3. Otitis Media Perforasi
a. Pasien mengeluh kehilangan pendengaran
b. Rasa penuh dalam telinga
c. Suara letup ataau berderik yang terjadi ketika tuba eustachius berusaha
membuka

C. Etiologi
4. Otitis media akut
a. Masuknya bakteri patogenik (Streptococus Pnemoniae, Hemophylus
Influenzae, dan Moraxella Catarrhalis) ke dalam telinga tengah

8
b. Disfungsi tuba eustachius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran
pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (sinusitis, hipertropi adenoid),
atau reaksi alergi (rhinitis alergika)
5. Otitis media supuratif kronik
Terapi episode otitis media akut yang tidak adekuat atau infeksi akibat jenis bakteri
yang resistan.
6. Otitis media sekretori
Infeksi virus, alergi, atau barotrauma.
7. Otitis media sekretori kronik
Pertumbuhan yang berlebihan pada jaringan adenoid, edema, infeksi sinus kronik,
atauterapi otitis media supuratif akut yang tidak adekuat.

D. Periksaan Penunjang
8. Laboratorium

a. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas terhadap eksudat menunjukan


organismepenyebab
b. Hitung darah lengkap menunjukan leukositosis

9. Radiologi

a. Pemeriksaan rongent menunjukan keterlibatan mastoid

10. Prosedur diagnostik

a. Timpanometri mendeteksi kehilangan pendengaran dan mengevaluasi


penyakittelinga tengah
b. Audiometri Impedans, Audiometri Nada Murni. Audiometri menunjukan
derajatkehilangan pendengaran
c. Kultur organisme

d. Otiskopik Membran Timpani tampak perforasi dan kolesteatoma dapat terlihat


sebagai masa putih di belakang membrane timpani. Otoskopi pneumatic dapat
menunjukan penuruan mobilitas membrane timpani

9
E. Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran nafas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran eustachius, dapat menyebabkan infeksi pada saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran eustachius menyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul dibelakang gendang telinga.

Jika lender dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran di telinga dalam tidak
dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnyasekitar 24 desibel
(bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan
terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya.

1. Otitis media supuratif

Flora nasofaring mengalami refluks melalui tuba eustachius dan berkoloni di


telinga tengah. Infeksi saluran nafas, reaksi alergi, dan perubahan posisi yang
memungkinkan refluks flora nasofaring melalui tuba eustachius dan kolonisasi pada
telingatengah.

10
11

Patoflow Otitis Media Akut

E/ Mikroorganisme (S. Pneumoniae, H.Influenza, M. Kattharlis yang berasal dari


nasofaring dan infeksi telinga luar masuk ke tengah

Telinga tengah radang Tekanan telinga tengah

Gendang telinga radang, pecah o/k nekrosis iskhemia

Mukokus keluar ke telinga tengah


- Otalgia Ggn rasa nyeri
- Demam Peningkatan suhu
Ggn persepsi - Tinnitus
- Kurang pendengaran
Pendengaran

Patoflow Otitis Media Supuratif Kronik

OMSK Maligna Metapastik

Benigna Degeneratif - Terlihat kolesteatom pada telinga tengah


- Secret berbentuk nanah dan Polip berbau
khas (aroma kolesteatiom)

- Terdapat perforasi pada


marginal/atik
- Granulasi di liang telinga luar Otore = pus pada MAE (kental/busuk)
yang berasal dari dalam telinga
tengah
Pendengaran Cemas
menurun

Gangguan Berkomunikasi Perubahan persepsi/ sensori

11
12

2. Otitis media sekretori


Obstruksi tuba eustachius meningkatkan transudasi cairan serosa steril dari
pembuluh darah dalam membran telinga tengah

F. Pencegahan

Untuk pasien yang menjalani pemulihan otitis media di rumah, intruksikan pasien
ataukeluarga untuk mengikuti pedoman berikut untuk mencegah kekambuhan :

1. Ajarkan pasien tentang cara mengenali infeksi saluran nafas atas, dan bantu
melakukan penanganan dini terhadap penyakit ini
2. Intruksikan pasien untuk tidak memberi makan bayi pada posisi terlentang dan
tidak menaruh botol susu di ranjang bayi. Jelaskan bahwa jika tindakan tersebut
dilakukan, dapat menyebabkan refluks flora naso faring
3. Jika perlu, ajarkan pasien untuk meningkatkan kepatenan tuba eustachius
dengan melakukan manuver valsalva beberapa kali perhari, pertama selama
melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang.
4. Setelah timpanoplasti anjurkan pasien untuk tidak mengeluarkan udara melalui
hidung atau membasahi telinga saat mandi

5. Jelaskan reaksi simpang terhadap obat yang diprogramkan, tekankan reaksi


simpang yang harus segera ditangani medis.

G. Pengobatan
1. Pada otitis media sekretori akut, manuver valsalva beberapa kali perhari (dapat
menjadi satu-satunya terapi yang harus di lakukan)

2. Terapi penyebab utama yang dilakukan bersamaan

3. Menghilangkan obstruksi tuba eustachius

4. Terapi antibiotik, seperti amoksilin

5. Analgesic, seperti aspirin atau asetaminofen

6. Sedative (anak kecil)

12
13

7. Terapi dekongestan nasofaring

8. Miringotomi dan aspirasi cairan telinga tengah, diikuti dengan insersi selang
polietilen kedalam membrane timpani

9. Miringoplasti

10. Timpanoplasti

11. Mastoidektomi

12. Eksisi kolesteatoma


13. Kortikosteroid
14. Stapedektomi untuk otosklerosis

H. Komplikasi
1. Ruptur membrane timpani yang terjadi secara spontan
2. Perforasi yang terjadi terus menerus
3. Otitis media kronik
4. Mastoiditis
5. Meningitis
6. Kolesteatoma
7. Abses, septicemia
8. Limfadenofati, leukositosis
9. Kehilangan pendengaran permanen dan timpanosklerosis
10. vertigo

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

1) Riwayat

- Infeksi saluran napas atas

- Perasaan penuh atau tertekan di dalam telinga

- Alergi

13
14

- Nyeri telinga yang hebat, dalam, dan berdenyut

- Pusing

- Perubahan pendengaran

- Mual, muntah

2) Pemeriksaan fisik

Test pendengaran, memeriksa membrane timpani.

a. Data Subjektif

Tanda-tanda dan gejala utama infeksi eksterna dan media adalah nyeri serta
hilangnya pendengaran. Data harus disertai pertanyaan mengenai mulai
serangan, lamanya, tingkat nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan
pada kulit dinding saluran yang sangat sensitive dan kepada membrane timpani
oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran
eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya
gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. Penderita
dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya.
b. Data Objektif

Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus
diterangkan . Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna
dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gendang telinga (membrane
timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena
merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah.
Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,
terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membrane atau terlihat batas-batasnya.
Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini
gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu
dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk
perawat.

14
15

c. Otitis media sekretori akut

 Sensasi penuh pada telinga

 Bengkak, suara retak dan klik saat menelan atau menggerakan rahang

 Mengatakan mendegar gema saat bicara

d. Ruptur membrane timpani

 Nyeri yang tiba-tiba hilang

 Meakukan perjalanan lewat udara atau menyelam

e. Temuan pemeriksaan fisik

 Bersin dan batuk pada pasien yang mengalami infeksi saluran napas atas

 Demam ringan hingga berat

 Rabas purulen yang tidak menimbulkan nyeri pada otitis media


supuratifkronik
 Penanda tulang membran timpani yang tidak jelas atau mengalami
distorsipada otitis media supuratif akut
 Cairan jernih atau berwarna kuning di belakang membrane timpani

 Membrane timpani berwarna biru-hitam yang di sertai dengan


hemoragikedalam telinga tengah
 Rabas berdenyut yang disertai dengan perforasi membrane timpani

 Hilang pendengaran konduktif (bermacam-macam, bergantung pada


ukurandan jenis perforasi membrane timpani dan destruksi osikula)
f. Otitis media kronik

 Penebalan dan pembentukan jaringan parut pada membrane timpani

 Penurunan atau kehilangan mobilitas membrane timpani

 Kolesteatoma

3) Keluhan utama dapat berupa

15
16

- Gangguan pendengaran

- Suara berdenging/berdenngung (tinitus)

- Suara pusing yang berputar (vertigo)

- Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia)

- Keluar cairan dari telinga (otore)

4) Faktor Resiko

- Usia muda

- Abnormalitas kongenital

- Defisiensi imun
- Pajanan terhadap rokok sigaret
- Riwayat keluarga
- Infeksi saluran nafas atas
- Alergi
5) Insiden
- Paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak
- Insidens memuncak pada usia 6 dan 24 bulan
- Berkurang setelah usia 3 tahun
- Paling sering terjadi selama musim dingin
- Lebih sering terjadi pada anak laki-laki
- Popuasi khusus, otitis media akut merupakan kedaruratan pada anak
yangmengalami luluh imun.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya oedema jaringan,
effusetelinga tengah, proses infeksi/inflamasi pada telinga bagian tengah.
2. Gangguan komunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.

3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di


telingatengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.

16
17

C. Intervensi
Dx.1

a. Kaji tingkat nyeri, kualitas dan lokasi nyeri

b. Anjurkan untuk menggunakan obat analgesik seperti aspirin atau


asetaminofensetiap 4 kali sehari sesuai kebutuhan untuk menghilangkan nyeri
dan panas
c. Ajarkan untuk melaporkan segera nyeri yang tiba-tiba untuk perawatan
primerDx.2
a. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal

b. Bantu mendiskusikan masalah kehilangan pendengaran

c. Yakinkan pasien, jika perlu bahwa kehilangan pendengaran yang disebabkan


olehotitis media hanya bersifat sementara
d. Bicara berhadapan dengan pasien dan ucapkan kata dengan jelas serta perlahan

e. Berikan waktu pada pasien untuk memahami apa yang dia ucapkan
f. Berikan pensil dan kertas untuk membantu komunikasi
g. Ingatkan staf tentang masalah komunikasi pasien
h. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan
pemahamanDx. 3
a. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
b. Intruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga
dapatmencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
c. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
d. Intruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotic yang
diresepkan(baik itu antibiotic sistemik maupun local)

17
18

Dx. 4

a. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan


dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam
berkomunikasi.
b. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan
seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
c. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia yang
dapat membantu klien.

Setelah Miringotomi

 Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan perawatan telinga

 Letakkan kapas steril di telinga luar (jangan terlalu ketat) untuk mengabsorpsi
drainase dan mencegah infeksi. Ganti kapas jika basah. Hindari meletakkan
kapas atau sumbat telinga secara mendalam di saluran telinga.
 Berikan analgesic sesuai program

 Berikan anti-emetik setelah timpanoplasti dan perkuat


balutanPemantauan
 Level nyeri

 Perdarahan atau rabas yang berlebihan

 Ketajaman pendengaran

 Respons terhadap terapi

 Komplikasi

18
19

Pendidikan Kesehatan Pasien

 Pemakaian salep, obat tetes, dan pencuci telinga yang tepat sesuai
denganprogram
 Pemberian obat, dosis, dan kemungkinan efek samping

 Pentingnya meminum antibiotic

 Asupan cairan yang adekuat

 Pemakaian dekongestan nasofaring yang tepat

 Penggunaan sumbat telinga yang sesuai untuk berenang setelah miringotomi


danpemasangan slang timpanostomi
 Pentingnya menghubungi dokter jika slang lepas dan jika terdapat nyeri
telinga,demam, atau rabas yang bercampur nanah
 Pencegahan kekambuhan

D. Evaluasi
Kriteria hasil
Pasien akan:
 Mengungkapkan peningkatan rasa nyaman

 Tidak menunjukan tanda atau gejala infeksi

 Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan regimen terapi

 Memperoleh kembali fungsi pendengaran atau pengembangan


mekanismekompensasi
 Tidak mengalami cedera atau gangguan

19
20

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien
Nama : An.S
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Pioner Majapahit Diagnosis medis : Otitis media akut (OMA)

2. Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Pioner Majapahit

B. Riwayat Kesehatan
3. Riwayat Klien
a. Keluhan Saat Ini
Pasien datang ke poliklinik THT diantar ayahnya dengan keluhan demam 3
hari, telinga berair dan terasa nyeri. TD: 120/90 mmHg, P: 76x/m, RR20x/m ,
T: 38°C .
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh merasa nyeri pada telinga bagian kanan, dan keluar
cairan putih seperti nanah dan berbau pada telinga kanan dan telah mengalami
demam selama 3 hari.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

20
Setahun yang lalu pasien pernah mengalami pada
telinga bagian kanan,tetapi diabaikan karena pasien tidak
terlalu merasakan nyeri dan masih dapat mendengarkan
secara normal.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga yang lain tidak ada yang pernah
mengalami pemyakityang sama seperti yang diderita oleh
klien.

C. Pemeriksaan Fisik
4. Tanda-tanda vital
 Suhu : 38oC
 Nadi : 76 x/menit
 TD : 120/90 mmHg
 Pernafasan : 20 x/menit
 Tinggi Badan : 170cm
 Berat Badan : 60 kg
 Skala Nyeri 3
5. Keadaan Umum
 Kesan umum : Nyeri
 Wajah : Pucat
 Kesadaran : Composmentis
 Penafsiran umum : Dapat merespon dengan baik
 Pasien tidak mengalami kesulitan saat berbicara,
namun pendengarankadang-kadang tidak jelas
karena nyeri yang dialami.

21
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Invasi bakteri Nyeri

Pasien mengatakan nyeri pada ↓


telinga kanannya
Infeksi telinga tengah
DO :

 Klien tampak meringis
Proses peradangan
 Klien tampak gelisah
 Skala nyeri 3

TTV
TTD : 120/90 mmHg MK : Nyeri
P : 76x/menit
T : 38oC
RR : 20x/menit

2. DS : Invasi Bakteri Hipertermi

Pasien mengatakan demam ↓


sejak 3 hari yang lalu
Infeksi telinga tengah
DO :

• Keadaan umum lemah
Proses peradangan
• pasien tampak pucat

TTV
Pengeluaran zat pirogen endogen

22
TTD : 120/90 mmHg ↓

P : 76x/menit Peningkatan sepoin di hipotalamus

T : 38oC ↓

RR : 20x/menit MK : Hipertermi

3. DS : Invasi Bakteri Resiko Infeksi

Pasien mengatakan telinga ↓


kanannya berair
Pengobatan tidak tuntas/ episode
DO : berulang

Terlihat adanya cairan ↓


berwarna kekuning-kuningan
pada telinga kanan MK : Resiko Infeksi

TTV

TTD : 120/90 mmHg

P : 76x/menit

T : 38oC

RR : 20x/menit

23
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

Nyeri akut b.dagen pencedera Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Nyeri
fisiologis keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
DS: selama 3x 24 jam durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Pasien mengatakan diharapkan nyeri nyeri.
nyeri pada telinga menurun dengan 2. Beri posisi yang nyaman
kanannya SLKI: Kontrol Nyeri 3. Berikan teknik non farmakologis
DO: Ekspetasi: Meningkat untuk
-klien tampak meringis menguransi nyeri.
-Klien tampak Gelisah 4. Observasi TTV
skala nyeri 3 5. Kolaborasi dengan tim medis
TTV dalam pemberian
TD: 120/90 mmHg Terapi
P: 76x/menit
T: 38°C
RR :20x/menit

Hipertermi b.d Terjadi Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen Hipertermi


erosi pada karanalis keperawatan 1. Identifikasi penyebab hipertermi
semisirkularis selama 3x24 jam 2. Monitori suhu tubuh
DS: diharapkan hipertermi 3. Sediakan lingkungan yang dingin
Pasien mengatakan dapat berkuarang dengan 4. Anjurkan tirah baring
demam sejak 3 hari SLKI: Termogulasi 5. Kolaborasi dengan tim medis
yang lalu Ekspetasi :Membaik dalam pemberian
DO: Terapi
k/u lemah
pasien tampak pucat
TTV
TD: 120/90 mmHg
P: 76x/menit
24
T: 38°C
RR: 20x/menit

Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan SIKI: Pencegahan infeksi


pengobatan tidak tuntas keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
DS: selama 3x 24 jam 2. Cuci tangan sbelum dan sesudah
Pasien mengatakan diharapkan ifeksi tidak kontak dngan
telinga kanannya berair terjadi dengan. pasien
DO: SLKI: Tingkat Infeksi 3. Berikan Perawatan luka
terlihat adanya cairan berwarna Ekspetasi: Membaik 4. Pertahankan teknik aseptic
kekuning- 5. Kolaborasi dengan tim medis
kuningan pada telinga dalam pemberian terapi
kanan
TTV
TD: 120/90 mmHg
P: 76x/menit
T: 38°C
RR: 20x/menit

25
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi TTD

1. Senin Nyeri akut b.d agen Pukul 10.00 Pukul 11.00


12 Okt 2020 pencedera fisiologis 1. Mengidentifikasi nyeri S : Pasien
DS: P: Infeksi pada telinga mengatakan nyeri
Pasien mengatakan nyeri Q:Seperti menusuk pada telinga
pada Telinga kanannya R:Telinga kanan kanan seperti
DO: S:Skala nyeri 3 menusuk dengan
-klien tampak meringis T:Terus menerus skala nyeri 3
-Klien tampak gelisah 2. Memberikan posisi
- Skala nyeri 3 yang nyaman 0:
TTV 3. Melatih teknik -klien tampak
TD: 120/90 mmHg relaksasi napas dalam meringis
P : 76x/menit 4. Mengukur TTV -Klien tampak
T : 38°C TD: 120/90 mmHg gelisah
RR: 20x/menit P: 76x/menit - Skala nyeri 3
T : 38°C A : Nyeri akut
RR:20x/menit belum teratasi
5. Berkolaborasi dengan P: Intervensi
tim medis dalam dilanjutkan
Pemberian dirumah
(1,2,4,dan 5)
- Asam Mefenamat 3 x
500mg

2. Senin Hipertermi b.d Terjadi Pukul 10.15 Pukul 11.00


12 Okt 2020 erosi pada karanalis S: Pasien
semisirkularis 1. Mengidentifikasi mengatakan
DS: penyebab hipertermi demam sejak 3
Pasien mengatakan hari yang lalu
0:
26
demam sejak 3 hari yang 2. Memonitori suhu - T:38°C
lalu tubuh - Ayah pasien
DO: bersedia
- k/u lemah 3. Menganjurkan menjalankan
-pasien tampak pucat menyediakan lingkungan anjuran
TTV yang nyaman - Demam karena
TD: 120/90 mmHg adanya
4. Menganjurkan tirah
P: 76x/menit peradangan pada
baring
T : 38°C telinga
RR : 20x/menit 5. Berkolaborasi dengan A: Hipertemi

tim medis dalam belum teratasi

pemberian P: Intervensi
dilanjutkan
- Paracetamol 3 x 500mg dirumah (2)

3. Senin Resiko infeksi b.d Pukul 11.00


Pukul 10.30
12 Okt 2020 pengobatan tidak tuntas S: Pasien
DS: 1. Memonitor tanda dan mengatakan
Pasien mengatakan gejala infeksi telinga
Telinga kanannya berair kanannya berair
DO: - Kemerahan pada liang 0:
terlihat adanya cairan telinga - Kemerahan pada
berwarna kekuning- liang telinga
- Telinga berair
kuningan pada telinga - Telinga berair
kanan - Nyeri tekan - Nyeri tekan
TTV A: Resiko infeksi
TD : 120/90 mmHg 2. Mencuci tangan belum teratasi
P: 76x/menit sebelum dan sesudah P : Intervensi
T : 38°C kontak dengan pasien dilanjutkan
RR 20x/menit dirumah (1,2, dan
4)

27
3. Mempertahankan
teknik aseptic

4. Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian

- Amoxicillin 3 x 500mg

28
BAB IV

PENUTUP

3.1 Simpulan

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak factor yang dan
menyebabkan otitis media salah satunya karena sumbatan pada tuba eustachius, ISPA,
dan bakteri.
Otitis media terbagi atas :

1. Otitis media supuratif

a. Otitis media supuratif akut/otitis media akut (OMA)

b. Otitis media supuratif kronik (OMSK/OMP)

2. Otitis media non supuratif (Serosa)

a. Otitis media serosa akut (Barotrauma)

b. Otitis media serosa kronis (Glue Ear)

Terdapat perbedaan antara tanda dan gejala pada otitis media berbeda antara
otitis media yang satu dengan yang lainnya. Sehingga pengobatan dan penangan nya
pun berbeda.

3.2 Saran

Pembaca dapat memahami otitis media sehingga dapat menjaga kesehatan


matanya yang mana dapat mengurangi resiko terjadinya otitis media serta mendukung
program pencegahan ketulian di Indonesia.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ari, Elizabeth. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Telinga
HidungTenggorokan dan Gangguan Wicara. Jakarta: Rekatama

Kemenkes RI. 2018. Telinga Sehat Investasi Masa Depan. (Online), tersedia di
http://www.depkes.go.id/article/view/18030500002/telinga-sehat-investasi-
masa- depan.html, diakses pada 09 September 2019 puku 11.36

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta : Nuha Medika

Williams, Lippincott dan Wilkins. 2008. Kapita Selekta Penyakit Dengan Implikasi
Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

30

Anda mungkin juga menyukai