Dosen Pengampu :
Dr. Ns. Uke Pemila, M.Kep., Sp.MB
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat
hidayah dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang otitis media.
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, dan petunjuk
bersifat moril, spiritual maupun materi yang sangat berharga.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan................................................................................................................. 6
BAB II ........................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 7
2.1 Konsep Teori....................................................................................................... 7
A. Pengertian...................................................................................................... 7
B. Tanda dan Gejala ........................................................................................... 8
C. Etiologi .......................................................................................................... 8
D. Periksaan Penunjang ...................................................................................... 9
E. Patofisiologi ................................................................................................. 10
F. Pencegahan .................................................................................................. 12
G. Pengobatan .................................................................................................. 12
H. Komplikasi .................................................................................................. 13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................ 13
A. Pengkajian ................................................................................................... 13
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 16
C. Intervensi ..................................................................................................... 17
D. Evaluasi ....................................................................................................... 19
BAB III ........................................................................................................................ 20
TINJAUAN KASUS ................................................................................................... 20
A. Pengkajian.......................................................................................................... 20
B. Riwayat Kesehatan ............................................................................................. 20
C. Pemeriksaan Fisik............................................................................................... 21
ANALISA DATA......................................................................................................... 22
D. INTERVENSI KEPERAWATAN ...................................................................... 24
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ................................................................ 26
BAB IV ........................................................................................................................ 29
PENUTUP ................................................................................................................... 29
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 29
3.2 Saran ................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 30
BAB 1
PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak factor yang dan
menyebabkan otitis media salah satunya karena sumbatan pada tuba eustachius, ISPA,
dan bakteri.
Sejak tahun 1951, World Health Organization (WHO) melalui Resolusi World
Health Assembly (Majelis Kesehatan Dunia), telah menyadari bahwa gangguan
pendengaran merupakan hambatan serius bagi tumbuh kembang anak. WHO
selanjutnya mendesak negara-negara anggota untuk mengembangkan rencana nasional
masing-masing. Sound Of Hearing merupakan inisiatif global WHO untuk mencegah
dan mengurangi gangguan pendengaran. Sound Of Hearing 2030 bertujuan mencegah
gangguan pendengaran sebesar 50% pada 2015 dan 90% pada 2030.
5
1.2.5 Bagaimana pencegahan dan pengobatan otitis media?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari otitis media.
1.3.2 Untuk mengetahui agaimana tanda dan gejala dan etiologi otitis media.
1.3.3 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang otitis media.
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi otitis media.
1.3.5 Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan otitis media.
1.3.6 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada otitis media.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Otitis Media adalah inflamasi pada telinga tengah yang berkaitan dengan
akumulasicairan. Berjenis akut, kronik, supuratif, atau sekretori.
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tubaeustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media terbagi atas :
Otitis Media Akut adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner and Sudatth.
1997:2050). Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999). Otitis media akut adalah
penyakit yang disebabkan oleh serangan mendadak dari infeksi bakteri dalam telinga
bagian tengah. (Charlene J. Reevas. 2001:16)
Otitis Media Kronis adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan
irreversible dan biasanya disebabkan karena episode berulang OMA (Brunner and
Sudatth. 1997:2052).
7
Otitis Media Kronis adalah perforasi membrane timpani secara permanent,
dengan atau tanpa pengeluaran pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam
mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah. (Priscilla Lemone. 2001:1496)
Otitis Media Perforasi adalah infeksi kronis ditelinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang
timbul, secret mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah. (Dr Efiaty dan Prof
Nurbaity Sp.THT).
C. Etiologi
4. Otitis media akut
a. Masuknya bakteri patogenik (Streptococus Pnemoniae, Hemophylus
Influenzae, dan Moraxella Catarrhalis) ke dalam telinga tengah
8
b. Disfungsi tuba eustachius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran
pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (sinusitis, hipertropi adenoid),
atau reaksi alergi (rhinitis alergika)
5. Otitis media supuratif kronik
Terapi episode otitis media akut yang tidak adekuat atau infeksi akibat jenis bakteri
yang resistan.
6. Otitis media sekretori
Infeksi virus, alergi, atau barotrauma.
7. Otitis media sekretori kronik
Pertumbuhan yang berlebihan pada jaringan adenoid, edema, infeksi sinus kronik,
atauterapi otitis media supuratif akut yang tidak adekuat.
D. Periksaan Penunjang
8. Laboratorium
9. Radiologi
9
E. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran nafas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran eustachius, dapat menyebabkan infeksi pada saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran eustachius menyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul dibelakang gendang telinga.
Jika lender dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran di telinga dalam tidak
dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnyasekitar 24 desibel
(bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan
terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya.
10
11
11
12
F. Pencegahan
Untuk pasien yang menjalani pemulihan otitis media di rumah, intruksikan pasien
ataukeluarga untuk mengikuti pedoman berikut untuk mencegah kekambuhan :
1. Ajarkan pasien tentang cara mengenali infeksi saluran nafas atas, dan bantu
melakukan penanganan dini terhadap penyakit ini
2. Intruksikan pasien untuk tidak memberi makan bayi pada posisi terlentang dan
tidak menaruh botol susu di ranjang bayi. Jelaskan bahwa jika tindakan tersebut
dilakukan, dapat menyebabkan refluks flora naso faring
3. Jika perlu, ajarkan pasien untuk meningkatkan kepatenan tuba eustachius
dengan melakukan manuver valsalva beberapa kali perhari, pertama selama
melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang.
4. Setelah timpanoplasti anjurkan pasien untuk tidak mengeluarkan udara melalui
hidung atau membasahi telinga saat mandi
G. Pengobatan
1. Pada otitis media sekretori akut, manuver valsalva beberapa kali perhari (dapat
menjadi satu-satunya terapi yang harus di lakukan)
12
13
8. Miringotomi dan aspirasi cairan telinga tengah, diikuti dengan insersi selang
polietilen kedalam membrane timpani
9. Miringoplasti
10. Timpanoplasti
11. Mastoidektomi
H. Komplikasi
1. Ruptur membrane timpani yang terjadi secara spontan
2. Perforasi yang terjadi terus menerus
3. Otitis media kronik
4. Mastoiditis
5. Meningitis
6. Kolesteatoma
7. Abses, septicemia
8. Limfadenofati, leukositosis
9. Kehilangan pendengaran permanen dan timpanosklerosis
10. vertigo
1) Riwayat
- Alergi
13
14
- Pusing
- Perubahan pendengaran
- Mual, muntah
2) Pemeriksaan fisik
a. Data Subjektif
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi eksterna dan media adalah nyeri serta
hilangnya pendengaran. Data harus disertai pertanyaan mengenai mulai
serangan, lamanya, tingkat nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan
pada kulit dinding saluran yang sangat sensitive dan kepada membrane timpani
oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran
eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya
gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. Penderita
dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya.
b. Data Objektif
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus
diterangkan . Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna
dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gendang telinga (membrane
timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena
merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah.
Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,
terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membrane atau terlihat batas-batasnya.
Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini
gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu
dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk
perawat.
14
15
Bengkak, suara retak dan klik saat menelan atau menggerakan rahang
Bersin dan batuk pada pasien yang mengalami infeksi saluran napas atas
Kolesteatoma
15
16
- Gangguan pendengaran
4) Faktor Resiko
- Usia muda
- Abnormalitas kongenital
- Defisiensi imun
- Pajanan terhadap rokok sigaret
- Riwayat keluarga
- Infeksi saluran nafas atas
- Alergi
5) Insiden
- Paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak
- Insidens memuncak pada usia 6 dan 24 bulan
- Berkurang setelah usia 3 tahun
- Paling sering terjadi selama musim dingin
- Lebih sering terjadi pada anak laki-laki
- Popuasi khusus, otitis media akut merupakan kedaruratan pada anak
yangmengalami luluh imun.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya oedema jaringan,
effusetelinga tengah, proses infeksi/inflamasi pada telinga bagian tengah.
2. Gangguan komunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
16
17
C. Intervensi
Dx.1
e. Berikan waktu pada pasien untuk memahami apa yang dia ucapkan
f. Berikan pensil dan kertas untuk membantu komunikasi
g. Ingatkan staf tentang masalah komunikasi pasien
h. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan
pemahamanDx. 3
a. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
b. Intruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga
dapatmencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
c. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
d. Intruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotic yang
diresepkan(baik itu antibiotic sistemik maupun local)
17
18
Dx. 4
Setelah Miringotomi
Letakkan kapas steril di telinga luar (jangan terlalu ketat) untuk mengabsorpsi
drainase dan mencegah infeksi. Ganti kapas jika basah. Hindari meletakkan
kapas atau sumbat telinga secara mendalam di saluran telinga.
Berikan analgesic sesuai program
Ketajaman pendengaran
Komplikasi
18
19
Pemakaian salep, obat tetes, dan pencuci telinga yang tepat sesuai
denganprogram
Pemberian obat, dosis, dan kemungkinan efek samping
D. Evaluasi
Kriteria hasil
Pasien akan:
Mengungkapkan peningkatan rasa nyaman
19
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An.S
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Pioner Majapahit Diagnosis medis : Otitis media akut (OMA)
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Pioner Majapahit
B. Riwayat Kesehatan
3. Riwayat Klien
a. Keluhan Saat Ini
Pasien datang ke poliklinik THT diantar ayahnya dengan keluhan demam 3
hari, telinga berair dan terasa nyeri. TD: 120/90 mmHg, P: 76x/m, RR20x/m ,
T: 38°C .
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh merasa nyeri pada telinga bagian kanan, dan keluar
cairan putih seperti nanah dan berbau pada telinga kanan dan telah mengalami
demam selama 3 hari.
20
Setahun yang lalu pasien pernah mengalami pada
telinga bagian kanan,tetapi diabaikan karena pasien tidak
terlalu merasakan nyeri dan masih dapat mendengarkan
secara normal.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga yang lain tidak ada yang pernah
mengalami pemyakityang sama seperti yang diderita oleh
klien.
C. Pemeriksaan Fisik
4. Tanda-tanda vital
Suhu : 38oC
Nadi : 76 x/menit
TD : 120/90 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Tinggi Badan : 170cm
Berat Badan : 60 kg
Skala Nyeri 3
5. Keadaan Umum
Kesan umum : Nyeri
Wajah : Pucat
Kesadaran : Composmentis
Penafsiran umum : Dapat merespon dengan baik
Pasien tidak mengalami kesulitan saat berbicara,
namun pendengarankadang-kadang tidak jelas
karena nyeri yang dialami.
21
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
22
TTD : 120/90 mmHg ↓
T : 38oC ↓
RR : 20x/menit MK : Hipertermi
TTV
P : 76x/menit
T : 38oC
RR : 20x/menit
23
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Nyeri akut b.dagen pencedera Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Nyeri
fisiologis keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
DS: selama 3x 24 jam durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Pasien mengatakan diharapkan nyeri nyeri.
nyeri pada telinga menurun dengan 2. Beri posisi yang nyaman
kanannya SLKI: Kontrol Nyeri 3. Berikan teknik non farmakologis
DO: Ekspetasi: Meningkat untuk
-klien tampak meringis menguransi nyeri.
-Klien tampak Gelisah 4. Observasi TTV
skala nyeri 3 5. Kolaborasi dengan tim medis
TTV dalam pemberian
TD: 120/90 mmHg Terapi
P: 76x/menit
T: 38°C
RR :20x/menit
25
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi TTD
pemberian P: Intervensi
dilanjutkan
- Paracetamol 3 x 500mg dirumah (2)
27
3. Mempertahankan
teknik aseptic
4. Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian
- Amoxicillin 3 x 500mg
28
BAB IV
PENUTUP
3.1 Simpulan
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak factor yang dan
menyebabkan otitis media salah satunya karena sumbatan pada tuba eustachius, ISPA,
dan bakteri.
Otitis media terbagi atas :
Terdapat perbedaan antara tanda dan gejala pada otitis media berbeda antara
otitis media yang satu dengan yang lainnya. Sehingga pengobatan dan penangan nya
pun berbeda.
3.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Elizabeth. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Telinga
HidungTenggorokan dan Gangguan Wicara. Jakarta: Rekatama
Kemenkes RI. 2018. Telinga Sehat Investasi Masa Depan. (Online), tersedia di
http://www.depkes.go.id/article/view/18030500002/telinga-sehat-investasi-
masa- depan.html, diakses pada 09 September 2019 puku 11.36
Williams, Lippincott dan Wilkins. 2008. Kapita Selekta Penyakit Dengan Implikasi
Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
30