Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

OTITIS MEDIA

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II


Dosen Pembimbing : Ns. Isnaeni, M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok VI (Enam)
Tingkat III Reguler B

1. Ade Yuliana Putri (P07120120041)


2. Nuzulur Rahmi (P07120120060)
3. Nurhalimah Najla Matanari (P07120120058)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PRODI D-III KEPERAWATAN
BANDA ACEH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya kami dapat
meyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Otitis
Media”
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas kelompok Psikologi yang diberikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktu nya. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurna nya
makalah ini. Semoga laporan ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banda Aceh, 20 September 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4
A.Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Manfaat Penulisan...........................................................................................................................4
BAB II KONSEP DASAR......................................................................................................................5
A. Definisi.........................................................................................................................................5
B. Etiologi.........................................................................................................................................5
C. Patofisiologis...............................................................................................................................6
D. Manifestasi Klinis........................................................................................................................6
E. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostic......................................................................................7
F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan...................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................9
A. Pengkajian....................................................................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................................11
C. Intervensi...................................................................................................................................11
D. Implementasi..............................................................................................................................12
E. Evaluasi......................................................................................................................................13
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Telinga tengah adalah organ yang
memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat
infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan
penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki
oleh tuba eustachii.

Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak anak di
bawah usia 15 tahun. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba custachii seperti obstruksi yang
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya ( eg : sinusitis,
hipertrofi adenoid ) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika ) dan sering diawali dengan infeksi pada
saluran napus seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Gejala yang sering ditimbulkan pada otitis media biasanya ialah rasa nyeri, pendengaran
berkurang, demam, pusing, juga kadang disertai mendengar suara dengung ( tinitus ).

Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak anak di
bawah usia 15 tahun. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba custachii seperti obstruksi yang
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya ( eg : sinusitis,
hipertrofi adenoid ) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika ) dan sering diawali dengan infeksi pada
saluran napus seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Gejala yang sering ditimbulkan pada otitis media biasanya ialah rasa nyeri, pendengaran
berkurang, demam, pusing, juga kadang disertai mendengar suara dengung ( tinitus ).

B. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan di instansi
2. Bagi peneliti
Hasil penelitian diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai
hubungan kolesteatom dengan kejadian komplikasi pada OM dan mampu
mengimplementasikan pengetahuan tersebut dalam praktek.
3. Bagi praktisi
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penanganan lebih intensif
terhadap OM.

4
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi

Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media berarti
peradangan dari telinga tengah. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel - sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering
adalah infeksi ekstema dan media. Sering terjadi pada anak - anak dan juga pada orang dewasa
( Soepardi, 1998 ).
Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :

a) Otitis media akut Otitis media akut ( OMA ) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah ( Kapita selekta kedokteran, 1999 ).
b) Otitis media serosa Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam
telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori , cairan ini sebagai
akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.
c) Otitis media kronik Otitis Media Kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa
dan struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis Media Kronik sendiri adalah kondisi yang
berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode
berulang Otitis Media Akut yang tak tertangani.

B. Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri-bakteri saluran pemafasan bagian atas dan bakteri piogenik
seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus, haemophylus influenza,
escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.
Penyebab lainnya yaitu virus. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri
patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak - anak yaitu respiratory syncytial
virus ( RSV ), influenza virus, atau adenovirus ( sebanyak 30-40 % ). Kira-kira 10-15% dijumpai

5
parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus, Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi
tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi
obat antimikroba dengan menganggu. mekanisme farmakokinetiknya ( Kerschner, 2007 ).

C. Patofisiologis
Otitis media akut terjadi akibat terganggunya factor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga
kesterilan telinga tengah. Factor penyebab utama adalah sumbatan tuba eustachius sehingga
pencegahan invasi kuman terganggu. Factor pencetusnya adalah infeksi saluran napas atas. Penyakit
ini mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, letaknya agak horizontal.
Otitis media akut sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melewati saluran
eustachius dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan disekitar
tersumbatnya saluran dan sel-sel darah putih akan dating untuk melawan bakteri. Sel darah putih ini
akan membunuh bakteri dan mengorbankan dirinya sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dan
lender dalam telinga tengah.
Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran eutachius menyebabkan lender dan nanah
yang dihasilkan sel-sel ditelinga tengah terkumpul di belakang gendang teling. Jika lender dan nanah
bertambah banyak pendengaran terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil
penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran ditelinga dalam tidak dapat bergerak bebas.
Selain itu telinga akan terasa nyeri dan yang paling berat cairan nanah dan lender terlalu banyak dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya dan pada akhirnya robekan membrane timpani tersebut
terinfeksi oleh adanya bakteri piogenik.

D. Manifestasi Klinis
Otitis Media Akut Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani Keluhan nyeri
telinga ( otalgia ).Demam Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa
sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.

Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat,
tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah
dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ) , dapat mengalami perforasi . Anoreksia -
Limfadenopati servikal anterior

a) Otitis Media
Seorang Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam
telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika
tuba custachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam ( warna kuning redup

6
sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga
tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

b) Otitis Media Kronik


Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea
intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus
mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan
edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik
membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai
masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang
perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil
audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran
konduktif atau campuran.

E. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostic


a. Pemeriksaan diagnosis :
 Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
 Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
 Kultur dan uji sensitifitas : dilakukan bila dilakukan timpanosentesis ( Aspirasi
jarum dari telinga membrane timpani ).
b. Pemeriksaan Penunjang :
 Timpanometri, guna mengukur gerakan gendang telinga terhadap perubahan
tekanan udara.
 Reflektometri akustik, untuk mengukur seberapa banyak suara yang dipantulkan
kembali oleh gendang telinga.

F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a) Penatalaksanaan medis
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi (e.g : dosis
antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi), virulensi bakteri, dan status fisik klien
Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin ;
pilihan kedua-digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap amoksisilin adalah
amoksisilin dengan klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin
sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin dan
sulfonamide atau trimetoprim - sulfa. Untuk otitis media serosa (otitis media dengan efusi).

7
terapi yang umum dilakukan adalah menunggu. Keadaan ini umumnya sembuh sendiri dalam
2 bulan. Untuk otitis media serosa yang persisten, dianjurkan untuk melakukan miringotomi.
Miringotomi adalah prosedur bedah dengan memasukkan selang penyeimbang tekanan
kedalam membrane timpani. Hal ini memungkinkan ventilasi dari telinga tengah, mengurangi
tekanan negative dan memungkinkan drainase cairan.

b) Penatalaksanaan Keperawatan
 Mengkompres hangat
 Mengkaji nyeri
 Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
 Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis media
 Instruksikan kepada keluarga tentang komnikasi yang efektif
 Komplikasi Sebelum ada antibiotika, otitis media akut dapat menimbulkan
komplikasi, yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningtis
dan abses otak). Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu
didapatkan sebagian komplikasi dari OMSK.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Kaji data klien secara lengkap yang mencakup ; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, NO RM/CM, tanggal
masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.
Data penanggung jawab mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa,
hubungan dengan klien, dan alamat.

2. Keluhan
Klien dengan Otitis Media mengalami nyeri setiap hari dan juga kurang mampu berpartisipasi
dalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam mendengar sehingga dapat mengganggu
aktivitas sosial.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, seperti penjabaran dari
riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan, Biasanya alasan klien Otitis Media datang
memeriksaan diri kerumah sakit yaitu adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya fungsi
pendengaran.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran (kapan,
berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan
lingkungan tenang, daerah industri, daerah polusi).

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji ada atau tidaknya salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ada atau
tidaknya riwayat infeksi saluran pernafasan atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga.

9
6. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum klien
- Telinga : Lakukan inspeksi, palpasi, dan perkusi didaerah telinga dengan
menggunakan senter ataupun alat-alat lainnya apakah ada cairan yang keluar dari
telinga, bagaimana warna, bau, dan jumlahnya. Apakah tanda tanda radang.
- Kaji adanya nyeri pada telinga
- Leher : Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe didaerah leher
- Dada/Thorak, jantung, perut/abdomen, genitourinary, ekstermitas, sistem
integumen, sistem neurologi.

b. Data pola kebiasaan sehari-hari


- Nutrsi
Pasien mengatakan tidak mengalami perubahan nafsu makan sebelum dan sesudah
sakit.
- Eliminasi
Pasien mengatakan BAB rutin setiap pagi hari. Dan juga BAK 4-5x sehari
- Aktivitas sehari – hari dan perawatan diri
Pasien mengatakan agak susah untuk berkomunikasi dengan orang lain karena ada
gangguan pada telinganya sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang
apa yang dibicarakan orang lain.
- Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan tidur kurang lebih 8 jam.
Pasien mengatakan kurang tidur nyenyak dan sering terbangun karena merakan
nyeri pada telinganya.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Otoskopi
- Perhatikan adanya lesi pada telingan luar
- Amati adanya edema pada membrane tyhmpani periksa adanya pus dan ruptur pada
membran tympani
- Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
b. Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruangan yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik
pada klien OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit.
c. Tes garpu tala
d. Tes Rinne didapatkan hasil negative
e. Tes Weber didapatkan lateralisasi kearah telinga yang sakit

10
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien Otitis Media yaitu :
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran dibuktikan
dengan, menunjukkan respon tidak sesuai, sulit memahami komunikasi.

C. Intervensi
TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
NO KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN (SLKI)
(SLKI)

1 Gangguan komunikasi Setelah dilakukan Observasi :


verbal b.d gangguan tindakan keperawatan 1. Periksa kemampuan pendengaran.
Pendengaran dibuktikan selama 3x24 jam 2. Monitor akumulasi serumen berlebihan
dengan, menunjukkan diharapkan komunikasi 3. Identifikasi metode komunikasi yang
respon tidak sesuai, sulit Verbal meningkat disukai pasien
memahami komunikasi. dengan kriteria hasil:
- Kemampuan Terapeutik :
berbicara 1. Gunakan bahasa sederhana.
meningkat 2. Gunakan bahasa isyarat, jika perlu.
- Kemampuan 3. Verifikasi apa yang dikatakan atau ditulis
mendengar pasien.
- Kesesuaian 4. Fasilitasi penggunaan alat bantu dengar.
ekspresi 5. Berhadapan dengan pasien secara
wajah/tubuh langsung selama berkomunikasi.
meningkat 6. Pertahankan kontak mata selama
- Kontak mata berkomunikasi.
meningkat 7. Hindari merokok, mengunyah makanan
atau permen karet dan menutup mulut saat
berbicara.
8. Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
9. Hindari berkomunikasi lebih dari 1 meter
dari pasien.
10. Lakukan irigasi telinga, jika perlu.
11. Pertahankan kebersihan telinga.

Edukasi :
1. Anjurkan menyampaikan pesan dengan
isyarat.
2. Ajarkan cara membersihkan serumen
dengan tepat

11
D. Implementasi
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1 Senin, 5 Desember 2022 Gangguan komunikasi  Melalukan pemeriksaan kemampuan


10.00 – 12.00 WIB verbal b.d gangguan pendengaran telinga pasien (tess rinne, dan
Pendengaran tes weber).
 Periksa serumen yang berlebih pada telinga
pasien
 Mengajarkan dan melatih penggunaan
bahasa isyarat atau pembacaan bibir
dengan orang sekitar pasien
 Berhadapan dan pertahankan kontak mata
dengan pasien selama berkomunikasi.
 Menganjurkan pasien untuk menggunakan
alat bantu dengar untuk membantu proses
pengantaran suara.
 Ajarkan pasien untuk menghindari
berkomunikasi lebih dari 1 meter dengan
orang lain dan menghindari dari kebisingan
saat berkomunikasi.
 Mengajarkan klien membersihkan telinga
yang benar dan bersih serta menggunakan
antibiotik secara rutin sesuai aturan

12
E. Evaluasi
NO TANGGAL DIAGNOSA SOAP

1 Senin, 5 Desember 2022 Gangguan komunikasi S :


10.00 – 12.00 WIB verbal b.d gangguan  Klien mengatakan sudah mengetahui
Pendengaran cara berkomunikasi yang baik yaitu
dengan tidak berkomunikasi lebih dari 1
meter, hindari kebisingan, saling
berhadapan dan membaca gerak bibir
saat berkomunikasi dengan orang lain.
 Klien mengatakan sudah mengetahui
cara menjaga kebersihan kelinga

O:
 Klien tampak sudah bisa melakukan
cara berkomunikasi yang baik
 Kontak mata ada
 Klien mampu menjelaskan dan
mempraktikkan cara menjaga
kebersihan telinga
A:
Masalah sudah teratasi.

P:
Intervensi dihentikan

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh telinga tengah,
tuba eustachi, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang disebabkan karena masuknya bakteri
patogenik ke dalam telinga tengah. Bakteri penyebab otitis media antara lain Staphylococcus
aureus. Pneumococcus, Haemophilus influenza, Escherichia coli, Streptococcus
anhemolyticus, Streptococcus hemolyticus, Proteus vulgaris, dan Pseudomoas aeruginosa.
Terdapat 5 stadium dalam OMA yaitu stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium supurasi,
stadium perforasi, dan stadium resolusi. OMA biasa terjadi terutama pada bayi atau anak
karena anatomi saluran eustachi yang masih relatif pendek, lebar, dan letaknya lebih
horizontal.

B. Saran
Dari kesimpulan di atas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak agar
kualitas pelayanan kesehatan Indonesia semakin meningkat, diantaranya sebagai berikut:
 Keluarga klien
Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari anggota keluarga dengan masalah Otitis Media serta mampu menjaga
kebersihan lingkungan sehingga anggota keluarga lain terhindar dari penyakit Otitis
Media
 Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan memberikan Asuhan
Keperawatan pasien dengan Otitis Media.

14
DAFTAR PUSTAKA

Garna H., Sjahrodji, M., Alam, A. 2012. Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta: sagung

Lucente,F., Gady. 2011. Ilmu THT Esensial. Jakarta : EGC

Meadow SR., Newell,S. 2006. Pediatrika. Jakarta : Erlangga.

Muhlisin, A. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Nagel, P., Gurkov, R. 2012. Dasar-dasar Ilmu THT. Alih bahasa Dany, F. Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai