Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TONSILITIS

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 2

Dosen Pembimbing : Ns. Syarbaini, S.Kep, M.KM

Disusun Oleh :

1. Nurul Ulfa Aulia PO71201200008


2. Uswatun Hasanah PO71201200010
3. Ayunhi Nabila Vista PO71201200021
4. Maulidya Nabila Putri PO71201200022
5. Fadilah PO71201200035
6. Dwi Amanda Lestari Nst PO71201200038

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr. Wb.

Puji sukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini kami buat
dengan waktu yang di tentukan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya makalah ini
pembaca dapat mengetahui dengan baik dan benar mengenai Asuhan Keperawatan Dengan
Tonsilitis.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan oleh karena itu segala kritik
dan saran sangat kami harapan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk
pelajaran bagi kita semua dalam membuatan tugas-tugas yang lain di masa yg datang.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jambi, Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………....

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Tonsilitis ...................................................................................


B. Etiologi ...................................................................................................
C. Manifestasi Klinis ...................................................................................
D. Patofisiologis ..........................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................
F. Penatalaksanaan ......................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ............................................................................................
B. Diagnosa ..............................................................................................
C. Intervensi .............................................................................................
D. Implementasi ........................................................................................
E. Evaluasi ................................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel merupakan kumpulan
jaringan limfoid yang terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan
belakang mulut. Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatine, dan tonsil faringeal yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut
cincin waldeyer. Tonsil atau amandel berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar
ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung,
dan kerongkongan, maka akan terjadi peradangan pada tonsil atau amandel yang disebut
dengan tonsilitis. Penyakit ini sering ditemukan, dan dapat menyerang semua umur.
(Riadima T Yanrozir, 2009).
Selanjutnya hal yang sama juga dikatakan oleh Suardin Buntur (2006) bahwa
tonsillitis merupakan salah satu gangguan THT (Telinga Hidung & Tenggorokan)
peradagang yang terjadi akibat respon berupa rangsangan fisik, kimiawi maupun
immunologi. Tonsillitis dapat bersifat akut atau kronis. Bentuk akut yang tidak parah
biasanya berlangsung sekitar 4 -6 hari, dan umumnya menyerang anak-anak pada usia
5-10 tahun. Sedangkan radang amandel/tonsil yang kronis terjadi secara berulang-ulang
dan berlangsung lama. Pembesaran tonsil/amandel bisa sangat besar sehingga tonsil kiri
dan kanan saling bertemu dan dapat mengganggu jalan pernapasan. Peradangan tonsil
yang akut ataupun pembengkakan tonsil yang tidak terlalu besar dan tidak menghalangi
jalan pernapasan, serta tidak menimbulkan komplikasi tidak perlu dilakukan
pembedahan/operasi, karena tonsil yang terbuat dari jaringan getah bening dapat
berfungsi mencegah tubuh agar tidak terkena penyakit yang berhubungan dengan infeksi.
Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsillitis. Menurut Suardin Buntur (2006)
Penyebab tonsilitis adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil
berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga
membengkak dan meradang, menyebabkan tonsilitis. Hal-hal yang dapat memicu
peradangan pada tonsil adalah seringnya kuman masuk kedalam mulut bersama
makanan atau minuman.
Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakti infeksi masih merupakan
masalah utama di bidang kesehatan. Angka kejadian penyakit tonsilitis di Indonesia
sekitar 23%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riadima T Yanrozir (2009) bahwa
solusi dari pencegahan tonsillitis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pada
diri, cuci tanga cara terbaik. Selain itu juga banyak istirahat, minum minuman
hangat, berkumur dengan air garam yang hangat, hindari asap rokok dan polutan
udara lainnya, jangan menggunakan gelas minum dan peralatan makan untuk bersama –
sama. Pencegahan lain yang menggunakan logika adalah saat batuk atau bersin
gunakan tisu atau lengan anda dan hindari berada dekat dengan orang yang sedang
sakit. Disamping itu dari hasil observasi dan wawancara pada lima orang remaja,
diketahui bahwa remaja putri memiliki kebiasaan makan yang berminyak, pedas, dan
sering mengkonsumsi air minum yang dingin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Konsep Teoritis dari Tonsilitis ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan dari Tonsilitis ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Teoritis dari Tonsilitis
2. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan dari Tonsilitis
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Tonsilitis
Tonsilitis merupakan terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari
jaringan tonsil dengan lekosit, sel-sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam kripta.
Tanda dan gejala tonsillitis ini adalah nyeri tenggorokan, nyeri telan dan kesulitan
menelan, demam, pembesaran tonsil mulut berbau dan kadang telinga terasa sakit
(North American Nursing Diagnosis Associatioan, 2012).
Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan jaringan tonsil dengan
pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam kripta
(Derricson, 2009).
Macam-macam tonsillitis, ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk ,2007 ) yaitu:
1. Tonsilitis Akut
a. Tonsilis viral
Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang disertai
rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta
hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus
viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit bakteri
yang mulai mati.
2. Tonsilitis Membranosa
a. Tonsilitis difteri
Penyebab yaitu oleh kuman coryne bacterium diphteriae, kuman yang
termasuk gram positif dan hidung disalurkan napas bagian atas yaitu hidung, faring
dan laring.
b. Tonsilitis septik
Penyebab sterptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi seningga
menimbulkan epidemi. Oleh karena itu di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan
cara paste urisasi sebelum di minum maka penyakit ini jarang di temukan.
c. Angina Plaut Vincent
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin
3. Tonsilis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan
fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

B. Etiologi

Penyebab utama tonsilitis adalah kuman golongan streptokokus (streptokus α ,


streptokokus ß hemolycitus, viridians dan pyogeneses), penyebab yang lain yaitu
infeksi virus (influenza, serta herpes). (Nic & Noc,2008).

Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi


membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis (Soepardi, Effiaty
Arsyad,dkk, 2007).

C. Manifestasi Klinis
1. Menurut Smeltzer, Suzanne (2000)
Gejala yang timbul yaitu sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan
menelan.
2. Mennurut Effiaty Arsyad Soepardi,dkk ( 2007 )
a. Nyeri tenggorokan
b. Tidak nafsu makan
c. Nyeri menelan
d. Kadang-kadang disertai otalgia
e. Demam tinggi
f. Pembesaran kelenjar submandibuler dan nyeri tekan.

D. Patofisiologis

Mula-mula infilttrasi pada lapisan epitel. Bila epitel terkikis, maka jaringan
limpofid superficial menandakan reaksi, terdapat pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonukuler. Proses ini secara klinis tampak pada kriptus
tonsil yang berisi bercak kuning disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan
leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas. Akibat dari proses ini akan terjadi
pembengkakan atau pembesaran tonsil ini, nyeri menelan, disfalgia. Kadang apabila
terjadi pembesaran melebihi uvula dapat menyebabkan kesulitan bernafas.

Apabila kedua tonsil bertamu pada garis tengah yang disebut kidding tonsil
dapat terjadi penyumbatan pengaliran udara dan makanan. Komplikasi yang sering
terjadi akibat disflagia dan nyeri saat menelan, klien akan mengalami malnutrisi
yang ditandai dengan gangguan tumbuh kembang, malaise, mudah mengantuk.
Pembesaran adenoid mungkin dapat menghambat ruang samping belakang hidung
yang membuat kerusakan lewat udara dari hidung ke tenggorokan, sehingga akan
bernafas melalui mulut. Bila bernafas terus lewat mulut maka mukosa membrane
dari orofaring menjadi kering dan teriritasi, adenoid yang mendekati tuba eustachus
dapat meyumbat saluran mengakibatkan berkembangnya otitis media, ( Reeves, J
Charlene, 2001 ).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis leukosit
2. Tes antibodi heterofil (Paul-Bunnell atau Monospot)
3. Swab tenggorok untuk S. pyogernes: bila negatif, periksa titer antistreptolisin O
(ASO) serum fase akut dan konvalesens.
4. Bila mungkin terdapat difteri: swab tenggorok untuk C diphtheria (laboratorium
telepon); elektrokardiogram (EKG) untuk mendeteksi miokarditis
5. Swab tenggorok untuk kultur virus .
6. Kultur darah (untuk Fusobocterium necrophorum)
7. Rontgen toraks untuk mengetahui adanya abses paru (E necruphorum) jika pasien
tampak tidak sehat secara sistemik.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien tonsillitis, (Mansjoer, A 2000) :
a. Penatalaksanaan tonsilitis akut
1) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau
obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klidomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk
mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
3) Berikan tirah baring untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu
atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
4) Pemberian antipiretik.
b. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN TONSILITIS

A. Pengkajian
Fokus pengkajian menurut Firman (2006) yaitu :
a. Wawancara
1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsilitis)
2) Apakah pengobatan adekuat
3) Kapan gejala itu muncul
4) Bagaimana pola makannya
5) Apakah rutin atau rajin membersihkan mulut
b. Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian menurut Doenges (2000), yaitu :
1) Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut, khawatir. Tanda : ansietas, depresi, menolak.
2) Makanan atau Cairan
Gejala : Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak,
inflamasi
3) Hygiene
Tanda : kebersihan gigi dan mulut buruk
4) Nyeri atau keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati. Gejala : Sakit tenggorokan kronik,
penyebaran nyeri ke telinga
5) Pernapasan
Gejala : Riwayat menghisap asap rokok (mungkin ada anggota keluarga
yang merokok), tinggal di tempat yang berdebu.
6) Tenggorokan
Inspeksi : Tonsil membesar dan berwarna kemerahan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, pembesaran kelenjar limfoid
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan
b. Resiko tidak ketidakfektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
Tujuan : tidak ada masalah tentang nyeri, nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang dan ekspresi wajah tampak rileks.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Rasional : sebagai dasar penentuan
intervensi berikutnya.
2) Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi atau latihan nafas dalam.
Rasional : teknik distraksi atau latihan nafas dalam dapat mengurangi nyeri.
3) Tingkatkan istirahat klien. Rasional : istirahat dapat melupakan dari rasa nyeri
4) Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan minum air dingin atau es,
hindarkan makanan panas, pedas, keras dan melakukan teknik relaksasi. Rasional :
tindakan non analgesik diberikan dengan cara alternatif untuk mengurangi nyeri dan
menghilangkan ketidaknyamanan
5) Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman Rasional : menurunkan stres dan
rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat. (Doenges, 2000)
b. Risiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret.
Tujuan : jalan nafas efektif.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan, risiko ketidakefektifan jalan
nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya secret.
Intervensi :
1) Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan. Rasional : pernafasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
2) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya mengi, krekles atau
ronkhi. Rasional : bunyi nafas krekles dan ronkhi terdengar pada inspirasi atau
ekspirasi pada respon terhadap pegumpulan sekret.
3) Kaji klien un tuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur. Rasional : peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernafasan
4) Dorong klien untuk mengeluarkan lendir secara perlahan. Rasional :
membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Pasien menjadi tahu peroses penyakit
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan, Defisiensi pengetahuan
dapat teratasi dengan ditandai dengan pasien paham tentang pengetahuan
penyakitnya .
1). Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2). Pasien dan keluarga mampu menjelaskan prosedur yang dijelaskan secara benar
3). Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi :
1).Berikan penelitian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
2). Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,dengan cara yang tepat.
3). Gambaran tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,dengan cara yang
tepat
4). Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

C. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan dari pelaksana adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah diterapkan, yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (nursalam.2001).

D. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Nursalam, 2001).
Adapun evaluasi dari tiap-tiap masalah diatas adalah :
a. Nyeri berkurang atau teratasi Kriteria hasil ; Reflek menelan baik, tidak ada
masalah saat makan, tidak mengalami batu saat menelan,menelan secara
normal ,menelan dengan nyaman
b. Keseimbangan cairan terpenuhi Kriteria hasil : mukosa bibir lembab, tugor kulit
baik, ttv stabil
c. Pola nafas efektif Kreiteria haris : Tidak mengalami sesak nafas, pernafasan dam
batas normal, tidak terjadi batuk
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tonsilektomi Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan
pembekakan dari jaringan Tonsil dengan pengumpalan Leokosit, sel-sel epitel
mati dan bakteri pathogen dalam kripto. Selama pengkajian hingga proses
keperawatan pada pasien Tonsilitis Akut ini, penulis dapat memahami dan
menerapkan pendekatan proses asuhan keperawatan. Penulis dapat menyusun
intervensi dan implementasi pada pasien penderita Tonsilitis Akut serta dapat
membuat diagnosa berdasarkan analisa data dan tinjauan teori. Setelah
dilakukan proses keperawatan , jadi apapun yang bersifat pengetahuan,
hartusnya terlebih dahulu mengetahui dan mempelajari teori, karena teori
merupakan hasil penelitian dan pengamatan para ahli yang sudah terpercaya.
Denagn begitu penulis masih harus banyak belajar lagi sehingga mampu
menerapkan sistem pendokumentasian keperawatan yang benar dan nayta pada
penderita Tonsilitis Akut.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulis masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat
membangun bagi penlis. Saran dapat berupa :
a. Untuk perawat dan tenaga medis agar selalu meningkatkan keprofesionalisme
agar mempercepat proses penyembuhan.
b. Untuk pasien diharapkan makan sedikit tapi sering, belajar gerak aktif dan
pasif untuk mempercepat kesembuhan.
c. Untuk keluarga pasien hendaknya mendukung moral pasien untuk
mempercepat pemulihan.
d. Pemberian penyuluhan kesehatan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat mengetahui tentang gejala dan dapat mengetahui
pencegahan penyakit Tontilitis Akut
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/8271/3/HANUNG%20MAULANA%20HIDAYATULLOH
%20BAB%20II.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/136/jtptunimus-gdl-danycahyak-6760-2-bab2.pdf

Manurung R. 2016. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pencengahan


Tonsilitis Pada Remaja Putri Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA. 2(1)

Anda mungkin juga menyukai