Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

CASE BASED DISCUSSION


“HIPERTROFI TONSIL”

Oleh :

Nama : Irawati Sofia


NIM : 019.06.0044

Dosen Pendidik Klinis :


dr. Zainul Mujahid, Sp. THT-KL

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK SMF THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM
MATARA
M 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
segala limpahan nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan CBD yang
berjudul “Hipertrofi Tonsil”
Dalam penyusunan laporan ini, saya banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, masukan dan motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, saya
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dokter Pendidik Klinis (dr.
Zainul Mujahid, Sp. THT-KL ) yang telah memberi arahan dan penjelasan
tentang tata cara penulisan laporan ini.
Saya menyadari penulisan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram yang
sedang menjalaniklinik di RSUD Kota Mataram.

Mataram, 20 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................2
1.1 Latar Belakang...............................................................................2
BAB II LAPORAN KASUS.......................................................................4
2.1 Identitas Pasien..............................................................................4
2.2 Anamnesis.....................................................................................4
2.3 Pemeriksaan Fisik..........................................................................5
2.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................17
2.5 Resume Kasus..............................................................................18
2.6 Diagnosis Utama..........................................................................18
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................18
2.8 Prognosis.......................................................................................18
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..............................................................20
3.1 Definisi Hipertrofi Tonsil.............................................................20
3.2 Etiologi Hipertrofi Tonsil.............................................................20
3.3 Patofisiologi Hipertrofi Tonsil.....................................................20
3.4 Diagnosis Hipertrofi Tonsil..........................................................21
3.5 Penatalaksanaan Hipertrofi Tonsil...............................................23
3.6 Komplikasi Hipertrofi Tonsil......................................................23
3.7 Prognosis Hipertrofi Tonsil..........................................................23
3.8 Komplikasi Hipertrofi Tonsil.......................................................23
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................24
4.1 Identitas Pasien..............................................................................24
4.2. Anamnesis Pasien.........................................................................24
4.3 Pemeriksaan Fisik Pasien..............................................................24
4.4. Diagnosis Pasien...........................................................................25
BAB V PENUTUP......................................................................................26
5.1 Kesimpulan...................................................................................27

ii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................20

BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Tonsil atau amandel adalah organ independen yang dibangun oleh
jaringan limfoid. Sebagai benteng pertama melawan patogen asing,
amandel dapat secara selektif mengatur respons imun di lingkungan
internal. Fungsi tonsil ialah bertindak sebagai penjaga untuk menjaga
terhadap benda asing seperti virus, bakteri dan antigen lain yang masuk
melalui kontak inhalasi dan konsumsi. Ada dua mekanisme yaitu:
Memberikan kekebalan lokal dan menyediakan mekanisme pengawasan
tubuh yang menyeluruh bersiap untuk pertahanan. Kedua mekanisme ini
dioperasikan melalui humoral dan imunitas seluler (Dhingra, 2018).
Hipertrofi tonsil mengacu pada pembesaran amandel tanpa
komplikasi peradangan. Jaringan limfoid mengalami degenerasi pada
usia dewasa. Oleh karena itu, hipertrofi tonsil jauh lebih umum,
karakteristiknya, dan penyebab gangguan obstruktif pernapasan saat
tidur (SDB) pada anak-anak. Selain itu pada anak-anak, amandel dapat
memicu infeksi yang dapat menyebabkan tonsilitis akut atau kronis
(Huang et al., 2020).
Gejala radang amandel antara lain sakit tenggorokan, demam,
pembesaran amandel, sulit menelan, dan pembengkakan kelenjar getah
bening di sekitar leher. Tonsilitis berulang (RI) didiagnosis ketika
tonsilitis kambuh seperti yang ditunjukkan oleh ≥7 episode infeksi
tenggorokan (terdokumentasi dengan baik, penting secara klinis, diobati
secara memadai) pada tahun sebelumnya, atau≥5 episode dalam masing-
masing 2 tahun sebelumnya, atau≥3 episode di masing-masing 3 tahun
sebelumnya (Huang et al., 2020).
Penyakit amandel secara rutin diobati dengan antibiotik atau

iii
tonsilektomi. Tonsilektomi paling direkomendasikan pada anak yang
memenuhi standar pedoman tonsilektomi AAO-HNS, namun
kontroversi masih terdapat mengenai indikasi dan manfaat/bahaya
setelah menghilangkan organ kekebalan ini.
Hipertrofi tonsil adalah penyakit umum dengan morbiditas 1% –
3% pada anak-anak berusia 2 hingga 6 tahun (Gao Shuwei dan Xu,
2020). Amandel yang membesar dapat menyebabkan penyumbatan
saluran napas, mendengkur, bernapas melalui mulut, dan gejala lainnya,
sedangkan bernapas melalui mulut dalam waktu lama dapat
menyebabkan kelainan bentuk oromandibular (Mora dkk., 2003). Oleh
karena itu, penatalaksanaan hipertrofi tonsil sangat penting bagi anak-
anak (Souza dkk., 2013;Soylu dkk., 2016). Etiologi umum hipertrofi
tonsil saat ini dianggap sebagai stimulasi inflamasi jangka panjang dan
berhubungan erat dengan mikrobiota (Xue dkk., 2014). Namun,
patogenesis pasti dari hipertrofi tonsil belum teridentifikasi.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 24 tahun
Alamat : Sembalun, Desa Tanjung Karang, Kec. Sekarbela
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
MRS : 09/09/2023

2.2 Anamnesis
a) Keluhan Utama
Nyeri tenggorokan, nyeri menelan, sulit membuka mulut
sejak 1 minggu yang lalu disertai demam dan mual, nyeri di telinga
kanan serta benjolan di submandibular dextra
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. M usia 24 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Mataram dengan keluhan nyeri tenggorokan, nyeri
menelan dan sulit membuka mulut sejak 1 minggu yang lalu, pasien
masih bisa menelan makanan sedikit-demi sedikit, demam (+), mual
(+), muntah (-), batuk hilang timbul serta nyeri pada telinga kanan
sejak hari rabu tanggal 6 september 2023. Keluhan akan bertambah
memberat ketika pasien mengkonsumsi makanan serta membuka
mulut. Sedangkan untuk memperingan gejala pasien biasanya
istirahat. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya benjolan pada
submandibula dextra.

3
Awalnya mula keluhan tidak terlalu diperhatikan oleh
pasien sehingga keluhan yang dirasakan semakin hari semakin
memberat akhirnya pasien memutuskan untuk ke IGD RSUD Kota
Mataram. Sesampainya di IGD pasien dikonsultasikan ke bagian
bedah dikarenakan adanya benjolan lunak di submandibula dextra.
Tetapi berdasarkan keluhan lain seperti nyeri tenggorokan, nyeri
menelan, sulit membuka mulut akhirnya pasien dikonsultasikan ke
bagian THT-KL, sehingga ditemukan lah diagnosis dari kondisi
pasien tersebut adalah Hipertrofi tonsil.
Setelah 2 hari di lakukan perawatan di Rumah Sakit
akhirnya pasien diperbolehkan pulang. Hal ini dikarenakan kondisi
pasien sudah membaik serta tidak ada keluhan yang berbahaya.

c) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami tonsilitis sejak 1 tahun lalu.
d) Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat Penyakit
Atopi : Asma : Tidak
ada
Alergi : Tidak ada
 Riwayat Penyakit Metabolik :
Diabetes Melitus : Tidak ada
Gangguan Hormon Tiroid : Tidak
ada
 Riwayat Penyakit Kardiovaskular :
Penyakit Jantung : Tidak Ada
e) Riwayat Sosial : Kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas

2.3 Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Baik


 Kesadaran/GCS : Composmentis / E4V5M6
 Tanda Vital

4
 Tekanan Darah : 122/80 mmHg
 Nadi : 78x/menit
 Laju Pernapasan : 17 x/menit
 Suhu : 37.5oC
 SpO2 : 98 %
 Antropometri
 Berat badan : 68 kg
 Tinggi badan : 160 cm

 Status THT-KL

TELINGA KANAN KIRI


Aurikula
Normal Normal
 Bentuk
Normal Normal
 Ukuran
Tidak ada Tidak ada
 Peradangan
Tidak ada Tidak ada
 Massa
Tidak ada Tidak ada
 Nyeri Tarik
Pre-Aurikula
Tidak ada Tidak ada
 Fistula
Tidak ada Tidak ada
 Sikatrik

 Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada


 Massa Tidak ada Tidak ada
Post- Aurikula
Tidak ada Tidak ada
 Massa
Tidak ada Tidak ada
 Nyeri tekan
Tidak ada Tidak ada
 Fistula

5
CAE
 Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
 Edema Tidak ada Tidak ada
 Secret Tidak ada Tidak ada
 Serumen Minimal (+) Tidak ada
 Massa/benda asing Tidak ada Tidak ada

Membran Timpani
 Permukaan Intak Intak
 Warna Putih Mutiara Putih Mutiara
 Perforasi (lokasi,
Tidak ada Tidak ada
bentuk, ukuran)
 Cone of light (+) (+)

HIDUNG DAN SINUS KANAN KIRI


Nasus eksternus
Normal Normal
 Dorsum nasi
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
 Ala nasi
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
 Frontalis
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
 Fossa kanina
RINOSKOPI KANAN KIRI
ANTERIOR
Vestibulum nasi
Ada Tidak Tidak ada
 Sekret
Tidak ada Tidak ada
 Krusta
Tidak ada Tidak
 Furunkel
ada
Kavum nasi

6
Meatus inferior
Tidak ada Tidak ada
 Sekret
Tidak ada Tidak ada
 Edema
Tidak Tidak
 Polip
ada ada
Konka inferior
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
 Warna
Licin Licin
 Permukaan
Eutrofi Eutrofi
 Edema/hipertropi
Meatus media
Ada (berwarna Tidak ada
 Sekret
putih) Tidak ada Tidak ada
 Edema
Tidak ada Tidak ada
 Polip
Konka media
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
 Warna
Licin Licin
 Permukaan
Hipertropi (-) Eutrofi
 Edema/hipertropi
Septum nasi
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
 Mukosa
Tidak ada Tidak ada
 Deviasi
Tidak ada Tidak ada
 Eskoriasi
 Perforasi Tidak ada Tidak ada
Dasar kavum nasi Lapang (+), Sekret (-), Lapang (+), Sekret (-),
Hiperemis (-), Polip (-) Hiperemis (-), Polip (-)
Fenomena Palatum Mole Tidak di Evaluasi Tidak di Evaluasi
Rinoskopi Posterior Tidak di Evaluasi Tidak di Evaluasi
Transluminasi Tidak di Evaluasi Tidak di Evaluasi
RONGGA MULUT KANAN KIRI
DAN FARING

7
Mulut
Simetris Simetris
 Bibir
Tidak ada Tidak ada
 Trismus
Karies (-) Karies (-)
 Gigi
Edema (-) Hiperemis (-) Edema (-) Hiperemis (-)
 Gingiva
Atropi (-) Atropi (-)
 Lidah
Normal Normal
 Palatum durum
Dinding Posterior Faring
 Mukosa
 Granule Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Tidak ada Tidak ada
 Penonjolan
Tidak ada Tidak ada
 Post Nasal Drip
Tidak ada Tidak ada

Palatum Mole Normal Normal


Arkus Faring Anterior
Arkus Faring Posterior Hiperemis (-), Hiperemis (-),
Paralisis (-) Paralisis (-)
Uvula Hiperemis (-), Hiperemis (-),
Paralisis (-) Paralisis (-)
Tonsil

 Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)


 Pembesaran T4 T4
 Detritus Tidak ada Tidak ada
 Kripte Tidak ada Tidak ada

 Mobilitas Tidak di evaluasi Tidak di evaluasi

LARINGOSKOPI Tidak di Evaluasi


INDIREK
LEHER KANAN KIRI
Massa Ada Tidak ada

8
Trakea Simetris, benjolan Simetris, benjolan (-),
(-), nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
SARAF KRANIALIS Tidak di Evaluasi
TES GARPUTALA Tidak di Evaluasi

9
Pada gambaran klinis tonsil pasien didapatkan hasil T4/T4, Kripte
melebar, Detritus (-) dan Hiperemis(-).

 Hasil Follow Up Pasien Tanggal 10 September (08.00)

Nama : mehram/P/24tahun

Dpjp : dr. Zainul, Sp.THT

S/ os merasakan sakit menelan dan nyeri telinga sebelah kanan sejak


hari rabu.

O/

TD : 122/80 mmHg

N : 87x/m

RR : 17x/m

Suhu : 37,5 C

Pemeriksaan khusus THT

Telinga kiri : MT intak, serumen (-)

Telinga kanan : MT intak, serumen (+)

Hidung kanan : lapang (+), konka inf dan med hipertrofi (-), secret (+)

Hidung kiri : lapang (+), konka inf dan med hipertrofi (-), secret (+)

Tenggorokan : tonsilitis T4 kedua sisi, post nasal drip (-)

Leher : submandibular dextra teraba benjolan tunggal dengan


konsistensi lunak

A/ susp: tonsilitis T4 + abses submandibular

P/

- antibiotik lanjut

- inj metilprednisolon 3x125 mg

- Inj dexketoprofen 3x1 ampule

1
- Inj lansoprazole 2x30 mg

- Kumur betadin di tenggorokan setelah makan

- Diet bubur + minum hangat

- Kompres hangat leher yg bengkak 3x1 hari 15 menit

- Observasi keluhan umum dan nyeri menelan

- rencana konservatif hingga divisite hari ini

 Hasil Follow up Pasien 10/09/2023 (13:30)

Follow Up Pasien IRNA IIIA

Pukul : 13:30 WITA

Identitas : Mehram /Perempuan /24 tahun

DPJP : dr. Zainul Mujahid, Sp. THT-KL

S : Pasien mengeluhkan nyeri menelan sejak 3 hari yang lalu, dan


pasien tidak bisa membuka mulut secara maksimal

O/ KU : Baik

TD : 110/75mmHg

N: : 82x/m

Suhu: 36.5 °C

R : 22x/m

Pemeriksaan fisik :

Wajah: tampak normal

Telinga :

Aurikula kanan : Bentuk dan ukuran telinga normal, sikatrik(-


),infeksi(-), massa(-), nyeri tekan tragus(-) , nyeri tarik aurikula (-)

Aurikula kiri : bentuk dan ukuran telinga kiri normal. Nyeri tarik

1
aurikula (-), nyeri tekan tragus (-)

Liang telinga kanan : lapang (+), serumen (+), MT : intak, permukaan


licin, warna putih mutiara

Liang telinga kiri : lapang, MT: intak, permukaan licin, warna putih
mutiara, sekret (-), serumen minimal,cone of light (+)

Hidung :

cavum nasi kanan : hiperemis(-), sekret (-), darah(-), septum nasi


hiperemis (-) konka inferior dan konka media : edema/hipertrofi (-)

meatus inferior dan meatus media : sekret (+)

Cavum nasi kiri: hiperemis(-) sekret(-) konka inferior dan konka


media : edema/hipertrofi (-) meatus inferior dan meatus media :
sekret (+)

Mulut :

Gigi : karies (-)

Ginggiva : edema (-) hiperemis (-)

Lidah : atropi (-)

Tonsil : T4/T4

Tenggorokan : tonsilitis T4 kedua sisi, post nasal drip (-)

Leher : submandibular dextra teraba benjolan tunggal dengan


konsistensi lunak

Pemeriksaan Radiologi:

CT Scan Leher dengan dan tanpa kontras

Kesan : Buldging soft tissue (12-22 HU) pada regio deep neck kanan
kiri (dominan kanan) yang meliputi, nasofaring kanan, faringeal
mucosal space kanan kiri, peritonsiler kanan kiri, submandibular
kanan kiri, suspek abses add massa Limpadenopaty pada regio colli
kanan kiri dengan ukuran rata-rata 1,5 cm.

1
Pemeriksaan Laboratorium

09/09/23 IGD

Hb : 12.4 g/dL

Jumlah Eritrosit : 4.22 10^6/uL

Trombosit : 343 10^3/uL

Leukosit : 28.15 10^3/uL

HbsAg : negatif

A / Susp: Tonsilitis T4 + Abses Submandibular

P/

-antibiotik Cefoperazon dan metronidazol

- inj metilprednisolon 3x125 mg

- Inj dexketoprofen 3x1 ampule

- Inj lansoprazole 2x30 mg

- Kumur betadin di tenggorokan setelah makan

- Diet bubur + minum hangat

- Kompres hangat leher yg bengkak 3x1 hari 15 menit

- Observasi keluhan umum dan nyeri

-rencana konservatif hingga divisite hari ini

 Hasil Follow up Pasien 11/09/2023 (07:00)

Follow Up Pasien IRNA IIIA

Pukul : 07:00 WITA

Identitas : Mehram /Perempuan /24 tahun

DPJP : dr. Zainul Mujahid, Sp. THT-KL

1
S : Nyeri menelan berkurang,sukar menelan berkurang, dapat
membuka mulut lebar, dan batuk

O/ KU : Baik

TD : 121/86mmHg

N: : 91x/m

T: 36,3°C

R : 21x/m

Pemeriksaan fisik :

Wajah: tampak normal

Telinga :

Aurikula kanan : Bentuk dan ukuran telinga normal, sikatrik(-),infeksi(-


), massa(-), nyeri tekan tragus(-) , nyeri tarik aurikula (-)

Aurikula kiri : bentuk dan ukuran telinga kiri normal. Nyeri tarik
aurikula (-), nyeri tekan tragus (-)

Liang telinga kanan : lapang (+), serumen (+), MT : intak, permukaan


licin, warna putih mutiara

Liang telinga kiri : lapang, MT: intak, permukaan licin, warna putih
mutiara, sekret (-), serumen minimal,cone of light (+)

Hidung :

cavum nasi kanan : hiperemis(-), sekret (-), darah(-), septum nasi


hiperemis (-) konka inferior dan konka media : edema/hipertrofi (-)

meatus inferior dan meatus media : sekret (+)

Cavum nasi kiri: hiperemis(-) sekret(-) konka inferior dan konka media
: edema/hipertrofi (-) meatus inferior dan meatus media : sekret (+)

Mulut :

Gigi : karies (-)

1
Ginggiva : edema (-) hiperemis (-)

Lidah : atropi (-)

Tonsil : T4/T4

Tenggorokan : tonsilitis T4 kedua sisi, post nasal drip (-)

Leher : submandibular dextra teraba benjolan tunggal dengan


konsistensi lunak

Pemeriksaan Radiologi:

CT Scan Leher dengan dan tanpa kontras

Kesan : Buldging soft tissue (12-22 HU) pada regio deep neck kanan
kiri (dominan kanan) yang meliputi, nasofaring kanan, faringeal
mucosal space kanan kiri, peritonsiler kanan kiri, submandibular
kanan kiri, suspek abses add massa Limpadenopaty pada regio colli
kanan kiri dengan ukuran rata-rata 1,5 cm.

Pemeriksaan Laboratorium

09/09/23 IGD

Hb : 12.4 g/dL

Jumlah Eritrosit : 4.22 10^6/uL

Trombosit : 343 10^3/uL

Leukosit : 28.15 10^3/uL

HbsAg : negatif

A / Susp: Tonsilitis T4 + Abses Submandibular

P/

-antibiotik Cefoperazon dan metronidazol (stop)

- inj metilprednisolon 3x125 mg

- Inj dexketoprofen 3x1 ampule

- Inj lansoprazole 2x30 mg

1
- Kumur betadin di tenggorokan setelah makan

- Diet bubur + minum hangat

- Kompres hangat leher yg bengkak 3x1 hari 15 menit

- Observasi keluhan umum dan nyeri menelan

- rencana konservatif hingga divisite hari ini

2.4 Pemeriksaan Penunjang Sesuai Kasus


o Radiologi

Rontgen Thorax PA CT Scan Sinus Paranasalis

o Pemeriksaan Laboratorium : Darah lengkap

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN


Hematologi Lengkap
Hb 12.4 12.3 – 15.3 g/dL
Jumlah Eritrosit 4.22 4.10 – 5.10 106/uL
Hematokrit 36.0 35.0 – 47.0 %
Jumlah Trombosit 343 150 – 450 103/uL

Jumlah Lekosit H 28.15 4.50 – 11.50 103/uL


Koagulasi

1
PT

Pasien (PT) 11.0 9.9 – 11.6 detik


Kontrol (PT) 11.0 detik
APTT
Pasien (APTT) 31.9 23.9 – 39.8 detik
Kontrol (APTT) 25.5 detik
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu L 67 80 – 120 mg/dL
Urea Darah L 13.4 17.0 – 43.0 mg/dL
Kreatinin Darah 0.65 0.60 – 1.00 mg/dL
eGFR 125 >90 mL/min/1.73m2
Na, K, Cl
Natrium darah L 134 136 – 145 mmol/L
Kalium darah 3.8 3.5 – 5.1 mmol/L
Klorida darah 102 98 – 107 mmol/L
Serologi
HbsAg Negatif Negatif

2.5 Resume Kasus


Pasien An. M berusia 24 tahun datang dengan keluhan utama yaitu
nyeri tenggorokan, nyeri menelan dan sulit membuka mulut sejak 1
minggu yang lalu disertai dengan demam dan mual, keluhan dirasakan
hilang timbul. Pasien mengatakan sangat nyeri ketika menelan, tetapi
masih bisa makan dan minum sedikit demi sedikit. Keluhan yang
dirasakan pasien bertambah berat ketika makan dan minum serta
membuka mulut. Selain itu pasien juga mengatakan bahwa ia memiliki
riwayat penyakit dahulu berupa tonsilitis sejak 1 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan TTV didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
fisik telinga dan hidung dalam batas normal, pada pemeriksaan rongga

1
mulut dan faring ditemukan adanya pembesaran tonsil T4/T4, serta pada
pemeriksaan fisik leher ditemukan adanya benjolan tunggal dengan
konsistensi lunak pada daerah submandibular dextra.

2.6 Diagnosis Utama


 Hipertropi Tonsil
2.7 Penatalaksanaa
n
o Farmakologi
- Antibiotik Cefoperazone dan Metronidazole
- Inj Metilprednisolone 3x125 mg
- Inj Dexkotoprofen 3x1 ampule
- Inj Lansoprazole 2x30 mg
o Non-Farmakologi
- Kumur betadin di tenggorokan setelah makan
- Diet bubu + minum air hangat
- Kompres dengan air hangat leher yang bengkak 3x1 hari
selama 15 menit
- Observasi keluhan umum dan nyeri menelan

2.8 Prognosis
 Ad Vitam : Dubia
 Ad Functionam : Dubia
 Ad Sanationam : Dubia

1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Hipertrofi Tonsil


Hipertrofi tonsil adalah penyakit THT yang umum terjadi, Hipertrofi
tonsil merupakan pembesaran dari tonsil yang disebabkan oleh berbagai
faktor, termasuk patogen, alergi atau proses inflamasi (Huang et al.,
2020).
Hipertrofi tonsil dapat ditemukan pada penyakit-penyakitseperti
tonsilitis akut, tonsilitis kronik maupun pada keganasan tonsil.

3.2 Etiologi Hipertrofi Tonsil


1) Infeksi
2) Alergi
3) Inflamasi (faringitis rekuren, tonsilitis)
4) Keganasan (limfoma, squamous cell carcinoma)
5) Autoimun (sindrom autoimun limfoproliferatif)
6) Penyakit lisosomal (mukopolisakaridosis).
7) Idiopatik, dengan penyebab tidak diketahui (Amer et al., 2020;
Bochner et al., 2017).

3.3 Patofisiologi Hipertrofi Tonsil


Tonsil merupakan organ yang berkembang dari epitel
cavum oronasal dan stroma mesenkim sel limfoid. Ukurannya terus
membesar dan mencapai puncak di usia 7 tahun (Shuaibu et al., 2022).
Patofisiologi tergantung dari penyebabnya (etiologi) sehingga terjadi
hipertrofi dari jaringan limfoid (Huang et al., 2020; Hubballi et al.,
2020). Tonsil merupakan bagian dari cincin Waldayer yang berfungsi
menjadi pertahanan pertama melawan patogen di jalan napas dan sistem
pencernaan (Hubballi et al., 2020).

1
3.4 Diagnosis Hipertrofi Tonsil
a) Gejala Klinis

Bisa asimtomatik. Namun gejala yang muncul bisa berupa


napas menggunakan mulut (napas keras dengan mulut terbuka),
mendengkur, obstructive sleep apnea (OSA), disfagia, halitosis,
tanpa gejala infeksi (demam, limfadenopati), batuk dan tersedak di
malam hari (Brodsky, 1989; Lemyze & Raphael, 2010). Pada anak
bisa gangguan minum susu dan gangguan dalam aktivitas dan
akademik di sekolah (Lemyze & Raphael, 2010).

b) Pemeriksaan Fisik
Pada saat pemeriksaan fisik rongga mulut bisa ditemukan
pembesaran tonsil dengan berbagai grade (Lemyze & Raphael,
2010).

Tabel 1 Grading Pembesaran Tonsil (Brodsky, 1989)


Grade Keterangan
0 Apabila tonsil beraada di dalam fosa tonsil atau telah di
angkat
+1 Apabila besar tonsil ¼ jarak arkus anterior dan uvula
+2 Apabila besar tonsil 2/4 jarak arkus anterior dan uvula
+3 Apabila besar tonsil 3/4 jarak arkus anterior dan uvula
+4 Apabilabesar tonsil mencapai arkus anterior atau lebih

2
Gambar 3.1 Grading Hipertrofi Tonsil (Brodsky, 1989)

c) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan
pemeriksaan laboratorium salah satunya pemeriksaan mikrobiologi,
yakni melewati swab jaringan inti tonsil maupun permukaan tonsil
(Slouka, D, et al. 2021). Gold standard pemeriksaan tonsil adalah
kultur dari dalam tonsil.
Selain pemeriksaan mikrobiologi ini, adapula pemeriksaan
histopatologi yang dikatakan dapat dipakai untuk membantu
menegakkan diagnosis. Pemeriksaan histopatologi diindikasikan
jika ada pembesaran tonsil asimetri untuk mengeluarkan diagnosis
banding tumor maupun keganasan atau pembesaran tonsil > 40
tahun yang berisiko terjadi keganasan (Bochner et al., 2017;
Maharjan et al., 2017).

2
3.5 Diagnosis Banding Hipertrofi Tonsil
1) Abses Tonsil
Pada abses tonsil terjadi perubahan suara (hot potato voice),
odinofagia, dan demam tinggi. Umumnya kasus abses tonsil terjadi
unilateral yang bisa membuat hipertrofi palatum mole dengan
menggeser uvula ke kontralateral. Jika terjadi abses tonsil bilateral
maka bisa terjadi hipertrofi paltum mole bilateral dengan
menggeser uvula ke anterior. Biasa terjadi pada dewasa muda
(Lemyze & Raphael, 2010).
2) Tonsilitis
Demam akut, nyeri tenggorokan, nyeri saat menelan,
bengkak pada faring, tonsil eritema dan eksudasi, sering terjadi
limfadenopati servikaln (Lemyze & Raphael, 2010).
3) Tumor Tonsil
Hipertrofi tonsil unilateral bisa terjadi kasus tumor jinak
dan ganas, kasus tersering adalah limfoma. Maka untuk
mengkonfirmasi diagnosisnya perlu dilakukan tonsilektomi
(Brodsky, 1989).
4) Hipertrofi Adeno-Tonsiler
Merupakan salah satu penyebab tersering juga terjadinya
OSA pada anak (Shuaibu et al., 2022). Gangguan suara bisa
menentukan lokasi kelainannya, jika terjadi suara hiponasal maka
terjadi hipertrofi adenoid namun jika suara teredam terjadi pada
hipertrofi tonsil (Wirattami & Murdiyo, 2022).
3.6 Tatalaksana Hipertrofi Tonsil
A. Farmakologi
Terapi menggunakan antibiotik beta-laktamase dapat
bermanfaat untuk profilaksis hipertrofi tonsil yang mungkin bisa
mengecilkan hipertrofi tonsil terutama yang masih terjadi hipertrofi
(6-12 bulan) (Brodsky, 1989).

2
B. Non-Farmakologi
a. Mencegah etiologi yang bisa diperbaiki
b. Tonsilektomi
Indikasi tonsilektomi, yaitu pada hipertrofi tonsil yang
menyebabkan obstruksi jalan napas (sleep apnoea), sulit
menelan, dan gangguan berbicara, terjadi komplikasi lain
akibat hipertrofi tonsil (Dhingra & Dhingra, 2017). Indikasi
lain bisa disesuaikan dengan pedoman tonsilektomi dari AAO-
HNS (Huang et al., 2020)

3.7 Komplikasi Hipertrofi Tonsil


A) Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Merupakan gangguan napas saat tidur ditandai dengan henti
napas (apnea) minimal 10 detik/ episode dengan gejala klinis lain
seperti tidur mendengkur, rasa mengantuk (day time
hypersomnolence), kurang konsentrasi, gelisah pada malam hari,
sakit, perubahan mood, nokturia, terbangun karena tersedak serta
terdapat kejadian apnea yang dilihat oleh partner pasien
(Wulandari, 2021). Penyebab OSA pada anak terutama karena
hipertrofi tonsil dan adenoid (Wirattami & Murdiyo, 2022).
Sebanyak 10% pasien OSA berhubungan dengan hipertrofi tonsil
(Wulandari, 2021).
B) Jantung dan Paru-Paru
Bisa menyebabkan hipoventilasi alveolar kronik, hipertensi
pulmoner, cor pulmonale, dan gagal jantung kanan (Lemyze &
Raphael, 2010). Namun komplikasi ini jarang terjadi (Brodsky,
1989).
C) Komplikasi dari Masing-Masing Penyebab, yang bisa
berbeda- beda.

3.8 Prognosis Hipertrofi Tonsil


Prognosis tergantung dari tatalaksana yang baik dan penyebab dari
hipertrofi tonsil.

2
BAB IV
PEMBAHASA
N

4.1 Identitas Pasien


Pasien berusia 24 tahun, sudah menikah dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Pada dasarnya dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan menyatakan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh
terhadap kejadian pembesaran tonsil. Dimana pembesaran tonsil ini
lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan, tetapi tidak
sedikit juga perempuan yang mengalami pembesaran tonsil. Hal ini
disebabkan karena perempuan cenderung lebih memperhatikan bentuk
tubuh sehingga sering menunda waktu makan hingga mengurangi porsi
makan dan mengakibatkan kekurangan gizi atau makan makanan yang
tidak sehat sehingga membuat daya tahan tubuh menjadi rendah
sehingga rentan terhadap infeksi tonsil.
Sedangkan berkaitan dengan usia, Seiring bertambahnya usia maka
sistem imun mengalami penurunan dan jika disertai higiene mulut
yang buruk maka sangat berpengaruh terhadap pembesaran tonsil.
Pada beberapa penelitian juga didapatkan bahwa usia 16-48 tahun
memiliki higiene mulut yang buruk.
4.2 Anamnesis Pasien
Keluhan yang dialami pasien adalah Nyeri tenggorokan, nyeri
menelan, sulit membuka mulut serta terdapat benjolan pada
submandibula dextra. Keluhan-keluhan ini merupakan keluhan yang
paling banyak ditemukan pada kasus pembesaran tonsil, Keluhan ini
dirasakan pasien terus menerus selama 1 minggu, sedangkan untuk
tonsilitisnya pasie sudah mengelaminya sejak 1 tahun yang lalu yang
dimana ini menggambarkan onset kronis pada penyakit ini.
4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, terutama pada


pemeriksaan fisik tonsil pada pasien didapatkan adanya pembesaran

2
tonsil yaitu sudah mencapai stadium T4/T4, Kripte melebar, Detritus (-)
dan Hiperemis(-). Tanda-tanda tersebut merupakan tanda khas yang
sering ditemukan pada pasien pembesaran tonsil.

4.4 Diagnosis Pasien


Diagnosis Pasien adalah hipertrofi tonsil. Diagnosis ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Temuan yang
didapatkan tersebut mengarah kepada pembesaran tonsil. Adapun
beberapa gejala hipertrofi tonsil yaitu nyeri menelan, saluran
pernafasan melalui hidung terganggu sehingga menyebabkan pasien
bernafas melalui mulut, mendengkur dan terkadang apnea saat tidur

2
BAB V
PENUTU
P

4.1 Kesimpulan
Pada kasus diatas didapatkan pasien datang ke RSUD Kota Mataram
dengan keluhan nyeri tenggorokan, nyeri menelan, dan sulit membuka
mulut sejak 1 minggu yang lalu. Dalam hal ini pasien telah di diagnosis
hipertrofi tonsil. Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan dengan
perawatan aktif berupa penatalaksanaan suportif berupa pemantauan tanda-
tanda vital dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan yang dilakukan
disini pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi atau mengobati keluhan
yang dialami oleh pasien seperti nyeri tenggorokan, nyeri menelan, mual,
serta mulut yang sulit dibuka secara maksimal.

2
DAFTAR PUSTAKA

Amer, H., AL-Sharqi, S. A., & Bairawi, F. H. (2020). Comparative Study between
Recurrent Tonsillitis and Tonsillar Hypertrophy Based: Histopathological
Grading and Hematological Parameters in Children. Medico-Legal
Update, 20(4).
Bochner, R. E., Gangar, M., & Belamarich, P. F. (2017). A clinical approach to
tonsillitis, tonsillar hypertrophy, and peritonsillar and retropharyngeal
abscesses. Pediatrics in Review, 38(2), 81–92.
Brodsky, L. (1989). Modern assessment of tonsils and adenoids. Pediatric Clinics
of North America, 36(6), 1551–1569.
Dhingra, P. L., & Dhingra, S. (2017). Diseases of Ear, Nose and Throat-EBook.
Elsevier Health Sciences.
Huang, Q., Hua, H., Li, W., Chen, X., & Cheng, L. (2020). Simple hypertrophic
tonsils have more active innate immune and inflammatory responses than
hypertrophic tonsils with recurrent inflammation in children. Journal of
Otolaryngology-Head & Neck Surgery, 49, 1–9.
Hubballi, R. K., Nayaka, G., & Koujalagi, S. M. (2020). Clinical correlation
between tonsillar hypertrophy and tonsillitis. Int J Otorhinolaryngol Head
Neck Surg, 6, 132–136.
Lemyze, M., & Raphael, F. (2010). Enlarged tonsils and fatigue. American
Family Physician, 82(6), 669.
Maharjan, S., Neopane, P., & Parajuli, R. (2017). Histopathological Examination
of Routine Tonsil or Adenoid Specimens in a Tertiary Care Centre of
Nepal: Evaluation of Its Necessity and Cost-Benefit Rate Analysis. Glob J
Oto, 8(2), 555733.
Mikola, E., Elenius, V., Saarinen, M., Palomares, O., Waris, M., Turunen, R.,
Puhakka, T., Ivaska, L., Rückert, B., & Aab, A. (2018). Tonsillar cytokine
expression between patients with tonsillar hypertrophy and recurrent
tonsillitis. Clinical and Translational Allergy, 8(1), 1–8.
Shuaibu, I. Y., Usman, M. A., Ajiya, A., Chitumu, D., Mohammed, I. B., Abdullahi,

2
H., Adebola, S. N., & Adamu, A. (2022). Adenoid and tonsil hypertrophy
in Zaria, North Western Nigeria: Review of clinical presentation and
surgical outcome. Journal of the West African College of Surgeons, 12(1),
23.
Wirattami, A. T., & Murdiyo, H. M. D. (2022). Hipertrofi Adenoid dan Tonsil
sebagai Faktor Risiko Obstructive Sleep Apnea pada Anak di RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang Periode 1 Januari 2015–31 Desember 2017. Cermin
Dunia Kedokteran, 49(10), 544–547.
Wulandari, Y. (2021). Reduksi Hipertrofi Tonsil Lingual Grade 4 dengan
Mikrodebrider. Majalah Kedokteran Andalas, 44(7), 492–502.

Anda mungkin juga menyukai