OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Nur Ayu Lestari, Sp.A, M.Biomed
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................2
2.1 Definisi......................................................................................4
2.2 Epidemiologi.............................................................................4
2.3 Etiologi......................................................................................5
2.5 Patofisiologi..............................................................................7
2.7 Diagnosis................................................................................10
2.9 Penatalaksanaan....................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
posterior).2
Gambar 1 (Tonsil)
2
Orofaring merupakan struktur yang terletak antara palatum mole sampai
sampai tepi bawah kartilago krikoid atau kurang lebih setinggi vertebra
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
4
2.2 Epidemiologi
infeksi bakterial lebih sering terjadi pada anak berusia 5-15 tahun. Group
bacterial. 16
pada periode Maret sampai dengan April 1998 menemukan 1024 pasien
5
sebanyak ±55.383 orang sedangkan pasien rawat jalan yang disebabkan
Kota Kendari pada tahun 2013 penderita tonsilitis masuk dalam urutan ke
1,07%, dan pada tahun 2015 pendaritatonsilitis juga tetap berada dalam
1,27%.15
6
2.3 Etiologi
5
infeksi bakteri (5-10%) dan idiopatik. Penyebab tonsilofaringitis akut
terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun karena adanya imunitas yang didapat
dari ibunya. Insidens tertinggi terjadi pada usia 5-15 tahun. Bakteri lain adalah
7
Mikroorganisme penyebab tonsilofaringitis akut menular melalui
8
2.4 Faktor Resiko
atopi, jenis human leucocyte antigen (HLA) tertentu, usia saat serangan
pelepasan berbagai jenis sitokin, terutama interleukin (IL-4 dan IL- 13).7
2.5 Patofisiologi
terbentuk fokus infeksi. Keadaan ini akan semakin berat jika daya tahan
Setelah terjadi serangan tonsilitis akut, tonsil akan sembuh atau bahkan
9
Secara patologi terdapat peradangan dari jaringan pada tonsil
dengan adanya kumpulan leukosit, sel epitel yang mati, dan bakteri
2. Pembentukan eksudat
3. Selulitis tonsil
5. Nekrosis jaringan
Karena proses radang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus.
submandibular. 19
10
Pada anak biasanya keadaan ini juga dapat mengakibatkan
makan karena rasa nyeri tersebut. Rasa nyeri hebat dapat menjalar ke
telinga. Selain itu, didapatkan juga panas badan, sakit kepala, anoreksia,
11
Batuk, pilek, diare ataupun konjungtivitis biasanya disebabkan
oleh virus. Gejala yang timbul tidak begitu hebat dan berlangsung dalam
lebih tinggi dan gejala timbul lebih berat. Tetapi tidak jarang terjadi infeksi
tampak lebih besar dan merah. Dapat dijumpai adenopati leher bagian
penderita. 10
2.7 Diagnosis
gejala dan tanda klinis. Meskipun sudah diketahui beberapa tanda dan
oleh virus atau bakteri, tetapi dalam praktik sehari-hari sulit untuk
saja.10
12
Para ahli sepakat untuk menegakkan diagnosis pasti tonsilofaringitis
13
2.9 Penatalaksanaan
keluhan dan hasil pemeriksaan fisik serta bila perlu hasil pemeriksaan
14
pertumbuhan terlambat. Selain pemberian kortikosteroid atau
anasarka, syok, gagal ginjal, infeksi berat, hipertensi berat, atau muntah-
muntah.
Diit
Tata laksana diitetik terdiri atas kalori adekuat sesuai umur, protein
cukup, lemak low saturated, dan rendah garam, Komposisi zat gizi yang
Pada dekade lalu, sindrom nefrotik ditata laksana dengan diit tinggi
15
Diit
16
tinggi protein tidak dianjurkan lagi, bahkan merupakan indikasi kontra
sindrom nefrotik ditata laksana dengan diit protein normal sesuai dengan
Lemak tidak lebih dari 30% total kalori dan hindari lemak jenuh
dan mengobati edema dan hipertensi, dengan diit rendah garam (1-2
dan kentang goreng. Perlu diketahui bahwa garam NaCl terdiri atas 40%
natrium dan 60% klorida. Satu sendok teh garam NaCl sama dengan 6
gram NaCl atau 2400 mg natrium. atau 1 gram NaCl mengandung 400 mg
natrium dan 1 gram NaCl mengandung 17,1 mmol natrium atau 1 mmol
17
Umumnya asupan air tidak perlu dibatasi, dapat diberikan hingga 1,5 kali
penurunan fungsi ginjal (cairan diberikan sesuai insensible water loss dan
jumlah urin per hari), edema berat (restriksi cairan hingga 50% kebutuhan
rumatan), dan hiponatremia sedang hingga berat (kadar Na < 125 mEq/L).
Edema
Tata laksana edema terdiri atas restriksi cairan, restriksi garam, dan
tidak memerlukan terapi spesifik untuk edema. Pada edema ringan, tata
renal primer). Keadaan ini sering sulit dibedakan, tetapi ada panduan
albumin serum < 2,0 g/dL, dan laju filtrasi glomerulus estimasi > 75%.
Diperkirakan sebagai
18
overfill jika terdapat hipertensi, kadar albumin serum > 2,0 g/dL, dan laju
sistemik dan fungsi ginjal untuk meyakinkan tidak terjadi penurunan volume
overfill, perlu pemberian diuretik yang agresif, biasanya loop diuretic yang
mempunyai durasi singkat, biasanya 6 jam sehingga diberikan minimal dua kali
kali lebih efektif dibandingkan furosemid 2 mg/kgbb secara oral. Jika diberikan
kombinasi loop diuretic dengan thiazide atau loop dengan thiazide like
Antiproteinuria
19
enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin II receptor blocker (ARB).
albumin darah
> 3,0 g/dL. Jika pasien tetap dalam keadaan nefrotik dan fungsi ginjal
4
baik, dapat dipertimbangkan pemberian anti-inflamasi non steroid.
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
London, pp 267-71 .
2016;4(1):349–53.
2011;4(3):112–6.
22
8. Purnawati E, Hilmanto D, Suardi AU. Hubungan Kadar Albumin
10. Pardede SO. Anemia pada Sindrom Nefrotik Anak: Patogenesis dan
23