Anda di halaman 1dari 28

Refleksi Kasus Maret 2023

“PNEUMONIA

Nama : Regita Anggie Cahyani

No. Stambuk : N 111 22 060

Pembimbing : dr. Stevanny R. Wulan., Sp. A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Regita Anggie Cahyani

Stambuk : N 111 22 060

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter

Universitas : Tadulako

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Judul : Pneumonia

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Undata Palu

Program Studi Profesi Dokter

Fakulas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Maret 2023

Mengetahui

Pembimbing Dokter Muda

dr. Stevanny R. Wulan., Sp. A Regita Anggie Cahyani

DAFTAR ISI

ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................12
BAB IV DISKUSI KASUS..................................................................................24
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai


saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak
napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat
(cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru. Pneumonia
adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di
alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Abdjul,2020).

Menurut Riskesdas 2013 dan 2018, prevalensi pengidap pneumonia


berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia tahun 2013
mencapai 1,6 %, sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 2.0 %
(Riskesdas, 2018). Jadi sedari tahun 2013 dan 2018 penyakit pneumonia
mengalami peningkatan sebanyak 0,4 % seperti yang dijelaskan pada data
diatas. Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit
rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan
46,05% perempuan. Lalu, menurut (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2014) Pneumonia merupakan penyakit yang memiliki tingkat crude fatality
rate (CFR) yang tinggi, yaitu sekitar 7,6%. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi pneumonia pada usia lanjut
mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Dalam penelitian
Arjanardi, tanda dan gejala yang umum terjadi pada pasien pneumonia
komunitas dewasa berupa sesak napas (60,93%), batuk (54,88%), demam
(48,37%) (Abdjul,2020).

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia yang merupakan infeksi akut pada parenkim paru,
meliputi alveolus dan jaringan interstisial, ditandai dengan batuk,
sesak napas, demam, ronkhi basah, dan gambaran infiltrat pada
rontgen toraks.1,2 Pada umumnya, pneumonia dapat menyerang anak
dengan berbagai golongan umur tanpa terkecuali. Terdapat berbagai
faktor resiko terjadinya pneumonia di negara berkembang,
diantaranya berat badan lahir rendah (BBLR), malnutrisi, tidak
mendapat imunisasi, tidak mendapatkan ASI yang adekuat, tingginya
pajanan terhadap polusi udara, paparan rokok tinggi, serta keadaan
sosial ekonomi rendah (Suci,2020).

2..2 Epidemiologi
Pneumonia pada anak masih menjadi
penyebab utama terjadinya kematian di dunia, terutama pada anak
dibawah usia 5 tahun. Persentase kasus tersebut di negara
berkembang mencapai angka 18%.1 Pneumonia di Indonesia menjadi
penyebab 15% kematian pada balita. Pada tahun 2015, diperkirakan
922 ribu balita meninggal akibat pneumonia. Tahun 2017, kematian
balita akibat pneumonia meningkat menjadi 0,34% dari 0.22% dari
tahun sebelumnya.2 Penyakit pneumonia di provinsi Aceh masih
menjadi urutan ke 8 dari 25 penyakit terbesar yang ditemukan di
Puskesmas dengan jumlah 1.112 kasus (Suci,2020).

2.3 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh pelbagai mikroorganisme,
yaitu bakteri, virus dan fungi. Bakteri penyebab pneumonia adalah
Streptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Chlamidia spp,

5
Echerichia coli. Sedangkan dari kelompok viris, penyebab
pneumonia adalah Respiratory Syncytial virus. Beberapa virus dapat
menyebabkan gejala pneumonia yang berat dan menyebabkan
kematian atau juga disebut: severe acute respiratory infection (SARI)
(Suci,2020).

2.4 Patogenesis
Pada umumnya organ paru terlindungi dari infeksi melalui
beberapa mekanisme diantaranya pertahanan barrier baik secara
anatomi maupun fisiologi, sistem retikuloendotelial yang mencegah
penyebaran hematogen dan sistem imunitas humoral bawaan dan
spesifik yang meredakan bakteri infeksius. Apabila salah satu
pertahanan tersebut terganggu, maka mikroorganisme dapat masuk
ke paru-paru, berkembang biak dan memulai penghancuran sehingga
memicu terjadinya pneumonia. Sebagian besar mikroorganisme
pneumonia terjadi melalui aspirasi setelah berkolonisasi di nasofaring
(Suci,2020).
Mikroorganisme yang menginvasi saluran pernapasan bagian
bawah akan menyebabkan respon inflamasi akut yang diikuti
infiltrasi sel-sel mononuklear ke dalam submukosa dan perivaskuler.
Reaksi inflamasi juga akan mengaktifkan sel- sel goblet untuk
menghasilkan mucus kental yang akan digerakkan oleh epitel bersilia
menuju faring dengan refleks batuk. Pada anak, sekret mukus yang
ditimbulkan oleh batuk umumnya tertelan tetapi ada juga yang dapat
dikeluarkan (Suci,2020).
Mikroorganisme yang mencapai alveoli akan mengaktifkan
beberapa makrofag alveolar untuk memfagositosis kuman penyebab.
Hal ini akan memberikan sinyal kepada lapisan epitel yang
mengandung opsonin untuk membentuk antibodi immunoglobulin G
spesifik. Kuman yang gagal difagositasi akan masuk ke dalam
interstitium, kemudian dihancurkan oleh sel limfosit serta
dikeluarkan dari paru melalui sistem mukosiliar. Ketika mekanisme

6
tersebut gagal membunuh mikroorganisme dalam alveolus, maka sel
leukosit PMN dengan aktivitas fagositosis akan dibawa oleh sitokin
sehingga muncul respon inflamasi lanjutan, dengan tahapan proses
sebagai berikut.
1. Stadium kongesti. Dalam 24 jam pertama, terjadinya kongesti
vaskular dengan edema alveolar yang keduanya disertai infiltrasi
sel-sel neutrofil dan bakteri.
2. Stadium hepatisasi merah. Terjadi edema luas dan kuman akan
dilapisi oleh cairan eksudatif yang berasal dari alveolus. Area
edema ini akan membesar dan membentuk sentral yang terdiri dari
eritrosit, neutrophil, eksudat purulen (fibrin, sel-sel leukosit PMN)
dan bakteri.
3. Stadium hepatisasi kelabu. Terjadi fagositosis aktif kuman oleh sel
leukosit PMN serta pelepasan pneumolisin yang meningkatkan
respon inflamasi dan efek sitotoksik terhadap semua sel-sel paru.
Struktur paru tampak kabur karena akumulasi hemosiderin dan
lisisnya eritrosit
4. Stadium resolusi. Terjadi ketika antikapsular timbul dan leukosit
PMN terus melakukan aktivitas fagositosisnya dan sel- sel monosit
membersihkan debris. Apabila imunitas baik, pembentukan
jaringan paru akan minimal dan parenkim paru akan kembali
normal (Suci,2020).
Pada kondisi jaringan paru tidak terkompensasi dengan baik,
maka pasien akan mengalami gangguan ventilasi karena adanya
penurunan volume paru. Akibat penurunan ventilasi, maka rasio
optimal antara ventilasi perfusi tidak tercapai (ventilation perfusion
mismatch). Penebalan dinding dan penurunan aliran udara ke alveoli
akan menganggu proses difusi yang menyebabkan hipoksia bahkan
gagal napas (Suci,2020).
2.5 Diagnosis
Anamnesis

7
Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan yang dialami
penderita, meliputi: demam, batuk, gelisah, rewel dan sesak nafas.
Pada bayi, gejala tidak khas, seringkali tanpa gejala demam dan
batuk. Anak besar, kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen,
muntah. Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda,
tergantung pada beratnya penyakit dan usia penderita. Pada bayi
jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat pada bayi
adalah: batuk, panas, iritabel. Pada anak balita, dapat ditemukan
batuk produktif/ non produktif dan dipsnea. Sebaliknya, pada anak
sekolah dan remaja: gejala lain yang sering dijumpai adalah: nyeri
kepala, nyeri dada, dan lethargi (Suci,2020).
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sejumlah tanda fisik
patologis, terutama adanya nafas cepat (takipnea) dan kesulitan
bernafas (dyspnea). Pengukuran frekuensi napas dilakukan dalam
satu menit ketika anak sadar dan tidak sedang menangis. Demam
dapat mencapai suhu 38,50 C sampai menggigil. Gejala paru muncul
beberapa hari setelah proses infeksi tidak terkompensasi dengan baik.
Gejala distress pernapasan seperti takipneu, dispneu, adanya retraksi
(suprasternal, interkosta, subkosta), grunting, napas cuping hidung,
apneu dan saturasi oksigen < 90% dapat ditemukan pada pasien jika
oksigenasi paru sudah berkurang. Takipneu menunjukkan beratnya
penyakit pada pasien dengan kategori usia sebagai berikut : > 60x/
menit pada 0-2 bulan, > 50x/menit pada 2-12 bulan, > 40x/menit
pada 1-5 tahun, > 20x/menit pada anak diatas 5 tahun (Suci,2020).
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada anak dengan
pneumonia meliputi pemeriksaan darah rutin, Analisa Gas Darah
(AGD), C-Reaktif Protein (CRP), uji serologis dan pemeriksaan
mikrobiologik. Pada pemeriksaan darah rutin, dapat dijumpai
leukositosis, umumnya berkisar 15.000 – 30.000/ mm3 dengan

8
predominan polimorphonuklear (PMN). Jumlah leukosit dan hitung
jenis leukosit dapat membantu menentukan pilihan pemberian
antibiotik. Pada beberapa kasus didapatkan anemia dan laju endap
darah (LED) yang meningkat. Pada anak dengan distress pernapasan
berat, hiperkapnia harus dievaluasi dengan pemeriksaan AGD,
karena kadar oksigen harus dipertahankan. Pemeriksaan CRP tidak
banyak berkontribusi, tetapi peningkatan CRP menandakan
terjadinya inflamasi di dalam tubuh (Suci,2020).
Pemeriksaan Serologis
Pemeriksaan serologis dapat dilakukan untuk mengetahui
etiologi respiratory syntitial virus (RSV), parainfluenza, influenza,
adenovirus dimana spesimen berasal dari nasofaring. Pemeriksaan ini
tidak bermanfaat untuk infeksi bakteri. Peningkatan titer IgG dan
IgM pada pemeriksaan dapat mengkonfirmasi diagnosis.
Pemeriksaan mikrobilogik yang paling banyak dilakukan adalah
kultur darah. Kultur darah direkomendasikan pada pasien rawat inap
dengan gejala peneumonia berat dan komplikasi, pneumoni yang
gagal diterapi pada rawat jalan, berusia < 6 bulan, dan pada pasien
yang tidak mendapatkan imunisasi. Sedikitnya 10- 30% kultur darah
pada anak yang demam, bakteri dapat dijumpai. Pemeriksaan sputum
dengan pewarnaan gram pada anak yang lebih besar berguna untuk
mendeteksi antigen bakteri, tetapi kurang bermanfaat karena
tingginya prevalensi kolonisasi bakteri di nasofaring (Suci,2020).
Pemeriksaan Foto Thorax
Pemeriksaan foto tgorax dilakukan untuk melihat luasnya
kelainan patologis pada jaringan paru. Gambaran infiltrat di bagian
lobar, interstisial, unilateral atau bilateral memberikan petunjuk
organ paru yang terlibat. Pada umumnya, infiltrat alveolar
menunjukkan gambaran kuat adanya pneumonia pada anak. Hasil
foto torak adanya infiltrat alveolar yang disertai konsolidasi lobar
dengan efusi pleura, bronkopneumonia dan air bronchogram

9
kemungkinan besar dapat disebabkan oleh bakteri. Peribronkhial
yang menebal, infiltrat interstisial merata, bilateral dan adanya
hiperinflasi dapat terlihat pada pneumonia akibat virus. Gambaran
foto torak pneumonia akibat mikoplasma dapat bervariasi yang
terkadang dapat menyerupai pneumonia virus. Selain itu, dapat juga
ditemukan bronkopneumonia di lobus bagian bawah, infiltrat
intertisisial bilateral, atau gambaran paru yang berkabut (ground-
glass consolidation) serta transient pseudoconsolidation yang
disebabkan oleh infiltrat intertisial yang konfluens. Manifestasi klinis
dan laboratorium yang mengarah disertai hasil foto torak positif
merupakan standar emas penegakan diagnosis pneumonia
(Suci,2020).
2.6 Tatalaksana
Prinsip dasar tatalaksana pneumonia anak adalah eliminasi
mikroorganisme penyebab dengan antibiotik yang sesuai disertai
dengan tatalaksana supportif lainnya. Tata laksana supportif meliputi
terapi oksigen, pemberian cairan intravena dan koreksi gangguan
elektrolit pada dehidrasi serta pemberian antipiretik untuk demam.
Obat penekan batuk tidak dianjurkan. Komplikasi yang mungkin
terjadi harus ditangani secara adekuat selama masa perawatan
(Suci,2020).
Pneumonia pada anak tidak harus selalu dirawat inap.
Pneumonia diindikasikan untuk rawat inap apabila dijumpai pada
anak usia 3-6 bulan, adanya distress pernapasan (retraksi, nafas
cuping hidung), takipneu sesuai usia, saturasi oksigen (Suci,2020).
2.7 Pencegahan
Pencegahan terhadap pneumonia dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu: pemberian imunisasi, pencegahan penularan, dan
perbaikan status gizi. Imunisasi untuk pencegahan pneumonia
meliputi: pemberian vaksin pertusis (DTP), campak, pneumokokus
(PCV) dan H. influenza. Pencegahan penularan dapat dilakukan

10
dengan menjaga jarak, atau dengan menggunakan masker
(Suci,2020).
Vaksinasi seperti H.Influenza, PCV, measles dan pertussis
efektif mengurangi kasus pneumonia di dunia.6 Pada studi case
control di Brazil didapatkan komplikasi pneumonia lebih sering
terjadi pada anakanak yang tidak mendapatkan vaksin Haemophillus
Influenza (Hib) dengan dosis dua kali atau setidaknya satu kali dalam
setahun. Pemberian vaksin pneumokokus konjugasi protein PCV13
rutin pada bayi dan anak di Amerika Sarikat terbukti dapat
menurunkan Penyakit Invasive Pneumokokus (IPD) meskipun di
sebagian negara lainnya PCV13 sudah digantikan dengan PCV7.25
Pada penelitian yang lain dikatakan pemberian vaksin PVC13 dapat
menurunkan hasil radiologi yang terkonfirmasi pneumonia sebanyak
30% (Suci,2020).

11
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. I.J
Jenis kelamin : Laki-laki
Lahir pada tanggal/umur : 03-10-2022/ 5 bulan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. A
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan Ibu : Honorer
Alamat : Desa Labuan
Tanggal masuk ruangan/jam : 13-3-2023/12.00 WITA
Diagnosis : Pneumonia
Anamnesis diberikan oleh : Ibu pasien

B. ANAMNESIS
I. Keluhan Utama
Sesak Nafas
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang bayi laki-laki diantar oleh ibunya datang ke rumah
sakit dengan keluhan sesak nafas 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, keluhan disertai batuk dengan dahak berwarna kuning dan
flu (+) sejak 1 minggu yang lalu, demam naik turun sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, mual dan muntah disangkal, BAB
dan BAK kesan normal.

III. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang

12
sama.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terdapat riwayat penyakit terdahulu.

V. Riwayat Maternal

Pasien merupakan anak pertama. Anak lahir normal,


cukup bulan dengan berat badan lahir yaitu 3.100 gram. Riwayat
penyakit yang diderita ibu selama kehamilan tidak ada, riwayat
penyakit diabetes melitus (-), hipertensi (-), riwayat konsumsi
obat- obatan saat hamil (-) alcohol (-) dan ibu tidak merokok saat
hamil.
VI. Riwayat Sosio Ekonomi

Keluarga pasien merupakan golongan sosial ekonomi


menengah.
VII. Anamnesis Makanan Terperinci smpai Sekarang
0 – 2 minggu : ASI
2 minggu-sekarang : Susu Formula
VIII. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai umur.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
Berat Badan : 6,8 kg
Panjang Badan : 64 cm
Lingkar kepala : 42,5 cm
Lingkar dada : 45 cm
Lingkar perut : 45 cm
Lingkar lengan atas : 11 cm
Status Gizi : Gizi Baik

BB/U : BB Normal (-2SD - +2SD)

13
PB/U : TB Normal (-2SD - +3SD)
BB/PB : Gizi Baik (-2SD - +2SD)
1) Tanda-tanda vital
Nadi : 165 x/menit

Suhu : 37,3 °C

Respirasi : 59 x/menit

SpO2 : 96% (tanpa O2)

2) Kulit
- Ruam = tidak ada
- Petekie = tidak ada
- Sianosis = tidak ada
- Turgor = < 2 detik
- Lebam = tidak ada
3) Kepala
- Bentuk : Normochepal
- Mata
- Kongjungtiva : Anemis (-/-)
- Palpebra : Edema (-/-)
- Ikterus : tidak ada
- Cekung : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
- Hidung
- Rhinorrhea : ada
- Epitaksis : tidak ada
- Mulut
- Sianosis : tidak ada
- Bibir kering : tidak ada
- Lidah kotor : tidak ada
- Stomatitis : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

14
- Tonsil
- Ukuran : T1/T1
- Hiperemis : tidak ada
- Telinga
Otorrhea : tidak ada
4) Leher
- Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
- Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
- Kaku kuduk : tidak ada
5) Thorax
- Inspeksi : simetris bilateral (+/+), retraksi
subcostal(+/+)
- Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri
- Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi : bronkovesikular (+/+), rh (+/+), wh
(-/-)
6) Sistem Kardiovaskuler
- Bunyi jantung : SII dan SII regular
- Murmur : tidak ada

7) Sistem Gastrointestinal
- I : tampak datar (+)
- A : peristaltic kesan normal
- P : timpani (+)
- P : nyeri tekan (-)
8) Sistem Genitalia
- Saluran Kencing : Lancar
- Lainnya : tidak ada
9) Sistem Neurologi
- Aktivitas : Lancar
- Kesadaran : Compos Mentis
- Kejang : Tidak ada
- Tonus otot : Normal

15
10) Pemeriksaan Lain
- Ekstremitas:
Atas : akral hangat (+/+), udema (-/-)
Bawah : akral hangat(+/+), udema (-/-)
- Turgor : <2 detik

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap (16/02/2023)
Jenis
No. Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
1. WBC 4,1 ribu/uL 4.100-10.000 mm3
2. RBC 3,5 juta/uL 4,4-6,0 juta/µL
3. HGB 7,9 g/dl 13,5-16,5 g/dl
4. HCT 22 % 40-49 %
5. PLT 398 ribu/uL 150-400 ribu/µL

Pemeriksaan Radiologi (14/03/2023)


Kesan : Pneumonia Bilateral
foto thorax pasien

E. RESUME
Seorang bayi laki-laki berusia 5 bulan masuk rumah sakit pada
tanggal 13 Maret 2023 diantar oleh ibunya dengan keluhan sesak nafas 2
hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan disertai batuk dengan dahak

16
berwarna kuning dan flu (+) sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga
mengeluhkan demam yang naik turun sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, BAB dan BAK kesan normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis. Tanda tanda vital : N 165 x/menit, S 38,3°C,
R 59 x/menit, SpO2 94%, pengukuran antropometri : BB 6,8 kg, TB 64
cm, status gizi termasuk gizi baik. Pemeriksaan Thorax dada tampak
simetris bilateral, retraksi subcostal (+), bunyi nafas vesikuler (+/+),
Ronkhi subcostal (+/+), Wheezing (-/-), bunyi jantung SI dan SII murni
regular. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang dilakukan, didapatkan pemeriksaan
laboratorium WBC 4.160 mm3, RBC 3,5 jtmm3, HGB 7,9 g/dl, HCT
22%, PLT 398.000 mm3, Pemeriksaan Covid-19 Antigen dilakukan dan
didapatkan hasil Negatif. Pemeriksaan Radiologi kesan Pneumonia
Bilateral.
F. DIAGNOSIS
- Pneumonia
G. TERAPI
• IVFD Asering 8 tpm
• O2 nasal 1-2 lpm
• Paracetamol 20 mg/8 jam (S > 39°C) 4x1 cth
• Ceftriaxone 300 mh/24 jam
Per oral:
• Paracetamol syr. 3x ¾ cth (bila demam)
• Pulveres (Ambroxol 3,5 mg, Cetirizine 1mg, Metilprednisolone 1mg) 3x1
• Nebul lasalcom ( 1 cup + NaCl 0,9% 2,5 cc / 8 jam)
H. FOLLOW UP

Hari/Tanggal : Selasa, 14 Maret 2023

Usia: 5 bulan

17
S Batuk berdahak (+), Sesak napas (+), Demam (+), Batuk berdahak (+),
Mual (-), Muntah (-), BAB dan BAK dalam batas normal.

O PEMERIKSAAN FISIK

KU : Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Gizi Baik

TANDA TANDA VITAL

Nadi : 165x/menit

Respiratori Rate : 59x/menit

Suhu : 37,7°C

SPO2 : 95% (dengan O2)


KEPALA :
Bentuk : Normocephal (+/+),
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Hidung : Rhinorhea (-/-)
Telinga : Otorrhea (-/-)
Mulut : Mulut (-/-)
Kulit : Turgor kulit normal

PEMERIKSAAN THORAX

Inspeksi : Simetris bilateral +/+, retraksi subcostal


(+/+)

Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor

AuskultasI : Bronkovesikular (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-)

SISTEM KARDIOVASKULER

Bunyi jantung SI, SII reguler

18
ABDOMEN

Tampak datar, massa (-). perkusi tympani (+) pada seluruh region
abdomen. Peristaltic usus (+), kesan normal.

SISTEM SARAF

Aktifitas gerak aktif, kesadaran compos mentis, kejang(-)

SISTEM GENITALIA
Saluran kencing normal, tidak ada kelainan deformitas

A - Pneumonia

P - IVFD Asering 8 tpm


- O2 nasal 1-2 lpm
- Paracetamol 20 mg/8 jam (S > 39°C) 4x1 cth
- Ceftriaxone 300 mh/24 jam
Per oral:
- Paracetamol syr. 3x ¾ cth (bila demam)
- Pulveres (Ambroxol 3,5 mg, Cetirizine 1mg, Metilprednisolone
1mg) 3x1
- Nebul lasalcom ( 1 cup + NaCl 0,9% 2,5 cc / 8 jam)

Hari/Tanggal : Rabu, 15 Maret 2023

Usia: 5 bulan

S Sesak napas (+), Demam (-), Batuk berdahak (+), Mual (-), Muntah (-),
BAB dan BAK dalam batas normal.

O PEMERIKSAAN FISIK

KU : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Gizi Baik

19
TANDA TANDA VITAL

Nadi : 160x/menit

Respiratori Rate : 46x/menit

Suhu : 36,7°C

SPO2 : 98% (dengan O2)


KEPALA :
Bentuk : Normocephal (+/+),
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Hidung : Rhinorhea (-/-)
Telinga : Otorrhea (-/-)
Mulut : Mulut (-/-)
Kulit : Turgor kulit normal

THORAX

Inspeksi : simetris bilateral (+/+), retraksi subcostal


(+/+)

Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor

AuskultasI : Bronkovesikular (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-)

SISTEM KARDIOVASKULER

Bunyi jantung SI, SII reguler

ABDOMEN

Tampak datar, massa (-). Perkusi tympani (+) pada seluruh region
abdomen. Peristaltic usus (+), kesan normal.

SISTEM SARAF

Aktifitas gerak aktif, kesadaran composmentis, kejang(-)

20
SISTEM GENITALIA
Saluran kencing normal, tidak ada kelainan deformitas.

A - Pneumonia

P - O2 nasal 1-2
- IVFD asering 8 tpm
- Paracetamol 70 g/8 jam/iv
- (bila demam 39 C)
- Ceftriaxone 350 g/24 jam/iv
Per oral
- Paracetamol syr. 3 x ¾ bila demam
- Pulveres (Ambroxol 3,5 gr, Cetirizine 1 mg,
Metylprednisolone 1 mg)
- Nebul lasalcom 1 cup
- NaCl 0,9 gr 2,5 cc/8 jam

Hari/Tanggal : Kamis, 16 Maret 2023

Usia: 5 bulan

S Batuk berdahak (+), Sesak napas (+), Demam (-), mual (-), muntah (-),
BAB dan BAK dalam batas normal.

O PEMERIKSAAN FISIK

KU : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Gizi Baik

TANDA TANDA VITAL

Nadi : 155x/menit

Respiratori Rate : 44x/menit

21
Suhu : 36,6°C

SPO2 : 99% (dengan O2)


KEPALA :
Bentuk : Normocephal (+/+),
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Hidung : Rhinorhea (-/-)
Telinga : Otorrhea (-/-)
Mulut : Mulut (-/-)
Kulit : Turgor kulit normal

THORAX

Inspeksi : Simetris bilateral (+/+), retraksi subcostal


(+/+)

Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor

AuskultasI : Bronkovesikular (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-)

SISTEM KARDIOVASKULER

Bunyi jantung SI, SII reguler

ABDOMEN

Tampak datar, massa (-). Perkusi tympani (+) pada seluruh region
abdomen. Peristaltic usus (+), kesan normal.

SISTEM SARAF

Aktifitas gerak aktif, kesadaran composmentis, kejang(-)

SISTEM GENITALIA
Saluran kencing normal, tidak ada kelainan deformitas.

A - Pneumonia

p - O2 nasal 1-2 : aff O2

22
- IVFD asering 8 tpm
- Paracetamol 70 g/8 jam/iv (bila demam 39 C)
- Ceftriaxone 350 g/24 jam/iv
Per oral
- Paracetamol syr. 3 x ¾ bila demam
- Pulveres (Ambroxol 3,5 gr, Cetirizine 1 mg, Metylprednisolone 1
mg)
- Nebul lasalcom 1 cup NaCl 0,9 gr 2,5 cc/8 jam

23
BAB IV
DISKUSI KASUS

Pneumonia yang merupakan infeksi akut pada parenkim paru,


meliputi alveolus dan jaringan interstisial, ditandai dengan batuk, sesak
napas, demam, ronkhi basah, dan gambaran infiltrat pada rontgen toraks.
Pneumonia merupakan infeksi akut pada jaringan parenkim paru atau alveoli
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit
lain.

Pada kasus ini ditegakkan diagnosis pneumonia. Diagnosis pneumonia


pada anak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan
penunjang. Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan yang dialami penderita,
meliputi: demam, batuk, gelisah, rewel dan sesak nafas. Pada bayi, gejala tidak
khas, seringkali tanpa gejala demam dan batuk. Anak besar, kadang mengeluh
nyeri kepala, nyeri abdomen, muntah. Manifestasi klinis yang terjadi akan
berbeda-beda, tergantung pada beratnya penyakit dan usia penderita. Gejala yang
sering terlihat pada bayi adalah: batuk, panas, iritabel.

Batuk merupakan gejala dari suatu penyakit yang menyerang saluran


pernapasan, hal ini disebabkan adanya mikroorganisme atau non-mikroorganisme
yang masuk ke saluran pernapasan sehingga diteruskan ke paru-paru dan bagian
bronkus maupun alveoli. Dengan masuknya mikroorganisme menyebabkan
terganggunya kinerja makrofag sehingga terjadilah proses infeksi, jika infeksi
tidak ditangani sejak dini akan menimbulkan peradangan atau inflamasi sehingga
timbulnya odema pada paru dan menghasilkan secret yang banyak. Selain itu,
adanya gejala sesak nafas pada pasien pneumonia dapat terjadi karena
penumpukan secret/ dahak pada saluran pernapasan sehingga udara yang masuk
dan keluar pada paru-paru mengalami hambatan.

24
Pada kasus ini pasien mengalami gejala sesak nafas, sesak dirasakan sejak
2 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai dengan batuk berdahak
dengan dahak berwarna kuning dan flu (+), pasien juga mengalami demam naik
turun sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Terdapat riwayat keluarga yang
merokok dalam rumah.

Paparan asap rokok melalui pernafasan dapat mengakibatkan sekresi


mukosa secara berlebih, inflamasi serta terganggunya fungsi silia akibat sifat
bahan kimia dari rokok. Hal ini dapat menurunkan pertahanan saluran nafas
dari agen patogen termasuk agen penyebab pneumonia.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sejumlah tanda fisik patologis


seperti demam dapat mencapai suhu 38,5 C sampai menggigil. Gejala paru
muncul beberapa hari setelah proses infeksi tidak terkompensasi dengan baik.
Gejala distress pernapasan seperti takipneu, dispneu, adanya retraksi (suprasternal,
interkosta, subkosta), napas cuping hidung, apneu dan saturasi oksigen < 90%
dapat ditemukan pada pasien jika oksigenasi paru sudah berkurang.

Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan keadaan umum sakit
sedang, kesadaran compos mentis. Tanda tanda vital N 165 x/menit, S 37,7°C, R
59 x/menit, SpO2 95%, Pemeriksaan Thorax dada tampak simetris bilateral,
retraksi subcostal (+), bunyi nafas vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), Wheezing
(-/-). Pemeriksaan penunjang dilakukan, didapatkan pemeriksaan laboratorium
WBC 4.160 mm3, RBC 3,5 jtmm3, HGB 7,9 g/dl, HCT 22%, PLT 398.000 mm3.
terjadinya penurunan hemoglobin dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas,
dimana oksigen yang masuk ke dalam paru-paru berkurang sehingga
menyebabkan fungsi hemoglobin dalam mengangkut oksigen untuk seluruh tubuh
terganggu. Pemeriksaan Radiologi kesan Pneumonia Bilateral.

Pasien ini diberikan tatalaksana O2 dengan nasal kanul untuk


mempertahankan saturasi oksigen dalam tubuh. terapi Nebulizer lasalcom yang
tergolong jenis obat bronkodilator yang mengandung salbutamol dan ipratropium
bromide untuk meredakan bronkospasme dan memberikan efek bronkodilatasi.

25
Pasien diberikan Asering yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
glukosa dalam tubuh ketika pasien tidak dapat meminum cairan yang cukup atau
dibutuhkan tambahan dari luar demi menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

Pasien diberikan obat puyer Ambroxol 3,5 mg, Cetirizine 1 mg,


Metilprednisolone 1 mg. Ambroxol merupakan obat golongan mukolitik berguna
untuk mengencerkan dahak pada pasien, cetirizine obat golongan antihistamin
yang digunakan untuk mengurangi gejala alergi seperti bersin dan pilek.
Metilprednisolone merupakan obat anti inflamasi golongan glukokortikoid.
Pemberian metilprednisolone untuk membantu mengurangi inflamasi pada saluran
pernapasan. Pemberian metilprednisolone untuk menekan reaksi inflamasi dan
mengurangi batuk. Ceftriaxone diberikan sebagai lini pertama antibiotik untuk
pengobatan infeksi yang dialami pasien yang ditandai dengan peningkatan jumlah
leukosit. Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga yang
merupakan antibiotik spektrum luas dapat mengatasi baik pada bakteri gram
positif maupun gram negative.

26
BAB V
KESIMPULAN

1. Pasien pada kasus ini di diagnosis pneumonia.


2. Pneumonia yang merupakan infeksi akut pada parenkim paru, meliputi
alveolus dan jaringan interstisial, ditandai dengan batuk, sesak napas,
demam, ronkhi basah, dan gambaran infiltrat pada rontgen toraks.
3. Pasien memiliki manifestasi klinis yang menunjang diagnosis Pneumonia
yakni, terdapat sesak nafas, batuk berdahak, demam, gejala tersebut
berlangsung <3 minggu. Terdapat retraksi subcostal (+/+), auskultasi
thorax terdengan ronkhi pada kedua lapang paru, pemeriksaan radiologi
menunjukkan kesan pneumonia bilateral.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Ariani, D., & Isngadi, I. (2019). Low Dose Spinal dan Epidural untuk
Seksio Sesarea Pasien dengan Patent Ductus Arteriosus. Jurnal Anestesi
Obstetri Indonesia, 2(1), 18-23.
2. Cahyono, A. (2020). Duktus Arteriosus pada Bayi Prematur. KELUWIH:
Jurnal Kesehatan dan Kedokteran, 1(2), 86-94.
3. Dice JE & Bhatia J. Patent ductus arteriosus: An Overview. J Pediatr
Pharmacol Ther 2007;12:141-142
4. Lily SL. Patophysiology of Heart Disease fifth edition. North America:
Lippincott Williams & Wilkins, November 2010
5. Luke, KK., et al. Patent Ductus Arteriosus. Journal from
http://emedscape.medcine.com/
6. Marwali, E. M., Purnama, Y., & Roebiono, P. S. (2021). Modalitas
Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan di Pelayanan Kesehatan Primer. J
Indones Med Assoc, 71(2), 100-9.
7. Moore JW & Schneider JD. Patent ductus arteriosus. AHA journal
Circulation 2006;114: 1873-1882
8. Purwoko, P., Rusydi, C., & Febrianti, R. F. Pengelolaan Perioperatif
Pediatri dengan Patent Ductus Arteriosus dan Trikuspid Regurgitasi Mild
Pro Transanal Endorectal Pull-Through. JAI (Jurnal Anestesiologi
Indonesia), 13(3), 174-182.
9. Safitri, E., Nizami, N. H., & Harahap, I. M. (2022). ASUHAN
KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN PATENT DUCTUS
ARTERIOSUS DI NICU: SUATU STUDI KASUS. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 1(3).
10. Setiati,S., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi VI. Badan
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Interna Publishing.. Jakarta; 2015.

28

Anda mungkin juga menyukai