A DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAFASAN AKIBAT BRONKOPENUMONIA DI
RUANG PICU NICU RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
Emiliana Binarti
(1904054)
LAPORAN KASUS
Laporan kasus ini dibuat sebagai salah satu tugas praktik stase keperawatan anak
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan kasih-Nya yang telah dilimpahkan selama penyusunan laporan kasus ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada bayi A dengan Gangguan Sistem Pernapasan Akibat
bronkopneumonia di Ruang PICU NICU Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta”.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesai
tugas praktik stase keperawatan anak. Selama proses penyusunan laporan kasus
ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang saya hormati:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. dr. Purwoadi Sujatno, Sp. PD., MPH, selaku Direktur Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta
3. Ibu Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta sekaligus sebagai pembimning
akademik
4. Ibu Suprihatiningsih, S.Kep., Ns, selaku Kepala Ruangan Galilea III Anak
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta sekaligus sebagai pembimbing klinik
5. Indah Prawesti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik diruang
PICU NICU
6. Ibu-ibu Perawat yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan
masukan selama penulis melakukan praktik di ruang Galilea III Anak Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta
7. Teman-teman seperjuangan angkatan XI Program Studi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta yang selalu memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis meminta saran dan kritikan yang membangun
demi perbaikan selanjutnya. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membaca. Tuhan memberkati
Penulis
LANDASAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Definisi Bronchopneumoni
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2012 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda
asing ( Ngastiyah, 2012). Bronkopneumonia suatu cadangan pada
parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain
peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran
langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke
bronkus.(Riyadi sujono & Sukarmin, 2014)
Bronchopneumoni adalah jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokaslisasi
dalam bronchi dan meluas diparenkim paru yang berdekatan
disekitarnya. Bronchopneumoni disebut juga pneumonia lobularis, yaitu
radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dll.
Bronchopneumoni/ pneumonia lobularis merupakan radang paru yang
menyebabkan bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh
eksudat yang berbentuk bercak-bercak, kemudian menjadi bagian yang
terkonsylidasi atau membentuk gabungan dan meluas ke parenkim paru.
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh.
2. Etiologi
Umumnya individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan
silia yang menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi
humoral setempat. Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan
oleh virus, jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan
riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2011 : 682) antara lain, virus : Legionella
pneumoniae, jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans, bakteri :
Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella, aspirasi
makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru,
terjadi karena kongesti paru yang lama.
3. Epidemiologi
Anak balita merupakan kelompo kumur yang rawan gizi dan rawan
terhadap penyakit. Anak balita harus mendapat perlindungan untuk
mencegah terjadi penyakityang dapat mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan menjadi terganggu atau bahkan dapat menimbulkan
kematian. Salah satu penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi
pada anak usia balita adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut.
Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah penyakit infeksi
akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura
(selaput paru). Pneumonia adalah proses infeksi akutyang mengenai
jaringan paru (alveoli). ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan di
seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang
termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan
dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia atau
bronkopneumonia, terutama pada bayi dan balita.
Pneumonia adalah suatu inflamasi pada parenkim paru. Pada umumnya
pneumoniapada masa anak digambarkan sebagai bronkopneumonia yang
mana merupakan suatukombinasi dari penyebaran pneumonia lobular
atau adanya infiltrat pada sebagian area pada kedua lapangan atau bidang
paru dan sekitar bronkhi.
Insidens pneumonia anak-balita di negara berkembang adalah 151,8 juta
kasus pneumonia setiap tahun, 10% diantaranya merupakan pneumonia
berat dan perlu perawatan di rumah sakit. Di Negara maju terdapat 4 juta
kasus setiap tahun sehingga total insidens pneumonia di seluruh dunia
ada 156 juta kasus pneumonia anak balita setiap tahun. Terdapat 15
negara dengan insidens pneumonia anak balita paling tinggi, mencakup
74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari
setengahnya terdapat di 6 negara, mencakup 44% populasi anak-balita di
dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus berhubungan dengan infeksi
salurannafas yang terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas) atau di
dalam rumah sakit (pneumonia nosokomial).Menurut data yang diperoleh
dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, jumlah balita penderita
pneumonia di Indonesia ada sebanyak 600.720 balita yang terdiri dari
155 anak meninggal pada umur di bawah 1 tahun dan 49 anak meninggal
pada umur 1-4 tahun.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung penyakit
pneumonia pada balita naikdalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini
menunjukkan kenaikan yang signifikan, pada tahun 2011 jumlah
pneumonia pada balita sebanyak 674 kasus (74,8%) dan pada tahun 2012
berjumlah 1588 kasus (91,84%). Jumlah kasus penyakit pneumonia
terbanyak di kota BandarLampung sampai bulan Oktober tahun 2013ini
adalah sebanyak 235 kasus.
4. Anatomi Fisiologi
a. Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara (Mutaqqin,
2012).
b. Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi
menutup laring pada waktu menelan makanan (Mutaqqin, 2013).
c. Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis
dan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Mutaqqin, 2013).
d. Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16- 20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku
kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang
berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama- sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina (Mutaqqin, 2013).
e. Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V (Mutaqqin, 2013).
f. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90 meter
persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara (Mutaqqin,
2013).
g. Fisiologis pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang
mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh
darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2
sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada
dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara
yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran
kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan
memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas
dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan
keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau bernapas.
Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi
membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan
pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan
sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal
(Mutaqqin, 2013).
Proses pernafasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu
kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi.
Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum
penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus
diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu
mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan
rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
8. Patoflodiagram
Virus, Bakteri, Jamur
(penyebab)
Infasi saluran nafas atas
Malabsorbsi
Bau mulut tak Gangguan Hipoksia
sedap Pertukaran Gas
Frekuensi BAB
>3 x/hari Fatique
Anoreksia
9. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan
terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil) (Sandra
M,Nettina 2010: 684).
b. Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan
untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius
(Barbara C, Long, 2010 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa (Sandra M, Nettina, 2011: 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2011: 684)
10. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah
a. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek
batuk hilang.
b. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang
meradang
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(WhaleyWong, 2011)
11. Penatalaksanaan
a. Oksigen 1-2 liter per menit.
b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal
bertahap melaui selang nasogastrik dengan feeding drip.
c. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk transport muskusilier.
d. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief
Mansjoer, 2010).
12. Pencegahan
a. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat
keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.
b. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan melakukan pemberian ASI.
d. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih
disertai suara sesak dan sesak pada anak.
e. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun
sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada
polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya
rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room
katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau
terus -menerus.
g. Keamanan
Gejala : Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan. Adanya infeksi berulang
2. Diagnosis Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan inflamasi
trakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
penerimaan oksigen
c. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran
nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral
teraba panas
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam
alveoli
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan
proses infeksi, anorexia, distensi abdomen
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen
3. Perencanaan Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama … diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan kriteria hasil:
jalan nafas paten, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR
normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipneau, pernafasan dangkal, dan pergerakan dada
tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan
dinding dada dan cairan paru
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau / tak ada aliran
udara dan bunyi nafas adventius. Misalnya : krekels atau mengi
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan. Bunyi nafas bronchial (normal pada bronkus)
dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, mengi
terdengar inspirasi dan / ekspirasi pada respon terhadap
pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/
obstruksi
3) Bantu pasien latihan nafas sering. Bantu pasien mempelajari
melakukan batuk, misalnya dengan menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi duduk tinggi.
Rasional: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-
paru / jalan nafas
4) Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami,
membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien.
Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi
duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat
5) Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari (kecuali kontraindikasi).
Tawarkan air hangat daripada dingin
Rasional: Cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan secret
6) Lakukan penghisapan sesuai indikasi Rasional: Merangsang
batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien
yang tidak mampu melakukan, karena batuk tidak efektif atau
perubahan tingkat kesadaran
7) Berikan sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesik
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan
mobilisasi secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan
secara hati- hati, karena dapat menurukan upaya batuk /
menekan pernafasan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah,
gangguan penerimaan oksigen.
Tujuan dan Kriteria hasil: setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama… diharapkan ventilasi pasien tidak terganggu dengan KH:
GDA dalam rentang normal (PO2 = 80-100 mmHg, PCO2 =35-
45 mmHg, pH = 7.35 – 7.45, SaO2 = 95 – 99%, tidak ada
sianosis, pasien tidak sesak dan rileks)
Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada
indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
2) Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku. Catat
adanya sianosis perifer atau sirkulasi sentral Rasional :
Sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi atau respon tubuh
terhadap demam / menggigil. Namun, sianosis daun telinga,
membrane mukosa, dan kulit sekitar mulut menunjukan
hipoksemia sistemik
3) Awasi frekuensi jantung / irama Rasional : Takikardia
biasanya ada karena demam/ dehidrasi. Tetapi juga dapat
merupakan respon terhadap hipoksemia
4) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik
relaksasi dan aktifitas senggang Rasional : Mencegah terlalu
lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk
memudahkan perbaikan infeksi
5) Tinggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi,
nafas dalam dan batuk efektif Rasional : tindakan ini
mengingatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
secret untuk perbaikan ventilasi
6) Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah /
perasaan. Jawab pertanyaan dengan jujur, kunjungi dengan
sering sesuai indikasi Rasional : Ansietas adalah manifestasi
masalah psikologi sesuai dengan respon fisiologi terhadap
hipoksia. Pemberian keyakinan dan peningkatan rasa aman
dapat menurunkan komponen psikologis, sehingga
menurunkan kebutuhan oksigen dan efek merugikan dari
respon fisiologi.
7) Berikan terapi oksigen dengan benar Rasional : Tujuan terapi
oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg.
Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan
pengiriman dengan tepat dalam toleransi pasien
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai perencanaan keperawatan yang telah
disusun.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan disesuaikan dengan respons masing-masing pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan atau lakukan
dihubungkan dengan tujuan intervensi dan kriteri hasil
6. Discarge Planning
1. Menganjurkan keluarga pasien untuk selalu menjaga lingkungan
pasien, agar pasien tidak terpapar asap rokok, dan selalu
memperhatikan kebersihan lingkungan
2. Menganjurkan ibu dari bayi untuk memberikan ASI secara eksklusif
3. Keluarga mengatakan nanti pulang kerumah dijemput menggunakan
mobil
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas
Nama : Bayi A
Tanggal lahir/umur : 31 Agustus 2020 /
Nama Ayah/Ibu : Bp. R/A
Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Suku/budaya : Jawa
Alamat : Bantul
Tgl. Masuk/jam : 23 Oktober 2020 / 15.00 WIB
Ruang/kamar : NICU / Inkubator
No RM : 02089xxx
Diagnose Kerja/ medis: Bronkopneumonia
B. Keluhan Pasien
1. Keluhan saat dikaji
Sesak nafas
2. Keluhan tambahan
Demam, bayi tidak mau minum susu, diare
3. Riwayat penyakit sekarang
Keluarga mengatakan anak demam, nafas terengah engah dan tidak mau
minum susu dari 3 hari rabu tanggal 21 oktober 2020, kemudian hari
jumat dibawa ke RSU Rajawali Citra dan opname selama 5 hari. setelah
dicek lab didapatkan hasil:
Tanggal pemeriksaan : 23 oktober 2020, jam 19.23 WIB
Jenis pemeriksaan: Darah
6
Leukosit 11 Ribu/mmk 4.5--13.0
Eritrosit (Antal) L 4.32 % 4.5-6.5
Trombosit 426 Ribu/mmk 150-450
DIFF GRAN / NEUT 58 40-70.0 %
DIFF LYM 31 25-40.0 %
DIFF MID / MON H 11 2-8.0 %
MCV 96.3 80-100.0 fL
MCH 32.9 26-34.0 pg
GDS L 39 80-120.0 mg/dL
C. Riwayat Kelahiran
1. Antenatal
- Umur kehamilan: 39 minggu
- Kehamilan direncanakan
- Ibu Y mengatakan tidak ada keluhan saat hamil dan tidak ada
penyakit penyerta. Ibu A mengatakan BB naik sekitar 7 kg, ibu Y
mengatakan tidak ada ngosumsi obat-obatan saat hamil.
2. Intra natal
- Umur kehamilan: 39 minggu
- Cara melahirkan: spontan
- Penolong: bidan
- tidak ada penyulit persalinan
- Tempat melahirkan: rumah bersalin
- Ibu Y mengatakan tidak ada komplikasi waktu lahir
3. Postnatal
- BBL: 2 kg PB : 47 cm LD, LK, LP, LLA: (Keluarga
lupa)
- Ny.Y mengatakan tidak ada masalah selama post natal. Tanggal 31
Agustus lahiran, tanggal 1 September 2020 pulang ke rumah.
- Trauma lahir: Ny Y mengatakan tidak ada
- Pernapasan spontan
- APGAR score:
a. Activity (aktivitas otot)
Skor 2 (bergerak aktif dan kuat)
b. Pulse (denyut jantung)
Skor 2 (Jantung berdetak >100 denyut/menit)
c. Grimace (respon refleks)
Skor 2 (bayi menangis dengan spontan, menarik kaki dan tangan
ketika diberi rangsangan)
d. Appearance (warna tubuh)
Skor 2 (tubuh kemerahan, warna tubuh normal)
e. Respiration (pernapasan)
Skor 2 (bayi menangis kuat, bernapas normal)
Total skor: 10 (bayi dalam kondisi baik)
9. Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung normal, nadi 148x/menit, reguler, suhu incubator 290C,
akhral hangat, capilary refil kurang dari 3 detik. Di hasil foto thorax
didapatkan pasien kardiomegali dengan perhitungan CTR= 1.5 + 4:6 =
2.16 %. Dengan hasil melewati batas normal.
10. Sistem Neurologis
- Tidak terjadi kejang, kesdadaran apatis
- GCS:13 M:5, V:4, E: 4
- kesadaran S4 (mata terbuka, tidak menangis, bergerak)
- Tonus normal
- Refeks cahaya kanan reaksi (+), kiri (+), palmer graps (+), babinski
(+), suction (lemah), rooting (lemah)
- pergerakanan pada ekstremitas kuat
11. Sistem gastrointestinal
- BAB: 1x sehari konsistensi lembek, warna kuning. (10)
- Inspeksi : datar
- Palpasi: Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba
- Perkusi: Tympani
- Auskultasi: -
- tidak muntah
12. Sistem perkemihan
- Pasien menggunkan popok
- BAK frekuensi 2 kali, warna jernih
13. Sistem integumen
- warna kulit: hitam
- turgor: tidak elastis, kondisi kulit kering, dan sedikit kriput karna
dehidrasi
- akhral hangat
- tidak ada lesi
14. Nutrisi
- Status gizi: kurang
- BBL: 2 Kg, BB sekarang: 2350gram
15. Psikososial
- Status anak: tidak diharapkan
- Respon orang tua: baik
- Hubungan orang tua dengan bayi: baik
16. Orientasi
- Orang tua selalu menanyakan perkembangan bayi
- Orang tua belum memahami mengenai kondisi bayi
- Sudah 1 kali konsultasi dengan dokter mengenai keadaan bayi A saat
ini
F. Riwayat Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan, baik dari keluarga suami
maupun keluarga saya sendiri. Simbah meninggal karna usia yang sudah tua.
Keterangan:
: laki-laki : tinggal serumah : klien
Pasien anak kedua, saat ini pasien tinggal serumah bersama dengan kakak,
simbah dan kedua orangtuanya, bapak dari ibu meninggal karena hipotensi,
simbah dari ibunya riwayat hipertensi dan usia bapak dari ayah pasien
meninggal karena asma dan usia.
H. Data Penunjang
1. Laboratorium
tanggal pemeriksaan 25/10/2020, jam 16.47 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Metode
Hematologi Rujukan
Hematologi
Lengkap
Hemoglobin 11.0 g/dL 10.6-16.4 Hema Auto
leukosit 10.70 ribu/mmk 6.0-18.0 Hema Auto
Hitung jenis
Eosinofil L 0.1 % 1-5 Hema Auto
Basofil 0.1 % 0-1 Hema Auto
Segment H 52.3 % 30-40 Hema Auto
neutrofil
limfosit L 29.5 % 45-75 Hema Auto
Monosit H 18.0 % 1-11 Hema Auto
Limposit total L 3.2 10A3/uL 3.7-10.7 Hema Auto
Ratio 1.75 <3.13
neutrofil
limfosit
Hematokrit 32.9 % 32.0-50.0 Hema Auto
Eritrosit L 3.31 juta/mmk 3.70-5.20 Hema Auto
RDW H 17.2 % 11.5-14.5 Hema Auto
MCV 99.4 fL 83.0-107.0 Hema
Auto
MCH 33.2 pg 25.0-35.0 Hema Auto
MCHC 33.4 g/dL 32.0-36.0 Hema Auto
Trombosit 347 ribu/mmk 150-450 Hema Auto
MPV 8.7 fL 7.2-11.1 Hema Auto
PDW L 8.0 fL 9.0-13.0 Hema Auto
Kimia Darah
Glukosa L 59.0 mg/dL 70-140.0 Rapid
sesaat POCT,
POCT IGD
Natrium 132.5 Mmol/L 136-146
Kalium 4.23 Mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 102.2 Mmol/L 98.0-107.0
Calcium L 7.5 Mg/dL 8.80-10.00
CRP 0.35 Mg/dL <5
glukosa 59 mg/dL 70-130
sesaat
I. Perencanaan Pulang
1. Kontrol mengenai kesehatan pasien lebih lanjut
2. Mengedukasikan gizi seimbang dan cukup
3. Edukasikan kebersihan lingkungan
4. Hindari asap rokok
J. Analisis Data
NO DATA MASALAH PENYEBAB
1. Ds:- Pola Nafas tidak Hambatan upaya
Do: efektif napas (kelemahan
- Bayi bernafas menggunakan otot pernapasan)
cuping hidung
- RR: 82x/menit
- retraksi dinding dada
- Menggunakan Nasal kanul
(NCPAP)
2. DS:- Gangguan Rasa gangguan stimulasi
DO: Nyaman lingkungan
- Infus terpasang ditangan
kiri
- Menggunakan NCPAP
- Ruangan rame dan bunyi
alat yang didalam ruangan
- Kadang anak kaget ketika
ada yang menutup jendela
inkubator
3. DS:- Defisit Nutrisi Ketidakmampuan
DO: menelan makanan
- Antropometri: (reflek menelan
TB:50cm, BB: 2.350 gr (ideal lemah)
BB pada bayi 5.5 kg), LK: 35
cm, LD: 30cm, LiLA: 7 cm
(ideal cm), TLK: 0.7 cm
- Biokimia:
eosinofil 0.1% (1-5), segmen
neutrofil 52.3% (30-40),
Monosit 18.0% (1-11),
Natrium 132.5, kalium 4.23,
cholirda 102.2, glukosa sesaat
59
- Clinic: Pasien kurus, ubun-
ubun cekung, konjungtiva
anemis, kulit kering dan tidak
elastis, reflek hisap lemah,
reflek menelan lemah
- Diet: Bayi A tidak ada diit
- Susu ASI dan PASI 6 x 5 cc/
2 jam, melalui OGT
- BB ideal: (usia dalam bulan +
9) : 2 = 5.5 kg
4. Ds:- Resiko Aspirasi Gangguan menelan
Do:
- Terpasang OGT
- Terpasang NCPAP
- Gangguan menelan
5. Ds: Defisit Kurang terpapar
- Keluarga mengatakan pengetahuan informasi
tidak mengatakan tidak
mengetahui penyakitnya
- Keluarga mengatakan
masih memikirkan
mengenai donor ASI dari
orang lain
Do:
- Keluarga mendengarkan
penjelasan dengan antusias
mengenai sakit yang
dialami bayi A
K. Diagnosis Keperawatan
1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas
(kelemahan otot pernapasan) ditandai dengan:
Ds: -
Do:
- Bayi bernafas menggunakan cuping hidung
- retraksi dinding dada
- RR 82 x/menit
- Menggunakan Nasal kanul (NCPAP)
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan
(reflek menelan lemah) ditandai dengan:
Ds:-
Do:
- Antropometri:
- TB:50cm, BB: 2.350 gr (ideal BB pada bayi 5.5 kg), LK: 35 cm, LD:
30cm, LiLA: 7 cm (ideal cm), TLK: 0.7 cm
- Biokimia:
- eosinofil 0.1% (1-5), segmen neutrofil 52.3% (30-40), Monosit 18.0%
(1-11), Natrium 132.5, kalium 4.23, cholirda 102.2, glukosa sesaat 59
- Clinic: Pasien kurus, ubun-ubun cekung, konjungtiva anemis, kulit
kering dan tidak elastis, reflek hisap lemah, reflek menelan lemah
- Diet: Bayi A tidak ada diit.
- Susu ASI dan PASI 6 x 5 cc/ 2 jam, melalui OGT
- BB ideal: (usia dalam bulan + 9) : 2 = 5.5 kg
3. Resiko Aspirasi dengan faktor resiko gangguan menelan
4. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gangguan stimulasi
lingkungan ditandai dengan:
Ds:-
Do:
- Infus terpasang ditangan kiri
- Menggunakan NCPAP
- ruangan rame dengan bunyi alat yang didalam ruangan
- Bayi A kadang anak kaget ketika ada yang menutup jendela inkubator
L. Rencana Keperawatan
Nama Pasien : An. A
Ruangan : PICU NICU
Tanggal : 26/10/2020
Nama Mahasiswa : Emiliana Binarti
DIAGNOSIS TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN &
TUJUAN DAN TINDAKAN
DATA PENUNJANG
KRITERIA
HASIL
Jam: 09.00 WIB Jam: 09.00 WIB Jam: 09.00 WIB Jam: 09.00 WIB
4. Dengan
4. Kolaborasikan memberikan
pemberian bronkodilator
bronkodilator dapat membantu
terpenuhinya
kebutuhan oksigen
diotak
Emil
Emil
Jam: 09.05 WIB Jam: 09.05 WIB Jam: 09.05 WIB Jam: 09.05 WIB
ada diit.
- Susu ASI dan PASI Emil Emil
6 x 5 cc/ 2 jam,
melalui OGT
- BB ideal: (usia
dalam bulan + 9) : 2
= 5.5 kg
Emil
Jam: 09.10 WIB Jam: 09.10 WIB Jam: 09.10 WIB Jam: 09.10 WIB
Resiko Aspirasi dengan Setelah dilakukan 1. Monitor bunyi 1. Jika ada suara
faktor resiko gangguan tindakan suara nafas tambahan perlu
menelan keperawatan tambahan pengecekan dari
selama 2x6 jam dokter secara
diharapkan tingkat intensif
aspirasi menurun 2. Pertahankan 2. Dengan
dengan kriteria kepatenan jalan mempertahankan
hasil: nafas kepatenan jalan
nafas dapat
- Tingkat
mengurangi
kesadaran
resiko aspirasi.
meningkat
- Kemampuan 3. Periksa residu
3. Dengan
menelan cukup gaster sebelum
memeriksa
meningkat memberikan
resedu dapat
- kekuatan otot asupan oral
membantu
meningkat
menentukan
Tindakan
selanjutnya
4. Kolaborasikan
4. Dengan
pemberian memberikan
bronkodilator jika bronkodilator
perlu dapat
memudahkan
pernapasan
pasien
Jam: 09.15 WIB Jam: 09.15 WIB Jam: 09.15 WIB Jam: 09.15 WIB
Emil
Emil
Tgl: 26/10/2020 Tgl: 26/10/2020 Tgl: 26/10/2020 Tgl: 26/10/2020
Jam: 09.20 WIB Jam: 09.20 WIB Jam: 09.20 WIB Jam: 09.20 WIB
≈≈
Emil
M. Catatan Perkembangan
Nama Pasien : An. A
Ruangan : Galelia III
Diagnosa Medis : Thalasemia
E:
O: KU pasien
lemah,
terpasang
oksigen 5
12.05 WIB L/menit, ada
retraksi dinding Emil
dada, bernafas
menggunakan
cuping hidung,
RR: 81x/menit,
SaO2 97%, Masih
menggunkan
NCPAP peep 8%,
dibantu nasal
kanul
A: Masalah Pola
nafas belum
12.08 WIB teratasi
Emil
P: Lanjutkan
Intervensi 1,2,3,
12.10 WIB dan 4
Emil
2. Defisit Nutrisi Senin,
berhubungan dengan 26/10/2020
ketidakcukupan diet I:
08.20 WIB
1. Memberikan Emil
susu melalui
OGT
08.220 WIB 2. Memberikan
obat melalui
OGT: injeeksi
luminal 15 mg,
pamol 4x25 mg Emil
12.00 WIB = 0.25 ml
3. Menghitung
balance cairan
12.10 WIB E:
S: -
12.15 WIB O:
- KU pasien
lemah, reflek Emil
menelan dan
menghisap
lemah
12.17 WIB A: Defisit Nutrisi
belum teratasi
Emil
12. 20 P: Lanjutkan
intervensi 1,2,3
dan 4 Emil
E:
11. 30 WIB S:-
O: Emil
- Reflek menelan
lemah,
Menggunakan
NCPAP 8%, Emil
A: Resiko aspirasi
belum teratasi
P: Lanjutkan Emil
intervensi 1,2,3
dan 4
4. Gangguan Rasa Nyaman Senin,
berhubungan dengan 19/10/2020
gangguan stimulasi I:
lingkungan
1. Menutup
09.04 WIB jendela
inkubator Emil
dengan berlahan
2. mematikan
09.06 WIB
lampu, setelah
melakukan
tindakan Emil
E:
S:-
11.00 WIB
O:
11.03 WIB - Infus terpasang
Emil
ditangan kiri
- Menggunakan
NCPAP
- ruangan rame
dengan bunyi alat
Emil
yang didalam
ruangan
- Bayi A kadang
anak kaget ketika
ada yang
menutup jendela
inkubator
11.05 WIB
Emil
A: Gangguan rasa
nyaman belum
11.10 teratasi
P: Lanjutkan
intervensi 1,2,3
dan 4
E:
Emil
S:
09.02 WIB
- Keluarga
mengatakan
tidak Emil
mengatakan
tidak
mengetahui
penyakitnya
- Keluarga
mengatakan
masih
memikirkan
mengenai donor Emil
ASI dari orang
lain
O:
09.07 WIB
- Keluarga
mendengarkan
penjelasan
dengan antusias Emil
mengenai sakit
yang dialami
bayi A
A: Defisit
09.10 WIB pengetahuan
belum teratasi
Emil
I:
O: KU lemah, respi
08.38 WIB
dengan NCPAP
Peep 8 FlO2 40%,
SpO2 > 90% Emil
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan
intervensi 1,2,3
Emil
TB:50cm, BB:
2.350 gr (ideal
BB pada bayi
5.5 kg), LK: 35
cm, LD: 30cm,
LiLA: 7 cm
(ideal cm),
TLK: 0.7 cm
- Biokimia:
- Clinic: Pasien
kurus, ubun-
ubun cekung,
konjungtiva
anemis, kulit
kering dan tidak
elastis, reflek
hisap lemah,
reflek menelan
lemah
- Diet: Bayi A
tidak ada diit.
- Susu ASI dan
PASI 6 x 5 cc/ 2
jam, melalui
OGT
- BB ideal: (usia
dalam bulan + 9)
: 2 = 5.5 kg
P:
08.15 WIB Emil
1.Identifikasi
makanan yang
disukai
08.18 WIB 2.Berikan makanan Emil
tinggi kalori, serat
dan tinggi protein
08.30 WIB 3.Ajarkan diet yang
Emil
diprogramkan
08.35 WIB
4.Kolaborasikan
dengan ahli gizi
untuk menentukan
Emil
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dubutuhkan
08.15 WIB
I:
1. Memberikan
susu melalui
OGT
Do: 5 cc susu
08.17 WIB masuk melalui Emil
OGT
2. Memberikan
obat melalui
OGT
Do: injeksi
luminal 15 mg, Emil
12.00 WIB pamol 4x25 mg
= 0.25 ml
3. Menghitung
balance cairan
Do: Kebutuhan Emil
cairan anak:
Usia x 100 = 200
cc/hari
normal
kebutuhan
cairan 200
ml/hari
Intake: susu: 20
cc/hari + obat
injeksi 2x3cc:
6cc/hari, infus
D5 ¼ 6 cc/jam =
32 cc/hari
output: urine 10
cc, BAB: 10 cc =
20 cc/hari
IWL: 40 x
2,350 : 24 =
94/24 = 3.91 cc
BC: Input-
Output-IWL =
32 - 20-3.91 =
8.09 cc/24 jam
E:
12.10 WIB S:-
O: KU lemah, Emil
terpasang OGT,
ubun-ubun
cekung, kulit
kering
12.12 WIB A: Masalah belum
12.14 WIB teratasi Emil
P: lanjutkan
intervensi 1,2,3
dan 4
1. Monitor bunyi
07.36 WIB suara nafas
tambahan
Emil
2. Pertahankan
07.38 WIB kepatenan jalan
nafas
3. Periksa residu
Emil
gaster sebelum
07.39 WIB
memberikan
asupan oral
4. Kolaborasikan
Emil
pemberian
07.42 WIB
bronkodilator jika
perlu
I:
08.00 WIB
1. Mengobservasi Emil
suara nafas
tambahan
Do: Crekles
08.02 WIB 2. Mengobservasi
reflek menelan
pasien
Do: reflek
menelan lemah Emil
3. Mereriksa residu
08.05 WIB gaster sebelum
memberikan
asupan oral
Do: Tidak ada Emil
residu
E:
S:-
11.00 WIB O: Terpasang OGT,
NCPAP, dan Emil
gangguan
menelan
11.03 WIB A: Masalah belum
teratasi
A: Masalah gangguan
09.05 WIB rasa nyaman belum
teratasi
P: Emil
09.08 WIB
1. Identifikasi
keadaan yang
membuat tidak
Emil
nyaman
2. Ciptakan
09.10 WIB
lingkungan
tentang dan tanpa
Emil
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman jika
memungkinkan
3. Anjurkan untuk
mengambil posisi
09.13 WIB yang nyaman Emil
4. Kolaborasikan
dengan keluarga
atau leingkungan
Emil
09.16 WIB
kamar untuk
menjaga agar
ruangan nyaman
dan tidak
menganggu
pasien
I:
1. Menutup
jendela
08.00 WIB inkubator
dengan berlahan Emil
2. mematikan
lampu, setelah
melakukan
tindakan
08.15 WIB
3. Tidak
menimbulkan
suara yang Emil
10.00 WIB menganggu
pasien
E:
S:-
O: Emil
11.00 WIB
- Infus terpasang
ditangan kiri
11.05 WIB - Menggunakan
NCPAP
- ruangan rame
dengan bunyi
alat yang
didalam ruangan
A: Masalah belum
Emil
teratasi
P: Lanjutkan
11.08 WIB
Intervensi 1,2
Emil
dan 3
11.10 WIB
O:
07.30 WIB
- Keluarga
Emil
mendengarkan
penjelasan
dengan antusias
mengenai sakit
yang dialami
bayi A
07.40 WIB P:
I:
E:
11.00 WIB S:
Emil
- Keluarga
mengatakan
ingin anak
segera sembuh
- Keluarga
mengatakan
akan
memikirkan
mengenai
pendonor ASI
Emil
O: Keluarga
menganggukan
11.06 WIB ketika diberi
tahukan Emil
mengenai sakit
yang dialami
pasien
A: Masalah belum
11.10 WIB teratasi Emil
P: Lanjutkan
intervensi 1,2
dan 3
O: Pasien meninggal
dunia pada tanggal
28/10/2020, jam Emil
04.30 WIB
A: Masalah tidak
teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC NOC. Yogyakarta: Media Hardy