BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatannya. Pada
hakikatnya manusia mempunyai beberapa kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi baik fisiologis dan psikologis. Pada tahun 1950 abrham maslow
seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan
dasar manusia yang meliputi 8 kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dan
salah satunya kebutuhan oksigenasi (Mubarak, dan Chayatin 2007).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah dasar paling vital dalam
kehidupan manusia. Dalam tubuh oksigen berperan penting dalam proses
metabolisme sel, kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang
bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian jika status pernafasan :
kepatenan jalan nafas tidak dilakukan dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu
sistem pernafasan memegang peran penting dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi (Riyadi dan Sukarmin, 2012).
Salah satu penyakit yang menyebabkan terjadinya gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bronkopneumonia yang merupakan
peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya adalah bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai
dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,
muntah, diare, serta batuk kering dan produktif, (Hidayat, 2012).
Bronkopneumonia menjadi masalah kesehatan di dunia. Menurut WHO
15% kematian balita di dunia dengan bronkopneumonia disebabkan oleh
manajemen bersihan jalan nafas yang tidak efektif yaitu sebanyak 922.000
balita, di tahun 2019 yang meninggal dengan total 156 juta kasus diseluruh
dunia. Penyakit bronkopneumonia di negara berkembang hampir 30% pada
anak-anak di bawah 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi (Kemenkes
RI, 2018). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar /Riskesdas (2019) jumlah
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI
6
7
b. Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang
kepala. Nama sinus paranasalis sendiri disesuaikan dengan nama
tulang di mana organ itu berada, organ itu sendiri atas sinus
frontalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis dan sinus maksilaris.
c. Faring (Tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan
sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid, oleh karena itu letak faring dibelakang laring
(Laryns phargneal)
d. Laring (Tenggorokan)
Laring terletak didepan bagian terendah faring memisahkan dari
columma vertebrata. Laring merentang sampai bagian atas
vertebrata servikalis dan masuk kedalam trakea bawahnya, laring
terdiri atas kepingan tulang rawan yang di ikat, di tentukan oleh
ligament dan membran.
B. KOSEP BRONKOPNEUMONIA
1. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkrim paru
yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang
terjadi pada jaringan paru melalui penyebaran secara langsung pada
saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Sujono,
dan Sukarmin, 2012).
Bronkopneumonia merupakan infeksi akut pada saluran
pernapasan bagian bawah pada paru-paru, yang secara anatomi
mengenai lobus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan
bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Ditandai dengan adanya sesak
napas, pernapasan cupping hidung, dan sianosis (perubahan warna)
sekitar hidung atau mulut (Gass, 2013).
2. Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus antara lain :
a. Bakteri: pneumococus pneumonia, pneumococcus, streptococcus
hemoliticus aureus, haemophilus influenza, stafilokoku.
b. virus sintaksis pernapasan, virus influenza, virus Virus sitomegali
citoplasma
c. Jamur capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices dermatides,
cocedirides immitis, aspergillus sp, candinda albicans, mycoplasma
pneumonia.
d. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronkopneumonia
adalah daya tahan tubuh yang menurun akibat malnutrisi energi
12
4. Klasifikasi
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, 2003) menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia, yaitu:
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
1) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia),
pneumonia yang didapat dari masyarakat, dimulai sebagai penyakit
pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia
2) Pneumonianosokomial, pneumonia yang terjadi setelah pasien 48
jam dirawat dirumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang
terjadi sebelum masuk rumah sakit.
3) Pneumonia aspirasi, merupakan infeksi paru-paru yang diakibatkan
oleh terhirupnya sesuatu ke dalam saluran pernafasan.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised.
b. Berdasarkan bakteri penyebab:
1) Pneumonia bakteri/tipikal, dapat terjadi pada semua usia beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,
misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada
penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal disebabkan
mycoplasma, legionella, dan chalamydia .
2) Pneumonia virus, Disebabkan seperi virus Influenza.
3) Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
pada penderita dengan daya lemah tahan terutama
fimmunocompromised).
c. Berdasarkan predileksi infeksi:
1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus
(percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2) Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-
bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun
kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi
atau orang tua.
14
5. Woc
Bakteri, virus, jamur, protozoa, mikobakteri, dan riketsia
MK : devisit
nutrisi
kurang dari Hiperventilasi Hipoksia
kebutuhan
Dyspnea Mebolisme
anerob meningkat
MK : pola nafas
tidak efektif Akumulasi asam
laktat
Fatigue
MK : intoleransi
aktifitas
17
6. Manifestasi
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia
menurut Wijayaningsih (2013), ialah :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas
b. Demam (390C-400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
c. Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-
tusuk, yang dicetuskan saat bernafas dan batuk.
d. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
dan sianosis sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila
infeksinya serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang
menyebabkan atelectasis absorbs
7. Komplikasi
Akibat penyakit ini tidak mendapat penanganan yang tepat maka
akan timbul komplikasi yang bisa membahayakan tubuh anak
tersebut,misalnya kematian akibat serangan apneu yang terlalu lama,
gangguan pertukaran gas, obstruksi jalan napas, gagal napas, efusi pleura
yang luas, syok dan apnea rekuren (Marni, 2014).
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijayaningsih (2013) ada beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk menegakan diagnosa antara lain:
a. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu
atau beberapa lobus yang bebercak-bercak dan Laringoskop/
bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh
benda padat
18
Jurnal &
No Penulis & Judul Sample Pasien Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Terbit
1 Sherly Amelia, REAL in Teknik Desain penelitian Cara pengumpulan data dengan pemeriksaan
Rola Oktorina & Nursing pengambilan ini menggunakan fisik dan observasi kemudian data yang
Niko Astuti Journal sampel dalam Quasi diperoleh dianalisis menggunakan uji Wilcoxon
(RNJ) Vol 1 penelitian ini Eksperiment One Sign Rank test. Hasil diperoleh data p-value
“Aromaterapi No.2 menggunakan Group Pretest- 0,002 < 0,05 yang artinya ada pengaruh
Peppermint teknik Accidental Posttest design aromaterapi peppermint terhadap masalah
Terhadap Masalah Tahun 2018 Sampling dengan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
Keperawatan jumlah sampel 10 nafas pada pasien anak usia 1-5 tahun dengan
Ketidakefektifan orang bronkopneumonia.
Bersihan Jalan
Nafas Anak
Dengan
Bronkopneumonia
”
2 Diah Ayu JPPNI Subjek penelian Desain penel itian Hasil penelitian didapatkan bahwa Pemberian
Agustin, Vol.02/No01/ pada penelitian quasi- madu berpengaruh terhadap penurunan
Nani nurheni, April-Juli ini adalah balita experimental: pre- frekuensi batuk, frekuensi napas, dan ronkhi
Nuar agustin 2017 berjumlah 34 test-post-test, non- balita pneumonia.
sampel equivalent control
“Pengaruh madu Tahun 2017 group
terhadap frekuensi
batuk dan nafas
ronkhi pada balita
pneumonia”
21
3 Akhmad Alfajri Jurnal Sample pada Jenis penelitian ini Terjadi perbaikan frekuensi napas pasien per
Amin,Kuswardani Fisioterapi penelitian ini metode pretest- menit yang signifikan antara sebelum dengan
, dan Welly dan sebanyak 8 posttest dengan sesudah terapi ditunjukkan dengan nilai p pada
Setiawan Rehabilitasi responden quasi eksperimen uji paired sample test (sig. 2-tailed) sebesar
(JFR) Vol. 2, 0,000 yang berada di bawah nilai kritis <0,05.
“Pengaruh Chest No. 1, Tahun
therapy dan infra 2018, ISSN
red pada pasien 2548-8716
bronkopneumonia
”
4 I Made Sudarma, Jurnal Sample pada Metode penelitian Hasil menunjukan adanya pengaruh pemberian
ddk STIKES penelitian ini quasi air minum air hangat sebelum dilakukan
Wira Medika sebanyak 20 eksperimental tindakan nebulizer terhadap kelancaran jalan
“mengkonsumsi PPNI Bali responden dengan rancangan nafas pada pasein asma.
air hangat penderita asma pretest-posttest
sebelum tindakan Tahun 2017 Non Equivalent
nebulizer control group
meningkatkan
kelancaran jalan
nafas pada pasien
asma”
5 Yenti, et al Jurnal Sample pada Metode penelitian Hasil uji hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test
Fakultas Ilmu penelitian ini pre-eksperimen pada kemaknaan (ɑ = 0,05) menunjukan bahwa
“Terapi Inhalasi Keperawatan, sebanyak 62 dengan prepost nilai ρ-value = 0,000 < ɑ, yaitu 0,000<0,05
UAP Panas Universitas responden disign with one maka Ho ditolak Ha diterima artinya bahwa ada
dengan Minyak Esa Unggul sampling di group. pengaruh terapi inhalasi uap panas dengan
Kayu Putih Puskesmas Kota minyak kayu putih dengan bersihan jalan nafas.
22
Terhadap Tahun 2018 Bambu Selatan Simpulan diperoleh data perbedaan antara yang
Bersihan Jalan dengan teknik bermakna antara bersihan jalan nafas sebelum
Nafas Pada Anak nonprobablity dan sesudah diberikan terapi inhalasi uap panas
Dengan Ispa” sampling jenis dengan minyak kayu putih.
quota
6 Nugroho Priyo, Jurnal Dalam penelitian Penelitian ini Hasil uji observasi dengan melakukan terapai
Anida Nur Ashifa, Keperawatan ini peneliti merupakan sinar matahari dengan cara berjemur
Ari Aji GSH Vol 5 mengambil 3 penelitian menunjukan pada Responden 1 Sebelum pasien
Kristiawan. No 2 Juli sampel yaitu kualitatif dengan diberikan terapi sinar matahari pasien masih
2016 ISSN pasien yang pendekatan case mengalami sesak nafas. Dan setelah diberikan
“Pengaruh Sinar 2088-2734 mengalami study research terapi sinar matahari pasien mengatakan sesak
Matahari Untuk PPOK (studi kasus). nafas berkurang dan pasien tampak lebih
Meningkatkan Tahun 2016 nyaman dan rileks disertai pengeluaran secret.
Efektifitas Pada Responden 2 Sebelum pasien diberikan
Bersihan Jalan terapi sinar matahari pasien hanya bernafas
Nafas Pada Pasien dangkal dan berujung mengalami sesak nafas
PP0K Di dan batuk. Dan setelah diberikan terapi sinar
Puskesmas matahari pasien mengatakan sesak nafas
Selogiri” berkurang dan tampak nyaman serta rileks
setelah adanya pengeluaran secret.
7 Ade Nueraeni Fakultas ilmu Sample pada Metode penelitian Hasil menunjukan adanya perbedaan dan
keperawatan, penelitian ini quasi penurunan rerata frekuensi nafas setelah
“Pengaruh Steam Universitas sebanyak 28 eksperimental dilakuakn steam inhalation tetapi tidak
Inhalation Indonesia responden dengan rancangan bermakna (ρ-value = 0,000 >0,05). Hal ini
Terhadap Usaha pretest-posttest dipengaruhi karena pelaksanaan steam
Bernafas Pada Tahun 2012 Non Equivalent inhalation hanya dilakukan satu kali sedangkan
Balita dengan control group dalam referensi harus dilakukan sebnyak 4 kali
Pneumonia di desain dalam sehari. Ini akan jauh lebuh efektif bila
Puskesmas dilakukan sebnyak 4 kali dalam sehari.
23
Subang”
8 Titin Hidayatin Jurnal Teknik Metode penelitian Hasil penelitian menunjukkan uji statistik
Keperawatan pengambilan data menggunakan dengan menggunakan uji Cochran didapatkan
“Pengaruh Surya Vol 11 adalah menggunakan bahwa nilai P value < α yang artinya ada
Pemberian concecutive quasy perbedaan yang artinya ada perbedaan yang
Fisioterapi Dada Tahun 2019 sampling dengan experimental bermakna antara bersihan jalan nafas antara
Dan Pursed Lips jumlah sampel dengan rancangan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
Breathing (Tiupan yang akan non randomized fisioterapi dada dan PLB (pursed lips
Lidah) Terhadap diambil sebanyak without control breathing ) pada anak balita dengan pneumonia
Bersihan Jalan 30 responden group pretest- di RSUD Kabupaten Indramayu. Dari hasil
Nafas Pada Anak posttest penelitian didapatkan bahwa pada intervensi
Balita Dengan pertama belum terjadi perubahan terhadap
Pneumonia” bersihan jalan napas, tetapi pada intervensi
berikutnya terjadi perubahan terhadap bersihan
jalan napas dan perubahan yang sangat
signifikan terjadi pada intervensi kedua (sore
hari) hari kedua yaitu semua responden (10
balita) mengalami perubahan terhadap bersihan
jalan napas.
9 Maidartati Jurnal Sampel dalam Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan terdapat
keperawatan penelitian ini menggunakan perbedaan frekwensi nafas sebelum dan sesudah
“Pengaruh Vol. II berjumlah 17 desain penelitian dilakukan fisioterapi dada pada anak yang
Fisioterapi Dada responden quasi mengalami bersihan jalan nafas. dimana dapat
Terhadap 2014 eksperimental diketahui dari hasil penelitian dengan hasil
Bersihan Jalan dengan rancangan perhitungan p = 0.00 (p=<0.05) berarti bahwa
Nafas Pada Anak pre test-post test fisioterapi dada dapat membentu perbaikan
Usia 1- 5 Tahun teknik memilih frekwensi nafas pada anak yang mengalami
Yang Mengalami sampel yang gangguan bersihan jalan nafas.
Gangguan digunakan adalah
24
10 Dina Putri Adiyati Jurnal Teknik Metode penelitian Hasil uji statistic Wilcoxon didapatkan nilai
Keperawatan pengambilan data menggunakan bahwa p value 0.001 < 0.05 sehingga
“Efektifitas Stikes Bhakti adalah menggunakan dapatdisimpulakan bahwa ada pengaruh
Nebulizer- HusadaMulia concecutive quasy pemberian nebulizer – postural drainage
Postural Drainage sampling dengan experimental terhadap pengeluaran sputum. Sedangkan hasil
Dan Nebulizer Tahun 2018 jumlah sampel dengan rancangan perhitungan Wilcoxon diperoleh nilai p value
Dalam non equivalent 0.000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pengeluaran control group ada pengaruh pemberian nebulizer-batuk efektif
Sputum Pada terhadap pengeluaran sputum. Berdasarkan uji
Pasien Asma Di mann whitney didapatkan bahwa pemberan
Rsud Caruban” nebulizer-batuk lebih efektif banyak dalam
mengeluarkan sputum.
25
e) Pola aktifitas
Karena kondisinya yang lemah sehingga anak hanya
melakukan aktifitas di tempat tidur disesuaikan dengan
kondisi.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Stasus penampilan kesehatan : lemah
b) Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi,
strupor, koma, apatis tergantung tingkat penyebaran
penyakit.
c) Tanda-tanda vital
- Frekuensi nadi: takikardia
- Frekuensi napas: takipnea, dispnea progesif
pernapasaan dangkal, penggunaan otot bantu
pernapasaan dan pelebaran nasal.
- Suhu tubuh hipertemia akibat penyebaran toksik
mikroorganisme yang direspon oleh hipotalamus.
d) Berat badan dan tinggi badan kecenderungan berat badan
anak mengalami penurunan.
e) Integumen kulit
- Warna : pucat sampai sianosis
- Suhu : pada hipertemia kulit terbakar panas akan tetapi
setelah hipertemia teratasi kulit anak akan terba dingin.
f) Kepala dan mata kepala
- Perhatikan bentuk dan kesimetrisan.
- Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau
pembengkakan yang nyata.
- Periksa hygiene kulit kepala, ada tidaknya lesi,
kehilangan rambut, perubahan warna.
28
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data
subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian
untuk menegakkan diagnosis keperawatan (Amin 2015). Diagnosis
keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data
yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik dan
pemberian pelayanan kesehatan yang lain. Komponen komponen
dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah
(problem), penyebab (etiologi), tanda dan gejala (sign and
symptom) (Asmadi,2008).
29
3. Perencanaan
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN
NO TUJUAN /KRITERIA HASIL RASIONAL
KEPERAWATAN (Nursing Intervention
(Nursing Outcome Clasification/NOC)
Clasification/NIC)
1 Ketidakefektifan Setelah diberikan intervensi NIC: Manajemen jalan napas
bersihan jalan napas keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas Keperawatan:
Berhubungan dengan diharapkan bersihan jalan nafas pasien 1. Mengidentifikasi dan mengelola 1. Jalan napas yang tidak paten dapat
peningkatan produksi menunjukan : kepatenan jalan nafas mengakibatkan tidak adekuatnya ventilasi
sekret NOC: Status Pernafasn : Kepatenan yang menyebabkan frekuensi meningkat,
Ditingkatkan pada level 5 irama tidak teratur
1. Meningkat
2. Cukup meningkat 2. Monitor pola nafas (frekuensi, 2. Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan
3. Sedang kedalaman, dan usaha nafas) dada tak simetris, sering terjadi karena
4. Cukup menurun ketidaknyamanan gerakan dinding dada
5. Menurun dan/atau cairan paru
Dengan kriteria hasil:
Bersihan jalan napas 1/2/3/4/5 3. Monitor suara napas tambahan 3. Suara nafas yang abnormal menunjukkan
- Frekuensi pernapasan menurun (gurgling,mengi,wheezing,rockhi) lokasi adanya secret pada area lobus paru.
dalam kisaran normal
- Pola pernapasan menurun dalam 4. Monitor Sputum (jumlah, warna dan 4. Mengatahui bentuk sputum yang di
kisaran normal aroma) keluarkan klien
- Irama pernafasan reguler
- Dispnea menurun 5. Posisikan semi fowler atau fowler 5. Untuk memaksimalkan pengembangan paru
- Penggunaan otot bantu pernapasan
menurun 6. Berikan minum hangat 6. Air hangat membantu merangsang dilatasi
- Batuk menurun jalan afas (menurunkan spasme bronkus)
- Akumulasi sputum menurun
31
12. Kenali ada tidaknya kontraindikasi 12. PPOK eksaserbasi akut, pneumonia tanpa
dilakukannya fisioterapi dada pada produksi sputum berlebih, kanker paru,
pasien edema serebri, osteoporosis merupakan
kontraindikasi dari pemberian fisioterpai
dada
13.Tentukan segmen paru yang berisi 13. Menentukan posisi dalam melakukan
sekret berlebih fisioterapi dada
32
14.Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan 14. Inform consent sebelum tindakan
fisioterapi dada meningktakan kepercayaan pasien terhadap
prosedur tindakan
16. Lakukan fisioterapi dada minimal 2 16. Fisioterapi dada yang diberikan sesaat
jam setelah makan setelah makan dapat meningkatkan resiko
refluk makanan dari lambung dan
mengaibatkan aspirasi.
3. Pemberian terapi inhalasi UAP 3.Inhalasi dengan air hangat dengan aroma
sederhana dengan minyak kayu putih minyak kayu putih sebagai penghangat
(Yenti,2018) dan membantu mencairkan secret sehingga
secret lebih mudah dikeluarkan
5. Pemberian chest therapy dan infra 5.Fisioterapi dada memanfaatkan sinar infra
red (Akhmad, wely, 2018) red, gravitasi dan geratan dalam
menghangatkan, mengencerkan dan
mengeluarkan secret
10. Pemberian fisioterapi dada 10. pembebasan jalan nafas serta mencegah
(Maudarti,2014) obstruksi, dan mencegah rusaknya saluran
1. respiratoridan membantu menghilangkan
kelebihan mukus kental
34
6. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan
kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan
perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien dan
mengevaluasi kerja anggota staf dan mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari klien. Implementasi meluangkan rencana
asuhan ke dalam tindakan. Setelah rencana di kembangkan,
sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan
intervensi keperawatan spesifik, yang mencakup tindakan
perawat dan tindakan (Potter & Perry, 2015).
7. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah
pencapaian tujuan. Tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai
kemampuan klien dan tujuan dengan melihat perkembangan
klien. Evaluasi klien gout artritis dilakukan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan (Potter &
Perry,2015)
35
BAB III
METODELOGI PENULISAN
35
36
2. Kriterian Ekslusi
a. Pasien pulang Atas Permintaan Sendiri (APS) atau dirujuk
b. Pasien meninggal dunia saat dirawat inap
c. Pasien yang menjalani perawatan intensif dan isolasi.
C. Definisi Operasional
1) Asuhan keperawatan anak menurut penulis adalah suatu proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
2) Manajemen jalan nafas adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
sumbatan jalan nafas baik secara parsial dan total.
3) Bronkopneumonia adalah suatu kondisi gangaun system pernafasan yang
dialami oleh pasien dengan dignosa medis yang telah di tetapkan oleh
dokter.
4) Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan seseorang
untuk membersihkan secret atau sputum dijalan napas secara mandiri.
E. Pengumpulan Data
1. Anamnesa yaitu data di dapatkan melalui wawancara dengan hasil
anamnesis yang harus di dapatkan berisi tentang identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang – dahulu keluarga, riwayat psikologi).
Sumber data bisa dari klien, keluarga, perawat lainnya.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum,
pemeriksaan ADL (Activity Daily Living), pemeriksaan Fungsi
37
F. Penyajian Data
Penyajian data pada studi kasus disajikan secara tekstual dengan data-
data proses asuhan keperawatan yang kemudian disajikan secara terstruktur
atau narasi, disertai dengan ungkapan verbal dan cuplikan. Dalam penelitian
ini, penulis meneliti dua responden bronkopneumonia dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Semua informasi yang didapat dari responden tidak akan
disebarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.
Dan 3 bulan setelah hasil penelitian di presentasikan, data yang diolah
akan dimusnahkan demi kerahasiaan responden.
4. Keadilan (justice)
Peneliti akan memperlakukan semua responden secara adil selama
pengumpulan data tanpa adanya diskriminasi, baik yang bersedia
mengikuti penelitia nmaupun yang menolak untuk menjadi responden
penelitian.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas
penderitaan, bebas eksploitasi dan beban resiko. Bebas penderitaan yaitu
peneliti menjamin responden tidak akan mengalami cidera, mengurangi
rasa sakit, dan tidak akan memberikan penderitaan pada responden.
Bebas eksploitasi dimana pemberian informasi dari responden akan
digunakan sebaik mungkin dan tidak akan digunakan secara sewenang-
wenang demi keutungan peneliti. Bebas risiko yaitu responden terhindar
dari risiko bahaya kedepannya. Tujuan dari penelitian adalah untuk
menambah pengetahuan, menerapkan perawatan pasien
Bronkopneumonia serta berperan dalam mengurangi hari lama rawat.
6. Maleficience
Peneliti menjamin tidak akan menyakiti, membahayakan, atau
memberikan ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologi.
39
BAB IV
HASIL STUDI KASUS
39
40
2. Riwayat Kesehatan
Pada pengkajian riwayat kesehatan ini perawat melakukan pengkajian keperawatan meliputi keluhan utama, keluhan sekarang,
riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga, riwayat kehamilan, riwayat imunisasi, riwayat psikososial, riwayat spiritual, riwayat
lingkungan dan riwayat pertumbuhan dan perkembangan untuk menegakan diagnosa keperawatan dan juga perencanaan keperawatan
yang akan dilakukan pada pasien dalam penelitian.
No Riwayat Kesehatan Pasien An.A Pasien An.B
1. Keluhan Utama Ibu pasien mengatakan anaknya di rumah batuk Pasien An.B diantar oleh keluarga ke RSUD Dr
pilek ± 2 hari, dahak tidak bisa keluar, dan M. Yunus Bengkulu pada tanggal 13 Oktober
sesak nafas. Akhirnya keluarga memutuskan 2019 pukul 15.30. Ibu An.B mengatakan bahwa
membawa ke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu An.B dibawah ke rs dengan keluhan batuk pilek,
pada tanggal 27 Oktober 2020 pukul 20.15 sulit mengeluarkan dahak, demam dan sesak
malam untuk mendapat penanganan lebih secara tiba-tiba.
lanjut.
3. Riwayat Penyakit Ibu pasien mengatkan anaknya dahulu pernah Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah di
Dahulu memiliki penyakit yang sama dengan diagnose diagnose bronkopnemoni sebelumnya, belum
bronkopneumonia, dan ibu pasien mengatakan pernah dirawat sebelumnya dan Ibu pasien
anaknya tidak mempunyai alergi baik obat mengatakan An.A tidak ada alergi obat ataupun
maupun makanan alergi makanan.
4. Riwayat Kesehatan Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota
keluarga mempunyai riwayat penyakit seperti yg di alami keluarga yang mengalami penyakit yang sama
An.A. ibu pasien mengatakan keluarganya hanya pada pasien.
mempunyai riwayat penyakit hipertensi, asam
urat.
42
berlangsung secara normal atau pervaginal berlangsung secara normal atau pervaginal
yang berlansung selam 60 menit dengan air yang berlansung selam ±25 menit dengan air
ketuban yang pecah 20 sebelum persalinan ketuban yang pecah ±20 menit sebelum
berwarna bening dan berlendir, anak lahir persalinan berwarna bening dan berlendir, anak
dengan berat 2,8 kg dengan APGAR lahir dengan berat 3,1 kg dengan APGAR
kelahiran 8 dan tidak ada kelainan saat kelahiran. Dengan nilai APGAR 10. Dan tidak
dilahirkan. ada kelaian saat melahirkan
6 Riwayat imunisasi Ibu pasien mengatakan An. A mendapatkan Ibu pasien mengatakan An. B mendapatkan
imunisasi BCG sebanyak 1 kali pada umur 2 imunisasi BCG sebanyak 1 kali pada umur 2
bulan. Imunisasi hepatitis B sebanyak 2 kali bulan. Imunisasi hepatitis B sebanyak 2 kali pada
pada umur 0 dan 1 bulan. Imunisasi polio umur 0 dan 1 bulan. Imunisasi polio sebanyak 3
sebanyak 3 kali pada umur 0, 2, dan 4 bulan. kali pada umur 0, 2, dan 4 bulan. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT sebanyak 2 kali pada umur 2 sebanyak 2 kali pada umur 2 dan 4 bulan,
dan 4 bulan. Kesan imunisasi pada pasien ini imunisasi campak sebanyak 1 kali pada umur 10
belum lengkap. Karena usia anak belum bulan.
mencukupu untu mendapat imunisasi terakhir,
Imunisasi terakhir yang harus di dapat oleh
anak adalah imunisasi Campak.
7 Riwayat psikososial An. A tinggal bersama tinggal bersama kedua An. B tinggal bersama tinggal bersama kedua
orang tuanya. Anak selalu mendapatkan kasih orang tuanya dan nenek dari Tn.S. Anak
sayang yang cukup dari orang tua dan mendapatkan kasih sayang yang cukup dari
keluarganya dan anak di asuh oleh ibunya orang tua dan keluarganya dan anak di asuh oleh
sendiri. ibunya sendiri dan di asuh neneknya saat ibunya
kerja
43
8 Kondisi lingkungan Anak berada di lingkungan rumah yang cukup Anak berada di lingkungan rumah yang berada di
bersih dan nyaman, ibu pasien mengatakan pinggir jalan, ayah anak mengatakan sering
bahwa ayah anak merupakan perokok aktif di merokok di dalam rumah dan terkadang di
rumah yang sering merokok di dalam rumah. malam hari menggunakan racun nyamuk semprot
dan bakar
9 Riwayat spiritual Anak beragama islam dan belum dapat Anak beragama islam dan belum dapat
melaksanakan sholat lima waktu. Keluarga melaksanakan sholat lima waktu. Keluarga
mengatakan meyakini akan pengobatan yang mengatakan meyakini akan pengobatan yang
diberikan oleh dokter dan perawat di rumah diberikan oleh dokter dan perawat di rumah sakit
sakit dan keluarga tidak mempercayai adanya dan keluarga tidak mempercayai adanya ritual
ritual non medis untuk pengobatan anaknya. non medis untuk pengobatan anaknya.
10
Riwayat Pada An.A Riwayat kesehatan motorik kasar Pada An.B Riwayat kesehatan motorik kasar
pertumbuhan dan pasien meliputi: pasien mampu tengkurap pada pasien meliputi: pasien mampu berjalan secara
perkembangan usia 5 bulan. An.A dapat menggenggam jari perlahan dengan sendiri walaupun baru bisa
yang didekatkan padanya dan mampu menoleh berjalan. Saat dikaji pasien motorik halus pasien
ke arah suara dan perkembangan motorik anak dapat menggemgam makannanya sendiri dan
halus dikategorikan normal. An.A pada riwayat memberikan makanan tadi ke ibunya dan
perkembangan bahasa pasien mampu tertawa mampu menoleh ke arah suara dan pada riwayat
pada usia 3 bulan, perkembangan bahasa pasien mampu tertawa dan
mengatakan ayah dan ibu serta bisa mengikuti
perintah tapi belum seutuhnya dan
perkembangan bahasa anak dikategorikan
normal.
44
3. Pengkajian Oksigenisasi
No Aspek Yang Diambil Pasien An.A Pasien An.B
1. Masalah pada pernafasan Ibu pasien mengatkan anaknya kedua Ibu pasien mengtakan baru pertama kali
kalinya masuk rumah sakit dengan An.B mengalami penyakit seperti ini, An. B
penyaakit yang sama yg di diagnose oleh berada di lingkungan rumah yang berada di
dokter adalah bronkopneumonia, ibu pinggir jalan, serta ayah An.B perokok aktif
pasien mengatakan dirinya tinggal kondisi yang sering merokok di dalam rumah dan
lingkungan rumah yang cukup bersih, dan terkadang di malam hari dirumah sering
juga mengatakan bahwa sang suami menggunakan racun nyamuk semprot dan
merupakan perokok aktif yang sering bakar
merokok di dalam rumah.
2 Riwayat penyakit pernafasan Pada saat pengkajian pernafasan saat di Pada saat pengkajian pernafasan saat di
inspeksi ada penggunaan otot bantu inspeksi ada penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan, pernafasan cepat dan dangkal,
ada pernafasan cuping hidung terdapat ada pernafasan cuping hidung terdapat
ekspansi dada, batuk berdahak yang susah ekspansi dada, batuk berdahak sulit
dikeluarkan, frekuensi nafas 58x/menit dan dikeluarkan, frekuensi nafas 43x/menit dan
saat di auskultasi lapangan paru terdengar saat di auskultasi lapangan paru terdengar
suara ronchi suara perkusi yaitu sonor. suara ronchi suara perkusi yaitu sonor.
Terdapat penggunaan alat bantu nafas O2 Terdapat penggunaan alat bantu nafas O2
nasal dengan aliran 1/2 liter/menit. nasal dengan aliran 1/2 liter/menit.
3 Adanya batuk dan Ibu pasien mengatkan anaknya mengalami Ibu pasien mengatkan anaknya mengalami
penanganan batuk-batuk selama 2 hari yang lalu, Ibu batuk dan sulit mengeluarkan dahak sejak 1
pasien mengatakan An.A batuk setelah hari dan diberikan obat batuk tetapi tidak
diberikan terapi inhalasi, batuk hingga sembuh, kemudian dibawah ke rs karena
45
4 Kebutuhan oksigenisasi Saat dilakukan pengkajian pada An.A ibu Saat dilakukan pengkajian pada An.B ibu
pasien mengatakan anaknya hanya pasien mengatakan anaknya hanya
mengalami batuk berdahak sulit keluar dan mengalami batuk, sesak nafas, dan dahak
sesak nafas. sulit keluar.
46
4. Terapi pengobatan
B. Diagnosa Keperawatan
No Pasien I Pasien II
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Bersihan jalan nafas tidak efektif
Data objektif: Data objektif :
1. Suara nafas tambahan 1. suara nafas tambahan ronkhi
(ronkhi) 2. RR 43x/menit
2. RR: 58 x/menit 3. Batuk berdahak tapi sulit
3. Irama cepat dan dangkal mengeluarkan
4. batuk berdahak yang susah 4. Pernafasan cepat dan
dikeluarkan dangkal
5. Tampak gelisah jika batuk 5. Terdapat penggunaan otot
6. ada penggunaan otot bantu bantu pernafasan
pernafasan, 6. Hasil Ro thorak : Kesan BP
7. ada pernafasan cuping hidung 7. An.B terlihat gelisah
8. terdapat ekspansi dada,
47
C. Intervensi Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN
NO TUJUAN /KRITERIA HASIL RASIONAL
KEPERAWATAN (Nursing Intervention
(Nursing Outcome Clasification/NOC)
Clasification/NIC)
1 Ketidakefektifan Setelah diberikan intervensi NIC: Manajemen jalan napas
bersihan jalan napas keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas Keperawatan:
Berhubungan dengan diharapkan bersihan jalan nafas pasien 1. Mengidentifikasi dan mengelola 1. Jalan napas yang tidak paten dapat
peningkatan produksi menunjukan : kepatenan jalan nafas mengakibatkan tidak adekuatnya ventilasi
sekret NOC: Status Pernafasan : Kepatenan yang menyebabkan frekuensi meningkat,
Ditingkatkan pada level 5 irama tidak teratur
1. Meningkat
2. Cukup meningkat 2. Monitor pola nafas (frekuensi, 2. Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan
3. Sedang kedalaman, dan usaha nafas) dada tak simetris, sering terjadi karena
4. Cukup menurun ketidaknyamanan gerakan dinding dada
5. Menurun dan/atau cairan paru
Dengan kriteria hasil:
Bersihan jalan napas 1/2/3/4/5 3. Monitor suara napas tambahan 3. Suara nafas yang abnormal menunjukkan
- Frekuensi pernapasan menurun (gurgling,mengi,wheezing,rockhi) lokasi adanya secret pada area lobus paru.
dalam kisaran normal
- Pola pernapasan menurun dalam 4. Monitor Sputum (jumlah, warna dan 4. Mengatahui bentuk sputum yang di
kisaran normal aroma) keluarkan klien
- Irama pernafasan reguler
- Dispnea menurun 5. Posisikan semi fowler atau fowler 5. Untuk memaksimalkan pengembangan paru
- Penggunaan otot bantu pernapasan
menurun 6. Berikan minum hangat (evidence based 6. Air hangat membantu merangsang dilatasi
- Batuk menurun : pemberian air minum hangat sebelum jalan afas (menurunkan spasme bronkus)
- Akumulasi sputum menurun tindakan nebulizer)
48
8. Ajarkan keluarga dan pasien 8. Inhalasi dengan air hangat dengan aroma
menggunakan inhalasi minyak kayu putih sebagai penghangat
(evidence based : pemberian terapi dan membantu mencairkan secret sehingga
inhalasi sederhana minyak kayu putih) secret lebih mudah dikeluarkan
11. Kenali ada tidaknya kontraindikasi 11. PPOK eksaserbasi akut, pneumonia tanpa
dilakukannya fisioterapi dada pada produksi sputum berlebih, kanker paru,
pasien edema serebri, osteoporosis merupakan
kontraindikasi dari pemberian fisioterpai
49
dada
12.Tentukan segmen paru yang berisi 12. Menentukan posisi dalam melakukan
sekret berlebih fisioterapi dada
13.Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan 13. Inform consent sebelum tindakan
fisioterapi dada meningktakan kepercayaan pasien terhadap
prosedur tindakan
15. Lakukan fisioterapi dada minimal 2 15. Fisioterapi dada yang diberikan sesaat
jam setelah makan setelah makan dapat meningkatkan resiko
refluk makanan dari lambung dan
mengaibatkan aspirasi.
50
12.Menenentukan segmen paru yang 12. Segmen paru yang berisi sekret
berisi sekret berlebih pada lapang paru kiri dan kana pada
intercosta 2-3
11.Menenentukan segmen paru yang 11. Segmen paru yang berisi sekret
berisi sekret berlebih pada lapang paru kiri dan kana pada
intercosta 2-3
RUANGAN : Edelwies Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Berhubungan Dengan Peningkatan Produksi Sekret
TANGGAL/ HARI Ke : 28 Okt 2019/ I
PENGKAJIAN-DIAGNOSIS- EVALUASI
IMPLEMENTASI RESPON HASIL
INTERVENSI (S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul :08.10 Wib Pukul: 09.15 Pukul: 09.55 Pukul :14.00 Wib
12.Menenentukan segmen paru yang 12. Segmen paru yang berisi sekret
berisi sekret berlebih pada lapang paru kiri dan kana pada
intercosta 2-4
13.Memberikan penjelasan tujuan 13. Keluarga mengerti dan memahami
dan prosedur tindakan fisioterapi tentang tujuan prosedur tindakan
dada pada keluarga fisioterapi dada
BAB V
PEMBAHASAN
65
66
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang mengadakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan keperawatan
(Potter, 2005). Evaluasi yang digunakan berbentuk S (subyektif), O
(obyektif), A (analisa), P (perencanaan terhadap analisis. Evaluasi
dilakukan setiap hari pada kedua kasus yaitu menggunakan evaluasi
SOAP pada awal jam dinas dan terakhir di evaluasi kembali setelah
diberika intervensi pada jam akhir dinas.
Evaluasi keperawatan pada pasien dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produkti sputum
adalah menunjukkan perbaikan dan peningkatan kesehatan pasien, pada
hari ketiga pada pasien An.A setelah diberikan intervensi keperawatan
dengan NOC : status pernafasan : kepatenan ditingkan pada level 5
dengan ditunjukan tanda-tanda dengan suara nafas veskuler, pola napas
eupnea, frekuensi nafas 29x/m, batuk berdahak sudah berkurang, dan
sesak sudah membaik. Sedangkan pada An.B sudah membaik pada hari
ke empat setelah diberikan intervensi keperawatan dengan NOC : status
pernafasan : kepatenan ditingkan pada level 5 dengan kondisi sesak dan
77
batuk sudah membaik, frekuensi nafas 23x/m, pola nafas eupnea, dan
suara nafas vesikuler.
Pada kedua kasus bronkopneomonia pada An.B dan An.A sama-
sama menunjukkan perbaikan. Perbaikan gejala yang dapat diamati
antara lain: kembalinya frekuensi pernafasan pasien ke dalam rentang
normal, suara nafas terdengan vesikuler, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, tidak terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, tidak adanya
sumbatan jalan nafas akibat pengingkatan produksi sputum, tidak
terdapat retraksi dada, tidak terdapat sianosis, dan saturasi oksigen
berada di rentang 95-100%. Bila pasien menunjukkan tanda-tanda
perbaikan maka pasien diperbolehkan pulang dengan tetap diberikan
pengobatan oral atau inhalasi (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2014).
F. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini tahapan usia pada ke dua pasien
tidak sama sehingga terjadi kesulitan dalam penerapan evidence
based yang diberikan dan tidak semua intervensi bisa diterapkan
semua kepada pasien.
2. Pada penelitian ini penulis mengalami keterbatasan
peneliti karena orang tua sebagai narasumber sulit untuk ditemui
karena bekerja sehingga penjaga anak saat di rumah sakit sering di
tunggu nenek pasien, sehingga dalam mengali data dan wawancara
harus menunggu waktu luang setelah ibu pasien pulang bekerja.
78
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan data subyektif
dan obyektif. Dari data subyektif ibu pasien mengatakan pasien An.B
didapatkan keluhan sesak, demam dengan suhu 38.oc, disertai batuk pilrk
dan sulit mengeluarkan dahak, anak juga mengalami muntah dan nafsu
makan berkurang, didapatkan hasil pemeriksaan frekuensi nadi 140
x/menit, frekuensi nafas 43x/menit, shuh 38,0oC. Dan hasil pengkajian
pada An.A dengan keluhan sesak, batuk berdahak dan sulit mengeluarkan
dahaknya, pilek sejak 2hari yang lalu serta kondisi anak yang tampak
gelisah. Dengan hasil pemeriksaan frekuensi nadi 120 x/menit, frekuensi
nafas 58 x/menit, shuh 38,0oC.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada dua pasien ditemukan adanya
peningkatan produksi sputum ditandai dengan anak batuk berdahak, sesak
nafas, terdengar bunyi nafas tambahan (ronki), penggunaan otot bantu
pernafasan, adanya peningkatan frekuensi nafas menjadi cepat dan
dangkal, serta adanya tarikan dinding dada dan pernafasan cuping hidung.
Sehingga peneliti mengangkat diagnosa aktual yang terjadi pada kasus
adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan peningkatan
produksi sputum.
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan peningkatan
produksi sputum dengan tujuan kriteria hasil yang ingin dicapai yakni
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
78
79
frekuensi nafas 23x/m, pola nafas eupnea, dan suara nafas vesikuler.
Pada kedua klien tampak dengan kondisi membaik dan terlihat lebih
nyaman. Intervensi pada diagnosa pertama dilanjutkan mandiri tanpa
kehadiran perawat yaitu menganjurkan keluarga pasien melakukan
intervensi inhalasi sederhana jika batuk berulang, serta menjaga
kebersihan lingkungan, hindari faktor-faktor yang dapat memperburuk
kondisi anak, menjauhkan anak dari asap rokok dan asap pembakaran
sampah lainnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran
yang diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi perawat
Karya tulis ilmiah ini sebaiknya dapat digunakan perawat sebagai
wawasan tamabahan dan acuan intervensi yang dapat diberikan pada
pasien yang mengalami penyakit Bronkopneumonia. Perawat sebaiknya
dapat meneruskan terapi dan perawat juga dapat memberikan inspirasi
lebih banyak lagi dalam memberikan intervensi keperawatan pada
penderita Bronkopneumonia
2. Bagi Pelayan Kesehatan / RSUD DR M. Yunus Bengkulu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
tenaga kesehatan dan dapat menerapkan beberapa evidence based atau
beberapa hasil penelitian rekan sejawat yang terbaru tanpa memberikan
efek samping bagi tubuh yang dibahas dalam karya ilmiah akhir ners
ini, sehingga diharapkan bisa di implementasiakan kepada pasien
dengan harapan penyembuhan akan cepat lebih optimal dan anak yang
terkena bronkopneumonia.
3. Bagi institusi pendidikan Institusi pendidikan
Dapat memberikan kontribusi informasi dan ilmu mengenai penyakit
Bronkopneumonia serta menjadi referensi untuk tingkatan selanjutnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Ade Nueraeni. 2012. Pengaruh Steam Inhalation Terhadap Usaha Bernafas Pada
Balita dengan Pneumonia di Puskesmas Subang. Jurnal Keperawatan
Universitas Indonesia.
Diah Ayu, dkk (2017) Pengaruhi Madu Terhadap Frekuensi Batuk Dan Napas
Serta Ronkhi Pada Balita Pneumonia. JPPNI Vol. 02/No.01/April-
Juli/2017
Evans. H., Tuleu. C., & Sutcliffe. A. (2010). Is honey a well-evidenced alternative
ti overthe-counter cough medicines? Journal of R Social Medicine,
103, 164–165.
Hamidin, A.S . 2012. Keampuhan Terapi air Putih. Jakarta. PT Buku Seu
82
Hendley,J.O., Abbot, R D., Beasley, P.P., & Gwaltney, J,M (1994). Effect of
inhalation of hot humidified air on expereminthal rhinovirus infection.
JAMA, 271 (14), 112-1113
Lewis LK, Williams MT, Olds TS. The active cycle of breathing technique: A
systematic review and meta-analysis. Respir Med. 2012;106(2):155–
72.
Maidartati. (2014). Pengaruh fisioterai dada terhadap bersihan jalan napas pada
anak usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan napas di
Puskesmas Moch Ramdhan Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Volume 11
Nugroho, Yosef Agung. 2011. Batuk efektif dalam pengeluaran dahak pada
pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Jurnal STIKES
RS Baptis Kediri 2085-0921
83
Paneeth, B., Faisal, M., Renuka D. Efficacy of Active Cycle of Breathing and
Postural Drainage in Patient with Bronchiectasis. Innov J Med Heal
Sci. 2012;129–32
Potter & Perry, A.G (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik.Edisi 4 Volume I
Potter, P & A Perry, A.G (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik.Edisi 4 Volume II
PDPI (Perhimpunan Dokter paru Indonesia)., 2015, Pneumonia, GEC, Jakarta.
Rasmin, M, dkk. (2012). Prosedur tindakan bidang paru dan pernapasan
diagnostik dan terapi. Jakarta: Bagian Pulmonologi FK UI. Balai
Penerbitan FK UI
Rekam Medis RSUD dr. M.Yunus Bengkulu Data Prevalensi Bronkopnemonia
rentang waktu tahun 2017-2019.Tidak dipublikasikan
Riyadi dan Sukarmin (2012) Asuhan Keperawatan pada Anak dengan ganguan
sistem pernafasan. Yogyakarta: Graha Ilm
Riyadi & Sukarmin, (2010) Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit, G Osyen.
Publishing, Yogyakarta
Rusna Tahir, dkk. 2019. Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif sebagai
Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Pasien
TB Paru di RSUD Kota Kendari. Health Promotion : Jurnal Penelitian
Volume 11.
Saryono (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Anak Edisi kelima jilid II.
Jakarta : Interna Publsing
Smeltzer, Suzzane C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth vol 1 ed 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
Titin Hidayatin. 2019. Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada dan Pursed Lips
Breathing (Tiupan Lidah) Terhadap Bersihan Jalan Nafas pada balita
Pneumonia. Jurnal Keperawatan Surya Vol.11.
Warren, M. D., Pont, S. J., Barkin, S. L., Callahan, S. T., Caples, T. L., Carroll, K.
N., Plemmons, G. S., Swan, R. R., Cooper, W. O. (2007). The effect
of honey on nocturnal cough and sleep quality for children and their
parents. Arch Pediatr & Adolesc Med, 1 61 (12): 1149-1 1 53
Yenti, et al. 2018. Terapi inhalasi UAP Panas dengan Minyak Kayu Putih
Terhadap Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif pada anak dengan
ISPA. Jurnal Keperawatan Esa Unggul.