Disusun Oleh :
ANGGUN KURNIA WAHYUNI, S.Tr.Kep
P0 5120419 016
Menyutujui :
Preceptor Akademik
A. Latar Belakang
Krisis pertama yang harus dihadapi anak saat sakit adalah
hospitalisasi. Hospitalisasi yang terjadi pada anak dapat menimbulkan stress
baikfisik maupun psikologis pada anak (Wong, 2009). Stress terjadi pada
anak karenaanak tidak memahami alasan harus dirawat, lingkungan yang
asing, prosedur tindakan yang menyakitkan serta terpisah dengan keluarga.
Anak mengalami masa yang sulit karena tidak terpenuhi kebutuhannya seperti
halnya dirumah.
Ruang Perawatan intensive merupakan suatu unit perawatan pasien
yang menderita berbagai kondisi yang kompleks dan mengancam jiwa. Pasien
di ruang perawatan intensive memerlukan pemantauan dengan alat yang
canggih dan terapi yang intensive, sehingga pasien menjalani berbagai
prosedur rutin dan perawatan yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman
dan nyeri (Payen et al, 2001; Kinney et al, 1995; Puntillo, 1995)
Kondisi ini dapat memicu timbulnya stress pada anak. Stress yang
dirasakan anak dapat bersifat stress psikologis dan stress fisik. Selain itu krisis
yang terjadi dapat disebabkan beberapa faktor yaitu stress yang diakibatkan
perubahan dari keadaan sehat ke prosedur rumah sakit, rutinitas lingkungan,
serta terbatasnya mekanisme koping yang dimiliki anak untuk menyelesaikan
stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stress) (Wong, 2009).
Nyeri merupakan pengalaman yang umum dialami dan sangat
mencemaskan bagi anak. salah satu sumber nyeri yang dirasakan anak pada
saat hospitalisasi adalah ketika pelaksanaan prosedur invasif, yaitu meliputi
tindakan medis, tindakan keperawatan, dan prosedur diagnostik. Hal ini
didukung oleh Walco (2008) yang meneliti tentang prevalensi nyeri dan
sumber utama penyebab nyeri pada 200 anak yang dirawat di rumah sakit
anak.
Respon fisiologis terhadap nyeri diantaranya menyebabkan
ketidakstabilan hemodinamik, perubahan fungsi sistem kekebalan tubuh,
hiperglikemia, dan peningkatan pelepasan katekolamin, kortisol, dan sekresi
hormon antidiuretik (Puntillo et al., 2004). Nyeri yang tidak terkontrol
menyebabkan berbagai efek psikososial termasuk depresi, kecemasan,
delirium, gangguan stres pasca trauma, dan disorientasi. Penilaian sistematis
nyeri sulit di unit perawatan intensif karena tingginya persentase pasien yang
noncommunicative dan tidak mampu nyeri laporan diri. (Jacobi et al., 2002).
Anak usia sekolah cenderung lebih agresif, sensitif dan sangat
aktifketika merasa nyeri pada saat pelaksanaan prosedur invasif. Sering kali
respon nyeri yang ditampilkan tersebut tidak diketahui oleh orang tua atau
tenaga kesehatan. Respon yang ditampilkan oleh anak usia sekolah terhadap
nyeri hampir sama dengan yang terlihat pada usia toddler dan bayi.
Perbedaannya hanya terletak pada jumlah variabel yang mempengaruhui
respon individu tersebut. Anak usia sekolah mempunyai jumlah yang sangat
kompleks dan bervariasi dari anak usia toddler dan bayi. Variabel nyeri yang
dirasakan anak usia sekolah dapat dijabarkan dalam bentuk respon fisik dan
perilaku (Wong¸ 2009).
Metode pengukuran skala nyeri dengan mengunakan FLACC
merupakan pengukuran berdasarkan hasil observasi tingkah laku. Metode ini
dapat digunakan pada bayi atau anak yang belum dapat bicara. Teknik
pengukuran yang dapat digunakan adalah FLACC scale. Skala FLACC dapat
digunakan pada anak berusia 2 bulan sampai 7 tahun. Ketersediaan bukti kuat
bahwa dokumentasi penilaian nyeri meningkatkan manajemen rasa sakit dan
mengurangi rasa sakit pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui gambaran skala
nyeri pada anak yang dirawat dengan menggunkan FLACC scale
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan perawat dalam pengkajian nyeri dengan
menggunkan FLACC scale
C. Manfaat
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya yang berkaitan dengan
pengkajian nyeri pada anak dengan menggunkan FLACC scale.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Inovasi
a. Pengetian
Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (International
Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisan nyeri sebagai suatu
sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (IASP,
2012).
b. Pengkajian Nyeri
Prevalensi dari nyeri sedang sampai nyeri berat pada pasien anak di
rawat inap diantara 25% sampai 64%. Angka kejadian nyeri pada anak
masih menjadi fokus dalam dunia kesehatan. Nyeri yang berkelanjutan
dan tidak teratasi pada anak tentunya akan berdampak pada pengalaman
multidimensi yang kompleks diantaranya berhubungan dengan dimensi
sensori, afektif, kognitif dan interpersonal (Oakes, 2011).
Tidak mudah membedakan nyeri pada anak khususnya anak pada usia
1-5 tahun (Toddler and Preschool) karena perkembangan bahasa dan
komunikasi belum maksimal. Pada fase Toddler and Preschool anak
hanya sedikit mengerti hubungan sebab akibat dan kebanyakan anak salah
mengertikan arti daripada nyeri yang dirasakan (Oakes, 2011).
Pengamatan perilaku dan respon pengkajian nyeri berdasarkan tingkat
perkembangan. respon anak terhadap nyeri mengikuti pola perkembangan
dan dipengaruhi temperaman kemampuan koping. ketika mengkaji nyeri
penggunaan berbagai strategi pengkajian membantu dalam memperoleh
hasil pengkajian psikologik. Tingkat nyeri pada bayi dapat diukur dengan
menggunakan berbagai macam skala nyeri.
A. Kesimpulan
Diharapkan dapat dijadikan sumber informasi tentang pendeteksian dan
penilaian dini terhadap respon nyeri yang dihadapi oleh anak sertasebagai data
dasar atau evidence based bagi tenaga kesehatan khususnya perawat agar
dapat menerapkan skala ukur FLACC scale untuk mengkaji skala nyeri yang
dirasakn oleh anak sehingga anak mendapatkan penanganan yang sesuai.
FLACC scale juga dapat digunakan perawat untuk sebagai panduan
pengkajian nyeri pada anak.
B. Saran
Pembaharuan pengetahuan sangat penting dalam praktik keperawatan, hal ini
dikarenakan pembaharuan Informasi dan kompetensi petugas kesehatanakan
mempengaruhi derajat kesehatan suatu kelompok masyarakat. Banyak
metode pemeriksaan (assessment) yang baru dan telah dikembangkan dari
sebelumnya, sehingga sangat penting bagi tenaga kesehatan khususnya
perawat diruangan untuk selalu mengikuti seminar dan pelatihan untuk
meningkatkan skill dan pengetahuan. Prnggunaan media dapatdilakukan
sebagai inovasi dalam ruangan untuk menjaga petugas kesehatan khususnya
perawat untuk terus belajar perlu dilakukan di dalam ruang keperawatan.
Daftar Referensi
Azari, Muhammad, dkk. 2015. Gambaran skala nyeri pada anak dengan
menggunakan skala nyeri FLACC Scale saat tindakan invasive. JOM 2
Vol.2. Ilmu keperawatan ; Riau
Herr, K., Coyne, P. J., McCaffery, M., Manworren, R., & Merkel, S. (2011).
Pain assessment in the patient unable to self-report: position statement
with clinical practice recommendations. Pain management nursing :
official journal of the American Society of Pain Management Nurses,
12(4), 230–50. doi:10.1016/j.pmn.2011.10.002
Willis, H., Markel, S., Lewis, T., & Malviya, S. (2003). FLACC behavioral
pain assessment scale:Acomparison with the child’s self-report.
Diperoleh pada tanggal 8 juni 2020 dari
http://www.medscape.com/viewarticl e/457480.