Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

KOMPRES DINGIN DAPAT MENURUNKAN NYERI ANAK USIA SEKOLAH SAAT


PEMASANGAN INFUS

DosenPembimbing:

Yunita Liana,S.Kep,Ners,M.Kes

Disusunoleh:

Nama:Nur Khoiriyah

Npm :18.14201.30.09

PROGRAM STUDI ILMUKE PERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG 2021
KATAPENGANTAR

Puj isyukur dipanjat kankepada TuhanYang Maha Esa bahwa Proposal Penelitian
tentang “KOMPRES DINGIN DAPAT MENURUNKAN NYERI ANAK USIA SEKOLAH
SAAT PEMASANGAN INFUS” telahs elesai dikerjakan untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen kami.Dalam proses pembuatan Proposal ini kami sebagai penyusun
mengalami berbagai hambatan dan gangguan, akan tetapi dengan kesabaran serta dukungan dari
media yang memadai, Proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.Tak ketinggalan pula kami
sebagai penyusun Proposal mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga Proposal ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Semua pihak dan rekan-rekan yang membantu dalam pengumpulan bahan, penyusunan
dan pembuatan Proposal Penelitian tentang Dukungan Keluarga Memengaruhi Pasien
Hipertensi.Tentunya sebagai manusia yang tak sempurna, kami selaku penyusun tak lepas dari
kesalahan.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan
evaluasiatas Proposal yang kami buat.Harapannya agar kami menjadi lebih baik lagi di kemudian
hari.

Palembang,16 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………...…………………………………………………………2


DAFTAR ISI ………...…………………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN ...............…………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang ………...…………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………...5
1.3 Pertanyaan Penelitian …………………………………………………………………...5
1.4 Tujuan Penelitian …………………………………………………………………...6
1.4.1 Tujuan Umum .…………………………………………………………………..6
1.4.2 Tujuan Khusus …………………………………………………………………...6
1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………………………………...7
1.6 Ruag Lingkup Penelitian …………………………………………………………………...7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan individu yang unik dan berbeda dengan orang dewasa. Berdasarkan
sensus penduduk tahun 2010, jumlah anak di Indonesia usia 0-17 tahun mencapai 81 juta
jiwa lebih (34,26%) dari total penduduk (Badan Pusat Statistik, 2011). Anak selain sebagai
tumpuan dan masa depan bangsa juga termasuk kelompok yang rentan terhadap berbagai
masalah kesehatan.
Setiap tahun sekitar 1,5 juta anak usia sekolah dirawat di rumah sakit karena
cedera,penyakit kronik, penyakit kongenital, jantung maupun infeksi (Potter & Perry,
2005; Mathews, 2011).
Hampir 80% kasus disebabkan karena penyakit infeksi dengan prevalensi terbanyak pada
infeksi pernafasan (Potter & Perry, 2005).
Tingginya tingkat morbiditas semakin mendorong tingginya rawat inap anak di rumah
sakit. Anak-anak yang datang ke unit gawat darurat, hampir 90% dilakukan pemasangan
infus (Farion, et al., 2008). Di Amerika Serikat sekitar 150 juta anak yang dirawat di rumah
sakit mendapatkan tindakan pemasangan infuse (Gallant & Schulttz, 2006). Pemasangan
infus merupakan sumber kedua dari nyeri yang paling dirasakan anak setelah penyakit yang
dideritanya (Kennedy, Luhmann & Zempsky, 2008).
Nyeri yang terjadi menimbulkan masalah baru akibat perasaan yang tidak
menyenangkan,distress dan ketidaknyamanan (Cheng, Foster & Huang, 2003). Nyeri yang
dirasakan dan tidak diatasi menimbulkan dampak negatif yang lama seperti sensitivitas
nyeri yang tetap, penurunan fungsi kekebalan tubuh dan neuro fisiologi, perubahan sikap
serta perubahan perilaku kesehatan (Young, 2005 dalam Cohen,et al. 2007). Dampak lanjut
berupa hambatan perkembangan secara kognitif, fisik, emosionalmaupun sosial
(Aley, 2002 dalam Salmela Aro, Nurmi, Saisto, & Halmesmaki, 2010).
Penelitian Cohen (2008) telah menunjukkan dan merekomendasikan perlunya
pendekatan perilaku pada penerapan manajemen nyeri untuk meminimalkan kecemasan
dan rasa sakit pada anak terkait dengan penusukan vena. Penatalaksanaan nyeri yang efektif
perlu dikelola secaraproaktif melalui pendekatan terapeutik yang melibatkan kombinasi
farmakologi, perilaku kognitif, dan juga terapi fisik
(AAP & APS, 2001).
Teknik nonfarmakologi ini merupakan suatu strategi koping yang mampu mengurangi
persepsi nyeri sehingga nyeri dapat ditoleransi, kecemasan menjadi menurun dan
efektivitas analgesik menjadi meningkat (Hockenberry & Wilson, 2009). Salah satu teknik
yang dapat digunakan adalah stimulasi cutaneus. Stimulasi cutaneus ini merupakan
stimulasi fisik pada kulit yang dapat mengurangi nyeri seperti pemberian kompres hangat
atau kompres dingin.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan hasil penelitian dan survey pendahuluan yang peneliti lakukan, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah, adakah pengaruh pemberian kompres dingin
terhadap nyeri pada anak usia sekolah saat pemasangan infus.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.3.1 Bagaimana pengetahuan keluarga pasien tentang manfaat kompres dingin dengan tingkat
nyeri pada anak ?
1.3.2 Bagaimana intensitas nyeri pada pasien setelah dilakukan kompres dingin?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi efektifitas kompres dingin
terhadap intensitas nyeri pada anak usia sekolah saat pemasangan infus.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Menganalisa perubahan intensitas nyeri saat pemasangan infus dengan kompres
dingin pada anak usia sekolah
2. Menganalisa perubahan intensitas nyeri saat pemasangan infus dengan kompres
dingin pada anak usia sekolah.
3. Menganalisa perubahan intensitas nyeri saat pemasangan infus dengan kelompok
kontrol Pada anak usia sekolah
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Praktis
Penelitian yang dilakukan diharapkan bermanfaat bagi: Bagi perkembangan Ilmu
keperawatan sebagai bahan masukan bagi bidang keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan untuk mengurangi nyeri pada pasien anak usia sekolah pada saat pemasangan
infus.

1.5.2 Teoritis
Berdasarkan teori gate control, kompres dingin merupakan sesuatu yang tidak
berbahaya yang disampaikan dengan cepat oleh serabut myelin kecil dan nonmyelin serabut C
dihambat sehingga mengurangi kenaikan jumlah rangsangan nociceptive. Berdasarkan dari
hasil penelitian dan penelitian sebelumnya, didapatkan pemberian kompres dingin lebih
memberikan pengaruh terhadap penurunan skala nyeri baik secara klinik maupun uji statistik,
namun keduanya sama-sama memberikan pengaruh terhadap kenyamanan anak saat akan
dilakukan tindakan pemasangan infus daripada tidak diberi perlakuan apapun yang dapat
menimbulkan nyeri dan kecemasan. Nyeri yang ditimbulkan dapat menyebabkan pelepasan
hormon stres dan kerusakan pada jaringan tubuh, peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah sehinggga hasil akhirnya adalah terjadi ketegangan pada sistem kekebalan tubuh yang
dapat memper sulit efek dari cedera dan memperlambat pemulihan (Zengerle-Levy, 2005)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan kepada anak usia sekolah saat pemasangan
infuse di RSUD Siti Fatimah Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu diperhatikan status kesehatannya.
Anak usia sekolah sangat rentan terhadap penyakit yang disebabkan karena faktor lingkungan,
kebersihan, dan asupan gizi yang kurang sehat, sehingga lebih besar kemungkinan menderita
penyakit. Anak yang mengalami sakit memerlukan pengobatan dan harus dirawat di rumah
sakit (hospitalisasi) untuk proses penyembuhannya (Wong, 2012)
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan sebagai
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, yang menyakitkan tubuh serta
diungkapkan oleh individu yang mengalaminya. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau
kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri
seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan
mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk, 2009).
Definisi keperawatan menyatakan bahwa nyeri adalah sesuatu yang menyakitkan tubuh
yang diungkapkan secara subjektif oleh individu yang mengalaminya . Nyeri dianggap nyata
meskipun tidak ada penyebab fisik atau sumber yang dapat diidentiftkasi. Meskipun beberapa
sensasi nyeri dihubungkan dengan status mental atau status psikologis, pasien secara nyata
merasakan sensasi nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya membayangkannya saja.
Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari stimulasi fisik dan mental atau stimuli emosional.
(Potter & Perry, 2005).

2.2 Kerangka Teori


Anak usia pra sekolah yang dirawat di rumah sakit sering mengalami trauma akibat
hospitalisasi. Trauma yang dialami anak pra sekolah selain akibat perpisahan dengan orang tua,
cemas dan takut juga disebabkan karena nyeri akibat mendapatkan prosedur invasif seperti
tindakan pemasangan infus. Adanya trauma pada anak menimbulkan rasa ketidaknyamanan.
Berbagai upaya pelayanan kesehatan untuk hal meningkatkan rasa nyaman anak selama
mendapatkan perawatan di rumah sakit sehingga peningkatan kesehatan anak dapat dicapai dan
anak serta keluarga memperoleh kepuasan dalam menerima pelayanan kesehatan Upaya
perawat dalam meningkatkan rasa nyaman anak dan keluarga adalah dengan menurunkan
ketakutan akibat nyeri yang timbul oleh karena prosedur invasif yaitu dengan menerapkan
prinsip atraumatic care dalam memberikan pelayanan pada anak. Tindakan atraumatic care
yang dilaksanakan perawat diaplikasikan pada saat prosedur pemasangan infus. Penurunan rasa
nyeri pada saat pemasangan infuse telah dilakukan perawat baik dengan penatalaksanaan
farmakologis maupun non farmakologis. Penatalaksanaan nonfarmakologis diantaranya adalah
dengan memberikan kompres es batu pada area yang akan dilakukan pemasangan infus. Efek
dari pemberian kompres es batu ini maka kulit akan menurunkan respon nyeri oleh karena
adanya pelepaan endorphin, sehingga memblok trasmisi serabut syaraf sensori A-beta yang
lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-
A berdiameter kecil. Gerbang sinap menutup transmisi impuls nyeri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri seperti jenis kelamin, budaya, makna nyeri,
perhatian, kecemasan, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping dan dukungan keluarga
dilihat untuk mengetahui dampaknya terrhadap nyeri yang dirasakan pada anak pra sekolah.
Apabila tingkat nyeri yang dirasakan anak kurangx, prosedur pemasangan infus akan mudah
dilaksanakan, terapi medis bisa segera diberikan pada anak. Pelayanan kesehatan akan diterima
dengan baik oleh anak dan keluarga. Anak dan keluarga akan merasakan puas terhadap
pelayanan rumah saki
Anak pra sekolah
Jenis kelamin
Budaya
Penyakit
Mendapat Kompres dingin sebelum
Ansietas
prosedur pemasangan infus
Keletihan
pemasangan infus
Koping
Dukungan
keluarga
Pengukuran nyeri
wong baker faces pain scale

Tidak nyeri nyeri

Status rasa nyaman


anak diukur dengan
CBC

LOS minimal, analgetik kurang, keluarga puas


dengan pelayanan RS
2.3 Penelitian Terkait
Dalam penyusunan proposal ini, penulis sedikit banyak terinspirasi dan mereferensi
dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang masalah pada
proposal ini. Berikut ini penelitian terdahulu yang berhubungan dengan sekripsi ini antara lain:
Menurut Potter dan Perry (2006), toleransi individu terhadap nyeri dipengaruhi oleh
adanya faktor-faktor biokimia tubuh yang merupakan sesuatu hal yang unik dengan tidak
memperhatikan adanya penggolongan jenis kelamin.
Menurut Hockenberry dan Wilson (2009), anak usia sekolah sudah mulai memperoleh
kemampuan menghubungkan suatu kejadian untuk mengambarkan mental anak yang di-
ungkapkannya secara verbal ataupun simbolik. Adanya kejadian/peristiwa yang menimpa,
membentuk anak untuk mampu menggunakan proses berpikirnya dalam menilai peristiwa atau
tindakan yang dialaminya.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Mariyam (2011) yang menjelaskan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata tingkat nyeri pada anak usia 7-13 tahun yang
memiliki pengalaman pemasangan infus sebelumnya dengan yang tidak memiliki pengalaman
infus sebelumnya (p= 0,166). Hasil analisis kehadiran orang yang berarti terhadap skala nyeri
anak usia sekolah menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan. Anak bisa jadi merasa ada
orang yang lebih memberi rasa nyaman daripada orang tuanya, misalnya seperti nenek, kakek,
kakak, paman atau bibi. Hal ini sesuai dengan Hockenberry dan Wilson (2009) yang
menyatakan bahwa kehadiran dari orang dekat lainnya juga dapat memberikan kenyamanan
selama hospitalisasi (Hockenberry & Wilson, 2009).
Nyeri yang muncul akibat tindakan invasif tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya
kehadiran dari orang yang berarti. Anak usia sekolah tidak begitu khawatir terhadap nyeri yang
dirasakan selama hospitalisasi, namun lebih mengkhawatirkan pada keterbatasan fisik,
pemulihan yang tidak pasti dan kemungkinan kematian (Hockenberry & Wilson, 2009).
Berdasarkan pada perkembangan usianya, sebagian besar anak usia sekolah menunjukkan
ketakutan yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan anak yang lebih kecil, karena secara
umum anak sudah mulai berkembang kemampuan mekanisme kopingnya untuk mengatasi
masalah atau ketidaknyamanan yang dirasakan (Hockenberry & Wilson, 2009). Oleh karena
itu, anak sekolah sudah mampu mentoleransi rasa nyerinya sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah praeksperimentl
design : post test only design yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan
intervensi / perlakuan kemudian dilihat hasilnya (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan perlakuan berupa teknik distraksi pada saat
pemasangan infus. Setelah itu di ukur tingkat nyeri yang dirasakan oleh anak dengan
menggunakan skala nyeri “wajah”.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat
Tempat penelitian di Ruang cempaka RS Siti Fatimah Palembang.
3.2.2 Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada tanggal 10 sampai 21 mei 2021.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Sampel Populasi
dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dirawat di RSUD H.A
Sulthan Dg Raja Kabupaten Bulukumba dengan rata-rata kunjungan 59 orang/bulan.
3.3.2. Sampel Sampel
dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dirawat di ruang IRD
RSUD H.A Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba dengan teknik sampling non-
propability sampling dengan caraconsecutive sampling yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun
waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Sugiyono,dikutip dalam Hidayat,
2009). Bungin (2010) jumlah sampel dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus perhitungan besaran sampel:
N
n = N (d)2 + 1
Keterangan:
n : Jumlah sampel yang dicari
N : Jumlah populasi
d : Nilai presisi (ditentukan sebesar a=0,1)
Dengan demikian maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:
59 59
n = = = 37,10 = 37 orang
59 (0,1)2 + 1 1,59
Sampel yang digunakan adalah semua anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dirawat
di ruang Cempaka RSUD Siti Fatimah dengan kriteria inklusi dan ekslusi yaitu :
a. Kriteria Inklusi
1) Anak usia sekolah (6-12 tahun) yang akan dilakukan pemasangan infus
2) Anak didampingi orang tua
3) Dalam keadaan sadar
4) Dapat berkomunikasi verbal
b. Kriteria Eksklusi
1) Anak yang menderita sakit berat yang mengharuskan pemasangan infus segera
2) Tidak bersedia menjadi responden

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel independent (Bebas)
Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain
(Nursalam, 2013). Variabel independent dalam penelitian ini adalah kompres
dingin pada anak usia sekolah saat pemasangan infuse di ruang Cempaka RSUD
Siti Fatimah Palembang.
3.4.2 Variabel dependent (Terkait)
Variabel dependent adalah variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan
ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah penurunan nyeri pada anak usia
sekolah saat pemasangan infuse diruang Cempaka RSUD Siti Fatimah
Palembang.
3.5 Kerangka Konsep
Alur penelitian menguraikan pengambilan data, penempatan sampel, pembuatan
proposal, pelaksanaan intervensi, pengisian lembar observasi, pengolahan dan analisa
data, hasil dan pembahasan serta kesimpulan.

VARIABEL BEBAS

KELOMPOK INTERVENSI VARIABEL TERIKAT


Dilakukan KOMPRES
DINGIN sebelum
dipasang infus PENURUNAN
Anak usia TINGKAT NYERI
pra sekolah
Kelompok control
ana
Tidak dilakukan kompres
dingin sebelum dipasang
VARIABEL PERANCU
infus
Jenis kelamin, Dukungan ortu, kecemasan,
budaya/latar belakang, kehadiran keluarga,
ketakutan, pengalaman infuse sebelumnya

3.6 Definisi Operasional


3.6.1 Pemasangan infus
dengan teknik distraksi Teknik distraksi pernapasan yang dilakukan oleh anak usia
sekolah (6-12 tahun) untuk mengalihkan perhatian terhadap nyeri pada saat
pemasangan infus.

3.6.2 Tingkat nyeri


Tingkatan nyeri yang dirasakan oleh anak setelah dilakukan teknik distraksi pada saat
pemasangan infus, yang di ukur dengan skala peringkat nyeri “wajah” dengan
menggunakan 6 skala wajah kartun yang direntang dari wajah tersenyum untuk “tidak
ada nyeri” sampai wajah yang menangis untuk “nyeri yang paling berat” (Wong &
Baker, 1998 & 2000 dikutip dalam Wong,2010)
Kriteria Objektif :
Nyeri ringan : Bila anak menunjukkan/mengungkapkan nyeri yang dirasakan pada
wajah 1 dan 2
Nyeri sedang : Bila anak menunjukkan/mengungkapkan nyeri yang dirasakan pada
wajah 3
Nyeri berat : Bila anak menunjukkan/mengungkapkan nyeri yang dirasakan pada wajah
4 dan 5

3.7 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan penelitian
(Nursalam, 2003). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.7.1. Hipotesis mayor
Tindakan kompres es batu sebelum pemasangan infus memberikan pengaruh pada
penurunan tingkat nyeri anak usia pra sekolah
3.7.2. Hipotesis minor
a. Faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat nyeri anak pra sekolah
b. Faktor suku berpengaruh terhadap tingkat nyeri anak pra sekolah
c. Faktor kehadiran keluarga berpengaruh terhadap tingkat nyeri anak pra sekolah
d. Faktor anggota keluarga yang hadir berpengaruh terhadap tingkat nyeri anak pra
sekolah
e. Faktor ketakutan anak berpengaruh terhadap tingkat nyeri anak pra sekolah
f. Faktor pengalaman prosedur pemasangan infus sebelumnya berpengaruh terhadap
tingkat nyeri anak pra sekolah

3.8 Instrumen Penelitian


nstrumen penelitian yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan lembar prosedur pelaksanaan teknik distraksi, skala nyeri dengan skala
peringkat nyeri “wajah” dari Wong & Baker (1998 & 2000) dan lembar observasi yang
berisi catatan tentang intensitas nyeri yang dirasakan anak setelah dilakukan teknik
distraksi pada saat pemasangan infus

3.9 Tehnik Pengumpulan Data


roses pengolahan data yang dilakukan adalah :
3.9.1. Editing
Lembar observasi diisi kemudian dikumpulkan dalam bentuk data, data dilakukan
Pengecekan dengan memeriksa kelengkapan datakesinambungan dan keseragaman
data.
3.9.2. Koding
Memudahkan pengolahan data semua jawaban atau data yang disederhanakan yaitu
dengan memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban.Data diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel.
3.9.3. Processing
Peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data dari masing-masing
responden ke dalam program komputer. Data dimasukkan sesuai nomor responden pada
kuesioner dan nomor pada lembar observasi dan jawaban reesponden diajukan ke dalam
komputer dalam bentuk angka sesuai dengan skor jawaban yang telah ditentukan ketika
melakukan koding.
3.9.4. Cleaning
Peneliti mengecek kembali data yang telah di-entry. Setelah dipastikan tidak ada
kesalahan, dilakukan tahap analisis data sesuai jenis data.

3.10 Tehnik Analisa Data


Analisis data dilakukan setelah proses pengolahan data dilaksanakan, Analisis data pada
penelitian ini dilakukan melalui 2 tahapan yaitu secara univariat dan bivariat.

3.10.1. Analisis univariat


Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik usia, jenis
kelamin, suku, jenis kelamin, kehadiran keluarga, keluarga yang hadir selama prosedur
pemasangan infus, ketakutan responden, pengalaman responden dalam prosedur
pemasangan infus sebelumnya, tindakan kompres es yang diberikan, serta tingkat nyeri
responden. Pada analisis univariat, disajikan dalam distribusi frekuensi dan prosentase
atau proporsi.
3.10.2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua variabel.
Pada penelitian ini uji bivariat untuk mengetahui perbedaan persepsi nyeri pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji yang dipergunakan adalah uji beda 2
mean independen (independent sample t test), yaitu uji statistik untuk mengetahui beda
mean pada dua kelompok data independen (Hastono, 2007). Uji kai kuadrat
dipergunakan untuk mengetahui pengaruh faktor perancu yaitu jenis kelamin, rasa takut
terhadap prosedur pemasangan infus, pengalaman responden akan prosedur
pemasangan infus sebelumnya terhadap tingkat nyeri

Anda mungkin juga menyukai