PENDAHULUAN
tersebut menderita penyakit atau cacat lahir yang berat, hal ini merupakan suatu
kesedihan bagi orangtua dan juga tantangan bagi para profesional World Health
bayi berat badan lahir rendah (BBLR), air ketuban yang bercampur dengan
mekonium serta kelainan bawaan (Bard, Abdallah, Hawari et al., 2012). Salah satu
pemasangan infus serta pemberian cairan melalui infus adalah rasa perih atau
nyeri (Bard, Abdallah, Hawari et al., 2012). Nyeri pada neonatus dapat
fisiologis yang ekstrim bisa menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
1
perilaku di masa anak-anak (Anand & Carr, 1989 dalam Sahoo, Rao, Nesargi et
al., 2013).
terjadi pada 28 hari pertama. Data di seluruh dunia 2,6 juta bayi lahir meninggal
pada tahun 2009. Pada tahun 2010 dari 7200 kematian bayi 98% di antaranya
24 jam pertama kelahiran dan disebabkan lahir terlalu dini dan kecil, infeksi,
kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia
prosedur tindakan invasif yang dapat menyebabkan nyeri selama masa perawatan,
salah satu tindakan invasif yaitu pemasangan infus (vena line). Sulitnya
pemasangan infus pada neonatus oleh karena ukuran vena yang masih kecil dan
menyebabkan seringnya terjadi penusukan berulang kali. Belum ada angka yang
Ini disebabkan karena penelitian yang berkaitan dengan terapi intravena dan
2
publikasinya masih jarang (Indriya, 2011). Melihat tingginya angka kesakitan
meningkatkan prospek dan daya tahan hidup bayi terutama yang sangat kurang
ungkapan emosional seperti menangis atau tersenyum. Pada saat di rumah sakit,
atau mengingat pengalaman nyeri namun sejak bayi baru lahir sudah bisa
Dampak nyeri pada bayi dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang.
gangguan belajar, kinerja motorik buruk, defisit perhatian, tingkah laku adaptif
3
Terdapat dua metode umum untuk terapi nyeri yaitu farmakologik dan
non farmakologik (Price & Wilson, 2007). Upaya non farmakologik yang
non nutritive sucking (NNS), yaitu dengan memberikan dot dari silikon
ataupun susu formula. Bagi bayi mulut merupakan instrumen primer untuk
perkembangan fisik, psikososial, dan neurologis yang optimal. Sri Kumala Devi
(NNS) dan sukrosa terhadap respon nyeri bayi setelah dilakukan pemasangan
infus di rumah sakit umum daerah (RSUD) kota Padang Panjang. Hasil yang
respon nyeri yang signifikan pada bayi setelah pemasangan infus antara kelompok
pemasangan infus pada asuhan keperawatan Bayi. A dengan berat bada lahir
rendah di ruang High Care Unit (HCU) neonatus RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini NNS dan sukrosa (33%) efektif dalam
proteksi untuk menimbulkan kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau akan
terjadi kerusakan jaringan. Persepsi nyeri berada pada area kortek (fungsi
4
evaluatif kognitif) yang muncul akibat stimulus menuju saraf spinotalamikus dan
dan hormonal untuk mempersepsi nyeri. Kontrol inhibitorik desendens pusat pada
hebat dibandingkan anak yang lebih tua dan orang dewasa. Serabut saraf yang
diaktifkan melalui jalur non opioid oleh stimulasi mekanisme orotactile dan
apakah efek dari NNS yang sinergis atau aditif, ada bukti yang cukup untuk
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) didapatkan data angka kelahiran bayi pada
bulan Oktober 2016 sampai Desember 2016 sebanyak 298 kelahiran hidup.
Neonatus yang dirawat di NICU sebanyak 52 neonatus. Dari data yang diperoleh
kali tusukan. Apabila melakukan penusukan lebih dari 2 kali perawat diwajibkan
membuat kronologis penyebab kegagalan. Data yang diperoleh dari bulan Oktober
pemasangan infus. Salah satu penyebab kegagalan karena bayi yang terus
menangis dan meronta saat dipasang infus. Dari latar belakang tersebutlah peneliti
5
ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh non-nutritive sucking (facifier)
(NSS) terhadap respon nyeri neonatus yang dilakukan pemasangan infus di ruang
infus pada kelompok yang menggunakan NNS dan kelompok yang tidak
menggunakan NNS.
6
1.4 Manfaat Penelitian
perawat ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) semakin berkembang dalam
menangani nyeri pada neonatus selama perawatan. Hasil penelitian ini diharapkan
keluarga terkait penanganan nyeri pada bayi yang dilakukan pemasangan infus.
kebijakan rumah sakit untuk menggunakan Non Nutritive Sucking sebagai salah
7
1. Sri Kumala Devi (2012) yang meneliti efektifitas pemberian kombinasi non
nutritive sucking (NNS) dan sukrosa terhadap respon nyeri neonatus setelah
dilakukan pemasangan infus di rumah sakit umum daerah (RSUD) kota Padang
Panjang. Disain penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimental post test
only control group design jumlah sampel yang digunakan 10 subjek untuk tiap
kelompok. Hasil uji statistik Mann Whitney U didapatkan nilai Z=-3,90 dengan p
value = 0,000, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan respon nyeri yang
signifikan pada bayi setelah pemasangan infus antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Skala pengukuran nyeri yang digunakan yaitu Neonatal Infant
nyeri yang digunakan peneliti berbeda yaitu menggunakan Premature Infant Pain
Profile (PIPP)
2 Ratna Sari Dewi (2012) melakukan penelitian dengan judul efektifitas sukrosa
oral terhadap respon nyeri akut pada neonatus yang dilakukan tindakan
pemasangan infus di rumah sakit Ibnu Sina Pekan Baru. Penelitian ini
menggunakan 10 orang neonatus yang telah memenuhi kriteria inklusi Hasil uji
wilcoxon disimpulkan bahwa sukrosa oral 24% efektif terhadap respon nyeri akut
pada neonatus yang dilakukan tindakan tindakan pemasangan infus dengan nilai p
value 0,020 (p < 0,05). Persamaan dengan penelitian ini adalah masalah yang
diteliti sama yaitu sama-sama melihat respon nyeri saat pemasangan infus
8
sedangkan perbedaannya variabel bebas pada penelitian ini menggunakan sukrosa
oral.