Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph, 2015).

Masa bayi atau neonatal merupakan masa yang rentan terhadap berbagai penyakit

karena daya tahan tubuh bayi masih lemah, sehingga resiko bayi untuk tertular

penyakit infeksi atau berbagai gangguan kesehatan lain sangat besar. Untuk

mengoptimalkan kondisi mental dan fisik bayi serta menghindari terjangkitnya

berbagai penyakit yang dapat mengganggu masa pertumbuhan dan perkembangan,

maka setiap bayi wajib mengikuti program imunisasi yang dimana terdapat Imunisasi

Dasar Lengkap (IDL) untuk bayi yang harus diberikan sesuai dengan jadwal usia

yang telah ditetapkan.

World Health Organization (WHO) mengungkapkan sekitar 1,5 juta anak

mengalami kematian tiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Masih ada 19 juta anak yang tidak divaksinasi atau vaksinasinya tidak

lengkap yang membuat mereka sangat beresiko untuk menderita penyakit-penyakit

yang berpotensi mematikan. Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa angka

kematian bayi sangat menurun karena penetapan imunisasi dasar. Kematian bayi

turun pada tahun 2012-2017 dari 32 per 1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1000

kelahiran hidup, dan kematian balita dari 40 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per

1000 kelahiran hidup, capaian imunisasi dasar lengkap pada Provinsi Jawa timur

1
2

adalah HB0-Hib 1 adalah 80.9%. Penelitian yang dilakukan oleh Malarvizhi, Vasta,

Roseline, Nithin dan Paul (2012) menyatakan bahwa nyeri yang dialami selama

perawatan berdampak terhadap terganggunya proses pembentukan rasa percaya diri,

penurunan sense of control dan nyeri. Perubahan respon yang dapat diamati selama

dilakukan tindakan adalah perubahan frekuensi jantung, perubahan ekspresi wajah,

pergerakan tubuh, vokalisasi dan kelelahan otot (Wong, 2009). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Kristiawati (2010) pada 45 neonatus aterm tentang efektifitas

pemberian sukrosa dan NNS secara terpisah menunjukkan bahwa pemberian sukrosa

dan NNS terbukti dapat menurunkan nyeri dalam manajemen nyeri non farmakologis

pada neonatus yang dilakukan prosedur invasif. Respon nyeri antara kelompok

sukrosa dengan p value 0,001, dan respon nyeri pada kelompok NNS dengan p value

0,01. Selanjutnya peneliti merekomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat

melihat efektifitas pemberian kombinasi NNS dan sukrosa terhadap respon nyeri

neonatus setelah dilakukan prosedur invasif.

RS. WAVA HUSADA merupakan rumah sakit tipe B yang mempunyai unit

rawat inap perinatologi sebagai rumah sakit Swasta yang berada di Kecamatan

Kepanjen Kota Malang. Angka kelahiran bayi di Ruang Perinatologi mencapai 180-

200 bayi setiap bulannya. Untuk penanganan nyeri pada neonatus di RS. Wava

Husada saat ini masih belum dilakukan tindakan apapun jika melakukan pemberian

imunisasi HB0 cara agar bayi tidak menangis yaitu dengan digedong dan digendong

supaya lebih tenang. (Profil RS. WAVA HUSADA , 2022).


3

Imunisasi dapat dilakukan dengan cara memberikan kekebalan dengan

memasukkan vaksin kedalam tubuh bayi, yang nantinya tubuh akan membuat zat

antibodi untuk mencegah penyakit tertentu, sehinggaa berdampak dalam menurunkan

angka morbiditas (kematian) dan mortalitas (kesakitan) serta dapat mengurangi

kecacatan akibat penyakit tertentu (Hidayat, 2009). Imunisasi dapat diberikan melalui

beberapa cara, antara lain melalui oral, disuntikkan atau injeksi melalui subcutan atau

di bawah kulit, intracutan atau di dalam kulit, dan melalui intramuskular atau dalam

otot (Achmadi, 2006 ; Hidayat, 2009). Setiap bayi wajib mendapatkan Imunisasi

Dasar Lengkap (IDL) yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosisi

DPT-Hepatitis B, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak, yang wajib diberikan sesuai

dengan jadwal usia yang telah ditetapkan (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Tindakan pemberian imunisasi tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri pada bayi. Ada

beberapa cara yang sering digunakan dalam pengukuran skala nyeri neonatus

diantaranya premature infant pain profile (PIPP) oleh Stevens, Johnston & Petryshen,

(1996), neonatal postoperative pain assessment score (CRIES) oleh Krechel &

Bildner, (1995), neonatal facial coding system (NFCS) oleh Grunau & Bildner,

(1990), scale for use in newborn (SUN) oleh Blauer & Gerstmann, (1989), dan

neonatal infant pain scale (NIPS) oleh Lawrence, Alcock & McGrath, (1993). NIPS

digunakan untuk menilai skala nyeri pada bayi prematur dan neonatus cukup bulan

(Gallo, 2009). Penilaian dengan menggunakan instrument NIPS dinilai dari indikator

ekspresi wajah, menangis, pola nafas, pergerakan tangan dan kaki dan status terjaga

(Malarvizhi et al., 2012).


4

Penanganan respons nyeri oleh bayi dapat di lakukan manejemen nyeri dengan

cara terapi non farmakologis. Salah satu cara manajemen nyeri dengan menggunakan

terapi non farmakologis yang dapat dilakukan pada bayi, yaitu menggunakan cara

Non Nutritive Sucking. Non Nutritive Sucking dapat dilakukan dengan cara

memberikan pacifier atau dot atau empeng ke mulut bayi untuk merangsang refleks

hisap (sucking reflex) bayi tanpa memberikan ASI atau nutrisi lainnya. (Santrock,

2011), refleks hisap (sucking reflex) dapat terjadi ketika bayi baru lahir secara

otomatis menghisap objek yang ditaruh di mulutnya. Refleks hisap (sucking reflex)

tersebut memungkinkan bayi untuk mendapatkan makanan sebelum ia

menegosiasikan puting dengan makana n, serta berfungsi sebagai mekanisme

penenangan atau pengaturan diri. Non Nutritive Sucking dapat mengurangi respons

nyeri yang dirasakan oleh bayi dengan cara memfasilitasi perilaku menghisap oleh

bayi, yang dimana dengan menghisap dapat memodulasi nosiseptor oleh stimulus

orotaktil pada jalur yang melepaskan non opioid endogen (Yin et al., 2015).

Data yang didapatkan dari perawat ruang Perinatologi RS. WAVA HUSADA

Kepanjen bahwa BBL sehat akan diimunisasi 2 jam setelah masa observasi jika bayi

tidak mempunyai indikasi perawatan di NICU, dari hasil observasi dan identifikasi

awal yang dilakukan oleh perawat selama memberikan imunisasi HB0 belum

menggunakan terapi non farmakologis yaitu tindakan NNS untuk mengatasi nyeri

yang dirasakan neonatus yang dilakukan pemberian imunisasi HB0. Selain itu belum

ada protokol tetap penatalaksanaan nyeri non farmakologis pada neonatus yang
5

dilakukan pemberian HB0 dibuktikan dengan belum adanya stansart operasional dari

tindakan tersebut.

Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk meneliti

lebih lanjut mengenai pengaruh Non Nutritive Sucking terhadap respons nyeri bayi

saat dilakukan imunisasi. Sehingga nantinya didapatkan manajemen nyeri pada bayi

dengan menggunakan terapi non farmakologis Non nutritive sucking yang efektif.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang adalah

bagaimana pengaruh pembarian Non Nutritive Sucking terhadap respons nyeri bayi

saat dilakukan pemberian imunisasi HB0 ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Non Nutritive Sucking terhadap respons nyeri

bayi saat dilakukan imunisasi.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui ksrskteristik respons nyeri responden tanpa diberikan

Non Nutritive Sucking saat dilakukan imunisasi.

1.3.2.2. Untuk mengetahui karakteristik respons nyeri responden dengan

diberikan Non Nutritive Sucking saat dilakukan imunisasi.

1.3.2.3. Untuk menganalisa pengaruh diberikan Non Nutritive Sucking dan tanpa

diberikan Non Nutritive Sucking terhadap respons nyeri bayi saat

dilakukan imunisasi.
6
7

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1.4.1. Institusi Pendidikan Keperawatan

Bagi institusi pendidikan keperawatan diharapkan dapat memberi

pengetahuan terbaru mengenai manajemen nyeri pada bayi dengan

menggunakan terapi non farmakologis saat dilakukan imunisasi.

1.4.2. Profesi Keperawatan

Bagi profesi keperawatan diharapkan dapat menjadi literatur tambahan dalam

melakukan tindakan keperawatan menajemen nyeri dengan menggunakan

terapi non farmakologis pada bayi saat dilakukan imunisasi, serta guna

meningkatkan kualitas pelayanan khususnya dalam menciptakan kualitas

pelayanan pada bayi dan anak dengan menggunakan prinsip atraumatic care.

1.4.3. Orang tua bayi

Bagi orang tua bayi diharapkan dapat menjadi informasi tambahan yang

nantinya dapat diterapkan dalam memberikan kenyamanan dan mengurangi

nyeri saat dilakukan imunisasi pada bayi.

1.4.4. Penelitian Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai pedoman atau referensi dalam melakukan penelitian

selanjutnya dengan menggunakan variabel yang berbeda.

1.4.5. Bagi lembaga rumah sakit

Dapat dijadikan standart proedur operasional dirumah sakit tersebut dan dapat

dilakukan tindakann penanganan nyeri non farmakologis yaitu pemberian Non

Nutritive Sucking

Anda mungkin juga menyukai