PENDAHULUAN
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph, 2015).
Masa bayi atau neonatal merupakan masa yang rentan terhadap berbagai penyakit
karena daya tahan tubuh bayi masih lemah, sehingga resiko bayi untuk tertular
penyakit infeksi atau berbagai gangguan kesehatan lain sangat besar. Untuk
maka setiap bayi wajib mengikuti program imunisasi yang dimana terdapat Imunisasi
Dasar Lengkap (IDL) untuk bayi yang harus diberikan sesuai dengan jadwal usia
mengalami kematian tiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Masih ada 19 juta anak yang tidak divaksinasi atau vaksinasinya tidak
yang berpotensi mematikan. Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa angka
kematian bayi sangat menurun karena penetapan imunisasi dasar. Kematian bayi
turun pada tahun 2012-2017 dari 32 per 1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1000
kelahiran hidup, dan kematian balita dari 40 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per
1000 kelahiran hidup, capaian imunisasi dasar lengkap pada Provinsi Jawa timur
1
2
adalah HB0-Hib 1 adalah 80.9%. Penelitian yang dilakukan oleh Malarvizhi, Vasta,
Roseline, Nithin dan Paul (2012) menyatakan bahwa nyeri yang dialami selama
penurunan sense of control dan nyeri. Perubahan respon yang dapat diamati selama
pergerakan tubuh, vokalisasi dan kelelahan otot (Wong, 2009). Hasil penelitian yang
pemberian sukrosa dan NNS secara terpisah menunjukkan bahwa pemberian sukrosa
dan NNS terbukti dapat menurunkan nyeri dalam manajemen nyeri non farmakologis
pada neonatus yang dilakukan prosedur invasif. Respon nyeri antara kelompok
sukrosa dengan p value 0,001, dan respon nyeri pada kelompok NNS dengan p value
melihat efektifitas pemberian kombinasi NNS dan sukrosa terhadap respon nyeri
RS. WAVA HUSADA merupakan rumah sakit tipe B yang mempunyai unit
rawat inap perinatologi sebagai rumah sakit Swasta yang berada di Kecamatan
Kepanjen Kota Malang. Angka kelahiran bayi di Ruang Perinatologi mencapai 180-
200 bayi setiap bulannya. Untuk penanganan nyeri pada neonatus di RS. Wava
Husada saat ini masih belum dilakukan tindakan apapun jika melakukan pemberian
imunisasi HB0 cara agar bayi tidak menangis yaitu dengan digedong dan digendong
memasukkan vaksin kedalam tubuh bayi, yang nantinya tubuh akan membuat zat
kecacatan akibat penyakit tertentu (Hidayat, 2009). Imunisasi dapat diberikan melalui
beberapa cara, antara lain melalui oral, disuntikkan atau injeksi melalui subcutan atau
di bawah kulit, intracutan atau di dalam kulit, dan melalui intramuskular atau dalam
otot (Achmadi, 2006 ; Hidayat, 2009). Setiap bayi wajib mendapatkan Imunisasi
Dasar Lengkap (IDL) yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosisi
DPT-Hepatitis B, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak, yang wajib diberikan sesuai
dengan jadwal usia yang telah ditetapkan (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Tindakan pemberian imunisasi tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri pada bayi. Ada
beberapa cara yang sering digunakan dalam pengukuran skala nyeri neonatus
diantaranya premature infant pain profile (PIPP) oleh Stevens, Johnston & Petryshen,
(1996), neonatal postoperative pain assessment score (CRIES) oleh Krechel &
Bildner, (1995), neonatal facial coding system (NFCS) oleh Grunau & Bildner,
(1990), scale for use in newborn (SUN) oleh Blauer & Gerstmann, (1989), dan
neonatal infant pain scale (NIPS) oleh Lawrence, Alcock & McGrath, (1993). NIPS
digunakan untuk menilai skala nyeri pada bayi prematur dan neonatus cukup bulan
(Gallo, 2009). Penilaian dengan menggunakan instrument NIPS dinilai dari indikator
ekspresi wajah, menangis, pola nafas, pergerakan tangan dan kaki dan status terjaga
Penanganan respons nyeri oleh bayi dapat di lakukan manejemen nyeri dengan
cara terapi non farmakologis. Salah satu cara manajemen nyeri dengan menggunakan
terapi non farmakologis yang dapat dilakukan pada bayi, yaitu menggunakan cara
Non Nutritive Sucking. Non Nutritive Sucking dapat dilakukan dengan cara
memberikan pacifier atau dot atau empeng ke mulut bayi untuk merangsang refleks
hisap (sucking reflex) bayi tanpa memberikan ASI atau nutrisi lainnya. (Santrock,
2011), refleks hisap (sucking reflex) dapat terjadi ketika bayi baru lahir secara
otomatis menghisap objek yang ditaruh di mulutnya. Refleks hisap (sucking reflex)
penenangan atau pengaturan diri. Non Nutritive Sucking dapat mengurangi respons
nyeri yang dirasakan oleh bayi dengan cara memfasilitasi perilaku menghisap oleh
bayi, yang dimana dengan menghisap dapat memodulasi nosiseptor oleh stimulus
orotaktil pada jalur yang melepaskan non opioid endogen (Yin et al., 2015).
Data yang didapatkan dari perawat ruang Perinatologi RS. WAVA HUSADA
Kepanjen bahwa BBL sehat akan diimunisasi 2 jam setelah masa observasi jika bayi
tidak mempunyai indikasi perawatan di NICU, dari hasil observasi dan identifikasi
awal yang dilakukan oleh perawat selama memberikan imunisasi HB0 belum
menggunakan terapi non farmakologis yaitu tindakan NNS untuk mengatasi nyeri
yang dirasakan neonatus yang dilakukan pemberian imunisasi HB0. Selain itu belum
ada protokol tetap penatalaksanaan nyeri non farmakologis pada neonatus yang
5
dilakukan pemberian HB0 dibuktikan dengan belum adanya stansart operasional dari
tindakan tersebut.
lebih lanjut mengenai pengaruh Non Nutritive Sucking terhadap respons nyeri bayi
saat dilakukan imunisasi. Sehingga nantinya didapatkan manajemen nyeri pada bayi
dengan menggunakan terapi non farmakologis Non nutritive sucking yang efektif.
bagaimana pengaruh pembarian Non Nutritive Sucking terhadap respons nyeri bayi
1.3.2.3. Untuk menganalisa pengaruh diberikan Non Nutritive Sucking dan tanpa
dilakukan imunisasi.
6
7
terapi non farmakologis pada bayi saat dilakukan imunisasi, serta guna
pelayanan pada bayi dan anak dengan menggunakan prinsip atraumatic care.
Bagi orang tua bayi diharapkan dapat menjadi informasi tambahan yang
Dapat dijadikan standart proedur operasional dirumah sakit tersebut dan dapat
Nutritive Sucking