BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi imunisasi
adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin kedalam tubuh manusia. Sedangkan kebal adalah suatu
keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan
pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu.
Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap
penyakit lain. (Depkes RI, 2014).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada
antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Anik Maryunani, 2010).
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat system pertahanan
tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme itu memiliki kesempatan
untuk menyerang tubuh kita. Setelah melakukan imunisasi, tubuh kita akan
terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular dari kita
(Marmi dan Kukuh Raharjo, 2012).
Data dari Unicef (2013) menyatakan ditahun 2012 presentasi
pelaksanaan imunisasi secara global mencapai 83% dan tidak mengalami
perkembangan dari tahun 2010. Asia tenggara pada tahun 2011 menjadi
benua dengan tingkat presentasi pelaksanaan imunisasi tertinggi
dibandingkan dengan benua lain yaitu mencapai 91% dan tingkat
keberhasilan pencapaian pelaksanaan imunisasi meningkat ditahun 2012
mencapai 95% (WHO, 2013). Tingkat pelaksanaan imunisasi di Indonesia
menurut data dari dirjen PPPL Kemenkes RI (2014) hanya mencapai 48,4%.
Bali menduduki perinngkat teratas dengan 62, sedangkan Maluku utara
dengan 17,7%, Jawa tengah menduduki perinhkat keempat dengan 56,6%
setelah DKI Jakarta dan Bangka Belitung.
1
2
bisa disebut dengan kompres es. Menurut penelitian Jose dan Umarani
(2013) kompres es terbukti dapat menurunkan persepsi nyeri pada anak usia
toodler saat dilakukan imunisasi. Intensitas nyeri yang ditimbulkan dari
tindakan pengambilan darah vena pada anak yang dirawat dirumah sakit
terbukti mengalami penurunan setelah dilakukan tindakan kompres es
(Kiran et aL, 2013). Pemberian kompres es juga terbukti dapat menurunkan
tingkat kecemasan pada anak pra-sekolah yang akan dilakukan pemasangan
infuse di rumah sakit (Sulistiani, 2009).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, penulis
tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompres es terhadap tingkat
nyeri pada bayi usia 9 bulan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat
imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tingkat nyeri pada kelompok
kontrol dan pada kelompok perlakuan kompres es.
b. Untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri pada kelompok
control dan pada kelompok perlakuan yang telah diberikan
perlakuan kompres es.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Diharapkan dengan penelitian ini penulis dapat menambah ilmu
tentang pengaruh atraumatic care khususnya dengan kompres es
terhadap nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan. Serta
diharapkan dapat menambah pengalaman dalam penerapan atraumatic
care khususnya kompres es diluar institusi rumah sakit.
2. Bagi Institusi pendidikan
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Imunisasi
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat
zat anti untuk mencegah penyakit seperti penyatik TBC, Hepatitis,
Campak, Difteri, Pertusis, tetanus dan lain-lain (Hidayat, 2008).
Pemindahan atau transfer antibody tertentu secara pasif dapat juga
dikatakan sebagai imunisasi (Ranuh, 2014).
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan utama imunisasi menurut kemenkes (2010) adalah untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang
sangat potensial menimbulkan wabah dan kematian terutama pada
balita dan anak. Tujuan lain dari imunisasi menurut Dwienda et aL
(2014) yaitu untuk mencegah terjadinya penyakita infeksi tertentu dan
untuk mengurangi resiko cacat ataupun kematian apabila dimasa
mendatang anak mengalami penyakit tertentu.
3. Jenis Imunisasi
Imunisasi mempunyai beberapa jenis. Jenis imunisasi dapat
terlihat berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuhnya dan
dapat dilihat dari waktu pemberiannya.
a. Dilihat dari proses atau mekanisme pertahanan tubuhnya
Imunisasi apabila dilihat dari proses atau mekanisme pertahanan
tubuhnya dikelompokkan menjadi 2 jenis (Hidayat, 2008):
1) Imunisasi aktif
Pemberian imunisasi aktif ini akan memacu reaksi
imunologi spesifik yang akan menghasilakan respon
seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory.
Apabila imunisasi aktif ini berhasil, ketika tubuh terjadi
6
1) Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B yang disebabkan oleh virus hepatitis
B merupakan penyakit yang menyerang sel-sel hati,
penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin
hepatitis B.
2) Polio
Penyakit polio merupakan penyakit yang menyerang pusat
syaraf otot sehingga menyebabkan kelumpuhan otot dan
kecacatan yang menetap. Polio disebabkan oleh virus
polio dan dapat dicegah dengan vaksin polio.
3) Tubercolusis (TBC)
Penyakit tubercolusis atau biasa disebut TBC merupakan
penyakit yang menyerang kelenjar getah bening, otak,
paru-paru dan tulang. TBC disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkolusa. TBC dapat dicegah dengan
imunisasi BCG.
4) Difteri
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Corrynaebacterium diphteriae. Bakteri ini akan
menyerang saluran nafas atas serta dapat melumpuhkan
otot jantung dan serabut syaraf. Difteri dapat dicegah
dengan imunisasi DPT dan DT.
5) Pertusis
Pertusis biasa disebut dengan batuk rejan. Pertusis
disebabkan oleh Bordetella pertusis. Bakteri ini akan
menyerang saluran nafas atas. Pertusis dapat dicegah
dengan imunisasi DPT.
6) Tetanus
8
1) Berdasarkan durasi
Nyeri apabila dilihat berdasarkan durasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan dalam waktu
yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan
dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Nyeri akut
juga dapat diartikan sebagai pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang dialami
oleh anak yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan
yang aktual dan potensial.Contoh dari nyeri akut
adalah nyeri yang diakibatkan oleh injeksi
(Hockenberry & Wilson, 2007).
b) Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang dirasakan lebih dari
enam bulan atau bahkan terjadi selama bertahun-
tahun.
1) Berdasarkan tempatnya
Nyeri apabila dibedakan berdasarkan tempatnya dapat
dibedakan menjadi empat yaitu:
a) Pheriperal pain
Pheriperal pain adalah nyeri yang terasa pada
permukaan tubuh misalnya pada bagian tubuh yang
dilakukan injeksi.
b) Deep pain
Deep pain adalah nyeri yang terasa pada permukaan
tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ
visceral.
10
c) Refered pain
Refered pain adalah nyeri dalam yang disebabkan
karena penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang
ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang
berbeda, bukan daerah asal nyeri.
d) Central pain
Central pain adalah nyeri yang terjadi karena
perangsangan pada system saraf pusat.
2. Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri menurut Andarmoyo (2013), stimulus nyeri
pertama kali akan diterima oleh nosiseptor mekanis dan stimulus nyeri
akan diubah menjadi aktivitas listrik yang akan dihantarkan oleh
serabut syaraf A delta dan serabut syaraf C melalui syaraf aferen
menuju ke Sistem Syaraf Pusat (SSP). SSP yang menerima impuls
nyeri ini adalah cornus dorsalis yang berada pada medulla spinalis.
Cornus dorsalis di anggap juga sebagai gerbang nyeri karena didalam
cornus dorsalis terdapat jaras askenden, apabila jaras askenden aktif
atau terbuka maka impuls nyeri akan diterima serta ambang nyeri akan
mengalami penurunan sehingga seseorang dapat merasakan nyeri dan
dapat menimbulkan respon nyeri.
3. Respon nyeri
Prasetyo (2010) menyatakan bahwa hanya seseorang yang
mengalami nyeri yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri
yang dirasakan. Respon nyeri pada setiap individu dapat dipengaruhi
oleh usia, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, pengalaman
terdahulu, gaya koping, dukungan keluarga dan dukungan sosial
(Andarmoyo, 2013).
4. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah
11
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Sangat
Hebat
Gambar 2.2 NRS (Numerical Rating Scales)
C. Kompres Es
1. Pengertian Kompres Es
Kompres es merupakan suatu tindakan pemeliharaan suhu tubuh yang
dilakukan menggunakan es balok dengan ukuran kecil dengan tujuan untuk
mengebalkan rasa sakit dan menghentikan perdarahan (Asmadi, 2008). Kompres
es dapat juga diartikan sebagai tindakan menempelkan atau melilitkan kumpulan
es ke atas permukaan kulit dengan batas sebuah kain agar tidak menimbulkan
rasa yang terlalu dingin.
2. Manfaat Kompres Es
Kompres es mempunyai manfaat yang bermacam- macam, antara lain
dapat menurunkan suhu tubuh, mencegah meluasnya peradangan, mengurangi
kongesti, mengurangi perdarahan setempat serta dapat mengurangi nyeri
(Asmadi, 2008).
3. Mekanisme Kerja Kompres Es
Kompres es yang dilakukan pada sumber nyeri terutama nyeri superfisisal
seperti nyeri yang diakibatkan oleh tusukan jarum dapat menurunkan produksi
prostalglandin sehingga sensitivitas reseptor nyeri berkurang dan menghambat
proses inflamasi (Muttaqin, 2008). Kompres es dapat memacu produksi endoprin
yang berguna memblokir stimulus hantaran nyeri dan dapat memberikan
perasaan nyaman serta mengalihkan fokus perhatian dari stimulus nyeri (Hall &
15
Stockert, 2007). Kompres es yang dilakukan pada area kulit juga dapat membuat
kulit menurunkan respon nyeri oleh karena adanya pelepasan endorphin,
sehingga dapat memblokir transmisi serabut syaraf sensori A-beta yang lebih
besar dan lebih cepat, juga menurunkan transmisi nyeri pada serabut C dan delta
A sehingga gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri (Sulistiyani, 2009).
4. Kontra indikasi Pemberian Kompres Es
Kontra indikasi pemberian kompres es antara lain pada penderita dengan:
a. Luka terbuka
Seseorang dengan luka terbuka tidak boleh diberikan kompres es karena
dapat mengurangi aliran darah ke luka terbuka sehingga akan
meningkatkan kerusakan jaringan.
b. Menderita raynoud disease
Raynoud disease merupakan suatu keadaan yang menyerang pembuluh
darah pada ekstremitas ketika terjadi dingin dan stess. Pemberian kompres
es pada penderita raynoud disease dapat meningkatkan spasme arteri.
Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Desain penelitian
Jisy Jose & Effect of ice application in Kompres es terbukti
yang digunakan
Umarani reducing pain perception dapat meminimalisir
adalah quasi
(2013) of toodlers during nyeri imunisasi pada
eksperimental.
immunization anak usia toodler.
Penelitian dilakukan di
klinik imunisasi.
Sampel dipilih dengan
menggunakan teknik
convenience sampling
dan
16
dibagi menjadi
kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
Sampel terdiri dari 60
anak berusia 15-18
bulan.
Sampel pada kelompok
eksperimen diberikan
kompres es (es
dibungkus kain katun)
sebelum dilakukan
imunisasi, kompres
dilakukan disekitar area
penusukan selama 30
diikuti dengan istirahat
selama 60 detik dan
diulang dua kali
kemudian dilakukan
imunisasi.
Tingkat nyeri diamati
dan diukur
menggunakan FLACC
Behavior Pain
Assessment Scale.
Kelompok control
dilakukan imunisasi
tanpa diberikan
kompres
es.
Sampel berjumlah 100
Navjot Kiran, Effect of ice pack Kompres es terbukti
yang diambil secara
Sukhjit Kaur applicationat the site prior murah, aman dan
random dan dibagi
dan Marwaha to venipuncture on mampu mengurangi
kedalam kelompok
(2013) intensity of pain among tingkat nyeri pada
kontrol dan kelompok
children anak usia pra sekolah
perlakuan.
17
Kompres es dilakukan
yang dilakukan
dengan cara kantong
prosedur
es yang dilapisi kain
pengambilan darah
flannel diletakkan
vena.
±5cm di sekitar area
penusukan yang
dilakukan sekitar 3
menit.
Alat ukur
menggunakan FLACC
Behavior Pain
Assessment Scale.
Merupakan quasi
Gusgus Perbedaan dampak Pemberian EMLA
eksperimen
Ghraha penggunaan EMLA dan dan kompres dingin
Rancangan penelitian
Ramdhanie kompres dingin terhadap sama-sama dapat
posttest only dengan 1
(2013) tingkat nyeri anak usia menurunkan tingkat
kelompok diberikan
sekolah saat tindakan nyeri pada
EMLA dan 1 kelompok
pungsi venadi RSU Dr. anak usia sekolah
diberikan kompres
Slamet Garut yang dilakukan
dingin.
tindakan pungsi vena.
Pendekatan sampling
yang dipakai adalah
non-probabilitas
dengan metode
consecutive sampling
dengan jumlah sampel
50 anak usia sekolah.
Alat ukur
menggunakan wong
baker pain rating
scale
Kompres es diberikan 3
menit sebelum
dilakukan pungsi vena.
18
Pengumpulan data
menggunakan 1
kuisioner dan observasi
menggunakan skala
wong baker pain faces
19
Sumber: Andarmoyo (2013), Hall & Stockert (2007), Saputra Lyndon (2013).
Imunisas
Intervensi untuk i
mengurangi nyeri: Faktor yang
Farmakologis mempengaru
Non Farmakologis hi nyeri:
1. Usia
a. Relaksasi 2. jenis
nafas dalam 3. kelamin
Distraksi kebudayaan
b. Guide imagery , makna
c. Kompres nyeri
d. hangat perhatian
4. ansietas
5. pengalaman
: Tidak diteliti
6. terdahulu
gaya koping
Nyeri
Kompres Imunisas
e
es i 7.
.
Keterangan:
Kerangka Teori
20
: Diteliti
: Berpengaruh diteliti
Kerangka Konsep
Hipotesis Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan:
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk
mendeskripsikan variabel penelitian dengan membuat tabel distribusi
frekuensi atau untuk mendeskripsikan data ditampilkan dalam proporsi
atau persentase dan tabel (Hidayat, 2008). Tujuan dari analisis univariat
adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti (Dahlan, 2008). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah nyeri
yang akan dimasukkan kedalam bentuk tabulasi minimum, maximum,
mean, median dan standar deviasi untuk menarik sebuah kesimpulan.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui
interaksi antar variabel tersebut, baik bersifat komparatif, asosiatif ataupun
korelatif. Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada analisa bivariat
(Dahlan, 2008). Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan
Saphiro Wilk karena sampel berjumlah kurang dari 50. Hasil data yang
telah diperoleh telah diuji normalitas menggunakan teknik Saphiro Wilk
dengan hasil kelompok kontrol p> 0,05 (0,215> 0,05) dan kelompok
perlakuan p> 0,05 (0,070> 0,05 dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal, maka akan dilakukan uji independent t test.
Interpretasi uji independent t test apabila nilai p < 0,05 maka Ho
ditolak, Ha diterima artinya ada pengaruh pemberian kompres es terhadap
tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan dan apabila
nilai p >0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh
pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada
bayi usia 9 bulan.
F. Etika Penelitian
1. Anonimity
Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan dalam penelitian ini.
Peneliti tidak akan mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data.
Penulis akan mecantumkan inisial dan member nomor pada lembar
observasi.
26
2. Confidentiality
Semua informasi data yang didapat dari sampel penelitian dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
disajikan dalam hasil penelitian.
3. Informed Consent
Informed consent ditujukan pada seluruh orang tua, didalam inform consent
dijelaskan bahwa anak akan menjadi responden penelitian, pada lembar
Informed Consent juga akan dijelaskan mengenai tujuan, manfaat dan
harapan peneliti terhadap responden.
4. Justice
Setiap responden harus diperlakukan adil dan peneliti memastikan distribusi
keuntungan dan kerugiannya terdistribusi rata. Peneliti tidak boleh
membeda-bedakan jenis kelamin ataupun dari bentuk fisik pada responden.
27