Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP KUALITAS TIDUR

BAYI DENGAN ISPA DI KLINIK NUR HIKMAH GUBUG

Manuscrif

Oleh :

FILAILI AFITRIANI

Nim 2004169

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
PENDAHULUAN
Bayi merupakan anak usia dibawah satu tahun yang baru memasuki tahap awal kehidupan
ditandai dengan terjadinya perkembangan yang cepat. Faktor yang mempengaruhi perkembangan
pada bayi salah satunya adalah istirahat atau lamanya waktu tidur. Tubuh bayi akan memproduksi
hormon pertumbuhan ketika tidur, sehingga bayi membutuhkan waktu tidur yang cukup untuk
mendapatkan perkembangan yang optimal.1 Infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA) adalah
radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik
ataupun bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. 2
Menurut World Health Organzation(WHO) tahun 2016 jumlah penderita ISPA adalah
59.417 anak dan memperkirakan di Negara berkembang berkisar 40-80 kali lebihtinggidari Negara
maju. WHO menyatakan tembakau membunuh lebih dari 5 juta orang pertahun, dan
diproyeksikanakan membunuh 10 juta sampai tahun 2020.Dari jumlah itu 70 persen korban
berasal dari Negara berkembang.3
Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA di Indonesia tahun 2018 sebanyak 0,20%,
dan pada Tahun 2017 sebanyak 1,60%. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan
penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan ISPA pada balita. Angka kematian akibat ISPA
pada balita tahun 2018 sebanyak 0,22%, tahun 2017 menjadi 0,34%. Sedangkan angka kematian
diIndonesia akibat ISPA pada balita sebanyak 0,23%. Di Indonesia kasus kematian yang
disebabkan oleh penyakit ISPA masih cukup tinggi yaitu sekitar 4 dari 15 juta perkiraan kematian
pada anak usia kurang dari 5 tahun setiap tahunnya di Indonesia 10% masyarakat menderita
ISPA.4
Penderita ISPA di Jawa Tengah tahun 2018 yaitu 54,3%, Tahun 2017 tercatat 50,5% pada
Balita, Walaupun data ISPA pada Balita mengalami penurunan akan tetapi faktor resiko bahaya
berpotensi terhadap kematian masih cukup tinggi terhadap Balita, Temuan ISPAdi Kabupaten
Grobogan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak 1.413 balita.5
Bayi atau balita yang menderita ISPA banyak yang mengalami kekurangan tidur,
yaitu sekitar 44,2% bayi mengalami gangguan tidur seperti sering terbangun di malam hari.
Namun lebih dari 72% orang tua menganggap gangguan tidur pada bayi bukan suatu masalah
atau hanya masalah kecil, hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian penelitian yang
dilaksanakan di lima kota besar di Indonesia.6
Balita dikatakan ISPA dengan tanda dan gejala pilek, batuk dan demam dalam kurun
waktu 2 minggu berdasarkan tanda dan gejala tersebut akan menimbulkan gangguan pola tidur
yang tidak tercukupi.7 Mengingat akan pentingnya waktu tidur bagi bayi, maka kebutuhan
tidurnya harus benar-benar terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk terhadap
perkembangannya. Kualitas tidur bayi merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai
kemudahan bayi dalam memulai dan mempertahankan waktu tidurnya. Kualitas tidur yang
baik jika lama waktu tidurnya seimbangan antara tidur malam dan siang hari. 7 Bayi dengan
kualitas tidur yang buruk memberikan dampak yang negatif pada perkembangannya, seperti bayi
menjadi mudah emosi serta konsentrasi dan imunitas tubuh menurun. Faktor yang mempengaruhi
kualitas tidur pada bayi antara lain aktivitas atau kelelahan, lingkungan, kondisi kesehatan dan
pemenuhan nutrisi.8
Gangguan tidur pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
lingkungan. Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan
untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang.
Ukuran, kekerasan dan posisi tidur bayi mempengaruhi kualitas tidur pada bayi, posisi
terlentang adalah posisi paling aman untuk mengurangi resiko terjadinya sudden infant death
syndrome (SIDS). Selalu tidurkan bayi dalam posisi terlentang, sebelum bayi bisa berguling,
bayi bisa kehabisan nafas atau kepanasan jika dibaringkan dalam posisi menelungkup. 9
Salah satu cara untuk mengatasi gangguan pola tidur adalah pemeberian terapi pijat.
Pijat bayi adalah salah satu bentuk rangsangan dan rabaan. Rangsangan dan rabaan yang
paling penting dalam perkembangan, pijatan lembut akan membantu meringankan ketegangan
otot sehingga bayi menjadi tenang dan tertidur, Pemberian terapi pijat bayi terhadap
gangguan pola tidur pada klien dapat meningkatan kualitas tidur bayi.10
Pijat bayi merupakan terapi sentuhan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada
bayi. Pijat dapat membantu mengurangi ketegangan otot, sehingga manfaat yang diperoleh
yaitu bayi menjadi lebih rileks dan tidurnya menjadi lebih nyenyak. 1 Pijat bayi membantu
meningkatkan kadar sekresi serotonin. Serotonin merupakan hormon neurotransmitter atau
hormon yang menghantarkan pesan dari satu bagian otak ke bagian otak yang lain. Hormon
serotonin ini akan diubah menjadi melatonin. Fungsi melatonin adalah memberikan rangsangan
berupa rasa kantuk serta memberi ketenangan yang membantu tidur bayi menjadi lelap. 13 Hal ini di
dukung oleh penelitian Field et al (2016) yang menyatakan bahwa terapi pijat menggunakan
lotion mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap total waktu tidur bayi dimalam hari
dibandingkan dengan waktu tidur bayi yang diberi terapi pijat tanpa menggunakan lotion. 14
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahayu et al (2016) menyatakan bahwa setelah
dilakukan pemijatan pada kelompok intervensi terjadi peningkatan kualitas tidur dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Peneliti ini juga menemukan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi kualitas tidur pada bayi yaitu usia yang berpengaruh terdahap sistem imun tubuh.
Sistem imun tubuh bayi yang masih lemah mudah terserah oleh kuman penyakit sehingga
menyebabkan kualitas tidurnya menjadi terganggu.15
Menurut Nursing Intervention Classification (NIC) upaya yang dilakukan untuk pasien
ISPA yang mengalami ganguan pola tidur yaitu peningkatan tidur mulai atau terapkan langkah-
langkah kenyamanan seperti pijat, sentuhan efektif dan pemberian posisi. Kriteria hasil yang
dicapai kualitas tidur, jam tidur, pola tidur, efisiensi tidur tidak terganggu. 16
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rista Dian Anggraini 2020 terjadi peningkatan
kualitas tidur pada bayi yang sudah diberikan pijat bayi, ini diperkuat dengan data- data
sebelum pemijatan yaitu dari 30 bayi yang diberikan pijat bayi, awalnya paling banyak
dengan kualitas tidur buruk yaitu sebanyak 20 bayi (67%), kualitas tidur sedang 6 bayi (20%),
dan paling sedikit dengan kualitas tidur baik yaitu 4 bayi (13%). Kemudian setelah diberikan
pijat bayi, terdapat paling banyak dengan kualitas tidur baik yaitu 18 bayi (60%), kualitas tidur
cukup yaitu 9 bayi (30%), dan paling sedikit kualitas tidur buruk yaitu hanya 3 bayi (10%).
Hal ini dikarenakan kualitas tidur bayi akan semakin baik setelah diberikan pijat bayi secara
teratur, dengan memijat bayi secara teratur dapat meningkatkan kualitas tidur tidur bayi. Jadi
bayi yang mengalami gangguan tidur seharusnya diberikan pijat bayi secara teratur agar tidak
mengalami gangguan tidur.17
Penelitian oleh Aco Tang (2018) yang berjudul Pengaruh pijat bayi terhadap kualitas
tidur bayi usia1-4 bulan, didapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pijat
bayi dan kualitas tidur bayi (p=0,003). Ini menunjukkan bahwa pijat bayi efektif dalam
memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur bagi bayi.18
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan
wawancara kepada petugas kesehatan di Klinik Nur Hikmah Gubug diperoleh data jumlah bayi
yang berusia 6-12 bulan sebanyak 45 bayi dan di peroleh informasi bahwa sudah ada beberapa
petugas kesehatan seperti bidan dan fisioterapi yang membuka praktek pijat bayi. Dari hasil
pengkajian awal kepada 5 orang tua yang memiliki bayi usia 6-12 bulan, 3 orang tua bayi
mengatakan bayinya jarang dilakukan pemijatan, jika di pijat pemijatan dilakukan oleh dukun bayi
karena sudah tradisi di dalam keluarga dan sering terbangun dimalam hari lebih dari 3 kali, 10-20
menit untuk tidur kembali dan jam tidur malamnya kurang dari 9 jam. Sedangkan 2 orang tua
bayi lainnya megatakan bayinya sering dilakukan pemijatan dan jam tidurnya normal dengan
tidur malam lebih dari 9 jam dan terbangun bila haus atau menyusu setelah selesai menyusu tidur
kembali.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi dengan ISPA di Klinik Nur Hikmah Gubug”

Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi
dengan ISPA di Klinik Nur Hikmah Gubug
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kualitas Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapatdibangunkan kembali dengan indra atau
rangsangan yang cukup.19
Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur
terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada
keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar
kembali. Proses pemulihan yang terhambat dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja
dengan maksimal, akibatnya orang yang kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami
penurunan konsentrasi.20
2. Pijat Bayi
Pijat bayi biasa disebut dengan stimulus touch. Pijat bayi dapat
diartikan sebagai sentuhan komunikasi yang nyaman antara ibu dan bayi.Pijat
bayi sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu, pada berbagai bangsa dan
kebudayaan, dengan berbagai bentuk terapi dan tujuan.Pijat bayi merupakan
pengungkapan rasa kasihsayang antara orang tua dengan anak lewat sentuhan
pada kulit yang berdampak sangat luar biasa22.
Sentuhan dan pelukan adalah salah satu kebutuhan dasar bayi.
Sentuhan ibu juga akan direspon oleh bayi sebagai bentuk perlindungan,
perhatian, dan ungkapan cinta. Semakin padat frekuensi sentuhan, semakin
dekat hubungan batin yang terjalin.Oleh sebab itu, pemijatan sebaiknya
dilakukan oleh ayah kakek atau nenek agar bayi tidak semakin tinggi
ketergantungannya hanya terhadap ibu23.

METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif dengan menggunakan metode Quasi Experiment (eksperimen
semu). Penelitian semu (kuasi eksperimen) merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat/efek dari sesuatu yang
dikenakan pada subjek selidik.33
Desain penelitian ini adalah Quasi eksperimen dalam satu kelompok
(One Group Pre test-Post test Design) yang mengungkapkan sebab akibat
dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.
Pengujian sebab akibat dengan cara membandingkan hasil pra test dengan post
test 34.
Tabel 3.1
Desain penelitian pre-post two treatment comparison
Pretest Treatment Posttest
O1 X O2
Keterangan:
O1 : Kualitas tidur bayi dengan ISPA sebelum diberikan pijat bayi
O2 : Kualitas tidur bayi dengan ISPA sebelum diberikan pijat bayi
X1 : pemberian pijat bayi
B. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variable yang menyangkut
masalah yang diteliti.34 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bayi dengan ISPA di Klinik Nur Hikmah Gubug sebanyak 40 bayi.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagai
jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi.34 Sampel dalam
penelitian ini adalah ibu menyusui memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sampel, kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah:38
1) bayi dengan ISPA di Klinik Nur Hikmah Gubug
2) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel.
1) Ibu bayi yang tidak ada di tempat saat penelitian
2) Tidak bersedia menjadi responden
3. Tehnik Sampling
Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampling yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada. Pengambilan sampel
dengan cara nonprobability sampling, dengan metode yang digunakan
purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karateristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya. Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel
dengan mengidentifikasi jumlah responden di Klinik Nur Hikmah Gubug
C. Analisa Data
Analisa data adalah di lakukan untuk menjawab suatu hipotesa dalam
penelitian, dan mempergunakan uji statistik yang sesuai dengan variabel
penelitian. Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Analisa Univariat.
Analisis univariat merupakan metode analisis yang paling
mendasar terhadap suatu data.33 Model analisis univariat dalam penelitian
ini menampilkan angka hasil pengukuran dengan ukuran tendensi sentral.
Ukuran tendensi sentral meliputi perhitungan mean, median, standar
deviasi, minimal dan maksima; kualitas tidur bayi sebelum dan sesudah
diberikan pijat bayi
2. Analisa Bivariat.
Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel untuk
mengetahui hubungan dari kedua variabel. Sebelum menganalisis
Menganalisa Pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi dengan ISPA
di Klinik Nur Hikmah Gubug dilakukan uji normalitas data dengan
Shapiro- Wilk karena sampel <50, dengan asumsi jika nilai p value > 0,05
untuk menentukan alat uji. Jika hasil uji normalitas data terdistribusi
normal (p value > 0,05) maka analisis bivariat menggunakan analisis
komparatif numerik dan kelompok berpasangan menggunakan uji paired t
test dengan nilai p value <0,05 maka terdapat Pengaruh pijat bayi terhadap
kualitas tidur bayi dengan ISPA di Klinik Nur Hikmah Gubug. Jika uji
normalitas data terdistribusi tidak normal (p value < 0,05) maka analisa
bivariat menggunakan uji alternatif Wilcoxon, dengan nilai p value<0,05
berarti terdapat hubungan yang bermakna antar variabel, jika p value>0,05
berarti tidak ada Pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi dengan
ISPA di Klinik Nur Hikmah Gubug

DAFTAR PUSTAKA
1. Permata, A. (2017) “Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Lama
Tidur Malam Pada Bayi 3 - 6 Bulan,” Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA),
X(2), pp. 37–45. Available at: http://jka.stikesalirsyadclp.ac.id/inde
x.php/jka/article/download/80/70/.
2. Wijayaningsih. 2013.Standar Asuhan Keperawatan: Jakarta. TIM.
3. WHO 2016. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
4. Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI.
5. Dinkes Kabupaten Grobogan, 2017.
6. Minarti, N.M.A.,& Utami. K. 2012. Pengaruh Pijat Bayi terhadap Kualitas
Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Timur
Tahun 2012. Jurnal. Denpasar, Bali
7. Abdurrahman, S. M. (2015). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur
Bayi Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Jurnal
Keperawatan, 3(1), 1–18.
8. Mardiana, L., & Martini, D., E. (2014). Pengaruh Pijat Terhadap
Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan Di Desa Manungrejo Kecamatan
Ngimbang Kabupaten Lamongan. Surya, 2. 109-115. Retrieved from
https://stikesmuhla.ac.id
9. Nazwa, N.U. 2015. Rahasia Ibu Pintar, Panduan Merawat Bayi Pasca
PersalinanSampai 12 Bulan. Yogyakarta: Katahati
10. Pamungkas, B.A. 2016. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi
Umur 0-6 Bulan di Puskesmas KartaSura. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
11. Roesli, U. (2013). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: PT. Trubus Agriwidya
12. Vitrianingsih, H., & Khadijah, S. (2017). Efektivitas Pelatihan Pijat Bayi Di
Posyandu Apokat Dusun Banjeng Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
Jurnal Ilmu Kebidanan, 4(1), 1-8. Retrieved from http://jurnal.akbiduk.ac.id
13. Roesli, U. 2013. Pedoman Pijat Bayi Edisi Revisi. Jakarta : Trubus Agriwidya
14. Field, T. (2017) “Newborn Massage Therapy,” International Journal of
Pediatrics and Neonatal Health, 1(2), pp. 54–64. doi: 10.25141/2572-4355-
2017-2.0054.
15. Rahayu, Y. P., Nurhamidi, N., & Astuti, T. A. (2016). Pengaruh Pijat
Terhadap Kualitas Tidur Bayi Umur 0-6 Bulan Di Klinik Bidan Praktik
Mandiri (Bpm)“U” Banjarbaru. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan, 7(1), 38-44. Retrieved from
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id
16. Nanda, Nic Noc. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
e. Edisi Revisi Jilid 1. Mediaction
17. Rista Dian Anggraini 2020. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur
Bayi Usia 0-6 Bulan
18. Aco Tan, 2018 “Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia
1–4 Bulan,” Glob. Heal. Sci., vol. 3 No. 1, 2018.
19. Asmadi, (2012). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Anak dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika : Jakarta
20. Lutflasari, D. (2018) “Efektivitas Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi
Usia 3-6 Bulan Di Posyandu Teratai,” Jurnal Kebidanan, 4(3), pp. 97–99.
doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
21. Maharani, Sabrina. 2009. Pijat dan Senam Sehat Untuk bayi. Jogjakarta: Kata
Hati.
22. Subakti & Anggraini. 2009. Keajaiban Pijat Bayi dan Balita. Jakarta: PT.
Wahyu Media.
23. Roesli, Utami 2009. Pedoman Pijat Bayi Prematur & Bayi Usia 0-3 Bulan.
Jakarta: PT. Trubus Agriwidya.
24. .

Anda mungkin juga menyukai