Anda di halaman 1dari 6

“ EFEKTIVITAS PIJAT BAYI TERHADAP KUALITAS TIDUR

PADA BAYI USIA 0-12 BULAN “

DISUSUN OLEH
NADYA ADE ANGGRAINI
2015201018

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UINIVERSITAS ABDURRAB
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat. Tahapan pertumbuhan pada
masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa
pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan
pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap
lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-
organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan
yang sangat cepat.(Meda yuliani & Suci maryand, 2019 : 48)
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh seperti terjadinya
kolik, gumoh, biang keringat, sembelit, demam yang menyebabkan bayi
rewel dan akhirnya menganggu pola aktivitas tidur bayi. Tidur nyenyak bagi
bayi urgensinya bagi pertumbuhan bayi itu sendiri, karena saat tidur
pertumbuhan otak bayi mencapai puncaknya. Selain itu pada saat tidur
tubuh bayi memproduksi hormon pertumbuhan tiga kali lebih banyak
dibandingkan ketika bayi terbangun.(Meda yuliani & Suci maryand, 2019 :
48)
Roesli, 2013 ( dalam Nur Cahya Gultom, 2020: 01) Mengingat akan
pentingnya waktu tidur bagi perkembangan bayi, maka kebutuhan tidurnya
harus benar-benar terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk terhadap
perkembangannya. Salah satu cara dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut adalah dengan baby massage. Bayi yang dipijat akan
dapat tidur dengan lelap, sedangkan pada waktu bangun, daya
konsentrasinya akan lebih penuh. Fakta menunjukan masih banyak ibu-ibu
yang enggan untuk melakukan pemijatan secara rutin kepada bayinya
apalagi diawal kelahirannya. Hal tersebut karena adanya perasaan takut
salah memijat bayinya, badan bayi yang masih lemah serta tidak tahu
bagaimana teknik memijat yang benar.
Hiscock et,all, 2012 ( dalam Yuni citra dewi dkk, 2020: 99)
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2018 dalam
jurnal Pediatrics, tercatat sekitar 40% bayi mengalami masalah tidur.
Penelitian yang dilakukan oleh Hiscock (2012) di Melbourne Australia
didapatkan hasil bahwa 32% ibu melaporkan terdapat kejadian berulang
masalah tidur pada bayi mereka. Penelitian tersebut menggambarkan masih
banyak kejadian masalah tidur yang dialami bayi dan kejadian tersebut bisa
menetap ataupun terulang kembali.
Di indonesia cukup banyak bayi yang mengalami masalah tidur yaitu
sekitar 44,2% bayi mengalami gangguan tidur seperti sering terbangun di
malam hari, tidur malam kurang dari 9 jam, terbangun lebih dari 3 kali
setiap malam. Penyebab kualitas tidur bayi terganggu seperti dikarenakan
kurangnya nutrisi, kelelahan karena terlalu banyak beraktivitas dan adanya
lingkungan sekitar yang kurang nyaman. Namun lebih dari 72% orang tua
menganggap gangguan tidur pada bayi bukan suatu masalah atau hanya
masalah kecil (Meda yuliani & Suci maryand, 2019: 49).
Berdasarkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan
Propinsi Riau tahun 2020 jumlah gizi kurang sebesar 4,6%, sedangkan gizi
kurang di kota Pekanbaru sebesar 0,4%. ( Dinkes Provinsi Riau, 2020)
Gizi kurang yang terjadi pada masa pertumbuhan bayi disebabkan oleh
berbagai kondisi lingkungan maupun medis. Salah satu penyebabnya adalah
kurangnya asupan ASI. ASI merupakan nutrisi penting untuk pertumbuhan
dan membuat sistem kekebalan tubuh. Bila kekebalan tubuh menurun, bayi
akan rentan terserang penyakit, bayi mudah lelah, lemah, rewel, kehilangan
nafsu makan dan waktu istirahat berkurang sehingga mempengaruhi kualitas
tidur. ( Yuni citra dewi dkk, 2020: 99)
Dewi, 2014 ( dalam Yuni citra dewi dkk, 2020: 99) Menjelaskan
bahwa tidur adalah salah satu bentuk adaptasi bayi terhadap lingkungannya.
Saat tidur, 75% hormon pertumbuhan bayi dikeluarkan. Tidur mempunyai
efek yang sangat besar terhadap kesehatan mental, emosi dan fisik serta
sistem imunitas tubuh. Tetapi permasalahannya bayi sulit sekali untuk tidur
dimalam hari dan jika tidak ditangani dengan serius terdapat adanya
gangguan perilaku, tumbuh kembang serta gangguan otak. Marta, 2014(
dalam Yuni citra dewi dkk, 2020: 99) Kebutuhan tidur tidak hanya dilihat
dari aspek kuantitas saja namun optimal dengan kualitas tidur yang baik.
Fauziah Rohmawati, 2018 ( dalam Asnita Sinaga & Natalia Laowo,
2020: 28) Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan fsiologi maupun psikologi.
Dampak fisiologi meliputi penurunan aktifitas sehari- hari, rasa capek,
lemah, koordinasi neuromuscular buruk, proses penyembuhan lambat dan
daya tahan tubuh menurun. Sedangkan dampak psikologinya meliputi emosi
lebih labil, cemas, tidak konsentrasi, kemampuan kognitif dan
menggabungkan pengalamannya lebih rendah.
Riksani, 2014 ( dalam Nurcahaya Gultom, 2020: 3-4) Menjelaskan
bahwa saat ini berbagai terapi telah dikembangkan, baik terapi farmakologis
maupun non farmakologis. Salah satu terapi non farmakologis untuk
mengatasi masalah tidur bayi adalah baby massage. Baby Massage
merupakan salah satu jenis stimulasi yang akan merangsang perkembangan
struktur maupun fungsi dari kerja sel-sel dalam otak Sensasi sentuhan
merupakan sensori yang paling berkembang saat lahir. Pijat bayi merupakan
salah satu cara yang menyenangkan untuk menghilangkan ketegangan dan
perasaan gelisah terutama pada bayi. Pijatan lembut akan membantu
mengendurkan otot-ototnya sehingga bayi menjadi tenang dan tidurnya
nyenyak. Sentuhan lembut pada bayi merupakan sarana ikatan yang indah
antara bayi dan orang tuanya
Sinaga, 2020 ( dalam Titin Supriatin dkk, 2022 : 213) Stimulus Touch
yakni pijatan yang diberikan pada si kecil melalui sentuhan- sentuhan atau
usapan lembut, dilakukan setap hari selama 20 menit. Bayi merasakan rileks
melalui pijatan ini dan dapat menstimulasi saraf otaknya.
Berdasarkan hasil penelitian Yuni Citra Dewi dkk (2020) tentang
pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi usia 6-12 bulan Di Roemah
Mini Baby Kids & Mom Care Siak disimpulkan bahwa sebelum diberikan
pijat bayi data menunjukan dengan angka 50% dari 30 responden. sesudah
diberikan pijat bayi data menunjukan dengan perubahan angka terbesar pada
kualitas tidur baik 100% dari 30 responden.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Efektivitas Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Pada
Bayi Usia 0-12 Bulan”

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Baby Massage Terhadap
Kualitas Tidur Bayi Usia 0-12 Bulan?”.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Y. C., Nurman, & Dhilon, D. A. (2020). Pengaruh Pijat Bayi


Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 6-12 Bulan Di Roemah Mini Baby
Kids & Mom Care Siak. Jurnal Doppler, 4(2), 99.

Gultom, N. C. (2020). Pengaruh Baby Massage terhadap Kualitas Tidur


Bayi Usia 3-6 Bulan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Longat
Kecamatan Panyabungan Barat Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2020. Skripsi. Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan.

Riau, D. K. P. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2020 (M.


Achmad Jajuli, SKM (ed.)).

Sinaga, A. (2020). Pengaruh Pijat Bayi terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 0-
6 Bulan di BPM Pera Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2019.
Excellent Midwifery Journal, 3(1), 28.

Supriatin, T., Nurhayani, Y., Ruswati, R., Trihandayani, Y., & Marwati, M.
(2022). Efektivitas Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 0-6
Bulan Di Lemahabang Rt 001 Rw 001 Dusun 01 Cirebon 2022. Jurnal
Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal, 13(02), 213.

Yuliani, M., & Suci Maryand. (2019). Gambaran Pelaksanaan Sebelum Dan
Sesudah Pijat Bayi 6-12 Bulan Terhadap Kualitas Tidur Bayi Di
Bidanku Sahabatku Kota Bandung. Asuhan Ibu Dan Anak, 4(2), 48–49.

Anda mungkin juga menyukai